Definisi :
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi secara lokal pada mukosa atau
kulit,yang disebabkan oleh basil gram positif (Coryne bacterium diphtheriae dan
Corynebacterium ulcerans yang ditandai oleh terbentuknyaeksudat berbentuk membran pada
tempat infeksi dan diikuti gejala umum yang ditimbulkan eksotoksin yang diproduksi oleh
basil ini.
Dagnosis :
Untuk menegakkan diagnosis difteri C diphtheriae adalah dengan mengisolasi C diphtheriae
baik dalam media atau mengidentifikasi toksinnya.Diagnosa awal cepat (Presumtive
Diagnosis) dapat dilakukan dengan pewarnaan Gram dimana akan ditemukan bakteri
berbentuk batang,Gram positif,tidak berkapsul,berkelompok dan tidak bergerak.
Diagnosis definitif dan identifikasi basil C diphtheriae dengan kultur melalui media tellurite
atau Loeffler dengan sampel yang diambil dari pseudomembran di orofaring hidung,tonsil
kriptus atau ulserasi di rongga mulut.
Dagnosis Banding :
a.Korpus alionum pada hidung.
b.Common Cold
c.Tonsilo paringitis
d.Mononucleosis infeksiosa
e.Kandidisiasis mulut
f.Herpes Zoster pada palatum
g.dll
Penatalaksanaan :
1.Umum : - Isolasi semua orang
: - Istirahat ditempat tidur 2-3 minggu
: - Makan lunak atau cair (tergantung kondisi OS),membersihkan jalan nafas
dan
pembersihan lendir.
2. Khusus :
Anti toksin diperlukan sedini mungkin,begitu diagnosis ditegakkan tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan bakteriologi.Dosis tergantung kepada jenis difterinya,tidak dipengaruhi
oleh umur pasien,yaitu :
- Difteri nasal/fausial yang ringan diberikan 20.000-40.000 U,secara IV dalam
wkt 60 menit.
- Difteri fausial sedang diberikan 40.000-60.000 U secara IV
- Difteri berat ( Bullneck Diphtheria) diberikan 80.000-120.000 U secara IV
Pemberian anti toksin harus didahului dengan uji sensitivitas,karena
antitoksin dibuat dari serum kuda.Apabila uji sensitivitas positf,maka
diberikan secara desensitisasi dengan interval 20 menitt,dengan dosis sbb:
- 0.1ml larutan 1;20,subcutan (dalam cairan Nacl 0.9 %)
- 0.1 ml larutan 1 :10 Sc
- 0.1 ml tanpa dilarutkan,Sc
- 0.3 ml tanpa dilarutkan,IM
- 0.5 ml tanpa dilarutkan,IM
- 0.1 ml tanpa dilarutkan, IV
Bila tidak ada reaksi,maka sisanya diberikan IV secara perlahan lahan.
*Pemberian antibiotik
- Penecillin Procain 1.200.000 U/hari secara Im 2 kali/hari selama 14 hari
- Eritromisin 2 gr/hr dengan dosis terbagi 4 kali/hari.
- Preparat lain yang lazim diberikan adalah: Amoksilin,Rifampisin dan klindamisin.
Komplikasi :
Dipengaruhi oleh :
1. Virulensi basil bakteri.
2. Luas membran yang terbentuk.
3. Jumlah toksin yang diproduksi oleh bakteri.
4. Waktu antara timbulnya penyakit sampai pemberian anti toksin.
Pencegahan :
Cara yang paling baikuntuk pencegahan adalah pemberian imunisasi aktif pada masa
anak anak. Biasanya pemberian Vaksin Difteri bersama dengan Vaksin Pertusis dan Tetanus
(DPT).
Anak-anak berumur 7 tahun atau lebih diberikan booster setiap 10 tahun.
Prognosis :
Secara umum angka kematian pada difteri 5-10%,dimana kematian tertinggi terjadi
pada penderita yang tidak mendapat imunisasi lengkap dan pasien yang mempunyai kelainan
sistemik.
KRISIS HIPERTENSI
Pendahuluan
Krisis Hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadikelainan organ target.
Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan
obat anti hipertensi.
Pada umumnya krisis hipertensi ditemukan di poliklinik ,gawat darurat rumah sakit
dan kadang kadang merupakan jumlah yang cukup menyolok pada poliklinik gawat darurat
dibagian penyakit dalam,walaupun keluhan utamanya berbeda beda.
Prevalensi rata rata 1-5 % penduduk dewasa tergantung dengan kesadaran pasien akan
adanya hipertensi dan derajat kepatuhan makan obat. Sering pasien tidak menyadari dirinya
adalah pasien hipertensi atau tidak teratur / berhenti makan obat.
Gejala:
Krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu,diantaranya,nyeri dada
dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema papila
mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal
ginjal akut pada gangguan ginjal; disamping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan
TD pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya TD, gejala dan tanda
keterlibatan organ target.
Pemeriksaan penunjang seperti EKG untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner serta USG untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien.
Gambaran klinis hipertensi darurat dapat dilihat pada Tabel 1.
Pengobatan :
Pengobatan hipertensi mendesak cukup dengan obat oral yang bekerja cepat sehingga
menurunkan TD dalam beberapa jam.
Di Indonesia banyak dipakai seperti pada tabel 2.Pengobatan hipertensi darurat
memerlukan obat yang segera menurunkan TD dalam menit-jam sehingga umumnya bersifat
parenteral.Di Indonesia banyak dipakai seperti pada tabel 3.Untuk memudahkan penilaian
dan tindakan dibuat bagan seperti yang tercantum pada tabel 4.
Data data dan krisis hipertensi ini berasal dari pengalaman klinik berbagai pusat
rujukan dan bukan evidence based karena sedikitnya jumlah kasus dan sulit
melaksanakan suatu studi tersamar ganda,sehingga kepustakaan umumnya merupakan
pendapat para ahli berdasarkan pengalaman nya masing-masing.
( Referensi: Yose Roesma ; Krisis hipertensi Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Kaptopril Diulangi/ jam 15-30 menit 6-8 jam stenosis arteri renalis
12.5-25 mg