Anda di halaman 1dari 22

BAB 7

TAHAPAN TEKNIS DAN METODE

7.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam Kegiatan Pemantauan Penurunan Tanah Melalui
Pengukuran GPS Geodetik Wilayah DKI Jakarta meliputi:
a. Peralatan survei lapangan: Peta Lokasi Titik Survei Penurunan
Permukaan Tanah DKI Jakarta, GPS Geodetik, Digital Level, Peralatan
dokumentasi lapangan (kamera), matriks groundcheck maupun
perangkat pendukung lainnya;
b. Personal computer dengan perangkat lunak pengolahan data spasial;
c. Personal computer penyusunan data dasar dan pembuatan laporan.

Bahan yang digunakan dalam Kegiatan Pemantauan Penurunan Tanah


Melalui Pengukuran GPS Geodetik Wilayah DKI Jakarta meliputi:
a. Data hasil survei dan pengukuran penurunan permukaan tanah tahun-
tahun sebelumnya;
b. Data hasil survei dan pengukuran penurunan permukaan tanah saat ini;

7.2. Tahapan Kegiatan Pemantauan Penurunan Tanah Melalui


Pengukuran GPS Geodetik Wilayah DKI Jakarta

Kegiatan Pemantauan Penurunan Tanah Melalui Pengukuran GPS Geodetik


Wilayah DKI Jakarta ini dilakukan secara terstruktur melalui 3 (tiga)
tahapan, yaitu: Tahap persiapan, pelaksanaan (survei lapangan), dan
laporan yang meliputi tahap analisis dan permusan hasil seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 7.1.

Tahap Persiapan, meliputi:


a. Pengumpulan literatur untuk menelaah konsep, teori, dan hasil-hasil
kajian terdahulu yang terkait dengan pengukuran dan perhitungan
penurunan tanah melalui pengukutan GPS Geodetik;
b. Pengumpulan data sekunder terkait tema kajian;
c. Pengumpulan peta rupabumi;
d. Persiapan peralatan, peta dasar, penentuan lokasi titik survei, serta
pengurusan checking lapangan;
e. Orientasi lokasi survei yang telah direncanakan serta mengadakan
pengamatan terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan dengan
pelaksanaan survei, pemasangan titik kontrol, pemilihan lokasi rencana
pemasangan tugu/benchmark di sekitar lokasi survei.

Tahap Pelaksanaan, meliputi:


136
a. Penyediaan titik kontrol pemetaan atau cors;
b. Plotting Ground Control Point (GCP);
c. Pemasangan GCP dengan GPS Geodetic;
d. Pengukuran Detil Planimetri dan Detil Topografi;
e. Penentuan posisi dengan GPS;
f. Penentuan tinggi dengan GPS;
g. Identifikasi dan inventarisasi penggunaan lahan eksisting dan aktivitas
manusia di wilayah kajian pada masing-masing titik survei;
h. Dokumentasi keadaan eksisting pada titik-titik survei dengan kamera

Tahap analisis data dan perumusan hasil, meliputi:


a. Pemindahan hasil survei di GPS Geodetic ke personal computer;
b. Analisis dan perhitungan hasil survei penurunan permukaan tanah;
c. Analisis dan perbandingan data dan hasil survei penurunan permukaan
tanah saat ini dengan data dan hasil survei tahun-tahun sebelumnya;
d. Pemetaan penurunan permukaan tanah;
e. Penentuan rekomendasi dan strategi arahan pemanfaatan lahan dengan
mempertimbangkan fenomena penurunan tanah di Jakarta.

7.3. Metodologi
7.3.1. Penurunan Permukaan Tanah
Land subsidence (penurunan tanah) adalah suatu fenomena alam yang
banyak terjadi di kota-kota besar yang berdiri di atas lapisan sedimen.
Dari studi penurunan tanah yang dilakukan selama ini, diidentifikasi ada
beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah yaitu:
pengambilan air tanah yang berlebihan, penurunan karena beban
bangunan, penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-
lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik. Dari empat
tipe penurunan tanah ini, penurunan akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan dipercaya sebagai salah satu tipe penurunan tanah yang
dominan untuk kota-kota besar tersebut.
Karena data dan informasi tentang penurunan muka tanah akan sangat
bermanfaat bagi aspek- aspek pembangunan seperti untuk perencanaan
tata ruang (diatas maupun di bawah permukaan tanah), perencanaan
pembangunan sarana/prasarana, pelestarian lingkungan, pengendalian
dan pengambilan airtanah, pengendalian intrusi air laut, serta
perlindungan masyarakat (linmas) dari dampak penurunan tanah (seperti
terjadinya banjir); maka sudah sewajarnya bahwa informasi tentang
karakteristik penurunan tanah ini perlu diketahui dengan sebaik-baiknya

137
dan kalau bisa sedini mungkin. Dengan kata lain fenomena penurunan
tanah perlu dipelajari dan dipantau secara berkesinambungan.

Gambar 1.1 Fase Penurunan Muka Tanah

Pada tahun 1989 Whittaker dan Reddish mengemukakan tentang


faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan secara umum. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Alami (Natural Subsidence)


Penurunan tanah alami adalah peristiwa menurunnya tanah
karena pengaruh dari proses geologi bumi. Adapun faktor yang
menyebabkan turunnya tanah secara alami dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu siklus geologi dan sedimentasi di daerah cekungan. Siklus
geologi merupakan siklus yang terdiri atas pelapukan, pengendapan
serta terjadinya pergerakan kerak bumi. Sedangkan sedimentasi di
daerah cekungan merupakan sedimentasi yang terjadi di daerah
lempeng utama dekat perbatasan lempeng. Biasanya sedimentasi yang
ada di cekungan semakin lama akan semakin banyak dan akan
meningkatkan massa suatu endapan tersebut. Hal ini tentunya dapat
menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah pada bagian
tersebut.

2. Faktor Pengambilan Air Tanah (Groundwater Extraction)


Faktor penyebab yang berikutnya adalah adanya pengambilan air
tanah dalam volume yang cukup banyak sehingga hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya volume air pada tanah pada suatu lapisan

138
tanah. Kurangnya air tanah ini akan memberikan dampak pada pori-pori
tanah, sehingga tekanan hidrostatik yang ada di bawah permukaan tanah
menjadi berkurang. Dalam peristiwa ini tentunya akan terjadi peristiwa
pemampatan pada lapisan akuifer. Lapisan akuifer merupakan lapisan
yang berada dibawah tanah dan mengandung air. Lapisan inilah yang
membuat air ditanah dapat diambil dan dimanfaatkan.

3. Faktor Massa Bangunan (Settlement)


Tanah merupakan suatu wadah yang sangat penting dalam suatu
konstruksi bangunan. Umumnya, tanah dijadikan sebagai pondasi
pendukung dalam konstruksi bangunan atau bahkan dapat dijadikan
sebagai bahan dari bangunan tersebut seperti halnya sebuah bendungan
atau tanggul. Adanya bangunan yang dibangun diatas permukaan tanah
inilah yang dapat menyebabkan lapisan tanah yang berada dibawah
mengalami pemampatan. Pemampatan ini terjadi karena pengaruh
deformasi dari partikel tanah, relokasi partikel serta keluarnya air atau
udara dari dalam pori tanah tersebut. Jadi, semakin besar massa suatu
bangunan tersebut maka tingkat penurunan tanah di wilayah tersebut
juga semakin dalam. Tidak heran jika di wilayah Jakarta dan kota-kota
besar yang memiliki banyak gedung tinggi sering mengalami banjir.

139
7.3.2. Global Positioning System (GPS)

Global Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi


berbasis satelit yang di bentuk oleh Departemen Pertahanan AS untuk
aplikasi militer dan penentuan posisi yang disediakan untuk masyarakat.
Nagivasi, survey dan integrasi dengan Sistem Informasi Geografis (GIS)
adalah beberapa bidang yang telah melihat keberhasilan penerapan
teknologi GPS.

GPS adalah sistem yang kompleks yang dapat digunakan untuk


mencapai posisi akurasi mulai dari centimeter sampai dengan millimeter
tergantung pada peralatan yang digunakan dan prosedur yang
dilaksanakan. Secara umum akurasi yang lebih tinggi sesuai dengan biaya
yang lebih tinggi dan observasi yang lebih kompleks. Oleh karena itu,
penting bagi pengguna untuk memahami teknik apa yang diperlukan
untuk mencapai akurasi yang diinginkan dengan biaya minimal dan
kompleksitas. Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan latar
belakang daqn informasi procedural yang diperlukan dalam menerapkan
teknologi GPS secara efektif. Berdasarkan pemakainnya dikenal tipe-tipe
receiver GPS

Saat ini GPS banyak digunakan di seluruh


dunia dalam berbagai bidang
aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan
ataupun waktu. tak hanya itu GPS juga dapat memberikan informasi
posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol)
sampai dengan puluhan meter.

140
Sistem juga ini menyediakan kemampuan penting untuk pengguna
militer, sipil dan komersial di seluruh dunia, Sistem ini terdiri dari tiga
segmen: segmen angkasa, segmen kontrol, dan segmen pengguna. Hal
ini dikelola oleh pemerintah Amerika Serikat dan dapat diakses secara
bebas kepada siapa pun dengan (susunan/jajaran) 24 satelit dan stasiun
penerima di bumi.
GPS menggunakan Satelit -Satelit buatan tersebut sebagai titik
referensi untuk menghitung posisi. Pada prinsipnya seluruh posisi di
bumi dapat dipantau dan diketahui koordinatnya dengan menggunakan
GPS.Aplikasi-aplikasi Teknologi GPS GPS (Global Positioning System)
adalah sistem satelit navigasi yang paling populer dan paling banyak
diaplikasikan di dunia pada saat ini, baik di darat, laut, udara, maupun
angkasa. Disamping aplikasi-aplikasi militer, bidang-bidang aplikasi GPS
yang cukup marak saat ini antara lain meliputi survai pemetaan,
geodinamika, geodesi, geologi, geofisik, transportasi dan navigasi,
pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan bahkan juga bidang
olahraga dan rekreasi. Di Indonesia sendiri penggunaan GPS sudah
dimulai sejak beberapa tahun yang lalu dan terus berkembang sampai
saat ini baik dalam volume maupun jenis aplikasinya.

7.3.2.1. Penentu Lokasi

Sebagai ganti dari stasiun pemancar yang dipasang di bumi, maka


AS meluncurkan satelit ke Angkasa yang memancarkan sinyal posisi,
dimana kita dalam kondisi terlihat dalam garis sudut satelit, di abad
pertengahan ditemukan cara baru dengan menggunakan sinyal Radio.

141
Dengan menangkap sinyal dari satelit. Dengan GPS kita bisa
mengetahui posisi kita di belahan muka Bumi ini, jadi kita tidak lagi
tersesat bila kita tahu arah dan posisi yang kita tuju.
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode
reseksi jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke
beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran
GPS, setiap epoknya memiliki empat parameter yang harus ditentukan:
yaitu 3 parameter koordinat X, Y, Z atau L,B,h dan satu parameter
kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan
jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak
ke empat satelit.
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode
reseksi jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke
beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran
GPS, setiap epoknya memiliki empat parameter yang harus ditentukan:
yaitu 3 parameter koordinat X, Y, Z atau L,B,h dan satu parameter
kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan
jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak
ke empat satelit.

142
Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem
navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang
memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat
mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk
ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian
waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada
beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat
ketelitian data, dan metode pengolahan datanya.

GPS memiliki dua tingkat ketelitian:


Sistem posisi standar (standard positioning system / SPS)
SPS merupakan yang disediakan untuk umum (sipil). Tingkat akurasi
yang dihasilkan adalah 100 m untuk posisi horisontal dan 150 meter
untuk posisi vertikal.
Sistem posisi presisi (precision positioning system / PPS)
PPS digunakan oleh Departemen Pertahanan AS dan tidak disediakan
untuk umum.
Satu hal yang perlu di perhatikan, Karena GPS bekerja mengandalkan
satelit, maka penggunaannya disarankan di tempat terbuka.
Penggunaan di dalam ruangan, akan berakibat GPS tidak akan bekerja
secara akurat dan maksimal.

Tipe alat (Receiver) GPS Ada 3 macam tipe alat GPS, dengan
masing-masing memberikan tingkat ketelitian (posisi) yang berbeda-beda.

143
Tipe alat GPS pertama adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS). Tipe
nagivasi harganya cukup murah, sekitar 1 - 4 juta rupiah, namun
ketelitian posisi yang diberikan saat ini baru dapat mencapai 3 sampai 6
meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe
pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan yang
membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan
beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi
yang dapat memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe
ini biasa digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti
pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika.
Harga receiver tipe geodetik cukup mahal, mencapai ratusan juta rupiah
untuk 1 unitnya.
Sinyal dan Bias pada GPS GPS memancarkan dua sinyal yaitu
frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan
dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A
(coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit
mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (receiver GPS) dapat
mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur Anti-Spoofing
diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai
kode P(Y) atau kode Y. Ketika sinyal melalui lapisan atmosfer, maka sinyal
tersebut akan terganggu oleh konten dari atmosfer tersebut. Besarnya
gangguan di sebut bias. Bias sinyal yang ada utamanya terdiri dari 2
macam yaitu bias ionosfer dan bias troposfer. Bias ini harus
diperhitungkan (dimodelkan atau diestimasi atau melakukan teknik
differencing untuk metode diferensial dengan jarak baseline yang tidak
terlalu panjang) untuk mendapatkan solusi akhir koordinat dengan
ketelitian yang baik. Apabila bias diabaikan maka dapat memberikan
kesalahan posisi sampai dengan orde meter.
Bagaimana GPS bekerja, kita bisa bagi menjadi 5 tahapan atau konsep
GPS itu bekerja sebagai berikut:
1. Dasar dari GPS adalah konsep triangulasi dari beberapa satelit.
Metode triangulasi merupakan metode penentuan titik menggunakan
prinsip-prinsip segitiga.
2. Untuk melakukan proses triangulasi, receiver GPS mengukur jarak
dengan dasar waktu yang diperlukan oleh sinyal radio untuk

144
melakukan perjalanan dari transmitter yang ada di satelit ke receiver
GPS kita.
3. Untuk mengukur lamanya waktu perjalanan, GPS memerlukan waktu
yang sangat akurat dimana dicapai dengan melakukan beberapa trik
atau cara.
4. Seiring dengan jarak, Kita juga harus mengetahui secara tepat
dimana posisi satelit GPS berada. Kuncinya adalah mengetahui tinggi
orbit satelit GPS dan memantau satelit GPS itu dalam orbital.
5. Terakhir, Anda harus mengkoreksi untuk setiap keterlambatan sinyal
radio GPS setelah melewati perjalanan melalui lapisan Atmospere.

Ketelitian Posisi yang diperoleh dari Sistem GPS Untuk aplikasi


sipil, GPS memberikan nilai ketelitian posisi dalam spektrum yang cukup
luas, mulai dari meter sampai dengan milimeter. Sebelum mei 2000 (SA
on) ketelitian posisi GPS metode absolut dengan data psedorange
mencapai 30 - 100 meter. Kemudian setelah SA off ketelitian membaik
menjadi 3 - 6 meter. Sementara itu Teknik DGPS memberikan ketelitian 1-
2 meter, dan teknik RTK memberikan ketelitian 1-5 sentimeter. Untuk
posisi dengan ketelitian milimeter diberikan oleh teknik survai GPS
dengan peralatan GPS tipe geodetik dual frekuensi dan strategi
pengolahan data tertentu.

Dasar Kerja GPS GPS harus memiliki setidaknya 3 satelit untuk


hitung posisi 2D dan pergerakannya. Dengan 4 satellites, GPS kita dapat
menghitung posisi 3D position (latitude, longitude & ketinggian). Dengan
informasi posisi, GPS dapat menghitung data lain seperti: kecepatan,
arah, lintasan, jarak tempuh, jarak ke tujuan, matahari terbit &
terbenam dan lain-lain.

7.3.2.2. Manfaat GPS


Seperti halnya Internet, GPS merupakan elemen penting dari
infrastruktur informasi global. Sifat bebas, terbuka, dan dapat diandalkan
dari GPS telah menyebabkan perkembangan ratusan aplikasi yang
mempengaruhi setiap aspek kehidupan modern. Teknologi GPS kini dalam
segala hal dari ponsel, jam tangan, Perangkat GPS kendaraan, Pengiriman
paket kontainer, dan ATM.

145
GPS meningkatkan produktivitas di berbagai petak ekonomi, untuk
memasukkan pertanian, konstruksi, pertambangan, survei, pengiriman
paket, dan manajemen rantai pasokan logistik. Jaringan utama
komunikasi, sistem perbankan, pasar keuangan, dan jaringan listrik sangat
bergantung pada GPS untuk sinkronisasi waktu yang tepat. Beberapa
layanan nirkabel tidak dapat beroperasi tanpa itu
GPS menyelamatkan nyawa saat perjalanan Darat, Laut, maupun
Udara, dengan mencegah kecelakaan transportasi, membantu upaya
pencarian dan penyelamatan, dan mempercepat penyampaian layanan
darurat dan bantuan bencana. GPS sangat penting untuk Next Generation
Air Transportation System (NextGen) yang akan meningkatkan
keselamatan penerbangan sementara meningkatkan kapasitas udara. GPS
juga kemajuan tujuan ilmiah seperti prakiraan cuaca, pemantauan gempa
bumi, dan perlindungan lingkungan.
Pelacak kendaraan
Kegunaan lain GPS adalah sebagai Pelacak kendaraan, dengan
bantuan GPS pemilik kendaraan/pengelola jasa sewa mobil bisa
mengetahui ada di mana saja kendaraan/aset bergeraknya berada
saat ini.
Navigasi

146
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas.
Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat
bantu navigasi dengan menambahkan peta, sehingga dapat digunakan
untuk memandu pengendara mengetahui jalur yang sebaiknya dipilih
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom,
atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita
bisa mengetahui teman dan lawan untuk menghindari salah target
ataupun menentukan pergerakan pasukan.
Pemantau Gempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk
memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam
setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk
memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun
tektonik.
Sistem Informasi Geografis
Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga
diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak
perbatasan ataupun sebagai referensi pengukuran.

7.3.2.3. Macam-Macam Alat GPS

Ada 3 Macam Tipe Alat GPS, Dengan Masing-Masing Memberikan


Tingkat Ketelitian (Posisi) Yang Berbeda-Beda. Tipe alat GPS pertama
adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS). Tipe nagivasi harganya cukup
murah, sekitar 1 - 4 juta rupiah, namun ketelitian posisi yang diberikan
saat ini baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter.

147
Berikut ini adalah jenis utama dari penerima GPS:
Portable GPS. Jenis unit GPS portabel cukup untuk dilakukan bersama
saat bepergian dengan berjalan kaki atau mobil.
Pocket GPS. Jenis unit GPS dirancang untuk muat dalam saku celana
atau kemeja. Ini berat sekitar 5 ons, dengan layar 3,5 inci yang
mengukur.
In-Dash GPS. Jenis unit GPS dibangun ke dalam dash board mobil itu.
Hal ini tidak dimaksudkan untuk dilakukan bersama, sehingga
menambah keamanan unit dan menghindari kerugian. perusahaan
mobil
Kebugaran dan GPS Bersepeda. Jenis unit GPS terutama dibuat untuk
orang-orang yang berjalan, berlari, berlari, atau naik sepeda. Hal ini
dirancang untuk memenuhi snuggly pada pergelangan tangan, seperti
jam tangan.
Motor GPS. Jenis unit GPS hampir sama dengan yang digunakan dalam
mobil, tetapi dirancang untuk muat pada konsol sepeda motor, tahan
air, dan tahan getaran.
Marine GPS. Jenis unit GPS dirancang khusus untuk penggunaan laut
dan dilengkapi dengan plotting fungsi. Hal ini dilengkapi dengan
database laut khusus dan bantuan navigasi seperti sinyal suara,
pelampung dan beacon.

Contoh GPS Untuk Kendaraan Yaitu: GPS Navigasi SUPER SPRING


Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe
pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan yang

148
membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan
beberapa desimeter.

Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat


memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini
biasa digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti
pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan
geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup mahal, mencapai
ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.

GPS Geodetic ini adalah GPS yang mempunyai kemampuan untuk


menangkap signal L1, L2, atau GNSS. GPS Geodetic mempunyai
kemampuan untuk merekam Raw data, yang secara umum mempunyai
Format RINEX. GPS ini mempunyai ketelitian lebih tinggi dari GPS
Navigasi. Ketelitiannya bahkan sampai milimeter. Beda dengan GPS
Navigasi, untuk GPS Geodetic minimal untuk mendapatkan ketelitian
tinggi harus menggunakan dua alat waktu pengukuran. Jadi satu set GPS

149
Geodetic terdiri dari dua alat, sebagai base station dan sebagai rover.
Aplikasi dari GPS Geodetic antara lain:
Untuk penentuan batas wilayah misal: batas antar negara, batas
antar wilayah.
Penentuan titik kontrol: untuk BPN, Bakosurtanan, Titik Kontrol
Tambang.
Pemetaaan Topografi
Penentuan Volume
Stake out: mencari koordinat di lapangan
Penentuan titik-titik bor

7.3.3. Metode Pelaksanaan Survei Penurunan Permukaan Tanah


dengan GPS Geodetic

Adapun tahap-tahap pelaksanaan survei penurunan permukaan


tanah yang dilakukan dengan menggunakan GPS type Geodetic adalah
sebagai berikut.

7.3.3.1. Survei Pendahuluan

Tahapan survei pendahuluan akan dimulai dengan melakukan


orientasi di lokasi survei yang telah direncanakan serta mengadakan
pengamatan terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan dengan
pelaksanaan survei. Adapun langkah dalam survei pendahuluan yang
akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi dan pemasangan titik kontrol pemetaan/BM (Benchmark)


yang akan dipakai sebagai ikatan/acuan dalam pekerjaan adalah tugu
orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG);
b. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu
(BM) disekitar lokasi survei, sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan secara bersama untuk referensi pengukuran topografi
maupun pengukuran lainnya secara terintegrasi;
c. Dan Mengisi formulir survei serta membuat deskripsi informasi
pencapaian lokasi titik BM rencana, serta informasi-informasi lainnya
yang dianggap penting.

150
Dari survei pendahuluan yang dilakukan maka akan didapatkan
perencanaan yang sudah di lakukan.

7.3.3.2. Penyediaan Titik Kontrol Pemetaan

Penentuan titik kontrol pemetaan bertujuan untuk menyediakan


dua referensi bagi kegiatan pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam
satu sistem koordinat. Agar system koordinat ini terikat pada sistem
kerangka dasar nasional maka perlu diikatkan pada titik tetap
Bakosurtanal yang telah menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995
(DGN-95) yang mengacu pada datum Internasional WGS-84. Titik kontrol
ini selanjutnya digunakan secara terintegrasi untuk referensi pemetaan
topografi baik menggunakan metode fotogrametri maupun dengan GPS
geodetic.

Penyediaan titik kontrol dilakukan menggunakan GPS metoda


static-differential (Gambar 7.1). Dalam hal ini akan digunakan 5 buah
receiver GPS dual frequency yang secara simultan melakukan
pengukuran, dengan 1 buah receiver dipasang pada titik yang sudah
diketahui koordinatnya dan terikat dalam sistem nasional, dan 4 buah
receiver yang lain dipasang pada titik yang akan ditentukan posisinya.
Metoda differensial memungkinkan beberapa kesalahan dapat
diminimalkan sehingga bisa menghasilkan ketelitian dalam level
millimeter (mm).

Gambar 7.1 Pengukuran GPS Differensial Static

Plotting Ground Control Point (GCP)

151
Dalam hal Plotting Ground Control Point (GCP) dibantu oleh
beberapa data diantaranya Peta Rupa Bumi Skala 1: 25.000 wilayah
kajian dan Data-Data Peta Pendukung Lainnya

Gambar 7.2 Contoh Penentuan GCP

Pemasangan GCP dengan GPS Geodetik


Setelah penentuan GCP dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu
pembuatan BM yang akan digunakan untuk GCP dengan jalan batuan GPS
Handheal. BM (Benchmark) dapat dibuat dari Balok kayu atau dapat
dibuat dengan Paralon yang diisi dengan semen dan ditengahnya
diberikan besi atau paku sebagai titik pusatnya.

Gambar 7.3 Contoh Pemasangan GCP dengan GPS Geodetik

7.3.4. Pengukuran Detil Planimetri dan Detil Topografi

152
Untuk keperluan penggambaran situasi peta secara digital, pola
pengambilan detil planimetris perlu diperhatikan agar dalam pengolahan
data menjadi lebih mudah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan detil adalah sebagai berikut.

a. Konsistensi kedudukan antena GPS pada saat pengambilan detail.


Selalu diusahakan kepala anna GPS selalu menghadap kearah Utara.
Hal ini dilakukan agar, kesalahan karena fase memiliki arah yang
sama, sehingga ukuran yang didapatkan akan sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya di lapangan.
b. Aturan dalam pemberian nomor dan kode untuk semua objek detil
yang akan dipetakan harus mengikuti aturan tertentu. Nomor untuk
setiap titik detil harus unik dan tidak redundant. Sedangkan kode
untuk setiap jenis obyek harus konsisten.
c. Masing-masing detail yang dipetakan/diukur harus dilengkapi dengan
sketsa yang jelas pada formulir data ukuran untuk membantu pada
saat plotting (penggambaran), serta memudahkan dalam input data
di komputer.
d. Kerapatan dan kelengkapan detail harus memperhatikan tingkat
ketelitian peta yang akan dibuat (yaitu untuk skala 1:1000).

7.3.5. Penentuan Posisi dengan GPS


Pengukuran penurunan permukaan tanah di Jakarta dilakukan
dengan menggunakan mode GPS radial dimana setiap titik diukur secara
diferensial dengan satu titik sebagai referensinya. Titik referensi tersebut
telah diketahui koordinatnya sehingga semua titik ditentukan
koordinatnya dengan menggunakan koordinat titik referensi tersebut.
untuk mendapatkan nilai beda tinggi geodetik yang baik, maka pada
kegiatan ini dilakukan penentuan beda tinggi geodetic dengan
menggunakan metode GPS diferensial dengan moda radial.
Penggunaan GPS diferensial menggunakan moda radial dianggap
lebih efektif dan efisien daripada penggunaan moda jaring. Dengan
kemampuan perangkat lunak yang semakin baik dan canggih, serta
semakin banyaknya informasi orbit dan informasi pendukung lainnya,
maka pengolahan vektor baseline menggunakan moda radial saat ini
menjadi lebih baik. Sedangkan pada pengolahan data moda jaring, akan
terdapat kekurangan ketika terdapat satu baseline yang memiliki

153
kesalahan yang cukup besar maka akan mempengaruhi baseline lainnya
yang memiliki kesalahan yang kecil. Hal ini disebabkan karena pada
pengolahan data moda jaring menggunakan prinsip perataan dimana
kesalahan dibagi rata pada semua baseline. Pengolahan data dari setiap
baseline GPS pada dasarnya adalah bertujuan menetukan nilai estimasi
vektor baseline atau koordinat relatif. Gambar moda radial yang
digunakan dalam pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 7.4. di
bawah ini:

Gambar 7.4. Moda Radial


Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah
reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran
jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah
diketahui. Secara vektor prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS
diperlihatkan pada gambar 7.5. Dalam hal ini, parameter yang akan
ditentukan adalah vektor posisi geosentrik pengamat (R). Untuk itu,
karena vektor posisi geosentrik satelit GPS (r) telah diketahui maka yang
perlu ditentukan adalah vektor posisi toposentris satelit terhadap
pengamat (), R= r- .

154
Gambar 7.5. Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS
Pada penggunaan dengan GPS yang diukur hanyalah jarak antara
pengamat dengan satelit bukan vektornya. Oleh sebab itu, rumus (R= r-
) tidak dapat diterapkan. Untuk mengatasi hal ini, penentuan posisi
dengan pengamatan GPS dilakukan dengan melakukan pengamatan
terhadap beberapa satelit sekaligus secara silmultan. Pada pengamatan
posisi suatu titik dengan GPS pada suatu epok, ada 4 parameter yang
harus di tentukan yaitu 3 parameter koordinat (X,Y,Z/L,B,h) dan satu
parameter kesalahan waktu yang disebabkan oleh ketidaksinkronan
anatara jam (isolator) di jam satelit dengan jam di receiver GPS. Untuk
itu diperlukan minimal pengamatan jarak ke 4 satelit.

7.3.6. Penentuan tinggi dengan GPS


Dalam penentuan tinggi titik pengukuran, ketinggian titik yang
diberikan oleh GPS adalah ketinggian titik di atas permukaan ellipsoid
yaitu ellipsoid WGS 84. Tinggi elipsoid (h) suatu titik adalah tinggi titik
tersebut di atas ellipsoid dihitung sepanjang garis normal ellipsoid titik
tersebut.
Survei GPS untuk pemantauan muka tanah dengan menggunakan
koordinat secara teliti beberapa titik pada lokasi yang dipilih dilakukan
secara periodik dengan interval waktu tertentu menggunakan metode
survei GPS. Dengan demikian maka akan didapat pola dan kecepatan
perubahan tinggi ellipsoid dari titik-titik tersebut maka besar penurunan
tanah dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
7.6. di bawah ini.

155
Gambar 7.6. Prinsip pemantauan penurunan tanah dengan GPS

Dari gambar 7.6. data hasil pengukuran dengan GPS beberapa


tahun pada titik yang sama akan menghasilkan perbedaan koordinat
horizontal (X dan Y) dan vertikal (Z). Dengan diperolehnya perbedaan
koordinat maka besarnya pergerakan tanah dapat diketahui. Nilai
pergerakan tanah yang diperoleh maka diketahui karakteristik pergerakan
tanahnya.

7.3.7. Analisis Penurunan Tanah

Setelah laju estimasi dan laju pergeseran hasil pengolahan GPS


secara time series didapat, perlu dilakukan hipotesis. Hipotesis dapat
disebut dengan hipotesis statistik, dimana hipotesis statistik adalah suatu
anggapan atau pernyataan yang mungkin benar atau tidak, mengenai satu
populasi atau lebih.

Uji statistik yang digunakan ialah uji t-test. Uji t-test dikenbal
dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaiman pengaruh masing-
masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel
terikatnya. Uji statistik t-test dilakukan untuk mngetahui tingkat
signifikansi pada hasil pengamatan. Adapun rumus statistik untuk uji
penurunan titik adalah sebagai berikut:
T = H/(dH)
Penurunan dinyatakan signifikan atau hipotesa nol ditolak jika:
T> t tabel
H = penurunan titik pengamatan
(dH) = standar deviasi
T = besaran yang menunjukkan signifikansi penurunan

156
Nilai t-tabel dihitung dengan menggunakan selang kepercayaan
sebesar 95% ( = 5%), sehingga selang kepercayaan nilai t sebesar 1,960.
Jika t-hitungan lebih besar dari nilai t-tabel, hal itu menandakan
parameter yang diuji mempunyai perbedaan yang signifikan. Akan tetapi
apabila nilai t0hitungan lebih kecil dari nilai t-tabel berarti parameter
yang diuji tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, sehingga bisa
dikatakan titik cenderung tidak mengalami penurunan.

157

Anda mungkin juga menyukai