Anda di halaman 1dari 4

Materi 11 pemetaan lahan kelas Xl

Pengajar Renaldi Hermawan S.P


Buatlah rangkuman dibuku catatan masing-masing dari materi dibawah ini
C. Jenis Survei dan Pengukuran Tanah
Secara umum terdapat beberapa jenis survei dan klasifikasi pengukuran
tanah antara lain :
1. Survei batas; survei ini bertujuan untuk menentukan batas kepemilikan lahan
atau wilayah. Survei ini sangat diperlu untuk menentukan batas aktual di
lapangan dan kemudian didokumentasikan dalam sebuah peta agar orang lain
mengetahui akan batas wilayah masing - masing.
2. Survei deformasi; digunakan untuk menentukan apakah stuktur atau objek
mengalami perubahan bentuk atau pergerakan. Diperlukan pengukuran 3D
pada objek yang akan diukur dan dilakukan pengukuran kembali pada titik
yang sama secara berkala.
3. Survei rekayasa; biasa dilakukan dalam pekerjaan konstruksi, baik itu
pembuatan jalan, gedung, rel, dll.
4. Survei topografi; digunakan untuk mengukur/memetakan permukaan bumi
yang direpresentasikan dalam kumpulan titik-titik koordinat 3D kemudian
biasa digambarkan dalam garis kontur (garis yang menghubungkan titik-titik
yang tingginya sama).
5. Survei hidrografi: survei yang dilakukan untuk memetakan topografi dasar
laut untuk digunakan lebih lanjut dalam navigasi kapal, konstruksi lepas
pantai, atau manajemen sumber daya laut.
6. Survei konstruksi; bisa dikatakan bagian dari survei rekayasa tetapi lebih
spesifik ke bidang konstruksi.
7. Survei navigasi; untuk mengetahui posisi suatu wahana bergerak (misalnya
kapal, pesawat terbang, mobil,rudal) sehingga bisa menentukan dan
mengontrol apakah wahana tersebut berada di jalur yang aman, cepat dan
sesuai rencana.
Sedangkan pengklasifikasian pengukuran tanah ( pengukuran Tterestris )
terbagi menjadi :
1. Pengukuran titik kontrol; menetapakan jaringan tugu horizontal dan vertikal
yang berguna sebagai kerangka acuan untuk pengukuran lain.
2. Pengukuran topografik ; menentukan cirri-ciri alamiah dan buatan, serta
elevasi yang dipakai untuk pembuatan peta topografi atau peta kontur.
3. Pengukuran persil, batas atau kadastral adalah pengukuran tertutup untuk
menetapkan garis-garis dan sudut batas kepemilikan tanah, mengembalikan
batas –batas persil tanah sesuai dengan data kepemilikan tanah, pengkavlingan
tanah-tanah ( subdivision survei ).
4. Pengukuran hidrografik; menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau,
sungai, bendungan serta perairan lainya.
5. Pengukuran jalur lintas ; dilaksanakan untuk merencanakan, merancang dan
membangun jalan baja, jalan raya, jalur pipa, dan proyek-proyek memanjang
lainya.
6. Pengukuran konstruksi yang dilaksanakan sementara kontruksi berjalan,
mengendalikan evaluasi, kedudukan-kedudukan horizontal, ukuran ukuran dan
konfigurasi.
7. Pengukuran purna-rancang ( as-built surveis ); menentukan lokasi akhir dan
perancangan pekerjaan rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian
( verifikasi ) dan pencatatan posisi termasuk perubahan-perubahan desain yang
ada.
8. Pengukuran tambang pengukuran; untuk industri pertambangan baik
eksplorasi maupun eksploitasi pertambangan, tambang terbuka ( open pit
mining ), tambang dalam ( underground mining ).
9. Pengukuran optis ( laser aligment ), pengukuran industri, suatu cara
melaksanakan pengukuran yang sangat teliti yang memerlukan toleransi kecil
untuk proses-proses dalam pabrik.
Ada tiga kategori utama pengukuran asli (original survei) untuk
menetapkan sudut-sudut bagian baru di wilayah yang belum diukur dan masih
ada di Alaska dan beberapa negara bagian sebelah barat: pengukuran kembali
(retracenrent surue), yang menentukan kembali garis batas yang dulu telah
pernah ditetapkan: dan pengukuran pengkaplingan (sub - divisit survei) untuk
menetapkan tugu dan batas petak-petak baru dan batas pemilikan tanah dan
pengkuran hidrografik menentukan garis pantai dan kedalaman danau. sungai.
laut, bendungan dan massa air lainnya.
Pengukuran laut berkaitan dengan industri pelabuhan dan lepas pantai, serta
lingkungan kelautan termasuk pengukuran dan penyelidikan kelautan yang
dilaksanakan oleh petugas di kapal. Pengukuran jalur lintas dilaksanakan untuk
rnerencanakan. merancang dan membangun jalan baja, jalan raya, jalur pipa. dan
proyek-proyek memanjang lainnya. Biasanya dimulai dari sebuah titik kontrol dan
maju ke titik kontrol lainnya dengan cara langsung sepanjang dimungkinkan oleh
konstruksi lapangan. Pengukuran konstruksi yang dilaksanakan sementara
konstruksi berjalan, mengendalikan evaluasi, kedudukan - kedudukan horizontal,
ukuran-ukuran dan konfigurasi. Pengukuran ini juga menghimpun data penting
untuk menghitung tahapan-tahapan pembayaran konstruksi. Pengukuran purna
rancang ( us-built survei ) menentukan lokasi-akhir dan perancangan pekerjaan
rekayasa yang tepat, kemudian memberikan pembuktian ( verifikasi ) dan
pencatatan posisi termasuk perubahan – perubahan disain yang ada.
Pengukuran terestris dan survei udara ( fotogrametik ) adalah klasifikasi luas
yang kadang-kadang dipakai. Pengukuran terestris menggunakan pengukuran
yang dilaksanakan dengan peralatan yang berpangkal di tanah seperti pita (ukur),
alat ukur-jarak elektronik, alat sipat datar, dan teodolit. Survei udara atau survei
fotogrametrik menggunakan kamera Can pengindera (sensor) lainnya yang
dibawa dalam pesawat terbang untuk memperoleh data keperluan studi dan
pemetaan, prosedur-prosedur untuk menghipun dan mereduksi data udara. Survei
udara telah dipakai dalam segala jenis pengukuran khusus tersebut di atas kecuali
pengukuran optis, dan dalam bidang ini sering dipakai foto - foto terestrial
( berpangkal di tanah ). Hasil sebuah pengukuran tidak mungkin mencapai
kebenaran yang absolut disebabkan keterbatasan berbagai faktor. Hasil
pengukuran apa adanya,sehingga yang digunakan hasil yang dianggap paling
mendekati dengan harga geometris objek ukur. Meskipun hasil pengukuran itu
merupakan hasil yang dianggap benar, tetapi masih juga terjadi penyimpangan
hasil pengukuran. Masih ada faktor lain lagi yang juga sering menimbulkan
penyimpangan pengukuran diantaranya adalah faktor lingkungan. Lingkungan
yang kurang tepat akan mengganggu jalannya proses pengukuran. Permasalahan –
permasalahan yang sering muncul antara lain :
1. Kesalahan pengukuran karena alat ukur Jika kesalahan dalam pengukuran
tidak diperhatikan maka sifat-sifat merugikan ini tentu akan menimbulkan
banyak kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengurangi
terjadinya penyimpangan pengukuran sampai seminimal mungkin maka alat
ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi diperlukan
disamping untuk mengecek kebenaran skala ukurnya juga untuk menghindari
sifat-sifat yang merugikan alat ukur itu sendiri, seperti kestabilan nol,
kepasifan, pengambangan, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai