Anda di halaman 1dari 5

Teori Segitiga Api

Diposkan oleh Yamato Maysatria Label: Forestry, Sains dan Teknologi, Tips and trik

Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur
yaitu: panas, udara dan bahan bakar yang menimbulkan atau menghasilkan panas
dan cahaya Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran
dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan
adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan
pijar.
Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu
rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api
atau Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang
ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar
tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran.
CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas

Tiga unsur segitiga api :

a. Oksigen : Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit
sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara
normal di dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa
bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat
mendukung terjadinya pembakaran
b. Panas : Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga
dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas
matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia
eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang
dikompresi
C. Bahan bakar : Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas.
Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah
seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya
pembakaran.
Jenis - jenis Bahan bakar :

a) Benda Padat : Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa
berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara,
plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
b) Benda Cair : Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis,
turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
c) Benda Gas :Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon
monoksida, butan, dan lain-lainnya.
Rantai Reaksi Kimia
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses
difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya
penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga
terjadi kebakaran yang berkelanjutan.
Flammable Range: adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi
campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap
saat bila diberi sumber panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran.

a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum
dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau
meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin
kandungan uap bahan bakarnya (too lean).
b) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit): adalah batas
maksimum dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan
menyala atau meledak, bila diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut
terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya (too rich).
KLASIFIKASI API
Tujuan pengklasifikasian api adalah agar dapat menggunakan dengan tepat jenis
media pemadam terhadap berbagai kelas kebakaran. Dengan klasifikasi ini
diharapkan pemilihan media pemadam dapat sesuai dengan jenis kebakaran
sehingga pemadaman dapat berlangsung secara efektif, dengan tidak mengabaikan
prosedur pemadaman yang benar.
Klasifikasi kebakaran atau api yang dianut oleh Indonesia adalah klasifikasi
kebakaran mengadopsi sistem National Fire Protection Association (NFPA), sesuai
keputusan Menteri Tenaga Kerja Indonesia melalui Peraturan PER.MEN:
NO/PER/04/MEN/1980 tertanggal 14 April 1980.

Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

Kelas A: kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar padat, seperti; kayu,
kain, kertas, kapuk, karet, plastik dan lain sebagainya.
Kelas B: kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar cair, seperti; bensin,
minyak tanah, spirtus, solar, avtur (jet fuel) dan lain sebagainya.
Kelas C: kebakaran atau api yang terjadi karena kegagalan fungsi peralatan
listrik.
Kelas D: kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar logam atau metal,
seperti; magnesium, titanium, aluminium, dan lain sebagainya.
TEKNIK PEMADAMAN API
Terdapat 4 (empat) teknik pemadaman api/ kebakaran. Dengan mempertimbangkan
unsur-unsur dan reaksi yang membentuk terjadinya api, maka dengan cara
menyingkirkan salah satu dari unsur-unsur tersebut, ataupun reaksi yang terjadi
akan dapat memadamkan api.
Adapun teknik pemadaman api tersebut adalah sebagai berikut:

a. Smothering (menyelimuti), adalah teknik pemadaman dengan cara


memisahkan uap bahan bakar dengan udara.
b. Cooling (mendinginkan), teknik pemadaman dengan cara menyerap panas
dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses pembakaran akan
terhalang.
c. Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik pemadaman
dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar.
d. Breaking chain reaction, teknik pemadaman dengan cara memutuskan rantai
reaksi kimia/reaksi pembakaran, atau dengan menangkap radikal-radikal
bebas seperti OH- dan H+, agar tidak dapat melanjutkan proses pembakaran
dari api tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memadamkan kebakaran di tangki


bahan bakar adalah potensi terjadinya fenomena slop over dan boil over.
Slop Over : Suatu proses bila water jet dijatuhkan ke permukaan minyak yang
terbakar, air akan langsung berubah menjadi uap secara cepat sekali ketika
menyentuh permukaan minyak (1700 kali volumenya), kemudian uap air akan
membawa minyak panas tersebut ke udara. Bersama itu pula cairan minyak akan
terdispersi akibat efek water jet tersebut, sehingga kebakaran minyak tersebut
bertambah hebat.
Boil Over : Suatu proses yang terjadi secara spontan, umumnya pada kebakaran
tangki terbuka yang berisi minyak bumi (crude oil), air dan emulsi yang berada di
dasar tangki menerima gelombang panas selama proses pembakaran berlangsung
di permukaan tangki, panas yang diterima akan mengubah air atau cairan menjadi
uap air atau steam, dengan faktor pengembangan 1.700 kali. Uap ini akan
terlontar ke udara sambil membawa bahan bakar yang berada di permukaannya,
dan berakibat kebakaran bertambah hebat.
JENIS MEDIA PEMADAM
Ada 3 (tiga) jenis utama media pemadam yaitu:
1. Jenis cair: air, busa kimia, busa mekanis, AF3
2. Jenis padat: dry chemical (dry powder)
3. Jenis gas: CO2, N2 (Inergen, FM-200)

Peralatan Pencegahan Kebakaran

a. Hydran : hydran nada 2 jenis, yang pertama adalah jet hydran yang akan
memancarkan air dengan kuat, biasanya digunakan untuk meruntuhkan
bangunan atau menjebol pintu pintu yang terbakar, sedangkan yang ke dua
adalah spray hydran dimana digunakan untuk mendinginkan ruangan yang
terbakar setelah berhasil dipadamkan, hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya bibit bibit api baru yang mungkin timbul akibat hembusan angina
dn lain-lain.
b. Detektor Asap / Smoke Detector : Peralatan yang memungkinkan secara
otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam
ruangan. Biasanya pemasangannya disebelah sprinkler.
c. Fire Alarm : Peralatan yang dapat mengeluarkan suara keras yang
dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya
bahaya kebakaran pada suatu tempat
d. Sprinkler : biasanya digunkanan di ruangan ruangan, baik di kapal maupun di
darat karena praktis, sprinkler akan memancarkan air secara otomatis apabila
terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada
sprinkler tersebut. Pada ujung sprinkler terdapat air raksa yang akan memuai
apabila terkena panas dan peceh sehingga air akan keluar dari sprinkler.
e. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api : Peralatan ini merupakan peralatan
reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B,C
dan D. Peralatan pemadam kebakaran ringan ini terbilang praktis karena tidak
terlalu berat dan bias dibawa dan ditempatkan dimana mana sesuai dengan
kebutuhan.

Prinsip Pemadaman Kebakaran


Untuk memadamkan kebakaran, hal yang perlu di ingat adalah sumber panas,
materi dan oksigen. Dengan kita mengerti penyebab kebakaran dan apa yang
terbakar maka kita bisa menentukan jenis dan cara pemadamannya.

Pencegahan Kebakaran
Dari penjelasan di atas maka kita bias mengklasifikasikan jenis kebakaran dan cara
penanganannya. Sedangkan untuk mencegah kebakaran maka perlu dibuat suatu
system menejemen misalnya kebakaran kamar mesin suatu kapal, maka perlu di
identifikasi apa yang kebakaran, penyebabnya apa dan bagaimana cara
menghindari kebakaran itu terjadi. Dengan mendata semua peralatan atau ruangan
yang ada dan membuat system menejemennya maka akan dapat dikurangi resiko
kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai