Buatlah rangkuman dibuku catatan masing-masing dari materi dibawah ini C. Jenis Survei dan Pengukuran Tanah Secara umum terdapat beberapa jenis survei dan klasifikasi pengukuran tanah antara lain : 1. Survei batas; survei ini bertujuan untuk menentukan batas kepemilikan lahan atau wilayah. Survei ini sangat diperlu untuk menentukan batas aktual di lapangan dan kemudian didokumentasikan dalam sebuah peta agar orang lain mengetahui akan batas wilayah masing - masing. 2. Survei deformasi; digunakan untuk menentukan apakah stuktur atau objek mengalami perubahan bentuk atau pergerakan. Diperlukan pengukuran 3D pada objek yang akan diukur dan dilakukan pengukuran kembali pada titik yang sama secara berkala. 3. Survei rekayasa; biasa dilakukan dalam pekerjaan konstruksi, baik itu pembuatan jalan, gedung, rel, dll. 4. Survei topografi; digunakan untuk mengukur/memetakan permukaan bumi yang direpresentasikan dalam kumpulan titik-titik koordinat 3D kemudian biasa digambarkan dalam garis kontur (garis yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama). 5. Survei hidrografi: survei yang dilakukan untuk memetakan topografi dasar laut untuk digunakan lebih lanjut dalam navigasi kapal, konstruksi lepas pantai, atau manajemen sumber daya laut. 6. Survei konstruksi; bisa dikatakan bagian dari survei rekayasa tetapi lebih spesifik ke bidang konstruksi. 7. Survei navigasi; untuk mengetahui posisi suatu wahana bergerak (misalnya kapal, pesawat terbang, mobil,rudal) sehingga bisa menentukan dan mengontrol apakah wahana tersebut berada di jalur yang aman, cepat dan sesuai rencana. Sedangkan pengklasifikasian pengukuran tanah ( pengukuran Tterestris ) terbagi menjadi : 1. Pengukuran titik kontrol; menetapakan jaringan tugu horizontal dan vertikal yang berguna sebagai kerangka acuan untuk pengukuran lain. 2. Pengukuran topografik ; menentukan cirri-ciri alamiah dan buatan, serta elevasi yang dipakai untuk pembuatan peta topografi atau peta kontur. 3. Pengukuran persil, batas atau kadastral adalah pengukuran tertutup untuk menetapkan garis-garis dan sudut batas kepemilikan tanah, mengembalikan batas –batas persil tanah sesuai dengan data kepemilikan tanah, pengkavlingan tanah-tanah ( subdivision survei ). 4. Pengukuran hidrografik; menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau, sungai, bendungan serta perairan lainya. 5. Pengukuran jalur lintas ; dilaksanakan untuk merencanakan, merancang dan membangun jalan baja, jalan raya, jalur pipa, dan proyek-proyek memanjang lainya. 6. Pengukuran konstruksi yang dilaksanakan sementara kontruksi berjalan, mengendalikan evaluasi, kedudukan-kedudukan horizontal, ukuran ukuran dan konfigurasi. 7. Pengukuran purna-rancang ( as-built surveis ); menentukan lokasi akhir dan perancangan pekerjaan rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian ( verifikasi ) dan pencatatan posisi termasuk perubahan-perubahan desain yang ada. 8. Pengukuran tambang pengukuran; untuk industri pertambangan baik eksplorasi maupun eksploitasi pertambangan, tambang terbuka ( open pit mining ), tambang dalam ( underground mining ). 9. Pengukuran optis ( laser aligment ), pengukuran industri, suatu cara melaksanakan pengukuran yang sangat teliti yang memerlukan toleransi kecil untuk proses-proses dalam pabrik. Ada tiga kategori utama pengukuran asli (original survei) untuk menetapkan sudut-sudut bagian baru di wilayah yang belum diukur dan masih ada di Alaska dan beberapa negara bagian sebelah barat: pengukuran kembali (retracenrent surue), yang menentukan kembali garis batas yang dulu telah pernah ditetapkan: dan pengukuran pengkaplingan (sub - divisit survei) untuk menetapkan tugu dan batas petak-petak baru dan batas pemilikan tanah dan pengkuran hidrografik menentukan garis pantai dan kedalaman danau. sungai. laut, bendungan dan massa air lainnya. Pengukuran laut berkaitan dengan industri pelabuhan dan lepas pantai, serta lingkungan kelautan termasuk pengukuran dan penyelidikan kelautan yang dilaksanakan oleh petugas di kapal. Pengukuran jalur lintas dilaksanakan untuk rnerencanakan. merancang dan membangun jalan baja, jalan raya, jalur pipa. dan proyek-proyek memanjang lainnya. Biasanya dimulai dari sebuah titik kontrol dan maju ke titik kontrol lainnya dengan cara langsung sepanjang dimungkinkan oleh konstruksi lapangan. Pengukuran konstruksi yang dilaksanakan sementara konstruksi berjalan, mengendalikan evaluasi, kedudukan - kedudukan horizontal, ukuran-ukuran dan konfigurasi. Pengukuran ini juga menghimpun data penting untuk menghitung tahapan-tahapan pembayaran konstruksi. Pengukuran purna rancang ( us-built survei ) menentukan lokasi-akhir dan perancangan pekerjaan rekayasa yang tepat, kemudian memberikan pembuktian ( verifikasi ) dan pencatatan posisi termasuk perubahan – perubahan disain yang ada. Pengukuran terestris dan survei udara ( fotogrametik ) adalah klasifikasi luas yang kadang-kadang dipakai. Pengukuran terestris menggunakan pengukuran yang dilaksanakan dengan peralatan yang berpangkal di tanah seperti pita (ukur), alat ukur-jarak elektronik, alat sipat datar, dan teodolit. Survei udara atau survei fotogrametrik menggunakan kamera Can pengindera (sensor) lainnya yang dibawa dalam pesawat terbang untuk memperoleh data keperluan studi dan pemetaan, prosedur-prosedur untuk menghipun dan mereduksi data udara. Survei udara telah dipakai dalam segala jenis pengukuran khusus tersebut di atas kecuali pengukuran optis, dan dalam bidang ini sering dipakai foto - foto terestrial ( berpangkal di tanah ). Hasil sebuah pengukuran tidak mungkin mencapai kebenaran yang absolut disebabkan keterbatasan berbagai faktor. Hasil pengukuran apa adanya,sehingga yang digunakan hasil yang dianggap paling mendekati dengan harga geometris objek ukur. Meskipun hasil pengukuran itu merupakan hasil yang dianggap benar, tetapi masih juga terjadi penyimpangan hasil pengukuran. Masih ada faktor lain lagi yang juga sering menimbulkan penyimpangan pengukuran diantaranya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang kurang tepat akan mengganggu jalannya proses pengukuran. Permasalahan – permasalahan yang sering muncul antara lain : 1. Kesalahan pengukuran karena alat ukur Jika kesalahan dalam pengukuran tidak diperhatikan maka sifat-sifat merugikan ini tentu akan menimbulkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengurangi terjadinya penyimpangan pengukuran sampai seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi diperlukan disamping untuk mengecek kebenaran skala ukurnya juga untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan alat ukur itu sendiri, seperti kestabilan nol, kepasifan, pengambangan, dan sebagainya.