Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya
rumah tangga dan ditemukan terbanyak adalah luka bakar derajat II. Luka bakar merupakan
cedera yang mengakibatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan luka bakar pun
ternyata cukup tinggi
Menururt Departement Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, prevalensi cedera
luka bakar di Indonesia sebesar 2,2%. Dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sama-sama 3,8% sedangkan di
Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,7% dari keseluruhan kasus cedera. Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganan luka bakar pun cukup tinggi. Penyebab luka bakar selain
terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks, yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan teknik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup
pada sejumlah pasien dengan luka bakar serius.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1. Menambah pengetahuan mengenai ilmu kedokteran tentang Luka Bakar,
Mampu mendiagnosa dan menatalaksana pasien pada Luka Bakar.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

1
kepanitraan klinik bagian ilmu Bedah.

1.2.2. Tujuan Khusus


Mengetahui tentang Luka Bakar yang meliputi:
1. Anatomi Kulit
2. Defenisi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Manifestasi Klinis
7. Diagnosis
8. Penatalaksanaan
9. Komplikasi
10. Prognosis

2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Kulit


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa seiktar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :

Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan
yang paling atas sampai yang terdalam):

1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Dirandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang Intinya ditengah dan

3
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen
tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans .
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan
sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi
ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis
sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen
(sel Langerhans).
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :


 Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang .
 Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan


bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan

4
tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh
darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.

Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis/ hipodermis : melekat ke
struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.

Reseptor yang cepat beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh)


dikulit yang memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan kulit.
Karena reseptor ini cepat beradaptasi maka seseorang tidak menyadari sedang
memakai jam tangan, cincin dan sebagainya. Sewaktu memakai sesuatu maka akan
terbiasa karena adanya adaptasi cepat reseptor tersebnt. Sewaktu mencopotnya
maka akan menyadarinya karena adanya off response.

Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan Pacini (Pacinian corpuscle)


suatu reseptor kulit yang mendeteksi tekanan dan getaran diketahui dari sifat-sifat
fisiknya. Korpus Pacini adalah suatu ujung reseptor khusu yang terdiri dari lapisan-
lapisan konsentrik jaringan ikat mirip kulit bawang yang membungkus ujung
perifer suatu neuron aferen.

Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi sensorik hanya


dalam daerah terbatas dipermukaan kulit sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai
lapangan reseptif (receptive field). Ukuran lapangan reseptif bervariasi
berbanding terbalik dengan kepadatan reseptor didaerah ersebut. Semakin dekat
penempatan reseptor jenis tertentu, maka semakin kecil daerah kulit yang
terpantau oleh reseptor tersebut. Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah

5
maka semakin besar ketajaman (acuity) atau kemampuan diskriminatif
(Sherwood, 2001).

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis,
tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada
epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis (Moffat, dkk., 2004).

2.2. Fisiologi Kulit


Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensesi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi
telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit, alam merespon rangsang raba karena
banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit
berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur
kulit fikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit, Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kuli. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah
kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

Sensasi kulit adalah sensasi yang reseptomya ada dikulit, sedangkan sensasi
visera adalah sensasi yang berkaitan dengan persepsi lingkungan dalam, nyeri dari alat-
alat visera biasanya digolongkan sebagai sensasi visera, Terdapat 4 sensasi kulit yaitu:
raba-tekan (tekanan adalah rabaan yang ditahan agak lama), dingin, hangat, dan nyeri.

6
Kulit mengandung berbagai jenis ujung saraf sensorik yang meliputi ujung saraf
telanjang, saraf yang melebar, serta ujung saraf yang terselubung (Ganong, 2008).
C. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri termasuk ke dalam
tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari
matahari.
2. Penerima Rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran, Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah
salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan
hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,
yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis
sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.

7
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk
melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran
darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih
dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit
dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun
konstraksi otot penegak rambut.
2.3. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena
air panas (scald), tersentuh benda panas ( kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta serangaan matahari (sunburn).
2.4. Etiologi
Beberapa penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat (2007) adalah sebagai
berikut:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
 Benda panas: padat, cair, udara/uap
 Api
 Sengatan matahari/sinar panas
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn), misalnya asam kuat dan basa kuat.
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn), misalnya aliran listrik tegangan
tinggi.
d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)

8
2.2.Patofisologi

2.5. Fase Luka Bakar


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya
dibedakan dalam 3 fase: akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian
fase menjadi tiga tersebut tidaklaah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara
ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak
dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase
sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya (Sunarso, 2008).
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok, Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma, Cedera

9
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut Pada fase akut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik.

b. Fase sub akut


Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan :
 Proses inflamasi dan infeksi
 Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka yang tidak berepitel
luas atau pada struktur atau organ fungsional
 Keadaan hipermetabolisme
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyakit
berupa sikatrik yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.

2.6. Diagnosis
Diagnose luka bakar didasarkan pada:
a. Luas luka bakar
b. Derajat (kedalaman) luka bakar
c. Lokalisasi
d. Penyebab

Luas Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atau rule of Wallace:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 8%

10
c. Badan depan 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia perineum : 1%

11
12
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain:
a. Persentasi area (Juasnya) Juka bakar pada permukaan tubuh
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi/lokasi luka bakar
d. Umur penderita
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
Derajat Luka Dakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas,
sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren
membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu
sebagai berikut:
a. Luka bakar derajat I:
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit hiperemik
berupa eritema, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi, Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi, dibedakan atas 2 (dua) bagian:
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/
dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih
banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara
spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.
b. Derajat II dalam/deep (II B)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa
jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih
lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu

13
lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam
sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami
kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung
sensorik rusak, Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi
spontan.
Kriteria Berat Ringan Lukan Bakar
Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association yakni:
a. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak-anak
- Luka bakar derajat III < 2 %

b. Luka bakar sedang


- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 10-20% pada anak - anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
c. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau l ebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak-anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dangen italia/
perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

14
2.7. Peñatalaksaan
Prinsip terapi pada luka bakar dibedakan menjadi dua:
a. T erapi fase akut
1. Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar.
2. Menilai keadaan umum penderita: adanya sumbatan jalan nafas, nadi, tekanan
darah dan kesadaran (ABC)
- Bila terjadi obstruksi jalan nafas: Bebaskan jalan nafas
- Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar dan kebutuhan cairan (RL).
- Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan kebutuhan
cairan,
3. Perawatan luka
- Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic
- Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda
infeksi, keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan
menggunakan medikasi topikal Luka bakar wajah superficial dapat diobati
dengan ointment antibacterial. Luka sekitar mata dapat diterapi dengan
ointment antibiotik mata topical. Luka bakar yang dalam pada telinga
eksternal dapat diterapi dengan mafenide acetat, karena zat tersebut dapat
penetrasi ke dalam eschar dan mencegah infeksi purulen kartilago.
- Obat-obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti: silver
sulfadiazine, contoh Silvaden, Burnazine, Derrnazine, dll.
- Kulit yang terkelupas dibuang, bulae (2-3 cm) dibiarkan
- Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan
Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada luka
yang ungraft. Membrane basal lapisan epitel baru kurang berikatan dengan
bed dari luka bakar, Struktur ini dapat mengalami rekonstruksi sendiri dalam
waktu beberapa bulan dan menjadi bullae. Bulla ini paling baik diterapi
dengan dihisap dengan jarum yang bersih, memasang lagi lapisan epitel
pada perrnukaan luka, dan menutup dengan pembalut adhesif. Pembalut
adhesive ini dapat direndam.

15
- Pasien dipindahkan ke tempat steril.
- Pemberian antibiotic boardspectrum bersifat profilaksis,
- Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri dan antacid untuk
menghindari gangguan pada gaster.
- Berikan ATS untuk menghindari terjadinya tetanus
- Pasang catheter Jolley untuk memantau produksi urine pasien
- Pasang NGT (Nasogastric tube), untuk menghindari ileus paralitic.
b. Terapi fase pasca akut
- Perawatan luka
- Eschar → escharectom (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang
mati, serum, darah kering)
- Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome) →
escharotomi atau fasciotomi
- Kultur dan sensitivity test antibiotika → Antibiotika diberikan sesuai
hasilnya
- Dimandikan tiap hari atau 2 hari sekali
- Kalau perlu pemberian Human Albumin
- Keadaan umum penderita
Dilihat keadaan umum penderita dengan menilai beberapa hal seperti
kesadaran, suhu tubuh, dan sirkulasi perifer. Jika didapatkan penurunan
kesadaran, febris dan sirkulasi yang jelek, hal ini menandakan adanya sepsis.
- Diet dan cairan

Penanganan Pernapasan
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan
angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai
24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana
luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan
napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring. Trauma
panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk yang tidak

16
sempuma dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang
menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material aiamiah dan
materi yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti
hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel-partikel
tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi
pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya
tracheal bronchitis dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan
terjadinya hipoksia jaringan, Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup
kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210-240 kali lebih kuat
dibanding kemampuan 02. Jadi CO akan memisahkan 02 dari Hb sehingga
mengakibatkan hipoksia jaringan. Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada
penderita luka bakar mengalami hal sebagai berikut.
a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
b. Sputum tercampur arang.
c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bemafas atau
adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan,
menandakan adanya iritasi mukosa,
f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda/ gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma
inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila terjadi distress pemapasan maka
harus dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat
darurat sampai kondisi stabil.

Penanganan Sirkulasi
Pada luka bakar berat/mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan edema

17
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga
sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi/sel/jaringan/organ.
Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidak
mampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini
dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,
untuk: mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata
bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa peneIitian membuktikan
bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional
(menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu
singkat, menunjukkan perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil
(pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil
kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap angka
mortalitas.

Resustasi Cairan
BAXTER Formula
Hari Pertama:
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc
1
/2 jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
1
/2 diberikan 16jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : 1/2 hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

18
Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :
1. RL / NaCI = luas combustio ……….. % X BB/Kg X 1 cc
2. Plasma = luas combustio ………. % X BB/Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc
Hari I → 8 jam X 1/2
→ 16 jam X 1/2
Hari II → hari I
Hari ke III → hari ke I

Perawatan Luka Dakar


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari
luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit
yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan didebridernent, luka ditutup. Penutupan luka ini
memiliki beberapa fungsi : pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari
kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka
harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga,
penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan
meminimalkan timbulnya rasa sakit.
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar derajat I,
merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti
ini tidak perlu di balut, cukup dengan pernberian salep antibiotik untuk mengurangi
rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan. Luka bakar derajat II
(superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan
salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang
terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver
skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra). Luka derajat II (dalam)
dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision

19
and grafting ).

Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari
orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan
hipermetabolik.
Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik
yang ada adalah:
 jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
 Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal
dan lain-lain.
 Luas dan derajat luka bakar
 Suhu dan kelembaban ruangan (mempengaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
 Aktivitas fisik dan fisioterapi
 Penggantian balutan
 Rasa sakit dan kecemasan
 Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimulainya
pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai
sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.

2.8. Komplikasi
 Gagal ginjal akut
 Gagal respirasi akut
 Syok sirkulasi
 Sepsis

20
2.9. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya
jaringan parut, Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin
menimbulkan luka parut.
Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan
membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam
beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpnlan
Luka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh termis, elektris, khemis dan
radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan yang lebih dalam. Beberapa
penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat (2007) adalah suhu tinggi, bahan kimia,
sengatan listrik, dan radiasi. Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam
perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3 fase: akut, subakut dan fase lanjut.
Diagnosis luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, derajat (kedalaman)
luka bakar, lokalisasi dan penyebab. Prinsip terapi pada luka bakar dibedakan menjadi
dua yaitu terapi fase akut dan terapi pasca akut, Komplikasi yang terjadi misalnya
gagal ginjal akut, gagal nafas akut, syok sirkulasi, dan sepsis. Prognosis pada luka bakar
tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar,
adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Gallagher 11, Wolf SE, Herndon ON. Burns. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers
BM, Mattox KL. Editors. Sabiston T extbook of Surgery. 18th Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier. 2008.
Gibran NS. Burns. In: Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Gerard M, Ronald V,
Upchurch GR. Editors. Greenfield’s Surgery: Scientific Principles and Practice. 4th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2006.
Klein MB. Thermal, Chemical and Electrical Injuries. In: Thome CH, Beasley RW, Aston
Sl, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL. Editors. Grab and Smith's Plastic Surgery. 6th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.2007.
R Sjamsuhidajat. Wim De long. 2001. Buku Ajar llmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
EGe.
Rue, L.W. & Cioffi, W.O. 1991. Resuscitation of thermally injured patients. Critical Care
Nursing Clinics of North America, 3(2),185
Wachtel & Fortune 1983, Fluid resuscitation for burn shock. In T.L. Wachtel et al (Eds.),
Current topic in burn care (p. 44). Rockville,MD: Aspen Publisher, Inc.

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Siti Hardiyanti Baharuddin
    100% (1)
  • IVA Pendahuluan
    IVA Pendahuluan
    Dokumen5 halaman
    IVA Pendahuluan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen25 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen33 halaman
    PPT
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Mor Bili
    Mor Bili
    Dokumen17 halaman
    Mor Bili
    Rezky Koto
    Belum ada peringkat
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen6 halaman
    Cuci Tangan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Kunthi Rahmawati
    100% (1)
  • Penyuluhan Campak
    Penyuluhan Campak
    Dokumen16 halaman
    Penyuluhan Campak
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Flour Albus
    Referat Flour Albus
    Dokumen25 halaman
    Referat Flour Albus
    m4mba
    Belum ada peringkat
  • Dka
    Dka
    Dokumen12 halaman
    Dka
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Word Urtikaria (Fix)
    Word Urtikaria (Fix)
    Dokumen20 halaman
    Word Urtikaria (Fix)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB II Refrat Paru
    BAB II Refrat Paru
    Dokumen43 halaman
    BAB II Refrat Paru
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen18 halaman
    Parotitis
    FathulRachman
    0% (1)
  • Referat Gagal Jantung
    Referat Gagal Jantung
    Dokumen23 halaman
    Referat Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Dokumen48 halaman
    Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kti Sex N Health Rev
    Kti Sex N Health Rev
    Dokumen36 halaman
    Kti Sex N Health Rev
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Krisis (Difteri)
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    Dokumen5 halaman
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis Referat 2
    Parotitis Referat 2
    Dokumen17 halaman
    Parotitis Referat 2
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tht-Anatomi Hidung
    Tht-Anatomi Hidung
    Dokumen21 halaman
    Tht-Anatomi Hidung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Gemelli
    Kehamilan Gemelli
    Dokumen38 halaman
    Kehamilan Gemelli
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • KP TB
    KP TB
    Dokumen5 halaman
    KP TB
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Saliva
    Kelenjar Saliva
    Dokumen2 halaman
    Kelenjar Saliva
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen13 halaman
    Tutorial
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Refarat Parotitis
    Refarat Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Refarat Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Case Epilepsi
    Case Epilepsi
    Dokumen15 halaman
    Case Epilepsi
    riski novika
    Belum ada peringkat