Anda di halaman 1dari 8

Analisa Konsentrasi Sulfat ...... Danau Batur, Propinsi Bali (Kusumaningtyas, D.I & D.

Sumarno)

ANALISA KONSENTRASI SULFAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PERAIRAN


DANAU BERATAN DAN DANAU BATUR, PROPINSI BALI

Dyah Ika Kusumaningtyas dan Dedi Sumarno


Teknisi pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan-Jatiluhur
Teregistrasi I tanggal: 04 Desember 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal: 28 Maret 2013;
Disetujui terbit tanggal: 26 April 2013

PENDAHULUAN Konsentrasi sulfat dapat mencapai 1.000 mg/L


pada perairan yang menjadi tempat pembuangan
Danau Beratan terletak di kawasan Bedugul, Desa limbah industri (UNESCO/WHO/UNEP dalam Effendi,
Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten 2003). Sumber sulfat di perairan dapat berasal dari
Tabanan, Bali. Danau Beratan memiliki luas genangan limbah industri, serta limbah rumah tangga termasuk
3,85 km2, panjang danau sekitar 7,5 km, lebar 2,0 penggunaan deterjen. Surfaktan sulfat adalah linear
km, kedalaman maksimum sekitar 20 m serta berada alkil benzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat,
di ketinggian 1.231m di atas permukaan laut. Danau etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazolin
Batur merupakan danau terbesar di Propinsi Bali dan betain yang biasa digunakan dalam deterjen. Hal
dengan luas 16,05 km2 dan volume tampung air ini menjadi sangat penting dalam analisa konsentrasi
sebesar 815,58 juta m3 (Suryono et al., 2008). sulfat, karena menurut Anonim (2011), apabila
kandungan sulfat (dalam bentuk senyawaan
Danau Beratan dan Batur terbentuk akibat letusan magnesium atau natrium) di perairan konsentrasinya
gunung api atau disebut juga danau kaldera. Letusan tinggi dapat menyebabkan iritasi pada saluran
gunung api mengandung berbagai persenyawaan pencernaan (gastro intesninal) biota perairan maupun
sulfur diantaranya sulfur okdida yang merupakan salah manusia yang mengkonsumsi air tersebut. Menurut
satu bentuk senyawa sulfur yang mudah larut di Effendi (2003), pada kondisi anaerob maka ion sulfat
perairan. Sulfur oksida yang berasal dari letusan akan direduksi menjadi ion sulfit yang membentuk
gunung api diduga menjadi salah satu sumber kesetimbangan dengan ion hidrogen membentuk
masukan sulfat di perairan Danau Beratan dan Batur. hidrogen sulfit (H2S). Hidrogen sulfit bersifat mudah
larut, toksik bagi biota perairan dan menimbulkan bau
Danau Beratan dan Batur merupakan perairan seperti telur busuk. Makalah ini menyajikan cara
tertutup (enclosed lake) dimana kedua danau tersebut analisa konsentrasi sulfat dengan metode
hanya memiliki aliran air sungai yang masuk ke danau spektrofotometri di perairan Danau Beratan dan Danau
tetapi tidak memiliki sungai yang mengalirkan air Batur, Propinsi Bali Tengah.
keluar ke laut (tidak ada outlet) (Hehanussa, 2009).
Pemanfaatan kedua danau oleh masyarakat untuk POKOK BAHASAN
berbagai kepentingan juga dimungkinkan menjadi
sumber sulfat yang dapat berpengaruh terhadap Waktu dan Lokasi Penelitian
kualitas perairannya.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei, Juli dan
Sulfat adalah salah satu ion dari sekian banyak Oktober tahun 2011. Lokasi penelitian adalah di Danau
anion utama yang terdapat di perairan. Menurut Effendi Beratan dan Batur. Stasiun penelitian di Danau
(2003), ion sulfat (SO42-) merupakan salah satu bentuk Beratan adalah Stasiun I (Selatan), Stasiun II (Timur),
sulfur anorganik di perairan. Ion sulfat merupakan Stasiun III (Tengah), Stasiun IV (Utara) dan Stasiun V
salah satu ion utama dalam perairan dan penting bagi (Barat). Stasiun penelitian di Danau Batur adalah
makhluk hidup karena merupakan elemen penting Stasiun I (Kedisan), Stasiun II (Songan), Stasiun III
dalam protoplasma. Ion sulfat merupakan sejenis ion (Tengah) dan Stasiun IV (Abang). Pengambilan sampel
poliatom dengan rumus empiris SO42- dengan massa air dilakukan dengan alat kemmerer water sampler
molekul 96,06 g/mol. Kebanyakan sulfat bersifat larut volume 4,2 L pada kolom permukaan, 2 meter, 5 meter,
dalam air kecuali kalsium sulfat, stronsium sulfat dan dan dasar perairan (tergantung kedalaman maksimal/
barium sulfat. Konsentrasi sulfat pada perairan tawar tinggi muka air saat penelitian).
alami berkisar 2-80 mg/L. Menurut Ulifa (2010), air
laut terdiri dari kurang lebih 2.965 mg/L ion sulfat. Sampel air yang akan dianalisa kemudian dituangkan
Konsentrasi sulfat perairan yang melewati batuan ke dalam botol sampel yang terbuat dari plastik atau
gypsum bisa mencapai 1.000 mg/L (Rum dan Krist gelas dengan suhu penyimpanan kurang lebih 5 oC.
dalam Effendy, 2003). Batas penyimpanan maksimum yang diperbolehkan
menurut EPA adalah 28 hari (SNI 6989.57: 2008).

25
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 25-31

Peta pengambilan sampel dan deskripsi tentang Tabel 1 (Danau Beratan) serta Gambar 2 dan Tabel 2
stasiun penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dan (Danau Batur).

Gambar 1. Lokasi stasiun penelitian di Danau Beratan (modifikasi Google Map, 2011)

Tabel 1. Karakteristik lokasi stasiun penelitian di Danau Beratan

Stasiun
Letak Geografis Karakteristik
Penelitian
Stasiun I S : 08 16,370 Tepi danau berupa dataran landai, tumbuhan air di tepian danau
(Barat) E : 115 10,095 cukup lebat, dekat dengan lokasi wisata Pura Ulun Danu Beratan,
penginapan serta pemukiman penduduk.
Stasiun II S : 08 16,981 Tepi danau landai hingga terjal ke arah Barat, terdapat spill way
(Selatan) E : 115 10,440 (pintu limpasan air), dekat dengan obyek wisata Bedugul.
Stasiun III S : 08 16,491 Tepi danau terjal, banyak ditumbuhi tumbuhan air, terdapat jaring
(Timur) E : 115 10,951 tancap.
Stasiun IV S : 08 15,838 Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah
(Utara) E : 115 10,430 pertanian, sepanjang tepian banyak tumbuhan air, terdapat
dermaga dan KJA
Stasiun V S : 08 16,289 Merupakan bagian tengah danau yang paling dalam (kurang lebih
(Tengah ) E : 115 10,594 25 m)

26
Analisa Konsentrasi Sulfat ...... Danau Batur, Propinsi Bali (Kusumaningtyas, D.I & D. Sumarno)

Gambar 2. Lokasi stasiun penelitian di Danau Batur (modifikasi Google Map, 2011)
Tabel 2. Karakteristik lokasi stasiun penelitian di Danau Batur

Stasiun
Letak Geografis Karakteristik
Penelitian
Stasiun I S : 08 16,520 Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah
(Kedisan) E : 115 22,816 pertanian dan pemukiman penduduk, terdapat dermaga
wisata, keramba jaring apung (KJA), dan sepanjang tepian
banyak tumbuhan air.
Stasiun II S : 08 16,415 Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah
(Abang) E : 115 24,528 pertanian dan pemukiman penduduk, sepanjang tepian
banyak terdapat tumbuhan air
Stasiun III S : 08 13,624 Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah
(Songan) E : 115 24,910 pertanian, sepanjang tepian banyak tumbuhan air
Stasiun IV S : 08 15,098 Merupakan bagian tengah danau yang paling dalam (kurang
(Tengah ) E : 115 24,924 lebih 70 m).

Metode Analisa Penentuan konsentrasi sulfat dilakukan dengan


menggunakan kurva standar sulfat. Intensitas cahaya
Analisa konsentrasi sulfat di dalam sampel yang diteruskan oleh larutan akan berbanding terbalik
dilakukan dengan metode spektrofotometri (APHA, dengan konsentrasi sulfat di dalam sampel, dengan
2005). Prinsip analisanya adalah pengendapan ion kata lain semakin banyak suspensi dalam larutan
sulfat dalam medium asam hidroklorida yang akan akan semakin kecil intensitas cahaya yang diteruskan
bereaksi dengan barium klorida membentuk endapan dan menunjukkan semakin tinggi kandungan ion sulfat.
barium sulfat yang tidak larut. Endapan barium sulfat
yang terbentuk berupa suspensi kristal barium sulfat Prosedur Analisa
dengan ukuran yang seragam. Suspensi yang
terbentuk kemudian diukur secara spektrofotometri Prosedur analisa sulfat dibagi menjadi 3 bagian
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang yaitu pembuatan reagen, pembuatan kurva standar
gelombang 420 nm (Hariyadi, 1991). sulfat, dan penentuan konsentrasi sulfat dalam
sampel, secara terinci sebagai berikut:

27
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 25-31

Pembuatan Reagen 2. Larutan sulfat 100 mg/L


Pembuatan larutan sulfat 100 mg/L dilakukan
Reagen yang perlu dipersiapkan adalah pereaksi dengan menimbang sebanyak 0,1479 gram
kondisi dengan langkah sebagai berikut: sodium sulfat anhidrat yang dilarutkan dengan
akuades ke dalam labu ukur 1000 mL.
1. Melarutkan 75 gram NaCl ke dalam 300 mL Berdasarkan larutan sulfat 100 mg/L dibuat
akuades, jika tidak larut perlu dilakukan konsentrasi larutan yang diinginkan (Tabel 3).
pemanasan (kurang lebih 50 oC) Selanjutnya mengambil dari masing-masing
2. Menambahkan 30 mL HCl pekat ke dalam larutan larutan standar sebanyak 10 mL (Tabel 3),
NaCl kemudian diaduk kemudian ditambah 0,5 mL pereaksi kondisi dan
3. Menambahkan 100 mL 95% etanol ke dalam 0,06 gram barium sulfat, lalu larutan diaduk dengan
larutan yang sudah tercampur (langkah 1 dan 2) batang pengaduk hingga 1 menit. Langkah
kemudian diaduk dengan stirer hingga homogen selanjutnya larutan tersebut didiamkan selama 10
(kurang lebih 10 menit) menit. Larutan siap diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada panjang
Pembuatan Kurva Standar Sulfat gelombang 420 nm dengan larutan blanko sebagai
faktor koreksi. Spektrofotometer yang digunakan
Beberapa larutan yang perlu dipersiapkan untuk dapat dilihat pada Gambar 3.
pembuatan kurva standar sulfat adalah sebagai
berikut: Langkah berikutnya sederetan larutan standar
sulfat dengan berbagai konsentrasi yang telah diukur
1. Larutan blanko absorbansinya dapat dilihat pada Gambar 4. Semakin
Larutan blanko dibuat dengan mencampurkan tinggi konsentrasi sulfat maka akan semakin pekat
akuades 10 mL dan 0,5 mL pereaksi kondisi, suspensi kristal barium sulfat yang dihasilkan (terlihat
selanjutnya ditambahkan 0,06 gram barium klorida larutan berwarna putih susu).
dan diaduk dengan batang pengaduk hingga 1
menit.

Tabel 3. Pembuatan larutan standar sulfat 5; 10; 15; 20; 30; 40; 50 dan 60 mg/L

Konsentrasi yang
No Prosedur
diinginkan
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 2,5 mL, dituangkan ke dalam
1 5 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 5 mL, dituangkan ke dalam labu
2 10 mg/L
ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 7,5 mL, dituangkan ke dalam
3 15 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL, dituangkan ke dalam
4 20 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 15 mL, dituangkan ke dalam
5 30 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 20 mL, dituangkan ke dalam
6 40 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 25 mL, dituangkan ke dalam
7 50 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
Larutan sulfat 100 mg/L dipipet sebanyak 30 mL, dituangkan ke dalam
8 60 mg/L
labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas

28
Analisa Konsentrasi Sulfat ...... Danau Batur, Propinsi Bali (Kusumaningtyas, D.I & D. Sumarno)

Hasil Pengamatan

Analisa konsentrasi sulfat di Danau Beratan dan


Danau Batur menunjukkan perbedaan yang cukup
berarti dalam hal pembentukan intensitas warna yang
dihasilkan. Warna putih susu yang dihasilkan dari
endapan barium sulfat pada sampel air di Danau Batur
menunjukkan warna yang cukup pekat, dimana
intensitas warna putih yang terlihat mendekati sampel
air payau. Endapan barium sulfat yang dihasilkan
dalam sampel air dari Danau Batur jauh lebih pekat
dibandingkan dengan sampel air dari Danau Beratan.
Gambar 3. Spektrofotometer yang digunakan untuk Semakin pekat warna putih mengindikasikan semakin
pengukuran absorbansi larutan tinggi konsentrasi sulfat di dalam sampel tersebut.
Hal tersebut didukung dengan data penelitian yang
Keterangan:
7 6 5 4 2 1
ditunjukkan pada Tabel 3.
1. Larutan standar sulfat 5 mg/L
2. Larutan standar sulfat 10 mg/L
Konsentrasi sulfat di perairan Danau Beratan masih
3. Larutan standar sulfat 20 mg/L
4. Larutan standar sulfat 30 mg/L
berada dalam kisaran konsentrasi normal untuk air
5. Larutan standar sulfat 40 mg/L tawar (2-80 mg/L). Konsentrasi sulfat di Danau Batur
6. Larutan standar sulfat 50 mg/L jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Danau Beratan.
7. Larutan standar sulfat 60 mg/L Tingginya konsentrasi sulfat di Danau Batur diduga
disebabkan oleh limbah pertanian, pencemaran
minyak dari kapal motor, limbah hotel, restoran dan
Gambar 4. Sederetan larutan standar sulfat rumah tangga. Selain itu aktivitas perikanan di Danau
Batur relatif lebih banyak dibandingkan dengan Danau
Berdasarkan nilai absornansi masing-masing Beratan karena Danau Beratan peruntukannya untuk
larutan, dibuat kurva standar sulfat, konsentrasi sulfat kegiatan pariwisata.
sebagai sumbu x dan absorbansi sebagai sumbu y.
Kurva standar sulfat dapat dilihat pada Gambar 5. Konsentrasi sulfat di Danau Beratan dan Danau
Batur pada bulan Mei dan Juli pada kedalaman 5 meter
0,398
Standard deviasi = 7,53 e-3
hampir di semua stasiun penelitian menunjukkan nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kolom
Corr coeff = 9,98 e-1
Absorbansi permukaan, 2 meter dan dasar perairan. Hal ini diduga
Slope = 0,00709 karena ion sulfat bersifat sebagai surfaktan sehingga
0,007
Intercept = 0,00897 apabila dalam perairan yang tergenang akan
Sulfat (mg/L)
cenderung melayang di kolom perairan.
0 54,5

Konsentrasi sulfat di Danau Beratan berkisar 4,07-


Gambar 5. Kurva standar sulfat
41,11 mg/L dengan rerata 14,81 mg/L. Konsentrasi
sulfat pada bulan Juli lebih tinggi kurang lebih 10 mg/
Analisa Konsentrasi Sulfat Dari Sampel Air L dibandingkan bulan Mei dan Oktober. Rerata
konsentrasi sulfat pada bulan Mei dan Oktober
Analisa konsentrasi sulfat dilakukan dengan menunjukkan nilai yang hampir sama dengan beda
menyaring sampel air yang diambil dari lokasi konsentrasi kurang lebih 1 mg/L. Konsentrasi sulfat
penelitian dengan kertas saring whatman no.42. bulan Mei pada seluruh kolom air tidak menunjukkan
Kemudian sampel yang telah disaring diambil dengan konsentrasi yang cukup berarti perbedaannya namun
pipet sebanyak 10 mL, kemudian ditambahkan 0,5 pada bulan Juli dan Oktober menunjukkan konsentrasi
mL pereaksi kondisi dan 0,06 gram barium klorida sulfat tinggi. Konsentrasi sulfat tinggi ditunjukkan pada
lalu diaduk dengan batang pengaduk selama 1 menit pengamatan bulan Juli di Stasiun II (Selatan)
dan didiamkan selama 10 menit. Larutan tersebut kedalaman 5 meter, Stasiun III (Timur) kedalaman 2
kemudian diukur absorbansinya pada panjang meter dan Stasiun V (Tengah) pada kedalaman 5
gelombang 420 nm dengan blanko sebagai faktor meter, demikian juga pada bulan Oktober di Stasiun
koreksi. Konsentrasi sulfat dalam sampel ditentukan III (Timur) pada permukaan perairan.
dengan memplotkan absorbansi sampel pada kurva
standar.

29
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 25-31

Tabel 3. Profil konsentasi sulfat di Danau Beratan dan Batur pada penelitian bulan Mei, Juli dan Oktober 2011

Data penelitian konsentrasi sulfat (mg/L) di perairan Danau Beratan dan Batur periode 2011
Kedalaman Danau Beratan Danau Batur
(m) I II III IV IV I II III IV
(Barat) (Selatan) (Timur) (Tengah) (Utara) (Kedisan) (Abang) (Songan) (Tengah)
Mei 2011 Mei 2011
0 8.005 10.85 9.633 16.28 9.498 109.5 65.4 58.34 50.75
2 14.79 10.04 10.85 10.31 79.24 78.29 64.72 75.3
5 11.26 10.04 19.4 19 10.45 95.25 76.8 97.83 59.56
dsr 5.02 10.58 15.87 12.08 94.16 101.4 93.62 90.64
Juli 2011 Juli 2011
0 16.55 16.82 23.88 14.52 16.15 67.71 105.80 150.50 108.40
2 16.82 16.28 35.28 15.2 18.86 72.86 117.60 91.72 89.01
5 17.77 25.92 17.10 41.11 21.44 104.10 122.50 96.73 97.01
dsr - 16.42 17.64 16.15 - 128.20 117.00 119.00 107.50
Oktober 2011 Oktober 2011
0 9.498 11.53 38.31 5.292 16.82 267.00 203.4 193.8 204.7
2 4.07 18.05 15.6 7.87 6.92 199.00 215.6 203.1 217.5
5 4.478 5.02 9.226 4.342 8.005 196.10 228.4 217.1 222.5
dsr 10.85 7.463 7.327 7.734 - 211.40 - 208.3 206.6

Konsentrasi sulfat di Danau Batur berkisar 50,75- ditunjukkan dengan endapan putih susu dari
267,0 mg/L dengan rerata 134,31 mg/L. Peningkatan barium sulfat yang cukup pekat.
yang signifikan terjadi pada bulan Oktober 2. Konsentrasi sulfat di perairan Danau Beratan
(konsentrasi sulfat berkisar 193,8-267,0 mg/L). berkisar 4,07-41,11 mg/L.
Konsentrasi sulfat di perairan Danau Batur 3. Konsentrasi sulfat di perairan Danau Batur berkisar
menunjukkan nilai tinggi dan hampir mendekati nilai 50,75-267,0 mg/L.
sulfat di perairan payau.
PERSANTUNAN
Standar baku mutu kandungan ion sulfat di dalam
air sungai menurut SNI 06-6989.20-2004 adalah Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan
sebesar 400 mg/L. Konsentrasi sulfat yang penelitian: Kajian Resiko Introduksi Ikan di Danau
diperbolehkan dalam air minum tidak melebihi 250 Batur dan Danau Beratan, Provinsi Bali tahun 2011
mg/L. Ion sulfat dapat menyebabkan laxative apabila dibiayai APBN tahun anggaran 2011. Penulis
senyawaannya berupa magnesium dan sodium. mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab
Senyawa sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernan kegiatan yaitu Danu Wijaya, S.Pi. yang telah
(saluran gastro intesninal) apabila dalam bentuk memberikan kesempatan kepada penulis, untuk
magnesium atau natrium pada konsentrasi yang tinggi memakai data kegiatan serta Dra. Adriani Sri Nastiti,
(Anonim, 2011). Secara umum, kandungan ion sulfat MS. yang telah memberikan masukan dan bimbingan
di perairan Danau Beratan dan Batur masih berada di dalam penulisan makalah ini.
bawah ambang batas yang diperbolehkan, namun
perlu waspada bahwa pada bulan Oktober, konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
ion sulfat di Stasiun I (Kedisan) Danau Batur pada
permukaan perairan melebihi nilai ambang batas yang American Public Health Association (APHA). 2005.
diperbolehkan untuk air minum (267,00 mg/L). Standard Methods for The Examination of Water
and Waste Water Including Bottom Sediment and
KESIMPULAN Sludges. Publ. Health Association Inc, New York.
Hal: 1296.
1. Konsentrasi sulfat tinggi di Danau Batur sudah
mendekati konsentrasi sulfat di perairan payau,

30
Anonim. 2011. Ion Sulfat. http:www.kppladjurdas. Standar Nasional Indonesia (SNI 6989.57:2008). 2008.
wordpress.com/ 2012/04/19. Hal: 1. Diakses Air dan Air Limbah, Bagian 57: Metoda
tanggal 03 Maret 2013. Pengambilan Contoh Air Permukaan. Hal: 28. http:
www.bsn.go.id
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Suryono, T. F. Sulawesty. S. Sunanisari. Cynthia H.
Yogyakarta. Hal: 278. Triyanto. G.S. Haryani. G.S. Aji. R.L. Toruan. T.
Tarigan. G.P. Yoga. I. Ridwansyah. S. Nomosatryo.
Hariyadi, S., Suryadiputra dan Bambang W., 1991, Y. Mardiati. E. Maulana & Rosidah. 2008. Kajian
Limnologi: Metoda Analisa Kualitas Air. Fakultas Pengembangan Karakteristik Limnologis Perairan
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Darat di Indonesia. Laporan Teknis 2008. Program
Bogor. Hal: 124. Penguatan Kelembagaan Iptek. Pusat Penelitian
Limnologi LIPI. Cibinong. Hal: 233.
Hehanussa, P.E. dan G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi
Morfogenesis Danau di Indonesia untuk Mitigasi Ulifa. 2010. Laut Kaya Magnesium.
Dampak Perubahan Iklim. Konferensi Nasional http:www.ulifa2008.wordpress.com/ 2010/04/05/
Danau Indonesia I. Sanur-Denpasar-Bali. 13-15 laut-kaya-magnesium. Hal:1. Diakses tanggal 10
Agustus 2009. Hal: 1. http:// Juli 2013.
menyelamatkandanaulimboto.wordpress.com.
Diakses 7 Februari 2011.

31
BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 :

32

Anda mungkin juga menyukai