Anda di halaman 1dari 13

MODUL FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

TRIGGER / PEMICU

Trigger 1 si Cantik Mawar

Mawar seorang wanita muda yang sudah berumah tangga. Suami tidak memiliki
pekerjaan yang tetap sehingga keluarga mereka kesulitan ekonomi. Kondisi seperti ini
menyebabkan suami Mawar sangat temperamen dan sering melakukan kekerasan fisik dan
psikis terhadap Mawar. Beberapa kali teman Mawar melihat memar dan lecet pada wajahnya
dan sekitar dua kali Mawar berobat ke RS akibat luka yang dia derita. Sebulan yang lalu
Mawar ssudah tidak tahan dan memutuskan untuk melaporkan ke polisi kekerasan yang
dilakukan oleh suami. Penyidik meminta VeR ke pihak RS. Dokter mengeluarkan hasil VeR
dengan kesimpulan luka derajat 2.

Beberapa hari yang lalu, Mawar mendapat kekerasan lagi yang akhirnya membuat Mawar
tidak sadarkan diri. Tetangga membawa Mawar ke RS, sesampai di RS Mawar dinyatakan
sudah meninggal oleh dokter. Dokter melakukan verbal autopsi terhadap tetangga yang
mengantar dan dokter mencurigai kematian ini tidak wajar. Dokter segera melaporkan kasus
ini ke penyidik dan penyidik datang ke RS selanjutnya meminta untuk dilakukan autopsy
terhadap korban.

Semasa hidupnya, korban sudah sering mengalami KDRT dari suami. Suami korban
sudah melakukan pelanggaran HAM terhadap kesehatan Mawar yang berakibat terhadap
buruknya kondisi kesehatan Mawar.

Bagaimana saudara menjelaskan kasus kekerasan di atas?


Step 1(Clarify Unfamiliar Terms)

VeR: Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat
berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh
manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan
sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan.

Luka: hilang atau pun rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Memar: suatu jenis cedera pada jaringan biologis karena kerusakan kapiler darah yang
menyebabkan darah merembes pada jaringan sekitarnya yang biasanya ditimbulkan oleh
tumbukan benda tumpul.

Verbal autopsi: suatu metode untuk mengetahui kematian melalui wawancara dengan
keluarga mengenai tanda-tanda dan gejala-gejala yang telah muncul.

Penyidik: pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Luka derajat 2: luka yang dapat menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu.

Kematian tidak wajar: kematian yang disebabkan bukan karena penyakit.

Tempramen: gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah
tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan
suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi (gelombang) dan identitas suasana hati.

KDRT: setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaranrumah
tangga termasukancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Step 2 ( Define The Problems)

1. Apa saja jenis VeR?


2. Apa fungsi memar, luka pada forensik?
3. Siapa saja yang berhak meminta VeR?
4. Bagaimana prsedur permintaan VeR?
5. Mengapa dokter melakukan verbal autopsi?
6. Siapa saja yang berhak membuat VeR?
7. Apa saja dasar dalam menentukan derajat luka?
8. Apa saja pertanyaan yang muncul dalam verbal autopsi?
9. Hal apa yang mencurigai dokter menyatakan ini kematian tidak wajar?
10. Apa tindakan seorang dokter jika menemukan kematian yang tidak wajar?
11. Apa saja isi VeR?

(Brainstorm
or
hypothesis
on)
possible
Step 3 ( Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation)

1. a. Jenis visum et repertum pada orang hidup terdiri dari


1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak
memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban
mengalami luka - luka ringan

2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban
memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum
tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan
walaupun visum akhir menyusul kemudian

3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan dari
korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum sementara
untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari
dokter atau rumah sakit yang merawat korban
.
b. Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat
1. Pemeriksaan luar.

2. Pemeriksaan luar dan dalam.

2. Bukti objektif seorang dokter terhadap kasus.

3. a. Penyidik
b. Hakim pidana
c. Hakim perdata
d. Hakim agama
4. a. Harus tertulis dari instansi
b. yang meminta VeR polisi penyidik atau penyidik pembantu
c. menentukan jenis permintaan yang dimaksud
5. untuk mengetahui penyebab, luka, memar, dan lecet.
6. a. Ahli kedokteran kehakiman
b. Dokter atau ahli lainnya.
7. Derajat 1: tidak menimbulkan penyakit, dan tidak menghalangi pekerjaan.
Derajat 2: luka yang menimbulkan penyakit dan menghalagi pekerjaan untuk
sementara.
Derajat 3: luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh, menghalangi pekerjaan
selamanya, hilangnya panca indera.
8. Apa saja kebiasaannya.
9. Karena luka memar, keadaan tubuh pasien, pasien datang dalam keadaan tidak sadar,
dari pemeriksaan verbal autopsi.
10. a. Melapor pada penyidik
b. Melakukan autopsi

Step 4 ( Arrange Explanation Into a Tentative Solution)


Pemeriksaan
Fisik

Autopsi

VeR
Dasar hukum
Prosedur
Dasar penentuan
derajat luka

Step 5 ( Define Learning Objective)


a. VeR
1. Defenisi
2. Klasifikasi
3. Dasar hukum
4. Prosedur
5. Manfaat
b. Dasar penentuan derajat luka
c. KDRT:
1. Dasar hukum
2. Ruang lingkup
d. Autopsi
e. HAM terhadap kesehatan
f. Tugas dokter dalam kasus DOA
g. Ruang lingkup forensik klinik

Step 7 ( Share the Result of Information and Private Study)


A. Visum et Repertum
Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter,
memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti
berupa tubuh manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai
pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk kepentingan
peradilan.

Jenis visum et repertum pada orang hidup terdiri dari


1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak
memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban
mengalami luka - luka ringan

2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban
memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum
tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan
walaupun visum akhir menyusul kemudian

3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan dari
korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum sementara
untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari
dokter atau rumah sakit yang merawat korban.

Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari luka (


1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya luka ini bisa
Karena

a. Luka benda tumpul

b. Luka benda tajam

c. Luka tembakan senjata api

2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah

a. Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar

b. Luka akibat listrik.


3. Luka akibat zat kimia terdiri dari

a. Luka akibat asam kuat

b. Akibat basa kuat

Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat


1. Pemeriksaan luar adalah dapat diminta oleh penyidik tanpa pemeriksaan dalam atau
otopsi berdasarkan KUHP pasal 133.

2. Pemeriksaan luar dan dalam adalah jenazah : sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat
1 Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban. Ayat 2 dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib
menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan
pembedahan tersebut. Ayat 3 apabila dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 133 ayat (3) undang-undang
ini.

Dasar Hukum Visum et Repertum:


a. Pasal 1 Staatsblad No 350/1937
Visa reperta dari dokter dokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang diikrarkan
pada waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda atau di
Indonesia, atau atas sumpah khusus, sebagai dimaksud dalam pasal 2, mempunyai
daya bukti dalam perkara perkara pidana, sejauh itu mengandung kererangan
tentang yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa

b. Bahwa proses penegakan hukumdan keadilan itu merupakan usaha ilmiah, dapat
dilihat pada pasal-pasal yang tercantum di dalam KUHAP, dimana terdapat dalam
bentuk: keterangan ahli, pendapat orang ahli, ahli kedokteran kehakiman, dokter,
dan surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
dari padanya (KUHAP pasal 187 butir c)
c. Alat bukti yang sah sesuai KUHAP pasal 184 ayat 1; adalah: a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli; c. Surat; d, petunjuk; e. Keterangan terdakwa.
Visum et repertum merupakan surat keterangan dari seorang ahli (dokter),
termasuk alat bukti surat, sedangkan alat bukti keterangan ahli, ialah apa yang ahli
myatakan di sidang pengadilan; yang dapat juga sudah diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima
jabatan atau pekerjaan (KUHAP pasal 186).

Prosedur Permintaan Visum et Repertum


Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan perundang undang adalah
diminta oleh penyidik, permintaan tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar
langsung oleh penyidik, mayat dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum
diminta tanggal yang lalu.
Seperti yang telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1 Dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya. Ayat 2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat. Ayat 3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan
dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat.

Manfaat Visum et Repertum


Manfaat dari visum et repertum ini adalah untuk menjernihkan suatu perkara
pidana, bagi proses penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan kasus
kejahatan yang terhambat dan belum mungkin diselesaikan secara tuntas.
Visum et repertum juga berguna untuk membantu pihak tersangka atau terdakwa
berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau seseorang yang
memiliki keahlian khusus untuk memberikan keterangn yang meringankan atau
menguatkan bagi dirinya yaitu saksi ahli.
Visum et repertum ini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana petunjuk
itu adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya, baik antara
yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

B. Dasar Penentuan Derajat Luka


1. Penentuan derajat luka : berdasarkan penilaian medis
2. Dalam penulisan di kesimpulan mengacu pada bahasa pasal dalam undang-
undang
a. Luka derajat 3:
Berdasarkan pasal 90 KUHP, yaitu :
Luka yang tidak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna
menimbulkan bahaya maut
Terus menerus tidak dapat menjalankan
pekerjaan,jabatan/pencaharian
Hilangnya panca indra
Gangguan daya fikir > 4 minggu
Kudung
Lumpuh
Gugur/matinya kandungan

b. Luka derajat 1 dan 2


Butuh tindakan medis
Gangguan fungsi tubuh
Jumlah dan lokasi
Jika memenuhi salah satu luka derajat 2
Jika tidak luka derajat 1

C. KDRT
Definisi KDRT menurut UU RI no 23 tahun 2004: setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Lingkup rumah tangga:
a. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,
dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan);
dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut (Pekerja Rumah Tangga).

Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga:


a. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat.
b. Kekerasan psikis

Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya


rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang.
c. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan


seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu.
d. Penelantaran rumah tangga

Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam


lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap
orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
berada di bawah kendali orang tersebut.

D. Autopsi
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan
terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut,
menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.
Jenis autopsi berdasarkan tujuan
1. Autopsi Klinik
Dilakukan terhadapat mayat seseorang yan diduga terjadi akibat suatu
penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti,
menganalisis kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem,
patogenesis penyakit, dan sebagainya. Untuk autopsi ini mutlak diperlukan izin
keluarga terdekat mayat tersebut. Sebaiknya autopsi klinik dilakukan secara
lengkap, namun dalam keadaan amat memaksa dapat juga dilakukan autopsi
parsial atau needle necropsy terhadap organ tertentu meskipun pada kedua
keadaan tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat.

2. Autopsi Forensik/Medikolegal
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu
sebab tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri.
Tujuan pemeriksaan autopsi forensik adalah untuk:
1. Membantu penentuan identitas mayat
2. Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian
3. Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas
benda penyebab dan pelaku kejahatan
4. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk
visum et repertum

Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri,
dan seteliti mungkin.
3. Autopsi anatomi
Dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh mahasiswa
kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia. Untuk autopsi ini
diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau keluarganya. Dalam keadaan
darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya maka tubuhnya
dapat dimanfaatkan untuk autopsi anatomi.
E. Hubungan HAM dengan Kesehatan
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Pasal 1 poin 1UU No 23/1992
tentang Kesehatan), karena itu kesehatan merupakan dasar daridiakuinya derajat
kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajatsecara
kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haklainnya.
Sehingga kesehatan menjadi salah satu ukuran selain tingkat pendidikan dan ekonomi,
yang menentukan mutu dari sumber daya manusia (Human Development Index).

Hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dan diatur dalam
berbagai instrumen internasional maupun nasional. Jaminan pengakuan hak atas kesehatan
tersebut secara eksplisit dapat dilihat dari beberapa instrumen sebagai berikut :

a. Instrumen Internasional
1. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
2. Pasal 6 dan 7 International Covenant on Civil and Political Rights(ICCPR)
3. Pasal 12 International Covenant on Economic, Social and Cultural Right(ICESCR)
4. Pasal 5 International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination
(ICERD)
5. Pasal 11, 12 dan 14 Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against
Women (Womens Convention).
6. Pasal 1 Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment (Torture Convention, or CAT).
7. Pasal 24 Convention on the Rights of the Child (Childrens Convention, or CRC)

b. Instrumen NasionalAmandemen- II
1. Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
2. Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Pasal 4 UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi,Sosial dan Budaya.

Dengan melihat dan memperhatikan ketentuan-ketentuan di atas, makasesungguhnya tiap


gangguan, intervensi atau ketidak-adilan, ketidak-acuhan, apapunbentuknya yang mengakibatkan
ketidak-sehatan tubuh manusia, kejiwaannya, lingkunganalam dan lingkungan sosialnya, pengaturan
dan hukumnya, serta ketidak-adilan dalammanajemen sosial yang mereka terima, adalah merupakan
pelanggaran hak mereka, hak-hak manusia.

F. Peran dokter dalam kasus DOA


DOA (Death on Arrival) adalah merupakan keadaan dimana pasien atau korban
ditemukan dalam keadaan sudah meninggal ditempat pelayanan. Biasa-nya kasus DOA
masuk ke IGD suatu rumah sakit. Jika dokter menemukan kasus DOA, yang harus
dilakukan adalah memeriksa pasien, melihat ada tanda kekerasan/ kemungkinan kasus
tindak pidana dan sebelumnya sudah melakukan wawancara dengan pengan-tar mengenai
kondisi terakhir jenazah dan kronologis kejadian. Jika ditemukan/dicurigai suatu tindak
pidana atas kematian korban, maka dokter menganjurkan pengantar atau petugas rumah
sakit untuk melapor ke polisi di wilayah tempat kejadian perkara. Selanjutnya jenazah
ditahan di rumah sakit sampai penyidik memutuskan untuk tindakan forensik selanjutnya.
Sedangkan jika dalam pemeriksaan dan wawancara dengan pengantar, disimpulkan
kematian wajar maka jenazah boleh dibawa pulang.
Untuk kasus DOA, prinsip utama yang harus diperhatikan dokter adalah
memperkirakan cara kematian korban, apakah wajar atau tidak wajar guna
penatalaksanaan selanjutnya.

G. Ruang lingkup forensik klinik


Forensik klinis merupakan suatu ruang lingkup keilmuan yang berintegrasi antara
bidang medis dan bidang hukum dibutuhkan. Seorang dokter di forensik klinik lebih
banyak menghabiskan waktunya menangani korban hidup. Kasus-kasus yang ada di
forensik klinik meliputi perkosaan (rape), pencabulan (molestation), kekerasan dalam
rumah tangga (domestic violence), dan kekerasan pada anak (child abuse).

Daftar Pustaka
Barama, Michael.2011.Karya Ilmiah Kedudukan Visum et Repertum dalam Hukum
Pembuktian.Madado:Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
etd.repository.ugm.ac.id
Idris, Abdul Munim dan Tjiptomartono, Agung Legowo.2011.Penerpan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi.Jakarta:Sagung Seto
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012. mka.fk.unand.ac.id
repository.usu.ac.id
Afandi, Dedi.2008.Jurnal Ilmu Kedokteran jilid 2 nomor 1 Hak Atas Kesehatan
dalam Perspektif HAM.
www.academia.edu/57134466/Hak_Atas_Kesehatan_Dalam_Perspektif_HAM

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Siti Hardiyanti Baharuddin
    100% (1)
  • Penyuluhan Campak
    Penyuluhan Campak
    Dokumen16 halaman
    Penyuluhan Campak
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Mor Bili
    Mor Bili
    Dokumen17 halaman
    Mor Bili
    Rezky Koto
    Belum ada peringkat
  • IVA Pendahuluan
    IVA Pendahuluan
    Dokumen5 halaman
    IVA Pendahuluan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen33 halaman
    PPT
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB I Luka Bakar 1
    BAB I Luka Bakar 1
    Dokumen23 halaman
    BAB I Luka Bakar 1
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Kunthi Rahmawati
    100% (1)
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen6 halaman
    Cuci Tangan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Word Urtikaria (Fix)
    Word Urtikaria (Fix)
    Dokumen20 halaman
    Word Urtikaria (Fix)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen18 halaman
    Parotitis
    FathulRachman
    0% (1)
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen25 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Flour Albus
    Referat Flour Albus
    Dokumen25 halaman
    Referat Flour Albus
    m4mba
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Dokumen48 halaman
    Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Dka
    Dka
    Dokumen12 halaman
    Dka
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Gagal Jantung
    Referat Gagal Jantung
    Dokumen23 halaman
    Referat Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Gemelli
    Kehamilan Gemelli
    Dokumen38 halaman
    Kehamilan Gemelli
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kti Sex N Health Rev
    Kti Sex N Health Rev
    Dokumen36 halaman
    Kti Sex N Health Rev
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB II Refrat Paru
    BAB II Refrat Paru
    Dokumen43 halaman
    BAB II Refrat Paru
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tht-Anatomi Hidung
    Tht-Anatomi Hidung
    Dokumen21 halaman
    Tht-Anatomi Hidung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Krisis (Difteri)
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    Dokumen5 halaman
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis Referat 2
    Parotitis Referat 2
    Dokumen17 halaman
    Parotitis Referat 2
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Saliva
    Kelenjar Saliva
    Dokumen2 halaman
    Kelenjar Saliva
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Refarat Parotitis
    Refarat Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Refarat Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • KP TB
    KP TB
    Dokumen5 halaman
    KP TB
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Case Epilepsi
    Case Epilepsi
    Dokumen15 halaman
    Case Epilepsi
    riski novika
    Belum ada peringkat