Bakteri
Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri
memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[17] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri
genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.
[17]
Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.[18] Bakteri dapat diklasifikasikan dalam
dua kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif.[17] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari
lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri
gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai
struktur lipopolisakarida yang tebal.[6][17] Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis
kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.
[17]
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk
bergerak, melekat dan konjugasi.[18]Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam
melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[17] Struktur kapsul inilah yang sering kali
menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia
coli dan Streptococcus pneumoniae.[17] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa
spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[17] Beberapa bakteri
mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada
lingkungan ekstrim.[19] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil
endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan
bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng. [19]
Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa
variasi sebagai berikut:[20][21]
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:[20][21]
Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai
berikut:[20][21]
Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel.[22] Bakteri yang tidak memiliki alat gerak
biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri
tersebut berada.[22] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi agen penyebab penyakit
pada beberapa spesies bakteri.[22] Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi
menjadi lima golongan, yaitu:[22][23]
Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia,
terutama pada usus besar, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan kelompok enterobacter .
[6]
Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus.[6][26] Di samping itu,
terdapat pula kelompok bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan karena dapat
menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar.[27] Selain di
dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut,
dan kaki manusia.[25] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal
dengan namametilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal
untuk menyokong pertumbuhannya.[28][29][30] Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan
senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[7][31]
Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan
organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi lingkungan yang ekstrim ini menuntut adanya toleransi,
mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[4][33][34] Sebagai contoh,Thermus
aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan kisaran
suhu 60-80 oC.[4] Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada
lingkungan dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralisditemukan
pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga
dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan
(lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang
dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula beberapa
jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah
(kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[4]
Beberapa komunitas bakteri dapat bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10
kilometer. Sebuah tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi sebagai
laboratorium terbang berhasil menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai.
Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan. [38]
Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 30 C, dengan suhu
optimum 15 C.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15 55 C, dengan suhu
optimum 25 40 C.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40 75 C,
dengan suhu optimum 50 - 65 C
Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 C, dengan suhu
optimum 88 C.[4]
Kelembaban relatif[sunting | sunting sumber]
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi,
kira-kira 85%.[4] Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai kandungan air yang terdapat di
udara.[4] Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti,
misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.[4] Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan
mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari
84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang
mengandung lipid bilayer.[40]
Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.
Kelompok bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[4] Bakteri
nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia
yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah. [46] Kelompok bakteri ini bersifat
kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH 4) menjadi nitrit
(NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam bidang pertanian,
nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman
yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses dinitrifikasi yang dilakukan
oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi
nitrogen bebas (N2) yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.
[4]
Contoh bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini adalah Pseudomonas
stutzeri,Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga
menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N 2O).[4] Senyawa tersebut tidak
hanya dapat berperan penting bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam
fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[4] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO
dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam
bentuk hujan asam (HNO2).[4]
Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar
tanaman atau hidup bebas di tanahuntuk membantu penyuburan tanah.[6] Kelompok bakteri ini
dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen
adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan
mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzimnitrogenase.
[48][49]
Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong
untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul ataubintil akar untuk mengikat nitrogen
bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh kebanyakan
organisme.[4][49] Secara umum, kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di
dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium,
dan Sinorhizobium.[4] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-
polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-
bintil akar.[4]
buah-
4. Asinan buah-buahan Lactobacillus sp.
buahan
Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen dapat tumbuh di dalam makanan. [50] Kelompok
bakteri ini mampu memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan dan kemudian
menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, menghasilkan
racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai
sebagai bahan dasar botox.[50] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:
Proses degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya adalah
bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik
dan menggunakannya untuk menunjang pertumbuhannya. [62] Proses dekomposisi ini dibantu oleh
beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk
dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sebagai contoh, enzim protease digunakan untuk
memecah protein menjadi senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.[62] Proses dekomposisi ini
juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke alam untuk
masuk ke dalam siklus lagi.[63]
Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai
dari jaringan-jaringan otot.[63] Proses ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama
dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.
[63]
Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen,
dan karbon dioksida sehingga pH lingkungan akan turun menjadi 4-5.[63] Reaksi ini dilakukan oleh
bakteri acetogen. Pada tahap akhir, semua senyawa tersebut diubah menjadi
gas metana oleh metanogen.[63]