PENDAHULUAN
Menurut data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan
kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap
tahun dengan gangguan kadiovaskular. Lebih dari 80% kematian akibat gangguan
kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada
penelitian di Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia
40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis gagal jantung
selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan
bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu 5
tahun. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia
sebesar 0,3%. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada
responden umur 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis
dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung.Menurut Depkes RI
2009, prevalensi faktor risiko jantung dan pembuluh darah, seperti makan makanan
asin 24,5%, kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 49,2%, perokok
Arini.2015.Gagal
setiap hari 23,7% dan konsumsi alkohol 4,6%.2
Jantung.http://repository.wima.ac.id/3141/2/Bab%201.pdf(diakses 25-07-2016, 21:27 WIB)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang gagal jantung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi gagal jantung
b. Untuk mengetahui klasifikasi gagal jantung
c. Untuk mengetahui patofisiologi gagal jantung
d. Untuk mengetahui diagnosis gagal jantung
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal jantung
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk
menambah pengetahuan bagi penulis tentang gagal jantung.
a. Basis kordis, bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh
darah besar (aorta asendens, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan vena kava
superior). Basis kordis dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian atrium dekstra,
sedangkan bagian posterior dibentuk oleh aorta desendens, esofagus, vena
azigos, dan duktus thorasicus setinggi vertebra torakalis kelima sampai
kedelapan.
b. Apeks kordis, adalah bagian bawah jantung yang berbentuk kerucut tumpul.
Bagian ini dibentuk oleh ujung ventrikel sinistra dari dinding thorax, serta
ditutupi oleh paru-paru dan pleura sinistra.
Permukaan jantung ( fasies kordis) terdiri atas tiga lapis, yakni fasies
sternokostalis, fasies dorsalis, dan fasies diafragmatika.
a. Atrium dekstra, terdapat muara dari vena kava superior, vena kava inferior, sinus
koronarius, dan sinus atrioventrikular dekstra.
b. Ventrikel dekstra, berhubungan dengan atrium kanan melalui ostium
atrioventrikuler dekstrum, serta traktus pulmonalis melalui trunkus pulmonalis.
Dalam ventrikel dekstra terdapat valvula trikuspidalis dan valvula pulmonalis.
c. Atrium sinistra, terdapat muara dari vena pulmonalis.
d. Ventrikel sinistra, berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan aorta melalui osteum aorta.
2.2 Fisiologi Jantung4 Rilantono, Lily Ismudiati.1996.Buku Ajar Kardiologi.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Aksi potensial otot jantung yang memicu suatu kontraksi mekanik jantung
melalui suatu proses yang dinamakan excitation contraction copling. Pada proses ini
terjadi kenaikanyang dramatis konsentrasi Ca++ bebas intraseluler. Pada otot jantung,
ada dua mekaninsme yang dapat menerangkan hal tersebut yaitu Ca++ dikeluarkan
dari cadangan intra seluler yang disebut sarcoplasmic reticulum dan Ca++
ekstraseluler berdifusi ke dalam sel selama fase plateau pada potensial aksi jantung.
Pada waktu tingkat Ca++ intrasel tinggi, jembatan yang disebut jembatan silang
(cross bridges) yang terbentuk dari 2 set filamen atau miofilamen ditemukan dalam
sel. Filamen tebal yang terdiri dari protein yang dapat berkontaksi, disebut miosin,
dan filamen tipis yang terbentuk dari protein lain yang dapat berkontraksi termasuk
aktin dan protein pengatur troponin, tersusun reguler dan paralel didalam unit
kontraksi dasar dari otot, yang disebut sarkomer. Unit sarkome, bergabung ujung ke
ujung pada garis Z, membentuk miofibril, sepanjang sel-sel otot. Selama kontraksi,
filamen-filamen tebal dan tipis saling menggeser untuk memperpendek tiap sarkomer
hingga ke seluruh otot. Kekuatan untuk memperpendek ini digerakkan oleh Ca++
yang membentuk jembatan silang antara miofilamen tebal dan tipis. Jembatan-
jembatan terbentuk manakala tonjolan miosin dari filamen tebal menyentuh molkeul
aktin dalam filamen tipis. Interaksi aktin-miosin ini memerlukan energi dari adenosin
trifosfat (ATP).
Pada otot yang istirahat, persentuhan miosin dengan aktin dihambat oleh
troponin. Kalsium (Ca) menyebabkan kontraksi otot saling berinteraksi dengan
troponin untuk menghilangkan hambatan aktin. Sebuah cross bridge merupakan
susanan sangat pendek. Pemendekan otot yang besar memerlukan bentuk cross-
bridge yang berulang, untuk membentuk potongan gerak diantara miofilamen,
melepas dan membentuk kembali pada tempat aktin yang baru, begitu seterusnya,
secara berulang.
Tekanan diastol dan tekanan atrium dipertahankan oleh elastisitas dinding aorta
serta arteri besar lainnya. Meskipun demikian, tekanan aorta menurun perlahan-lahan
selama diastol sesuai dengan penyebaran darah aorta ke jaringan pembuluh sistemik.
Tekanan aorta terendah, tercapai pada akhir diastol, dinamakan tekanan diastol
(diastolic pressure). Perbedaan antara tekanan diastol dan ujung atas sistol didalam
aorta dinamakan tekanan nadi arteri (arterial pulse pressure). Nilai normal untuk
tekanan sistol dan diastol didalam aorta adalah 120 dan 80 mm air raksa. Nilai normal
tekanan nadi arteri adalah 40mm air raksa.
Karena seluruh jantung dilayani oleh satu sistim listrik, kejadian mekaniknya
pun serentak untuk jantung kanan dan jantung kiri. Kedua ventrikel memiliki periode
sistol dan diastol yang sama serta katup jantung kanan dan kirinya pun menutup dan
membukananya hampir bersamaan. Kedua sisi jantung tersusun sebagai hubungan
seri dalam satu sirkulasi, oleh karena itu memompa sejumlah darah yang sama
dengan isi sekencup (stroke volume) yang sama.
Perbedaan utama antara pompa kanan dan kiri terletak dari harga tekanan sistol
puncaknya (peak systolic) nya. Paru-paru memiliki tekanan yang lebih rendah
dibanding dengan keseluruhan organ sistemik tubh. Oleh karena itu dibutuhkan
tekanan arteri yang lebih rendah untuk mendorong curah jantung (cardiac output)
melalui paru-paru daripada ke seluruh tubuh. Nilai normal tekanan arteri pulmonal
sistol dan diastol adalah 24 dan 8 mm air raksa. Curah jantung, sejumlah darah yang
dipompakan oleh tiap ventrikel tiap menit adalah variabel kardiovaskuler yang sangat
penting, yang secara terus menerus menyesuaikan diri dalam sistem kardiovaskuler
untuk kebutuhan metabolisme seluruh tubuh. Sebagai contoh, dari istirahat sampai
bekerja keras, curah jantung setiap orang akan meningkat dari kira-kira 5,8 sampai 15
liter/menit. Kelebihan curah jantung diperlukan untuk kerja otot dan zat makanan
tambahan diperlukan gunan memelihara kenaikan metabolisme.
Curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup (SV= stroke volume) dan jumlah
denyut jantung permenit (HR= heart rate) sebagai berikut :
CO= HR x SV
Hubungan ini menunjukkan bahwa untuk setiap perubahan curah jantung pasti
terdapat perubahan pada denyut jantung atau volum sekuncupnya.
Denyut jantung dikontrol oleh pengaruh kronotropik pada aktifitas listrik sel-sel
nodus sinoatrial (SA node). Saraf-saraf parasimpatis jantung mempengaruhi
kronotropik negatif dan simpatis mempengaruhi kronotropik positif pada nodus SA.
Isi sekuncup (stroke volume) dikontrol oleh penampilan kontraksi otot-otot ventrikel
jantung, terutama pada tingkat pemendekan otot dalam situasi afterload. Ada tiga
pengaruh utama pada isi sekuncup jantung, yaitu kontaktilitas, preload dan
arterload.Peningkatan aktifitas saraf simpatis jantung cenderung meningkatkan isi
sekuncup dengan cara meningkatkan kontraktilitas otot jantung. Peningkatan tekanan
arteri cenderung menurunkan isi sekuncup dengan meningkatkan arterload pada
serabut-serabut otot jantung. Meningkatnya tekean pengisian ventrikel kiri akan
meningkatkan volum diastolik yang cenderung meningkatkan isi sekuncup melalui
hukum Starling.
Suatu hal yang penting untuk diketahui bahwa denyut jantung dan isi sekuncup
deipengaruhi ileh berbagai faktor. Olehkarena itu, pada sistem kardiovaskuler yang
normal, meningkatnya kontraktilitas belum tentu akan meningkatkan isi sekuncup.
Sebagai contoh, pada perdarahan, isi sekuncup dapat saja rendah walaupun
aktifitas sarah simpatisnya tinggi. Walaupun demikian, informasi ini dapat digunakan
secara langsung untuk semua situasi kardiovaskuler termasuk perdarahan. Kita dapat
menduga penyebabnya, misalnya aktifitas saraf simpatis jantung yang tinggi tidak
mungkin ditunjuk sebagai penyebab isi sekuncup yang rendah akibat perdarahan.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan rendahnya isi sekuncup yang
dihubungkan dengan kehilanagan banyak darah inilah yang merupakan penyebab
rendahnya tekanan pengisian jantung.
Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat kelainan struktur atau
fungsi jantung yang ditandai dengan:6 Pradipta, Eka Adip,dkk.2014.Kapita selekta.Jakarta:Media Aesculapius
a. Gejala gagal jantung: sesak napas atau lelah bila beraktivitas, pada kondisi
berat dapat muncul saat beristirahat.
b. Tanda-tanda retensi cairan, seperti kongesti paru atau bengkak pergelangan
kaki.
c. Bukti obyektif kelainan struktur atau fungsi jantung saat istirahat.
Tipikal Spesifik
- Sesak nafas - Peningkatan JVP
- Ortopneu - Refluks hepatojugular
- Paroxysmal nocturnal - Suara jantung S3 (gallop)
dyspnoe - Apex jantung bergeser ke lateral
- Toleransi aktifitas yang berkurang - Bising jantung
- Cepat lelah
- Begkak di pergelangan
Kurang tipikal Kurang tipikal
- Batuk di malam / dini hari - Edema perifer
- Mengi - Krepitasi pulmonal
- Berat badan bertambah > - Sura pekak di basal paru
2 kg/minggu pada perkusi
- Berat badan turun (gagal - Takikardia
jantung stadium lanjut) - Nadi ireguler
- Perasaan kembung/ begah - Nafas cepat
- Nafsu makan menurun - Heaptomegali
- Perasaan bingung - Asites
(terutama pasien usia - Kaheksia
lanjut)
- Depresi
- Berdebar
- Pingsan
Tabel 2.3 Abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada gagal jantung
Abnormalitas Penyebab Implikasi klinis
Sinus takikardia Gagal jantung Penilaian klinis
dekompensasi, anemia, Pemeriksaan
demam, hipertroidisme Laboratorium
Sinus Bradikardia Obat penyekat , anti Evaluasi terapi obat
aritmia, Pemeriksaan
hipotiroidisme, Laboratorium
sindroma sinus sakit
Atrial takikardia / Hipertiroidisme, infeksi, Perlambat konduksi AV,
futer / fibrilasi gagal jantung konversi medik,
dekompensasi, infark elektroversi, ablasi
miokard kateter, antikoagulasi
Aritmia ventrikel Iskemia, infark, Pemeriksaan
kardiomiopati, laboratorium, tes latihan
miokardits, beban, pemeriksaan
hipokalemia, perfusi, angiografi
hipomagnesemia, koroner, ICD
overdosis digitalis
2. Foto Toraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen toraks
dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat mendeteksi
penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.
Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik.
Tabel 2.4 Abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada gagal jantung
Abnormalitas Penyebab Implikasi Klinis
Sinus takikardia Gagal jantung Penilaian klinis
dekompensasi, anemia, Pemeriksaan
demam, hipertiroidisme laboratorium
Sinus bradikardia Obat penyekat , anti Evaluasi terapi obat
Pemeriksaan
aritmia, hipotiroidisme
laboratorium
Atrial takikardia / Hipertiroidisme, infeksi, Perlambat konduksi AV,
futer / fbrilasi gagal jantung konversi medik,
dekompensasi, infark elektroversi, ablasi
miokard kateter, antikoagulasi
Aritmia ventrikel Iskemia, infark, Pemeriksaan
kardiomiopati, laboratorium, tes latihan
miokardits, beban, pemeriksaan
hipokalemia, perfusi, angiografi
hipomagnesemia, koroner, ICD
overdosis digitalis
Iskemia / Infark Penyakit jantung Ekokardiografi,
Koroner troponin,
Angiografiikoroner,
revaskularisasi
Gelombang Q Infark, kardiomiopati Ekokardiografi,
hipertrofi, LBBB, angiografii koroner
preexitasi
Hipertrofi ventrikel Hipertensi, penyakit Ekokardiografi, doppler
Kiri katup aorta,
kardiomiopati hipertrofi
Blok Atrioventrikular Infark miokard, Evaluasi penggunaan
Intoksikasi obat, obat,
miokarditis, pacu jantung, penyakit
sarkoidosis, Penyakit sistemik
Lyme
Mikrovoltase Obesitas, emfisema, Ekokardiograf, rontgen
efusi perikard, toraks
amiloidosis
Durasi QRS > 0,12 Disinkroni elektrik dan Ekokardiograf, CRT-P,
detik dengan Mekanik CRT-D
morfologi LBBB
LBBB = Lef Bundle Branch Block; ICD = Implantable Cardioverter
Defbrillator
CRT-P = Cardiac Resynchronizaton Therapy-PACEImaker; CRT-D =
Cardiac
Resynchronizaton Therapy-Defbrillator
Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2008
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung
adalah darah perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit,
kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan
urinalisis. Pemeriksaan tambahan laindipertimbangkan sesuai tampilan klinis.
Gangguan hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada
pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum diterapi, meskipun
anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering
dijumpai terutama pada pasien dengan terapi menggunakan diuretik dan/atau
ACEI (Angiotensin Converting Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin
Receptor Blocker), atau antagonis aldosterone.
Tabel 2.6 abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang sering dijumpai
pada gagal jantung
Abnormalitas Penyebab Implikasi klinis
Peningkatan Penyakit ginjal, ACEI, Hitung GFR,
kreatinin serum ARB, pertimbangkan
(> 150 mol/L) antagonis aldosteron mengurangi dosis
ACEI/ARB/antagonis
aldosteron,
periksa kadar kalium dan
BUN
Anemia (Hb < 13 Gagal jantung kronik, Telusuri penyebab,
gr/dL pada laki-laki, gagal ginjal, hemodilusi, pertimbangkan terapi
< 12 gr/dL pada kehilangan zat besi
perempuan) ataupenggunaan zat
besi terganggu, penyakit
kronik
Hiponatremia (< Gagal jantung kronik, Pertimbangkan restriksi
135 mmol/L) hemodilusi, pelepasan cairan, kurangi dosis
AVP (Arginine diuretik, ultrafiltrasi,
Vasopressin), antagonis
Diuretik vasopresin
Hipernatremia (> Hiperglikemia, dehidrasi Nilai asupan cairan,
150 mmol/L) telusuri penyebab
Hipokalemia (< 3,5 Diuretik, Risiko aritmia,
mmol/L) hiperaldosteronisme pertimbangkan
sekunder suplemen kalium,
ACEI/ARB, antagonis
aldosteron
Hiperkalemia (> 5,5 Gagal ginjal, suplemen Stop obat-obat hemat
mmol/L) kalium, penyekat sistem kalium
renin- (ACEI/ARB,antagonis
angiotensinaldosteron aldosterone ), nilai fungsi
ginjal dan pH, risiko
bradikardia
Hiperglikemia (> Diabetes, resistensi Evaluasi hidrasi, terapi
200 mg/dL) Insulin intoleransi glukosa
Hiperurisemia (> Terapi diuretik , gout, Allopurinol, kurangi
500 mol/L) Keganasan dosis diuretik
BNP < 100 pg/mL, Tekanan dinding Evaluasi ulang diagnosis,
NT proBNP < 400 ventrikel normal bukan gagal jantung jika
pg/mL terapi tidak berhasil
BNP > 400 pg/mL, Tekanan dinding Sangat mungkin gagal
NT proBNP > 2000 ventrikel meningkat jantung
pg/mL
Kadar albumin Dehidrasi, mieloma Rehidrasi
tinggi (> 45 g/L)
Kadar albumin Nutrisi buruk, Cari penyebab
rendah (< 30 g/L) kehilangan
albumin melalui ginjal
Peningkatan Disfungsi hati, gagal Cari penyebab, kongesti
transaminase jantung kanan, liver, pertimbangkan
toksisitas obat kembali terapi
Peningkatan Nekrosis miosit, iskemia Evaluasi pola
Troponin berkepanjangan, gagal peningkatan
jantung berat, (peningkatan ringan
miokarditis, sepsis, sering terjadi pada gagal
gagal ginjal, emboli paru jantung
berat), angiografi
koroner, evaluasi
kemungkinan
revaskularisasi
Tes troid abnormal Hiper / hipotroidisme, Terapi abnormalitas
Amiodaron Tiroid
Urinalisis Proteinuria, glikosuria, Singkirkan kemungkinan
Bakteriuria Infeksi
INR > 2,5 Overdosis antkoagulan, Evaluasi dosis
kongesti hati antkoagulan,
nilai fungsi hati
CRP > 10mg/l, Infeksi, infamasi Cari penyebab
lekositosis
neutroflik
2) Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung
(dengan digoxin atau blocker dan pemberian warfarin).
3) Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan
dosis ditinggikan.
a. Terapi Farmakologi