Anda di halaman 1dari 7

Pembuatan Database dan

Pemetaan Sistem Drainase


Lorong dengan Menafaatkan
GIS dan Remote Sensing
[Type the document subtitle]
ESSAY

OLEH

NAMA : HAMRIN ILHAMI


NIM : D6 11 11 266
JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS : TEKNIK

KKN TEMATIK
PENATAAN LORONG MAKASSAR
Hams
Grizli777
[Pick the date]
a. Latar Belakang

Kota Makassar merupakan salah satu kota di Indonesia dengan


perkembangan yang begitu pesat dibandingkan kota-kota lain khususnya
diwilayah Indonesia Timur. Perkembangan yang pesat selalu diikuti dengan
permasalahan yang kompleks pula. Salah satu permasalahan kota besar adalah
perencanaan wilayah perkotaan yang tidak terkelola dengan baik, yang
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan kebutuhan masyarakat yang
meningkat tajam. Hal ini berdampak pada tidak terkelolanya wilayah perkotaan
dengan baik. Khususnya mengenai sistem drainase yang buruk seringkali
menyebabkan terjadinya musibah banjir di daerah pemukiman warga.

Untuk itu diperlukan suatu sistem perencanaan tata kelola drainase yang
baik dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh, serta dukungan pemerintah daerah,
civitas akademik, dan seluruh komponen kota untuk mewujudkan Kota Makassar
sebagai Smart City kedepannya. Inilah yang mendasari perlunya peran mahasiswa
sebagai fungsinya dalam pengabdian masyarakat untuk mewujudkan cita-cita
tersebut.

b. Program Kerja

Untuk menanggapi hal tersebut diperlukan aplikasi dalam bentuk program


kerja yang akan dilaksanakan selama KKN. Program kerja tersebut adalah
Pembuatan Database dan Pemetaan Sistem Drainase Lorong dengan
Menafaatkan GIS dan Remote Sensing.

Program ini memafaatkan teknologi Remote Sensing dan Sistem Informasi


Geografi untuk memetakan sistem drainase lorong untuk mendapatkan data-data
permasalahan drainase. Apalagi sekarang teknologi ini terintegrasi dengan
smartphone yang biasa dipakai oleh masyarakat kota-kota besar pada umumnya.
c. Alasan

Survey permasalahan pembangunan kota dan permasalahan penduduk


yang tinggal di kota-kota besar pada awalnya dilakukan dengan survey pemetaan
lapangan secara langsung. Namun kemajuan teknologi memungkinkan dilakukan
tanpa turun langsung ke lapangan, apalagi dengan kondisi wilayah yang dipetakan
sangat luas. Teknik ini dapat di gunakan degan bantuan teknologi remote sensing
atau penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan proses pengambilan
informasi suatu objek tanpa menyentuh objek yang dimaksud. Efisiensi survey
permasalah drainase kota dapat ditingkatkan dengan adanya perpaduan data yang
dilakukan survey lapangan dan data yang berasal citra penginderaan jauh.

Selain itu, proses akuisisi data dapat dilakukan dengan mudah apabila
dilakukan dengan batuan smartphone yang telah digiunakan oleh sebagian besar
masyarakat kota-kota besar pada umumnya, khususnya di Makassar.
Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan proses akuisisi data dapat
dilakukan dengan gadget yang dipakai oleh semua kalangan.

Program ini mengajak semua kalangan untuk turut aktif dalam melaporkan
permasalahan drainase, dengan memanfaatkan gadget yang di pakai. Data-data
hasil laporan masyarakat, data survey lapangan, dan data analisa penginderaan
jauh yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Geografis membuat program ini
dapat dilakukan dengan efektif dan masyarakat lebih tahu permasalahan drainase
masing-masing tempat tinggalnya. Hal ini akan secara langsung meningkatkan
kesadaran tiap warga untuk menjaga baiknya sistem drainase yang ada.

d. Tahapan dan Langkah Kerja

Program ini dibagi menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengambilan Data
3. Tahap Analisa Data
4. Tahap Pembuatan Database dan Peta Tematik
1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa pengumpulan informasi awal


tentang penduduk daerah, dan pengumpulan alat dan bahan yang diperlukan untuk
program yang akan dilakukan. Pada tahapan ini juga dilakukan pengurusan
administrasi dengan pihak-pihak yang akan dilakukan kerja sama seperti,
pemerintah setempat, penyedia peta citra, dan Universitas.

2. Tahap Pengambilan Data

Adapun data-data yang diperlukan berupa citra Landsat, SPOT, dan Citra
Google Map, dan data hasil survey drainase lokasi yang dikunjungi termasuk
kondisi permasalahan drainase setempat dan topograsi wilayah yang disurvey.

3. Tahap Analisa Data

Setelah data-data terkumpul dilakukan analisa-analisa data untuk


pembuatan peta tematik tentang drainase. Analisa yang dimaksud adalah analisa
kondisi topografi wilayah, analisa volume air yang mampu ditampung wilayah
survey, dan potensi terjadinya bencara banjir di beberapa titik lokasi survey.

4. Tahap Pembuatan Peta

Tahap ini dilakukan pembuatan peta berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan. Peta yang dimaksud adalah peta daerah survey, Peta drainase wilayah
survey, dan Peta potensi bencana banjir daerah survey.

e. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhka:

1. GPS
2. Kompas
3. Peta Dasar (Peta Topografi atau Peta administrasi)
4. Alat Tulis
5. Citra Lansat 8 OLI
6. Citra SPOT 5
7. Citra Google
8. Software Paket Ms Office
9. Software ArcGIS 10.0
10. Software ENVI 4.8
11. Kamera Digital

f. Kendala

Adapun kendala yang mungkin dihadapi dalam merealisasikan program


kerja, dibagi berdasarkan tiap tahapan kerja yaitu:

1. Permasalahan dalam pengurusan izin pemakaian citra SPOT 5 pada tahapan


persiapan kerja. Kendala ini dapat terjadi jika tidak adanya rekomendasi dari
universitas atau pemda untuk pemakaian Citra ini. Adapun antisipasi dapat
dilakukan dengan pengurusan administrasi dilkukan secepat mungkin, agar
permasalahan waktu dapat diselesasikan.
2. Pada tahap pengambilan data kondisi yang kemungkinan terjadi adalah
permasalahan dengan warga setempat, karena untuk mengambil data survey
lapangan di butuhkan dukungan masyarakat setempat. Adapun solusinya
berupa sosialisasi mengenai pentingnya dukungan masyarakat mengenai
pentingnya program ini.
3. Pada tahapan analisa data, hal yang kemungkinan terjadi adala kurangnya
data yang dibutuhkan dalam melakukan analisa. Langkah antisipasinya adalah
pengambilan data yang dilakukan dengan baik, dan sedetail-detailnya,
sehingga data yang dibutuhkan terpenuhi untuk melakukan analisa data.
4. Pada tahapan terakhir kemungkina masalah yang dijumpai minim, karena
merupakan akhir dari program kerja. Masalah yang kemungkinan terjadi
adalah pecarian untuk tempat perecetakan peta yang akan di buat. Peta yang
dihasilkan kemudian diabuat dalam bentuk seperti bingkai atau dalam bentuk
plang yang akan di pajang pada daerah-daerah rawan banjir.
g. Relevansi

Pemetaan geologi adalah kegiatan untuk memetakan kondisi geologi suatu


daerah sehingga menghasilkan peta geologi. Untuk mahasiswa geologi
kemampuan pemetaan di ajarkan pada semester 6 (lima) dalam Mata Kuliah
Metode Geologi Lapangan. Untuk aplikasinya dilakukan lapangan pemetaan
geologi selama kurang lebih 3 (tiga) minggu untuk mengaplikasikan semua materi
kuliah dalam bentuk pemetaan geologi di Dusun Daccipong Kabupaten Barru.
Mata kuliah yang mendukung kegiatan ini dalah Sistem Informasi Geografis,
Geokomputasi, dan Penginderaan Jauh. Hal ini relevan dengan program kerja ini,
kemampuan pemetaan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi daerah perkotaan.

Selain itu pengalaman organisasi saya pernah melakukan kunjungan


lapangan ke LAPAN daerah Pare-Pare. Pada kegiatan ini diperoleh informasi
mengenai proses akuisisi data citra yang melintas di atas langit Indonesia. Selain
itu pada kegiatan ini diperoleh manfaat tentang tata cara memperoleh berbagai
jenis data citra dengan prosedur tertentu, dan bagaimana langkah praktis
memanfaatkannya dengan kemampuan mengolah data dalam Sistem Informasi
Geografi suatu wilayah.

h. Keberlanjutan Program Kerja

Potensi keberlajutan program kerja ini sangat besar apabila dimanfaatkan


dengan baik. Dari program kerja ini, dapat dikembangkan dalam bentuk webGIS,
yaitu pemanfaatan web dalam melakukan upgrade database yang dapat dilakukan
setiap saat. Selain itu perkembangan teknologi pemetaan dan SIG begitu pesat
sehingga proses pertukaran informasi antar pengguna dan administrator atau
pengolah data dapat terjadi dimansa saja.

Untuk pengembangan selanjutnya setelah dibuat dalam bentuk webGIS,


masyarakat dapat memperbarui informasi drainase melalui smartphone yang di
gunakan. Dengan begitu setelah berakhirnya program kerja, masyarakat secara
mandiri dapat memanfaatkan program kerja ini dengan dengan aktif. Karena
masyarakat yang melalukannya, secara langsung muncul kesadaran, untuk
menjaga dan selalu memperbaiki kondisi drainase yang ada dengan memanfaatkan
teknologi yang berkembang sekarang. Dengan begini bukan tidak mungkin
Makassar mendapat predikat smart city dimana seluruh komponen masyarakat
secara cerdas dapat memanfaatkan teknologi untuk kemajuan kota sendiri.

Anda mungkin juga menyukai