Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh
oleh suatu sel atau kelompok sel dan menimbulkan efek pengaturan fisiologis
pada sel-sel tubuh lainnya.1

Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin.


Hormon adalah messenger (perantara) kimia tubuh. Hormon menghantarkan
informasi yang penting untuk pengaturan fungsi bermacam-macam fungsi organ
dan sel. Hormon disintesis dalam sel-sel endokrin atau bahkan kelenjar-kelenjar
endokrin dan (dengan pengecualian hormon jaringan) mencapai sel dari organ
target (sel target) melalui darah.2

Fungsi keseluruhan dari hormon:3

1. Mengatur metabolisme organik serta keseimbangan H2O dan elektrolit,


yang secara kolektif penting dalam mempertahankan lingkungan
internal yang konstan.
2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh menghadapi
situasi stres.
3. Mendorong tumbuh kembang yang lancar dan berurutan.
4. Mengontrol reproduksi.
5. Mengatur produksi sel darah.
6. Bersama sistem saraf otonom, mengontrol dan mengintegrasikan
sirkulasi dan pencernaan serta penyerapan makanan.

Di dalam tubuh manusia banyak terdapat hormon yang dihasilkan kelenjar


endokrin dengan fungsi yang bermacam-macam.Adapun yang akan dibahas pada
KTI ini adalah hormon yang berhubungan dengan fungsi seksual wanita.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja hormon yang berperan dalam fungsi seksual wanita?
1.2.2 Apa saja fungsi seksual wanita?
1.2.3 Bagaimana mekanisme terjadinya berbagai fungsi seksual wanita?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum: mahasiswa dapat mengetahui peranan hormonal terhadap
fungsi seksual wanita.
1.3.2 Tujuan khusus:
1.3.2.1 Mahasiswa mengetahui fungsi seksual wanita.
1.3.2.2 Mahasiswa mengetahui hormon yang berperan terhadap fungsi seksual
wanita.
1.3.2.3 Mahasiswa mengetahui mekanisme berbagai fungsi seksual.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi penulis

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah
untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang peranan hormonal terhadap
fungsi seksual wanita.

1.4.2 Bagi pembaca

1. Membantu dalam memahami dan mengerti tentang fungsi seksual


wanita.

2. Membantu dalam memahami hormon-hormon yang terlibat dalam


fungsi seksual wanita.

3. Membantu dalam memahami mekanisme terjadinya berbagai fungsi


seksual pada wanita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Reproduksi


2.1.1 Perkembangan Reproduksi4
Menurut World Health Organization, seks manusia diartikan sebagai
karakteristik biologis dan fisiologis yang menetukan pria dan wanita. Jenis
kelamin di sisi lain adalah peran, perilaku, dan aktivitas yang dibangun secara
sosial, sehingga masyarakat menganggap layak seseorang adalah seseorang
pria atau wanita. Seks manusia dapat ditetapkan dengan tiga kriteria:

a. Seks genetik: ada atau tidak ada kromosom Y

Genetik atau kariotipik seks ditentukan pada saat konsepsi. Di bawah


kodisi normal, oosit memberikan sebuah kromosom X, dan sel sperma
membawa salah satu kromosom X atau Y. Dengan demikian, pada fertilisasi
tercipta salah satunya, XX wanita atau XY pria. Gen penentu seks (SRY)
pada daerah kromosom Y menulis kode faktor penentu testis (TDF), yakni
suatu faktor transkripsi yang sasarannya menginduksi fenotip wanita. Secara
khusus, gen dari kedua kromosom X diperlukan untuk perkembangan wanita,
tetapi dapat diabaikan oleh SRY (yakni, XXY). Selain itu fenotip seks
dipengaruhi oleh hormon.

Tabel 1. Hormon yang mempengaruhi fenotip seks

Hormon Penjadwalan Struktur Internal Genitalia Eksterna


Testosteron Minggu ke 8 Merangsang
perkembangan duktus
deferen, vesikula
seminalis, dan
epididimis.
MIF Minggu ke 8 Menghambat
perkembangan uterus,
tuba fallopi, serviks,
dan bagian atas
vagina.
DHT Minggu ke 9- ke 12 Merangsang Merangsang
perkembangan prostat. perkembangan p
dan skrotum.

Fenotip wanita adalah baku, tetapi fenotip pria memerlukan ekspresi


testosteron oleh sel interstitial Leydig dan faktor penghambat Mullerian
(MIF) oleh sel sertoli.

Gen SRY tidak diaktifkan sampai minggu ketujuh perkembangan


mudigah, sehingga organ reproduksi mengalami stadium perkembangan awal
bersama yang dimulai pada minggu kelima, dikenal sebagai tingkat indiferen.

b. Seks gonad: ada testis atau ovarium.


c. Seks fenotip: penampilan genitalia eksterna.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi Wanita

Alat reproduksi wanita dibagi dalam 2 golongan:5

I. Genitalia externa, pada umumnya disebut vulva


Meliputi semua organ-organ yang didapatkan antara os pubis, ramus
inferior dan perineum ialah:
a. Mons veneris

Bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi
bagian depan sympisis pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris
tertutup oleh rambut.

b. Labia majora

Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan
ke bawah dan belakang. Labia majora sinistra dan dextra bersatu di sebelah
belakang dan merupakan batas depan dari perineum, disebut : commisura
posterior (frenulum)
Terdiri dari 2 permukaan :
1. Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut
2. Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak
kelenjar sebacea
Labia mayora homolog dengan scrotum laki - laki
c. Labia Minora

Didapatkan sebagai lipatan di sebelah medial dari labia majora. Kedua


lipatan tersebut (kiri & kanan) bertemu diatas (preputium clitoridis) dan di
bawah clitoris (frenulum clitoridis). Di bagian belakang kedua lipatan setelah
mengelilingi orificium vagina bersatu juga, disebut : fourchet (hanya nampak
pada wanita yang belum pernah melahirkan anak).
d. Clitoris
Merupakan suatu tunggul yang erectil. Mengandung banyak urat urat
syaraf sensoris, dan pembuluh pembuluh darah. Analog dengan penis laki
laki.
e. Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora,
anterior oleh clitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat muara
muara dari vagina urethra dan terdapat pula empat lubang kecil yaitu : dua
muara dari kelenjar bartholini yang terdapat di samping dan agak ke belakang
dari introitus vaginae, dua muara dari kelenjar skene di samping dan agak
dorsal dari urethra.
f. Glandula vestibularis majoris bartholini
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina. Mengeluarkan
sekret mucus terutama pada waktu coitus.
g. Hymen (selaput dara)
Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar dari introitus
vaginae. Biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari hingga getah dari
genitalia interna dan darah haid dapat mengalir ke luar. Bila hymen tertutup
sama sekali disebut hymen occlusivum. Setelah partus, hanya tinggal sisa-
sisa kecil pada pinggir introitus dan disebut : carunculae myrtiformis.

II. Genitalia Interna


a. Vagina
Suatu saluran musculo-membranosa yang menghubungkan uterus dengan
vulva. Terletak antara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina (=
9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (= 11 cm). Pada dinding vagina
terdapat lipatan lipatan yang berjalan sirkuler dan disebut : rugae, terutama
pada bagian bawah vagina. Setelah melahirkan, sebagian dari pada rugae
akan menghilang. Walaupun disebut selaput lendir vagina, selaput ini tak
mempunyai kelenjar kelenjar sama sekali hingga tak dapat menghasilkan
lendir, mungkin lebih baik disebut kulit. Ke dalam puncak vagina menonjol
ujung dari cerviks. Bagian dari cerviks yang menonjol ke dalam vagina
disebut portio. Oleh portio ini, puncak vagina dibagi dalam 4 bagian ialah:
fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri.

Vagina mempunyai faal penting:


1. Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah waktu
haid dan sekret dari uterus.
2. Sebagai alat persetubuhan.
3. Sebagai jalan lahir pada waktu persalinan

Sel-sel dari lapisan atas epitel vagina mengandung glycogen. Glycogen ini
menghasilkan asam susu oleh karena adanya bacil-bacil Doderlein hingga
vagina mempunyai reaksi asam dengan pH=4,5 dan ini memberi proteksi
terhadap invasi kuman-kuman.

b. Uterus
Dalam keadaan tidak hamil terdapat dalam ruangan pelvis minor di antara
vesica urinaria dan rectum. Permukaan belakang sebagian besar tertutup oleh
peritoneum sedangkan permukaan depan hanya di bagian atasnya saja.
Bagian bawah dari permukaan depan melekat pada dinding belakang vesica
urinaria. Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola
lampu yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian : corpus uteri berbentuk segitiga
dan cervix uteri berbentuk silindris. Bagian dari corpus uteri antara kedua
pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim). Pinggir kanan / kiri tidak
tertutup oleh peritoneum karena berbatasan dengan parametrium kanan / kiri.
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan:
1. Perimetrium (lapisan peritonium) yang meliputi dinding uterus bagian luar.
2. Myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling tebal.
3. Endometrium (selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari corpus
uteri yang membatasi cavum uteri.
c. Tuba Uterina Fallopi
Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral,
mulai dari cornu uteri kanan kiri. Panjangnya 12 cm, diameter 3-8 mm.
Pada tuba ini dibedakan empat bagian:

1. Pars interstitialis (intramuralis): bagian tuba yang berjalan dalam dinding


uterus, mulai pada ostium internum tubae.
2. Pars isthmica: bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus, merupakan
bagian tuba yang lurus dan sempit.
3. Pars ampullaris: bagian tuba antara pars isthmica dan infundibulum
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S.
4. Infundibulum: ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbrae,
lubangnya disebut ostium abdominale tubae.
5. Fungsi utama tuba ialah untuk membawa ovum yang dlepaskan ovarium
ke jurusan cavum uteri.

d. Ovarium
Ovarium ada dua, kirii dan kanan uterus, dihubungkan dengan uterus oleh
ligamen ovarii proprium dan dihubungkan dengan dinding panggul dengan
perantarraan ligamentum infundibulo-pelvicum, disini terdapat pembuluh
darah untuk ovarium yaitu arteri dan vena ovarica.
e. Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat antara kedua lembar ligamentum latum disebut
parametrium.
Gambar 1. Organ reproduktif wanita

Organ penting saluran reproduksi wanita, yaitu ovarium, tuba fallopi,


uterus, dan vagina. Reproduksi mulai dengan perkembangan ovum dalam
ovarium. Satu ovum dilontarkan dari satu folikel ovarii masuk rongga
abdomen pada pertengahan siklus seksual setiap bulan. Ovum ini kemudian
berjalan melalui salah satu tuba fallopi ke uterus, dan bila ia telah dibuahi
oleh sperma, ia akan mengalami implantasi pada uterus, tempat ia
berkembang menjadi fetus, plasenta, dan membran fetal.1

Pada pubertas, dua ovarium mengandung sekitar 300.000 ovum. Ovum


yang dikelilingi oleh satu lapis sel epiteloid granulosa dinamakna folikel
primordial. Selama tahun-tahun reproduksi wanita, hanya sekitar 400 folikel
yang cukup bekembang untuk melontarkan ovumnya; sisanya mengalami
degenerasi. Pada akhir kemampuan reproduksii, menoupause hanya beberapa
folikel primordial tersisa dalam ovarium, dan malahan ia mengalami
degenerasi segera sesudahnya.1

II.2 Fungsi Seksual dan Reproduksi pada Wanita

Fungsi seksual dan reproduksi pada wanita dapat dibagi dalam dua fase
utama: pertama, persiapan tubuh untuk konsepsi dan kehamilan, serta kedua,
periode kehamilan itu sendiri.1

II.2.1 Fungsi Reproduksi Prakehamilan pada Wanita dan Hormon


Wanita
II.2.1.1Sistem Hormon Wanita1

Sistem hormon pada wanita seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki
hormon sebagai berikut:

1. Hormon releasing hipotalamus luteinizing hormone-releasing hormone


(LHRH).
2. Hormon hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon
luteinisasi (LH), yang disekresi akibat respon terhadap releasing
hormone dari hipotalamus.
3. Hormon ovarium: estrogen, dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium
akibat respon terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis anterior.

Berbagai hormon tidak disekresi secara konstan, jumlahnya tetap, tetapi


disekresi dengan kecepatan yang berbeda drastis pada berbagai bagian siklus
wanita.

II.2.1.2Siklus Bulanan Ovarium dan Fungsi Hormon Gonadotropin

Masa reproduksi normal wanita ditandai oleh perubahan berirama bulanan


dalam kecepatan sekresi hormon-hormon wanita dan perubahan yang sesuai
pada organ seks itu sendiri. Gambaran berirama ini dinamakan siklus seksual
wanita (atau yang kurang tepat, siklus menstruasi). Lama siklus rata-rata 28
hari. Siklus dapat sependek 20 hari atau selama 45 hari bahkan pada wanita
yang normal sama sekali, walaupun panjang siklus yang abnormal kadang-
kadang dihubungkan dengan pengaturan fertilitas.1

Dua hasil bermakna dari siklus seksual adalah: Pertama, hanya satu ovum
matang yang normal dikeluarkan dari ovarium setiap bulan sehingga hanya
satu fetus yang dapat mulai tumbuh pada saat ini. Kedua, endometrium uterus
dipersiapkan untuk implantasi ovum yang telah dibuahi bila
dibutuhkan pada bulan ini.1

Gonad pada anak-anak dapat dirangsang oleh gonadotropin, hipofisis


mereka mengandung gonadotropi, dan hipotalamus mereka mengandung
GnRH. Namun, gonadotropin tersebut tidak disekresikan. Selama periode dari
lahir sampai pubertas, terdapat suatu mekanisme neural yang mencegah
penglepasan denyut GnRH. Sifat mekanisme yang menghambat timbulnya
sekresi pulse GnRH ini belum diketahui.6

Perubahan ovarium selama siklus seksual seluruhnya tergantung atas


hormon gonadotropin yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada usia
sekitar delapan tahun, hipofisis mulai menyekresi secara progresif hormon
gonadotropin yang makin lama makin banyak, dengan puncak timbulnya
siklus seksual bulanan antara usia 11 dan 15 tahun, puncak ini dinamakan
pubertas.1

Hipofisis anterior menyekresi dua hormon yang diketahui penting untuk


fungsi penuh ovarium: (1) hormon perangsang folikel (follicle-stimulating
hormone=LH) dan (2) hormon luteinisasi (luteinizing hormone=FSH).
Kedua hormon ini merupakan glikoprotein kecil dengan berat molekul sekitar
30.000.1

Selama setiap bulan siklus seksual wanita, terjadi kenaikan dan penurunan
jumlah FSH dan LH.Variasi siklus ini menyebabkan terjadinya perubahan
siklus ovarium.1
Gambar 2. Konsentrasi gonadotropin dan hormon-hormon ovarium plasma
selama siklus seksual wanita

a. Pertumbuhan Folikel

Gambar 3. Stadium-stadium pertumbuhan folikel dalam ovarium,


menunjukan juga pembentukan korpus luteum
Selama kanak-kanak folikel primordial tidak tumbuh, tetapi pada pubertas,
bila FSH dan LH dari kelenjar hipofisis anterior mulai disekresi dalam jumlah
besar, seluruh ovarium, khususnya folikel-folikel dalam ovarium mulai
tumbuh. Stadium pertama pertumbuhan folikel adalah pembesaran ovum itu
sendiri. Ini diikuti oleh perkembangan lapisan-lapisan sel granulosa tambahan
sekitar setiap ovum dan perkembangan beberapa lapisan sel-sel teka sekitar
sel-sel granulosa. Sel teka berasal dari stroma ovarium dan segera bersifat
epiteloid. Mungkin sel ini ditakdirkan menyekresi bagian terbesar estrogen,
sedangkan sel-sel granulosa akan menyekresikan progesteron.1

Folikel vesikular. Pada permulaan siklus seksual wanita setiap bulan, pada
sekitar permulaan menstruasi, konsentrasi FSH dan LH meningkat.
Peningkatan ini menyebabkan percepatan pertumubuhan sel teka dan sel
granulosa dalam sekitar 20 folikel ovarium tiap bulan. Sel teka dan sel
granulosa juga menyekresikan cairan folikular yang mengandung estrogen
konsentrasi tinggi. Penimbunan cairan ini dalam folikel menyebabkan
terbentuk antrum dalam sel-sel teka dan sel granulosa.1

Setelah antrum terbentuk, sel teka dan granulosa terus mengadakan


proliferasi, kecepatan sekresi bertambah cepat, dan setiap folikel yang sedang
tumbuh menjadi folikel vesikular.1

Bila folikel vesikular membesar, sel teka dan granulosa terus berkembang
pada salah satu kutub folikel. Dalam masa ini terletak ovum.1

Pada manusia, satu folikel dari salah satu ovarium mulai tumbuh cepat
pada sekitar haru keenam dan menjadi folikel dominan, sementara yang lain
mengalami regresi, membentuk folikel atretik.6

Penyebab atresia ini tidak diketahui, tetapi telah dikemukakan sebagai


berikut: satu folikel yang berkembang lebih pesat dari perkembangan folikel
lainya. Ini menimbulkan penghambatan umpan balik sekresi hormon
gonadotropin FSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Kekurangan hormon ini
tidak tidak menghambat lebih lanjut pertumbuhan folikel yang paling besar
karena jumlah estrogen yang disekresi lokal dalam jumlah besar dalam folikel
mempunyai efek merangsang diri sendiri yang telah menyebabkan folikel
terus tumbuh. Akan tetapi, kekurangan rangsang FSH pada folikel yang
kurang berkembang menyebabkan folikel-folikel ini berhenti berkembang, dan
tentu saja mengalami involusi.1

b. Ovulasi

Folikel matang yang telah sangat membesar menonjol dari permukaan


ovarium, menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk
membebaskan oosit saat ovulasi. Pecahnya folikel ditandai oleh pelepasan
enzim-enzim dari folikel untuk mencerna jaringan ikat di dinding folikel.
Karena itu dinding yang menonjol hingga ke tahap di mana dinding tersebut
tidak lagi mampu menahan isi folikel yang cepat membesar.3

Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelah meiotik


pertamanya. Ovum (oosit sekunder), masih dikelilingi oleh zona pelusida yang
lekat dan sel-sel granulosa (kini dinamai korona radiata, yang berarti
mahkota memancar), tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga
abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang dibebaskan ini cepat
tertarik ke dalam tuba uterina, tempat fertilisasi dapat terjadi.3

Saat ovulasi atau keluarnya sel telur dari indung telur perlu kita ketahui
untuk menetukan massa/hari subur seorang wanita. Karena kehamilan hanya
mungkin bila senggama (koitus) terjadi sekitar saat ovulasi. Biasanya ovulasi
terjadi kira-kira 14 hari sebelum haid yang akan datang (pada siklus normal 28
hari). Dengan perkataan lain di antara dua haid yang berturutanoleh indung
telur dikeluarkan ovum, setiap kali satu dari ovarium kanan dan lain kali dari
ovarium kiri.7

Indikator yang tidak menyusahkan dan cukup terandalkan mengenai saat


ovulasi adalah perubahan suhu tubuh basal. Wanita yang berkeinginan
memperoleh suhu akurat harus menggunakan termometer dengan degradasi
yang lebar dan mengukur suhu (oral atau rektal) pada pagi hari sebelum turun
dari tempat tidur. Penyebab perubahan suhu pada saat ovulasi mungkin adalah
peningkatan sekresi progesteron, karena progesteron bersifat termogenik.6

Segera sebelum ovulasi, folikel yang menonjol keluar dinding folikel


membengkak dengan cepat, area kecil di pusat kapsul dinamakan stigma,
menonjol seperti puting susu. Pada setengah jam kemudian atau lebih, cairan
mulai keluar dari folikel melalui stigma. Sekitar dua menit kemudian, stigma
pecah, dan cairan yang kental yang menduduki bagian sntral folikel
mengalami evaginasi keluar menonjol abdomen. Cairan kental ini membawa
folikel yang dikelilingi oleh beberapa ribu sel granulosa yang dinamakan
korona radiata.1

Peranan hormon luteinisasi (LH) pada ovulasi. Hormon luteinisasi


dibutuhkan untuk pertumbuhan akhir folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini,
walaupun terdapat FSH dalam jumlah besar, folikel tidak akan berkembang
sampai stadium ovulasi.1

c. Fase Luteal Siklus Ovarium

Selama hari terakhir sebelum ovulasi dan diteruskan selama sehari atau
lebih setelah ovulasi, di bawah rangsang hormon luteinisasi, sel-sel teka dan
granulosa mengalami perubahan fisik dan kimia dengan cepat, suatu proses
yang dinamakan luteinisasi. Jadi massa sel yang masih tetap pada tempat
folikel yang pecah menjadi korpus luteum yang menyekresi hormon
progesteron dan estrogen. Sel-sel ini menjadi sangat besar dan memasukkan
lipid sehingga berwarna kekuningan, dari mana berasal istilah luteum.1

LH memelihara korpus luteum, yaitu setelah memicu pembentukan


korpus luteum LH merangsang sekresi berkelanjutan hormon steroid oleh
struktur ovarium ini. Di bawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan
progesteron dan estrogen dengan progesteron merupakan produk hormon yang
paling banyak.3
Selama fase luteal siklus ovarium, banyak estrogen dan progesteron yang
disekresi oleh korpus luteum menyebabkan umpan balik penurunan sekresi
FSH dan LH. Oleh karena itu, selama periode ini tidak ada folikel baru yang
tumbuh dalam ovarium.1

d. Fase Menstruasi

Bila sel telur tidak di buahi, maka setelah berusia tertentu korpus luteum
yang merupakan pemroduksi hormon estrogen dan progesterone
menghentikan aktivitasnya, korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikans yang kemampuannya memproduksi estrogen dan progesterone amat
rendah. Turunnya kadar estrogen dan progesterone secara mendadak berakibat
lepasnya ovum dan robeknya endometrium yang menebal. Robek dan
hancurnya endometrium menyebabkan tipisnya dinding rahim. Pada masa
menstruasi biasanya hormon wanita ini berpengaruh dalam tingkah lakunya
sehari-hari, misalnya mudah marah, mudah tersinggung, rasa cemas, dan lain-
lain.8
Siklus menstruasi terdiri atas perubahan-perubahan di dalam ovarium dan
uterus. Masa menstruasi berlangsung kira-kira lima hari; selama masa ini
epitelium permukaan lepas dari dinding uterus dan perdarahan pun terjadi.9

II.2.1.3Hormon-Hormon Ovarium Estrogen dan Progesteron1

Dua jenis hormon ovarium adalah estrogen dan progesteron. Estrogen


terutama meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan sel-sel spesifik pada
tubuh dan bertanggung jawab akan perkembangan sebagian besar sifat
sekunder wanita. Sebaliknya, progesteron hampir seluruhnya berkaitan dengan
persiapan akhir uterus untuk kehamilan dan kelenjar mammae untuk laktasi.

a. Fungsi estrogen efek pada sifat seksual primer dan sekunder.

Fungsi utama estrogen adalah menyebabkan proliferasi dan


pertumbuhan sel jaringan organ seks dan jaringan lain yang berhubungan
dengan reproduksi.
Efek pada organ seks. Waktu masa kanak-kanak, estrogen diproduksi
dalam jumlah sedikit, tetapi setelah pubertas jumlah estrogen yang
disekresikan di bawah pengaruh hormon gonadotropin hipofisis meningkat
sampai 20 kali atau lebih. Pada saat ini organ seks wanita berubah dari
bentuk kanak-kanak menjadi bentuk dewasa. Tuba fallopii, uterus, dan
vagina, semua ukurannya bertambah. Genitalia eksterna juga membesar,
dengan pengendapan lemak pada mons pubis dan labia major serta disertai
pembesaran labia minora.

Selain itu, vagina mengubah epitel vagina dari kuboid menjadi


berlapis yang jauh lebih resisten terhadap trauma dan infeksi daripada
epitel prapubertas.

Tetapi yang lebih penting adalah perubahan yang terjadi di dalam


endometrium di bawah pengaruh estrogen, karena estrogen menyebabkan
proliferasi endometrium yang nyata dan perkembangan kelenjar
endometrium yang kemudian digunakan untuk membantu nutrisi ovum
yang berimplantasi.

Efek pada payudara. Estrogen dapat menyebabkan pengendapan


lemak dalam kelenjar mammae, perkembangan jaringan stroma kelenjar
mammae, dan pertumbuhan sistem saluran yang luas. Lobulus dan alveoli
kelenjar mammae berkembang sedikit, tetapi progesteron dan prolaktin
menentukan pertumbuhan dan fungsi struktur-struktur ini. Ringkasnya,
estrogen mengawali pertumbuhan kelenjar mammae dan alat pembentuk
susu kelenjar mammae, dan estrogen juga bertanggung jawab akan
penampilan luar kelenjar mammae wanita dewasa, tetap mereka tidak
menyelesaikan tugas mengubah kelenjar mammae menjadi organ
penghasil susu.

Efek pada rangka. Estrogen menyebabkan peningkatan aktivitas


osteoblastik. Sehingga pada pubertas, bila wanita memasuki masa
reproduksi, kecepatan tingginya menjadi cepat selama beberapa tahun.
Tetapi, estrogen mempunyai efek kuat lain pada pertumbuhan rangka:
estrogen menyebabkan penyatuan epifisis yang dini dengan batang tulang
panjang. Wanita eunuch yang pembentukan estrogennya tidak ada sama
sekali biasanya tumbuh beberapa inci lebih tinggi darpada wanita dewasa
normal karena epifisisnya tidak bersatu pada waktu dini.

Efek atas pengendapan lemak. Estrogen menyebabkan peningkatan


pengendapan lemak pada jaringan subkutis. Sebagai akibatnya, berat jenis
tubuh wanita keseluruhan, seperti dinilai oleh pengambangan dalam air,
jauh lebih kurang daripada tubuh pria yang mengandung lebih banyak
protein dan sedikit lemak. Selain untuk pengendapan lemak pada kelenjar
mammae dan jaringan subkutis, estrogen khususnya menyebabkan
pengenapan lemak nyata pada pantat dan paha, menyebabkan pelebaran
panggul yang merupakan sifat feminim.

Efek pada kulit. Estrogen menyebabkan kulit menjadi lebih


vaskular daripada normal; efek ini sering mengakibatkan perdarahan yang
lebih banyak pada permukaan yang terpotong daripada yang ditemukan
pada pria.

Fungsi intrasel estrogen. Setelah estrogen disekresi oleh ovarium,


estrogen bersirkulasi dalam darah hanya dalam beberapa menit sebelum
mereka dikirim ke sel sasaran. Waktu masuk dalam sel ini, estrogen
berikatan dalam 10 sampai 15 detik dengan protein reseptor dalam
sitoplasma dan kemudian, dalam ikatan dengan protein ini, bermigrasi ke
inti. Ia segera memulai proses trnskripsi DNA-RNA dalam area kromosom
spesifik, dan RNA mulai dihasilkan dalam beberpa menit. Selain itu,
setelah beberapa jam, DNA dihasilkan juga, akhirnya mengakibatkan
pembelahan sel. RNA berdifusi ke sitoplasma, tempat ia menyebabkan
peningkatan pembentukan protein yang besar dan selanjutnya mengubah
fungsi sel.

b. Fungsi progesteron
Efek pada uterus. Sejauh ini sebagian besar fungsi progesteron adalah
meningkatkan perubahan sekresi pada endometrium jadi menyiapkan
uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi.

Efek pada tuba fallopi. Progesteron juga meningkatkan perubahn


sekresi pada mukosa yang melapisi tuba fallopi. Sekresi ini penting untuk
nutrisi pada ovum yang telah dibuahi, yang sedang membelah waktu ia
berjalan dalam tuba fallopii sebelum implantasi.

Efek pada kelenjar mammae. Progesteron meningkatkan


perkembangan lobulus dan alveoli kelenjar mammae, menyebabkan sel-sel
alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi bersifat sekretoris. Akan
tetapi, progesteron tidak menyebabkan alveoli benar-benar menyekresi
susu, karena susu hanya disekresi setelah kelenjar mammae yang telah
disiapkan dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin dan hipofisis anterior.

Progesteron juga menyebabkan kelenjar mammae membengkak,


sebagian pembengkakan ini disebabkan karena timbulnyasekresi pada
lobulus dan alveoli, tetapi sebagian tampaknya akibat peningkatan cairan
pada jaringan subkutis sendiri.

II.2.1.4Pubertas

Pubertas berarti permulaan kehidupan seksual dewasa. Pubertas


disebabkan oleh peningkatan berangsur-angsur sekresi hormon gonadotropin
oleh hiposfisis.1

Pubertas biasanya muncul pada ummur 10 sampai 14 tahun dan pada


seorang gadis ditandai dengan permulaan menstruasi-menarki. Uterus dan
vagina membesar; buah dada membesar serta lemak, jaringan ikat, dan saluran
darah bertambah. Kemudian sifat kelamin sekunder tampil; lengkung tubuh
berkembang, dan jaringan adiposa membulatkan batas-batas anggotanya, serta
tampil bulu dalam ketiak dan daerah pubis. Pelvis melebar. Perubahan penting
terjadipada masa si gadis menjadi matang jiwa dan raganya melalui masa
remaja menjadi wanita dewasa.9

II.2.1.5Menopause

Ovarium seorang wanita mampu memproduksi sel telur setelah masa


puber sampai dewasa subur, yaitu berkisar antara usia 12 sampai dengan 50
tahun. Setelah sel telur habis diovulasikan, maka seorang wanita tidak lagi
mengalami menstruasi (haid), dan disebut masa menopause. Menopause
adalah berhentinya atau ketidakmampuan lagi proses pengeluaran sel telur dari
ovarium, sehingga secara otomatis wanita mulai tidak dapat menstruasi lagi.8
Penyebab menopuase adalah kebakaran ovarium. Dengan kata lain,
selama kehidupan seksual wanita banyak folikel primordial tumbuh menjadi
folikel vesikular pada setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum
mengalami degenerasi atau telah diovulasian. Oleh karena itu, pada usia
sekitar 45 tahum, hanya beberapa folikel primordial tetap tertinggal untuk
dirangsang FSH dan LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang
bila jumlah folikel primordial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen
turun sampai tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat
pembentukan FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan dalam
jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam jumlah subkritis dalam
waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa
terakhir folikel primordial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh
ovarium turun.1

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi awal mula (onset) menopause10

Earlier onset Later onset


Merokok Multiparitas
Nulliparity Peningkatan BMI (Body
Radiasi dan kemoterapi Mass Index)
daerah pelvis Keluarga
Pengobatan untuk depresi
Keluarga
Efek fisik menopause yang beragam di kenal dengan istilah climateric.
Keluhan keluhan yang biasa terjadi pada wanita menopause:10
(gunadarma.indryawati)
a. Sulit tidur
b. Mudah marah
c. Sering pusing
d. Mudah cemas
e. Sakit disekitar persendian

II.2.1.6Tindakan Seksual Wanita

Fase eksitasi pada wanita dapat dimulai oleh rangsangan fisik dan psikis.
Stimulasi taktil pada klitoris dan daerah perineum sekitar merupakan
rangsangan seks yang sangat kuat(guyton). Faktor psikis yang merupakan
dorongan seksual pada wanita sukar ditafsirkan. Hormon-hormon seks, dan
hormon-hormon korteks adrenal juga, tampaknya menunjukkan pengaruh
langsung pada wanita untuk menimbulkan dorongan seksual. 3Hasrat juga akan
berubah selama siklus bulanan seksual, hasrat tertinggi didapatkan menjelang
ovulasi yang dipercaya karena kadar estrogen yang sedang tinggi selama
periode ini.11

Isyarat sensoris seksual diperantarai segmen sakral medula spinalis


melalui nervus pudendus dan pleksus sakralis. Setelah isyarat ini masuk
medula spinalis, kemudian dihantarkan ke serebrum. Refleks lokal juga paling
sedikit sebagian bertanggung jawab akan orgasmus pada wanita yang
diitegrasikan pada sebagian sakral dan lumbal medula spinalis.1

Rangsangan menyebabkan vasodilatasi arteriol di seluruh vagina dan


genitalian eksterna, khususnya klitoris. Masuknya aliran darah terbukti dari
pembengkakan labium dan ereksi klitoris. Vasokongesti kapiler vagina
memaksa cairan keluar pembuluh ke dalam lumen vagina. Cairan ini yang
merupakan tanda positif pertama keadaan terangsang seksual, berfungsi
sebagai pelumas primer untuk hubungan seks. Pelumas tambahn berasal dari
sekresi mukus yang dari pria dan mukus yang dikeluarkan selama rangsangan
seksual dari kelenjar-kelenjar yang terletak di luar lubang vagina. Selama fase
eksitasi pada wanita, puting payudara menjadi tegak dan payudara membesar
akibat vasokongesti. Selain itu, sebagian besar wanita memperlihatkan sex
flush selama periode ini yang disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke
kulit.3

Bila rangsangan seksual lokal mencapai intensitas maksimum, khusunya


bila kesan lokal disokong oleh isyarat psikis yang sesuai dari serebrum, timbul
refleks yang menyebabkan orgasmus pada wanita, yang juga dinamakan
klimaks wanita.1

Orgasme pada wanita juga dapat membantu dalam proses pembuahan


ovum. Alasan yang mungkin mendasari hal ini adalah sebagai berikut:11
Pertama; selama orgasme, otot perineal akan berkontraksi secara ritmis
yang berasal dari refleks medulla spinalis yang mirip dengan refleks ejakulasi
pada pria. Refleks ini juga meningkatkan motilitas uterus dan tuba falopi
selama orgasme sehingga membantu sperma bergerak menuju ovum. Orgasme
juga kelihatannya menyebabkan pelebaran kanalis servikalis sampai 30 menit
sehingga mempermudah pergerakan sperma.
Kedua; pada beberapa hewan tingkat rendah, kopulasi menyebabkan
kelenjar hipofisis posterior mensekresikan oksitosin; efek ini mungkin
diperantarai melalui inti amigdala otak yang melanjut melalui hipotalamus
menuju hipofisis. Oksitosin ini menyebabkan peningkatan kontraksi ritmis
uterus sehingga mempercepat waktu perjalanan sperma menuju ovum.
Selain efek orgasme terhadap pembuahan, sensasi seksual yang kuat
terbentuk selama orgasme juga dilewatkan ke serebrum, dan menyebabkan
ketegangan otot yang kuat diseluruh tubuh. Tetapi setelah kulminasi dari aksi
seksual, ketegangan tersebut berakhir dan berganti menjadi suatu kepuasan
yang ditandai dengan keadaan relaks, suatu efek yang disebut resolusi.1
II.2.2 Kehamilan dan Laktasi
II.2.2.1Proses Kehamilan
a. Fertilisasi dan implantasi

Bila ovum mengalami fertilisasi, berlangsung suatu rangkaian peristiwa


lengkap yang dinamakan kehamilan, atau gestasi dan ovum yang telah
mengalami fertilisasi akhirnya berkembang menjadi fetus.1

Setelah koitus, pertama kali sperma ditranspor melalui uterus ke ujung


ovarium tuba fallopii dalam waktu sekitar 5 menit. Ini merupakan pergerakan
yang jauh lebih cepat dari pergerakan yang dapat dilakukan sperma sendiri,
yang menunjukkan bahwa pergerakan mendorong uterus dan tuba fallopii
mungkin berperan banyak bagi pergerakan sperma. Walaupun dengan bantuan
ini, dari setengah juta sperma yang diletakkan di dalam vagina hanya 1000
sampai 3000 yang berhasil melintasi tuba fallopii untuk mendekati ovum.1

Ekor sperma digunakan untuk bergerak bagi penetrasi akhir ovum. Untuk
membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur. Enzim-enzim akrosom
yang terpajan ketika membran akrosom pecah setelah berkontak dengan
korona radiata memungkinkan sperma membuat saluran menembus sawar-
sawar protektif ini.3
Gambar 4.Proses fertilisasi. (a) Gambaran skematik sperma yang
menembus sawar-sawar yang mengelilingi ovum. (b) Foto mikroskop elektron
memperlihatkan sebuah spermatozoa dengan membran akrosom yang telah
rusak dan enzim-enzim akrosom dibebaskan (warna merah).

Sperma dapat menembus zona pelusida hanya setelah berikatan dengan


reseptor spesifik di permukaan lapisan ini. Pengikatan molekul-molekul mitra
antar sperma dan ovum baru-baru ini ditemukan. Fertilin, suatu protein yang
terdapat di membran plasma sperma, berikatan dengan integrin sel telur, suatu
jenis molekul perekat sel yang menonjol dari permukaan plasma. Sperma
pertama yang mencapai ovum itu sendiri berdifusi dengan membran plasma
ovum (sebenarnya suatu oosit sekunder), memicu suatu perubahan kimiawi di
membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan luar ini tidak lagi
ditembusoleh sperma lain. Fenomena ini dikenal sebagai hambatan terhadap
polispermia (banyak sperma).3

Kepala sperma yang menyatu tersebut secara perlahan tertarik ke dalam


sitoplasma ovum oleh sel kerucut yang tumbuh dan membungkusnya. Ekor
sperma sering lenyap dalam proses ini, tetapi kepala membawa informasi
genetik yang penting. Bukti-bukti terakhir menunjukkkan bahwa sperma
mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk seluruhnya ke dalam
sitoplasma sel telur. Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca 2+ yang
tersimpandi dalam sel telur. Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca 2+ yang
tersimpan di dalam sel telur. Pelepasan Ca 2+ intrasel ini akan memicu
pembelahan meiotik akhir oosit sekunder. Dalam satu jam, nukleus sperma
dan sel telur menyatu, berkat adanya suatu kompleks molekul yang diberikan
oleh sperma yang memungkinkan kromosom pria dan wanita menyatu. Selain
menyumbang separuh dari kromosom ke ovum yang dibuahi, yang sekarang
dinamai zigot, sperma pemenang ini juga mengaktifkan enzim-enzim ovum
yang essensial bagi perkembangan awal mudigah.3

Selama tiga sampai empat jam pertama setelah pembuahan, zigot tetap
berada di ampula dan mengalami sejumlah pembelahan mitotik untuk
membentuk suatu bola padat sel-sel yang disebut morula. Sementara itu,
peningkatan progesteron dari korpus luteum merangsang pengeluaran
glikogen dari endometrium ke dalam lumen saluran reproduksi untuk
digunakan sebagai energi oleh mudigah. Sekitar tiga sampai empat hari setelah
ovulasi, progesteron diproduksi dalam jumlah memadai untuk melemaskan
otot tuba uterina sehingga morula dapat dengan cepat terdorong ke dalam
uterus oleh kontraksi peristaltik tuba uterina dan aktivitas silia. Ketika turun
ke uterus, morula mengapung bebas di dalam rongga uterus selam tiga sampai
empat hari, hidup dari sekresi endometrium dan terus membelah. Selama
enam sampai tujuh hari pertama setalah ovulasi, lapisan dalam uterus
dipersiapkan untuk implantasi di bawah pengaruh progesteron fase luteal.
Selama waktu ini, uterus berada dalam fase sekretoriknya, atau fase
progestasional, menyimpan glikogen dan mengalami peningkatan
vaskularisasi.3

Pada saat endometrium siap menerima implantasi (sekitar seminggu


setelah ovulasi), morula telah turun ke uterus dan terus berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi blastokista yang dapat melakukan implantasi.3
Implantasi terjadi akibat kerja sel-sel trofoblast yang berkembang pada
permukaan blastokista. Sel-sel ini menyekresi enzim-enzim proteolitik yang
mencernakan dan mencairkan endometrium. Bersamaan dengan ini, banyak
cairan dan zat gizi yang dikeluarkan secara aktif diabsorpsi ke dalam
blastokista sebagai akibat fogositosis oleh sel-sel trofoblast; zat yang
direabsorpsi merupakan makanan bagi prtumbuhan blastokista lebih lanjut.
Pada saat yang sama, sel-sel trofoblast juga membentuk pita-pita sel yang
masuk ke dalam lapisan-lapisan endometrium yang lebih dalam dan melekat
padanya. Jadi, blastokista membuat lubang dalam endometrium dan pada saat
yang sama melekatkan diri padanya.1

Setelah implantasi berlangsung, sel-sel trofoblast dan sel-sel yang terletak


di bawahnya berproliferasi dengan cepat; dan bersama dengan sel-sel yang
berasal dari endometrium ibu membentuk plasenta dan berbagai membran
kehamilan.1

Selama kehidupan intrauteri, plasenta melakukan fungsi sistem


pencernaan, sistem pernapasan, dan ginjal bagi janin parasitik ini. Nutrien
dan O2 berdifusi dari darah ibu menembus sawar tipis plasenta ke dalam darah
janin, sementara CO2 dan sisa metabolik lain secara bersamaan berdifusi dari
darah janin ke dalam darah ibu.3

b. Faktor-faktor hormonal pada kehamilan

Pada semua mamalia, korpus luteum di ovarium pada saat pembuahan


tidak mengalami regresi tetapi membesar sebagai respons terhadap stimulasi
oleh hormon gonadotropik yang disekresikan oleh plasenta. Gonadotropin
plasenta pada manusia disebut human chorionic gonadotropin (hCG). Korpus
luteum kehamilan yang membesar mensekresikan estrogen dan progesteron,
dan relaksin. Relaksin membantu mempertahankan kehamilan dengan
menghambat kontraksi miometrium. Plasenta menghasilkan cukup banyak
estrogen dan progesteron dari prekursor maternal dan fetal untuk mengambil
alih fungsi korpus luteum setelah minggu keenam kehamilan. Fungsi korpus
luteum mulai menurun setelah 8 minggu kehamilan, tetapi korpus luteum
menetap selama kehamilan.6

Selama kehamilan jumlah estrogen yang sangat berlebihan menyebabkan


(1) pembesaran uterus, (2) pembesaran kelenjar mammae dan pertumbuhan
jaringan kelenjar mammae, dan (3) pembesaran genitalia eksterna wanita.
Estrogen juga merelaksasi berbagai ligamentum pelvis sehingga sendi
sakroiliaka relatif lentur dan simpisis pubis menjadi elastis. Perubahan ini
mempermudah pengeluaran fetus mealaui jalan lahir.1

Progesteron melakukan berbagai peran sepanjang kehamilan. Fungsi


utamanya adalah mencegah keguguran dengan menekan kontraksi
miometrium uterus. Progesteron juga mendorong pembentukan sumbat mukus
di kanalis servikalis, mencegah kontaminanvagina mencapai uterus. Yang
terakhir, progesteron plasenta merangsang perkembangan kelenjar susu di
payudara, dalam persiapan laktasi.3

Baru-baru ini, suatu hormon baru yang dinamakan somatomamotropin


korionik manusia telah ditemukan. Somatomamotropin mempunyai efek
penting: (1) perkembangan sebagian payudara, (2) mempunyai kerja lemah
serupa hormon pertumbuhan, dan (3) metabolisme glukosa dan lemak pada
sang ibu.1

c. Perubahan selama akhir gestasi sebagai persiapan untuk persalinan

Persalinan (partus, pelahiran) memerlukan (1) dilatasi kanlis servikalis


(pembukaan) untuk mengakomodasi lewatnya janin dari uterus melalui
vagina ke lingkungan luar dan (2) kontraksi miometrium uterus yang cukup
kuat untuk mengeluarkan janin.3

Selama gestasi, pintu keluar uterus tetap terttutup oleh serviks yang kaku
dan tertutup rapat. Seiring dengan mendekatnya persalinan, serviks mulai
melunak (atau matang) akibat disosiasi serat jaringan ikatnya yang kuat
(kolagen). Karena perlunakan ini maka serviks menjadi lentur sehingga dapat
secara bertahap membuka pintu keluarnya sewaktu janin yang secara paksa
didorong menekannya saat persalinan. Perlunakan ini terutama disebabkan
oleh relaksin, suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh korpus luteum
kehamilan dan plasenta. Faktor lain juga berperan dalam perlunakan serviks
ini. Relaksin juga melemaskan jalan lahir dengan melonggarkan jaringan ikat
antara tulang-tulang panggul.3

Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan daya kontraksi uterus


adalah sebagai berikut.1

1. Faktor hormonal

Progesteron menghambat daya kontraksi uterus selama kehamilan,


sehingga membantu mencegah pengeluaran fetus. Sebaliknya, estrogen
mempunyai kecenderungan nyata untuk meningkatkan derajat kontraksi
uterus. Kedua hormon ini disekresi dalam jumlah yang progresif bertambah
selama kehamilan, tetapi dari bulan ke tujuh dan seterusnya, sekresi estrogen
lebih banyak dibandingkan sekresi progesteron. Oleh karena itu, dipostulasi
bahwa rasio estrogen terhadap progesteron cukup meningkat menjelang akhir
kehamilan sehingga paling tidak bertanggung jawab sebagian akan
meningkatnya daya kontraksi uterus.

Selain itu hormon oksitosin yang disekresikan oleh glandula hipofisis


posterior juga mempunyai efek pada kontraksi uterus.

2. Faktor mekanik

Organ otot polos yang hanya diregang biasanya meningkatkan daya


kontraksinya. Selanjutnya, peregangan intermiten, seperti yang terjadi
berulang kali pada uterus karena pergerakan fetus, dapat juga menimbulkan
kontraksi otot polos.

Regangan atau iritasi serviks uteri khususnya penting dalam menimbulkan


kontraksi uterus. Mekanisme efek ini mungkin transmisi isyarat miogenik dari
serviks ke korpus uteri.
Persalinan dibagi menjadi tiga tahap: (1) dilatasi serviks, (2) pelahiran
bayi, dan (3) pelahiran plasenta.

Gambar 5. Tahap-tahap persalinan

II.2.2.2Laktasi

Banyak hormon diperlukan untuk perkembangan mamae yang sempurna.


Secara umum, estrogen terutama berperan untuk prolifferasi duktus mamae
dan progesteron untuk perkambangan lobulus.6
Periode mamogenesis memerlukan partisipasi terpadu dari estrogen,
progesteron, prolaktin, growth homone dan glukokortikoid. Sekresi ASI pada
masa nifas telah dihubungkan dengan pembesaran lobulus lebih lanjut, diikuti
sintesis unsur-unsur ASI seperti laktosa dan kasein.12
Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, dua hormon berperan
penting untuk mempertahankan laktasi: (1) prolaktin, yang meningkatkan
sekresi susu,dan (2) oksitosin, yang menyebabkan ejeksi (penyemprotan) susu.
Penyemprotan susu atau milk letdown, merujuk kepada ekspulsi paksa susu
dari lumen alveolus keluar melalui duktus. Pelepasan kedua hormon ini
dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan puting
payudara oleh bayi.3
Bayi tidak dapat secara langsung menghisap susu keluar dari lumen
alveolus. Susu harus keluar dari lumen alveolus. Susu harus secara aktif
diperas keluar alveolus dan masuk ke duktus dan menuju ke puting payudara,
oleh kontraksi sel-sel mioepitel khusus (sel epitel mirip otot) yang
mengelilingi alveolus. Penghisapan payudara oleh bayi merangsang ujung
saraf sensorik di puting, menimbulkan aksi merambat melalui medula spinalis
ke hipotalamus. Hipotalamus, setelah diaktifkan, memicu pengeluaran
oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosi, selanjutnya, merangsang kontraksi
mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu. Milk letdown ini berlanjut
selama bayi terus menyusui.3
Pelepasan prolaktin dan sekresi susu. Penghisapan tidak saja memicu
pelepasan oksitosin tetapi juga merangsang produksi prolaktin. Pengeluaran
prolaktin oleh hipofisis anterior dikontrol oleh dua sekresi hipotalamus:
prolactin inhibin hormone (PIH) dan prolactin-releasing hormone (PRH).3
Pengisapan satu payudara menyebabkan susu mengalir tak hanya di dalam
payudara tersebut tetapi juga di dalam payudara sisi yang lain. Juga yang
terutama menarik adalah bahwa bunyi bayi menangis sering merupakan
isyarat yang mencukupi untuk menyebakan ejeksi susu.1
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan Tinjauan Kepustakaan.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Dalam penelitian ini menggunakan seperangkat laptop.
3.2.2 Bahan
Buku, e-journal.

3.3 Defenisi Operasional


3.3.1 Buku menurut KBBI adalah lembar kertas yang berjilid, berisi
tulisan atau kosong.
3.3.2 E-journal adalah terbitan serial tercetak tetapi dalam bentuk
elektronik.

BAB IV
PEMBAHASAN
Hormon mempunyai banyak peran dalam kehidupan, salah satunya
berperan pada wanita dalam fungsi seksual wanita. Hormon juga berperan
dari awal penentuan fenotip seks pada saat masih di dalam kandungan,
dimana hormon testosteron, MIF, dan DHT akan mempengaruhi fenotip pria,
dan sebaliknya apabila ketiga hormon ini tidak ada maka tebentuklah fenotip
wanita.
Sistem hormon wanita baru dimulai pada saat pubertas, dimana homon
releasing hipotalamus mulai bekerja kemudian mengeksitasi hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormon gonadotropin, yaitu FSH dan LH. Kemudian
hormon ini meningkat di dalam darah yang memberikan efek sistemik,
terutama pada organ genital, yaitu ovarium dengan sasaran folikel yang
mengandung bakal ovum. Bila FSH dan LH dari kelenjar hipofisis anterior
mulai disekresi dalam jumlah besar, maka terjadilah pertumbuhan folikel
ovarium. Stadium pertama pertumbuhan folikel adalah pembesaran ovum
yang diikuti perkembangan lapisan-lapisan sel granulosa tambahan dan
beberapa lapisan sel-sel teka. Sel granulosa akan menyekresikan progesteron,
sedangkan sel teka akan mengeksresikan estrogen. Sel teka dan sel granulosa
juga menyekresikan cairan folikuler. Penimbunan cairan ini dalam folikel
menyebabkan terbentuknya antrum dalam sel teka dan sel granulosa. Semakin
lama folikel akan makin bertambah besar dan setelah itu folikel menjadi
matang dan pecah membebaskan ovum,peristiwa ini dinamakan ovulasi.
Kemudian ovum tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam abdomen oleh
cairan antrum yang bocor. Ovum yang dibebaskan ini cepat ditarik ke dalam
tuba uterina, tempat fertilisasi akan terjadi.
Masa sel yang masih tetap pada folikel yang pecah menjadi korpus luteum.
Di bawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan progesteron dan
estrogen, dengan progesteron merupakan produk hormon paling banyak.
Bila ovum tidak dibuahi maka setelah berusia beberapa hari korpus luteum
menghentikan aktifitasnya dalam mengahasilkan progesteron dan estrogen.
Kemudian korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikans. Penurunan
estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dan robeknya
endometrium, peristiwa ini dinamakan mensruasi.
Bila terjadi proses fetilisasi, maka korpus luteum akan dipertahankan oleh
hormon human chorionic gonadotropin untuk menghasilkan estrogen,
progesteron, dan relaksin untuk mempertahankan dan myokong kehamilan.
Pada minggu keenam kehamilan plasenta mengambil alih fungsi korpus
luteum, tetapi korpun luteum masih tetap dipertahankan selama kehamilan.
Selama kehamilan jumlah estrogen yang sangat berlebihan menyebabkan
(1) pembesaran uterus, (2) pembesaran kelenjar mammae dan pertumbuhan
jaringan kelenjar mammae, dan (3) pembesaran genitalia eksterna wanita.
Estrogen juga merelaksasi berbagai ligamentum pelvis sehingga sendi
sakroiliaka relatif lentur dan simpisis pubis menjadi elastis. Perubahan ini
mempermudah pengeluaran fetus mealaui jalan lahir.

Progesteron melakukan berbagai peran sepanjang kehamilan. Fungsi


utamanya adalah mencegah keguguran dengan menekan kontraksi
miometrium uterus. Progesteron juga mendorong pembentukan sumbat
mukus di kanalis servikalis, mencegah kontaminan vagina mencapai uterus.
Yang terakhir, progesteron plasenta merangsang perkembangan kelenjar susu
di payudara, dalam persiapan laktasi.
Selain hormon di atas, hormon somatomamotropin korionik manusia juga
mempunyai efek penting yaitu untuk perkembangan sebagian payudara,
mempunyai kerja lemahserupa hormon pertumbuhan, dan metabolisme
glukosa dan lemak pada sang ibu.
Selama akhir gestasi terdapat beberapa perubahan yang menyebabkan
peningkatan daya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya proses
persalinan, salah satunya adalah faktor hormonal. Peningkatan rasio hormon
estrogen terhadap progesteron, dimana estrogen mempunyai kecenderungan
nyata untuk meningkatkan derajat kontraksi uterus. Selain hormon estrogen
ada juga hormon oksitosin yang disekresikan oleh hipofise posterior ikut
berperan dalam kontraksi uterus.
Setelah bayi lahir maka untuk menyokong kehidupan bayi tersebut maka
bayi mebutuhkan nutrisi berupa ASI. Proses pemberian ASI ini dinamakan
laktasi. Seperti yang telah dibicarakan di atas ada beberapa hormon untuk
perkembangan mamae terutama estrogen yang berperan untuk proliferasi
duktus mamae, dan progesteron untuk perkembangan lobulus dan alveoli.
Dan untuk pengeluaran dari ASI sendiri dipengaruhi oleh oleh hormon
prolaktin dan oksitosin yang dilepaskan ketika bayi menghisap puting susu
ibu.
Selain siklus bulanan wanita, kehamilan, dan persalinan, hormon juga
berpengaruh terhadap tindakan seksual, misalnya hormon estrogen yang
menimbulkan libido untuk melakukan tindakan seksual. Hal ini juga
berkorelasi dengan peristiwa menopause dimana terjadi peristiwa dimana
folikel primordial mendekati nol, sehingga estrogen akan mengalami
penurunan sampai tingkat kritis. Hal inilah yang menimbulkan banyak
perubahan yang terjadi pada wanita menopause seperti penurunan libido
payudara menjadi kendor, sering nyeri sendi, dan lain-lain.

BAB V
KESIMPULAN
Suatu hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh
oleh suatu sel atau kelompok sel dan menimbulkan efek pengaturan fisiologis
pada sel-sel tubuh lainnya.
Hormon berperan dalam fungsi seksual dan reproduksi pada wanita dapat
dibagi dalam dua fase utama: pertama, persiapan tubuh untuk konsepsi dan
kehamilan, serta kedua, periode kehamilan dan laktasi.
Hormon yang berperan pada fada fase persiapan konsepsi dan kehamilan
adalah FSH dan LH yang dirangsang pengeluarannya oleh hormon releasing
hipotalamus. Kemudian hormon ini merangsang ovarium yang merupakan salah
satu organ target untuk mengeluarkan estrogen dan progesteron. Hormon yang
berperan saat kehamilan adalah human chorionic gonadotropin, estrogen,
progesteron, rekasin, somotomamotropin korionik, oksitosin, dan prolaktin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Petrus Andrianto (Penerjemah).2011.Fisiologi Manusia dan Mekanisme
Penyakit:.Jakarta:EGC
2. Yurita Handojo (Penterjemah). 1998.Atlas berwarna dan teks
fisiologi.Jakarta: Hipocrates
3. Brahm U. Pendit (Penterjemah).2011.Fisiologi Manusia:dari Sel ke
Sistem.Jakarta:EGC
4. Santoso Gunardi,dkk (Penterjemah).2013. Sinopsis Organ System-Sistem
Reproduksi.Tangerang:Karisma
5. Bagian obsetri & ginekologi fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.1983.Obstetri Fisiologi.Bandung:Eleman
6. Djauhari Widjajakusumah dan Dangsina
Moeloek(Penterjemah).2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
7. Mochtar, Rustam.1992.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC
8. Indryawati,Rini.2007.Pengaruh Hormon Seksual terhadap
Wanita.Gunadarma. indryawati.staff.gunadarma.ac.id
9. Sri Yuliani Handoyo (Penterjemah).2015.Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis.Jakarta:Prima Grafika
10. Anonim.repository.usu.ac.id
11. Ardi,Muhammad.eprints.undip.ac.id
12. Anwar, Ruswana.2005.Endrokinologi kehamilan dan
persalinan.Bandung:FK Unpad.pustaka.unpad.ac.id

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Siti Hardiyanti Baharuddin
    100% (1)
  • Penyuluhan Campak
    Penyuluhan Campak
    Dokumen16 halaman
    Penyuluhan Campak
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Mor Bili
    Mor Bili
    Dokumen17 halaman
    Mor Bili
    Rezky Koto
    Belum ada peringkat
  • IVA Pendahuluan
    IVA Pendahuluan
    Dokumen5 halaman
    IVA Pendahuluan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen33 halaman
    PPT
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB I Luka Bakar 1
    BAB I Luka Bakar 1
    Dokumen23 halaman
    BAB I Luka Bakar 1
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Kunthi Rahmawati
    100% (1)
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen6 halaman
    Cuci Tangan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Word Urtikaria (Fix)
    Word Urtikaria (Fix)
    Dokumen20 halaman
    Word Urtikaria (Fix)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen18 halaman
    Parotitis
    FathulRachman
    0% (1)
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen25 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Flour Albus
    Referat Flour Albus
    Dokumen25 halaman
    Referat Flour Albus
    m4mba
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Dokumen48 halaman
    Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Dka
    Dka
    Dokumen12 halaman
    Dka
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Gagal Jantung
    Referat Gagal Jantung
    Dokumen23 halaman
    Referat Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Gemelli
    Kehamilan Gemelli
    Dokumen38 halaman
    Kehamilan Gemelli
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Krisis (Difteri)
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    Dokumen5 halaman
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis Referat 2
    Parotitis Referat 2
    Dokumen17 halaman
    Parotitis Referat 2
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB II Refrat Paru
    BAB II Refrat Paru
    Dokumen43 halaman
    BAB II Refrat Paru
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tht-Anatomi Hidung
    Tht-Anatomi Hidung
    Dokumen21 halaman
    Tht-Anatomi Hidung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • KP TB
    KP TB
    Dokumen5 halaman
    KP TB
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Saliva
    Kelenjar Saliva
    Dokumen2 halaman
    Kelenjar Saliva
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen13 halaman
    Tutorial
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Refarat Parotitis
    Refarat Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Refarat Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Case Epilepsi
    Case Epilepsi
    Dokumen15 halaman
    Case Epilepsi
    riski novika
    Belum ada peringkat