Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis merupakan


penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidennya pada umur <15
tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun.
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40 %
kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Parotitis adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi virus (Paramyxovirus) dan menyerang jaringan
kelenjar dan saraf. Infeksi terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun
sebelum penyebaran imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak
langsung, percikan ludah, atau urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada
orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum.
Dalam perjalanannya parotitis dapat menimbulkan komplikasi walaupun
jarang terjadi. Komplikasi dapat berupa: meningoencepalitis, artritis,
pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.
Insidensi parototis dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang
terjadi berupa meningitis aseptik. Insidensi dari parotitis meningoencephalitis
sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur
kurang dari 20 tahun. Angka rata-rata kematian akibat parotitis
meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi
parotitis dapat berupa neuritis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis
dan thrombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis
biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali
bersifat permanen.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan referat ini bertujuan melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di SMF THT Rumah Sakit Solok

1.3 Manfaat Penulisan


a. Bagi Mahasiswa

1
Sebagai bahan acuan dalam memahami dan mempelajari mengenai
parotitis.
b. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit ini berserta
pencegahan dan pengobatannya serta komplikasinya. Dengan demikian
penderita dapat mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya terhadap
gejala-gejala yang mengarah pada penyakit tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Saliva

2
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva
mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara


bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus
dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar
parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran
parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga
mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas.

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua


setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran
submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada
satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah
terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar.

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badan (almond shape), terletak pada
dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar
sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang
berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar
labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat
bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior
berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi
menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar
lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah.
Kelenjar ini bersifat murni mucus.

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini
bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada

3
palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar
glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu
murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.

Gambar 1. Anatomi kelenjar saliva mayor

Pendarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-
cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna
melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis.

Nodul kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri.
Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar
ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan
dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar parotis
mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.

Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada


cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otik.
Serabut postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal.

4
Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang
dinamakan Stensens duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2; lokasi
biasanya ditandai oleh papilla kecil.

Setiap hari diproduksi 1-2 liter air liur dan hampir semuanya ditelan dan
direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom. Makanan dalam mulut
merangsang serabut saraf yang berakhir pada nucleus pada traktus solitaries dan
pada akhirnya merangsang nukleus saliva pada otak tengah. Pengeluaran air liur
juga dirangsang oleh penglihatan, penciuman melalui impuls dari kerja korteks
pada nukleus saliva batang otak. Aktivitas simpatis yang terus menerus
menghambat produksi air liur seperti pada kecemasan yang menyebabkan mulut
kering. Obat-obatan yang menghambat aktivitas parasimpatis juga menghambat
produksi air liur seperti obat antidepresan, tranquillizers, dan obat analgesic opiate
dapat menyebabkan mulut kering (Xerostomia).

Air liur terdiri atas air dan mucin, membentuk seperti lapisan gel pada
mukosa oral dan membasahi makanan (lubrikasi). Lubrikasi penting untuk
mengunyah dan pembentukan bolus makanan sehingga memudahkan untuk
ditelan. Air liur juga mengandung amylase, yang berperan dalam pencernaan
karbohidrat. Air liur mengandung enzim antibakteri seperti lysozyme dan
immunoglobulin yang membantu mencegah infeksi serius dan mengantur flora
bakteri yang menetap di mulut. Saluran air liur relative impermeabel terhadap air
dan mensekresi kalium, bikarbonat,kalsium, magnesium, ion fosfat dan air. Jadi
produk akhir dari kelenjar air liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang
kaya akan kalsium dan fosfat. Komposisi ini penting untuk mencegah
demineralisasi enamel gigi.

2.2 Defenisi Parotitis


Parotitis (Gondongan atau Mumps) adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh virus dan menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus
(Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) diantara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian

5
atas atau pipi bagian bawah. Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemik atau epidemik. Penyakit ini cenderung menyerang
anak-anak yang berumur 2-12 tahun.

2.3 Etiologi
Agen penyebab parotitis adalah anggota dari kelompok paramyxovirus,
yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus
newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m.
Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan
jaringan terinfeksi lain. Virus yang paling umum yang menyebabkan parotitis
akut adalah mumps. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus
Rubulavirus, subfamily Paramyxovirinae, dan family Paramyxoviridae. Virus
mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan
perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup
memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari
nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada
suhu <4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30
detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus bereplikasi
pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local
dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus
masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel
mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam
sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang.

2.4 Epidemiologi

6
Parotitis dapat ditemukan diseluruh dunia dan menyerang kedua jenis
kelamin secara seimbang terutama menyerang anak berumur antara 5-10
tahun, 85% ditemukan pada anak-anak yang berumur di bawah 15 tahun.
Sebelum era vaksinasi, parotitis merupakan penyakit endemik hampir
diseluruh daerah di dunia dengan puncak insiden terjadi pada usia 5-9 tahun,
namun setelah era vaksinasi insiden parotitis bergeser ke usia dewasa muda.
Virus menyebar dari reservoir manusia melalui kontak langsung lewat
droplet. Sumber infeksi adalah saliva atau bahan-bahan yang tercemar oleh
saliva yang terinfeksi dan masuk ke host yang baru lewat saluran nafas. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kelenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam
sebelum pembengkakan kelenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang.

2.5 Patogenesis dan Patologi


Virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus bereplikasi
pada mukosa saluran nafas atas kemudian menyebar ke kelenjar limfe lokal
dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari yang berlangsung selama 3-5
hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kelenjar parotis, ovarium,
pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat
melalui pleksus koroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Virus
bermultiplikasi pada koroid dan sel ependim pada permukaan epitel ventrikel
dan sel ini mengalami deskuamasi ke cairan serebrospinal dan menyebabkan
meningitis. Pada ensefalitis selain terjadi demielinasi periventrikuler juga
terjadi infiltrasi perivaskuler oleh sel mononuclear dan proliferasi dari
mikrogial rod-cel.
Parotitis menyebabkan peningkatan IgG dan IgM yang dapat terdeteksi
dengan ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). IgM meningkat pada
stadium awal infeksi (hari kedua sakit), mencapai puncaknya dalam minggu
pertama dan bertahan selama 5-6 bulan. IgG muncul pada akhir minggu
pertama, mencapai puncak pada 3 minggu kemudian dan bertahan seumur
hidup. IgA juga meningkat saat infeksi.

7
Gambaran patologi yang terjadi adalah edema intersisial dan sebukan
limfosit. Sel-sel duktus mengalami degenerasi dan menyebabkan akumulasi
debris sel nekrotik dan leukosit dalam lumen. Tidak ditemukan adanya
inclusion body.

2.6 Manifestasi Klinik


Masa inkubasi selama 14-24 hari, 30-40% penderita tidak menunjukkan
gejala klinik dan sisanya 60-70% akan menunjukkan gejala klinik dengan
berbagai tingkatan. Masa prodormal ditandai perasaan lesu, nyeri pada otot
terutama daerah leher, sakit kepala, nafsu makan menurun diikuti pembesaran
cepat satu atau dua kelenjar parotis sarta kelenjar ludah yang lain seperti
submaksila dan sublingual. Pembesaran unilateral terjadi pada 25 % kasus
sedangkan pembengkakan kelenjar bilateral terjadi pada 70-80% kasus.

Gambar 2: Peradangan pada kelenjar parotis

Gejala klasik yang timbul dalam 24 jam adalah anak akan mengeluh sakit
telinga dan diperberat jika mengunyah makanan. Pada anak yang lebih besar
mengeluh pembengkakan dan nyeri rahang pada stadium awal penyakit, terutama
saat makan makanan asam. Dalam beberapa hari kelenjar parotis dapat terlihat
dan membesar dengan cepat serta membesar dengan cepat serta mencapai ukuran
maksimal dalam 1-3 hari sehingga aurikula akan terangkat dan terdorong ke
lateral. Selama masa pembesaran kelenjar, rasa nyeri dan nyeri tekan sangat hebat.
Keluhan akan berkurang saat pembesaran kelenjar mencapai ukuran maksimum.

8
Daerah yang mengalami pembengkakan terasa lunak dan nyeri. Kulit kemerahan
dan pembengkakan sering terjadi pada muara duktus Stensoni.

2.7 Diagnosis

Diagnosis mudah ditegakkan berdasarkan gejala klinik, namun jika


manifestasi klinik yang kurang lazim ditemukan, maka diagnosis menjadi tidak
jelas. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan adalah:

a. Pemeriksaan darah rutin, yang memberikan hasil tidak spesifik dan sering
menunjukkan adanya leucopenia dengan limfositosis relative atau kadang
normal
b. Dapat terjadi peningkatan c-reactive protein (CRP)
c. Tes serologi, dimana didapatkan kenaikan antibody spesifik terhadap
parotitis seperti complement fixation test (CF), hemagglutination-
inhibition (HI), enzim linked immunosorbent assay (ELISA) dan virus
neutralization. Kenaikan titer antibody dalam serum 4 kali atau lebih tinggi
terbukti tejadinya infeksi. Ditemukannya IgM, dapat membantu
menegakkan diagnosa pada kasus sulit yang dapat dideteksi pada minggu
pertama sakit.
d. Isolasi virus penyebab dari saliva dan urin selama masa akut penyakit dan
dari CSF saat dini dari meningoensefalitis. Virus masih dapat ditemukan
dalam urin 2 minggu setelah onset penyakit
e. Peningkatan amylase serum pada parotitis dan pancreatitis parotitis
mencapai puncaknya pada minggu pertama dan menurun pada minggu
kedua dan ketiga. Peningkatan serum amylase terjadi pada 70% parotitis.

2.8 Diagnosis Banding


a. Parotitis supuratif, yaitu infeksi bakteri pada kelenjar parotis dan paling
sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus, namun beberapa peneliti
pernah melaporkan disebabkan oleh bakteri anaerob (Fusobacterium,
Bacteroides, Peptosteptococcus). Secara klinis, pasien dengan parotitis
akan mengalami nyeri terus menerus pada sisi wajah yang terinfeksi.

9
Biasanya unilateral. Rasa tidak nyaman, demam, dan eritema menyertai
pembengkakan. Beberapa pasien mengeluh keterbatasan dalam
menggerakkan mandibula dan kesulitan mengunyah. Duktus Stenson
terlihat merah dan mengeluarkan nanah ketika dipalpasi. Laboratorium
ditemukan peningkatan polimorfonuklear leukosit (neutrofil leukositosis
dengan pergeseran ke kiri) pada pemeriksaan darah rutin, meingkatnya
tingkat sedimentasi, dan serum amilase. Computed tomography (CT)
scanning adalah evaluasi radiologic yang sering digunakan karena CT scan
menunjukkan proses supuratif di kenjar parenkim.
b. Parotitis berulang, berupa peradangan pada kelenjar parotis yang sering
tidak diketahui penyebabnya. Ditandai oleh pembengkakan frekuen dari
kelenjar parotis. Infeksi dan hipersensitivitas terhadap iodide dan
phenotiazine sering dihubungkan dengan keadaan ini. Pada beberapa kasus
yang dilakukan pada pencitraan pada duktus Stensoni menunjukkan
adanya sialeectasia. Pembengkakan kelenjar sublingual dan submandibula
tidak terjadi pada keadaan ini.
c. Parotitis autoimun (syndrome sjogren), adanya pembesaran kelenjar
parotis dan kelenjar lakrimalis kronis bilateral yang disertai dengan mulut
kering dan tidak adanya air mata.
d. Kalkulus salivarius, menyumbat saluran parotis, atau lebih sering saluran
submandibuler dimana pembengkakan hilang timbul
e. Pembesaran kelenjar limfe pada bagian proksimal dari kelenjar parotis,
biasanya disertai konjungtivitis

2.9 Penatalaksanaan

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang


sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena
terbatasnya asupan oral. Nutrisi yang cukup dan kompres hangat dapat membantu
penyembuhan.

10
Berikut tatalaksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan
umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa simptomatis. Analgetik-antipiretik untuk mengurangi
nyeri karena pembengkakan kelenjar. Parasetamol: 7,5- 10
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Tidak ada antivirus yang tepat
digunakan untuk parotitis.

2. Penderita rawat inap


Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat,
gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
a. Diet lunak, cair dan TKTP.
b. Analgetik-antipiretik. (parasetamol)
c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.

2.10 Komplikasi

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat
menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika
infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau
pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000) :
a. Meningoensepalitis
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar
parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,
yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering
pada anak-anak.
Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis
meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:

11
a. Infeksi primer neuron : parotitis sering muncul bersamaan atau
menyertai encephalitis
b. Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi. Ensefalitis menyertai
parotitis pada sekitar 10 hari.
Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan
dengan meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi
pemeriksaan lain biasanya normal, jumlah sel terutama limfosit
meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan cerebrospinal
baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-kadang
jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda
dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear
sering mendominasi pada awal penyakit.
b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun
insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf
unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
c. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh,
testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis
yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah
puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut
bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka
terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8
hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya
bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang
terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.
Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
d. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas.

12
e. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah,
demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis
akibat mumps.
f. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita
dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-
anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari
sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
g. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus
dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
h. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi
ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 510hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.
i. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah
poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-
2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah

13
sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu
dan sembuh sempurna.
j. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis)
dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 1020 hari; uveokeratitis,
biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan
penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis,
dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

2.11 Pencegahan

Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit ini. Cara
pencegahan terbaik untuk parotitis adalah dengan imunisasi rutin rekomendasi
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011. Vaksin ini merupakan kombinasi
dengan vaksin measles (campak) dan rubella (campak Jerman). Diberikan
sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan kemudian usia 56 tahun.
Penecegahan bisa dilakukan secara pasif dan aktif. Berikut adalah perbedaan
pencegahan secara pasif dan aktif.
a. Pasif : Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif dalam
mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
b. Aktif : Pemberian rutin vaksin parotitis hidup yang dilemahkan. Anak
yang divaksinasi biasanya tidak mengalami demam atau reaksi klinis lain
yang dapat dideteksi, tidak mengeksresi virus, dan tidak menular terhadap
kontak yang rentan. Jarang parotitis dapat berkembang 7 10 hari sesudah
vaksinasi. Vaksin memicu antibody pada sekitar 96% resipien seronegatif
dan mempunyai kemanjuran protektif sekitar 97% terhadap infeksi
parotitis alamiah. Proteksi tampak berakhir lama. Pada suatu wabah
parotitis, beberapa anak yang telah diimunisasi dengan vaksin parotitis
sebelumnya mengalami sakit yang ditandai dengan demam, malaise, mual,
dan ruam popular merah yang melibatkan badan dan tungkai tetapi

14
mentelamatkan telapak tangan dan kaki. Ruam berakhir sekitar 24 jam.
Tidak ada virus yang diisolasi dari anak, tetapi kenaikan titer antibody
parotitis ditunjukkan.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan
setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
Mumps dalam situasi ini.

2.12 Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Secara
umum prognosis parotitis baik, kecuali pada keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan sekuele
karena meningoensefalitis

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Parotitis merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada
leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa
pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar
ludah. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15
tahun (sekitar 85% kasus). Diagnosis ditegakkan dari anamnesa, bila jelas ada
gejala infeksi parotitis pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium tidak
spesifik sehingga tidak bisa dijadikan patokan bila gejala fisik tidak jelas maka
diagnosis didasarkan atas pemeriksaan serologis, amilase dan virologi.
penatalaksanaan bersifat simptomatik dan suportif, karena tidak ada terapi spesifik
untuk infeksi virus mumps. Prognosis baik, kematian yang terjadi akibat
parotitis sangat jarang terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta, Kemenkes RI


Anonim. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Jakarta : EGC
C.George Ray, Parotitis Epidemika, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Harrison, Edisi XIII,EGC, Jakarta, 1999, hal : 935-938.
Pudjiadi, Marissa Tania S., Sri Rejeki S. Hadinegoro. 2009. Orkitis pada Infeksi
Parotitis Epidemika : laporan kasus. Sari Pediatri. Vol. 11 (1) : 47-51.
Ray, C. G. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Harrison. Jakarta : EGC.
Soedarmo, S. S. P., Garna H., Hadinegoro S. R. S., Satari H. I. 2008. Buku Ajar
Infeksi dan Pediatrik Tropis. Jakarta : IDAI.
Sumarmo S, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatric Tropis, Edisi II.
Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Suprohaita, Arif Mansjoer, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Parotitis
Epidemika, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Media
Aesculapius FK UI, Jakarta, 2000, hal: 418-419.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Siti Hardiyanti Baharuddin
    100% (1)
  • Penyuluhan Campak
    Penyuluhan Campak
    Dokumen16 halaman
    Penyuluhan Campak
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Mor Bili
    Mor Bili
    Dokumen17 halaman
    Mor Bili
    Rezky Koto
    Belum ada peringkat
  • IVA Pendahuluan
    IVA Pendahuluan
    Dokumen5 halaman
    IVA Pendahuluan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen33 halaman
    PPT
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB I Luka Bakar 1
    BAB I Luka Bakar 1
    Dokumen23 halaman
    BAB I Luka Bakar 1
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Dislokasi Patella
    Referat Dislokasi Patella
    Dokumen23 halaman
    Referat Dislokasi Patella
    Kunthi Rahmawati
    100% (1)
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen6 halaman
    Cuci Tangan
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Word Urtikaria (Fix)
    Word Urtikaria (Fix)
    Dokumen20 halaman
    Word Urtikaria (Fix)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen18 halaman
    Parotitis
    FathulRachman
    0% (1)
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen25 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Flour Albus
    Referat Flour Albus
    Dokumen25 halaman
    Referat Flour Albus
    m4mba
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Dokumen48 halaman
    Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Dka
    Dka
    Dokumen12 halaman
    Dka
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Referat Gagal Jantung
    Referat Gagal Jantung
    Dokumen23 halaman
    Referat Gagal Jantung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Gemelli
    Kehamilan Gemelli
    Dokumen38 halaman
    Kehamilan Gemelli
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kti Sex N Health Rev
    Kti Sex N Health Rev
    Dokumen36 halaman
    Kti Sex N Health Rev
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Parotitis
    Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • BAB II Refrat Paru
    BAB II Refrat Paru
    Dokumen43 halaman
    BAB II Refrat Paru
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tht-Anatomi Hidung
    Tht-Anatomi Hidung
    Dokumen21 halaman
    Tht-Anatomi Hidung
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Krisis (Difteri)
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    Dokumen5 halaman
    Hipertensi Krisis (Difteri)
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen18 halaman
    Isi
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Saliva
    Kelenjar Saliva
    Dokumen2 halaman
    Kelenjar Saliva
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen13 halaman
    Tutorial
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Refarat Parotitis
    Refarat Parotitis
    Dokumen17 halaman
    Refarat Parotitis
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • KP TB
    KP TB
    Dokumen5 halaman
    KP TB
    riski novika
    Belum ada peringkat
  • Case Epilepsi
    Case Epilepsi
    Dokumen15 halaman
    Case Epilepsi
    riski novika
    Belum ada peringkat