Anda di halaman 1dari 95

MODUL I PRAKTIKUM ELKOM

F I L T ER

A. TujuanPraktikum
1. Praktikan dapat mengidentifikasi jenis filter dari gambar respon frekuensi yang tergambar
padaosiloskop.
2. Praktikan dapat membedakan respon frekuensi yang dihasilkan oleh filter LPF
Butterworth dan LPF Chebychev, dan dapat menganalisis karakteristik masing masing
filtertersebut.
3. Praktikan dapat memahami konsep perancangan dan transformasifilter.
4. Praktikan mampu membedakan karakteristik yang dimiliki filter aktif maupun pasif
sehingga mengerti kapan harus memakai masing masingfilter.

B. Dasar teori:
Filter merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk menyaring daerah frekuensi
kerja tertentu dimana hanya frekuensi yang diinginkan yang dapat diteruskan, sedangkan
diluar frekuensi tersebut akan diredam. Frekuensi pemisah antara frekuensi yang diinginkan
dan yang tidak diinginkan disebut frekuensi cut-off. Dimana besarnya frekuensi cut-off
adalah 0,707 volt dari tegangan maximum yang diinginkan atau nilainya sama saat redaman
mencapai nilai-3dB.

Filter analog banyak digunakan dalam sistem komunikasi, misalnya pada up-down
converter, untuk merancang duplekser, filter sinyal audio, filter RF, filter SSB,dsb. Contoh
filter yang paling sederhana adalah pada rangkaian penyearah, dimana semua komponen
sinusoidalnya dihilangkan, sehingga hanya komponen C saja yangtertinggal.

PENGGOLONGANFILTER
Filter digolongkan dalam dua bagian,yaitu:
1. Filter menurut komponen penyusun rangkaiannya:
a. Filter pasif merupakan filter yang komponennya terdiri dari resistor, kapasitor dan
induktor.

1
b. Filter aktif merupakan filter yang komponennya terdiri dari penguat operasional,
resistor dankapasitor.
c. Selain itu masih ada lagi seperti filter Surface Acaustic Wave (SAW), filter-filter
elektromagnetik dan filter kristalpiezoelektrik.

2. Filter berdasarkan batas frekuensi yang ingin dilewatkannya:


a. LPF (Low PassFilter)
Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi dibawah frekuensi cut-off dan meredam
semua frekuensi di atasnya. Dengan kata lain LPF memperlemah tegangan keluaran
untuk semua frekuensi diatas frekuensi cut-off dan tetap untuk tegangan dibawah
frekuensicut-off.
b. HPF (High PassFilter)
Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi diatas frekuensi cut-off dan meredam semua
frekuensi di dibawahnya. Dan HPF akan memperlemah tegangan keluaran untuk
semua frekuensi dibawah frekuensi cut-off dan tetap untuk tegangan diatas frekuensi
cut-off. Sehingga HPF berlawanan denganLPF.
c. BPF (Band PassFilter)
Filter ini berfungsi meloloskan frekuensi diantara frekuensi cut-off bawah dan
frekuensi cut-off atas dan meredam semua frekuensi diluarnya. Selisih antara
frekuensi cut-off atas dan frekuensi cut-off bawah disebut dengan Bandwith (BW).
Dari selisih ini band pass filter dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu Wideband dan
Narrowband. Penjelasan selengkapnya baca buku referensilainnya.
d. BSF (Band StopFilter)
Filter ini berfungsi meredam frekuensi diantara frekuensi cut-off bawah dan
frekuensi cut-off atas dan meloloskan semua frekuensi lainnya. Oleh karena itu BSF
merupakan kebalikan dari BPF. Dari selisih ini band pass filter dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu Wideband dan Narrowband. Penjelasan selengkapnya baca buku
referensilainnya.

2
3. Filter menurut bentuk frekuensi terhadap gain:
a. FilterButterworth
Pendekatan Butterworth didasari pada asumsi bahwa keperluan untuk mendapatkan
respon rata pada daerah frekuensi sekitar nol dipandang lebih penting daripada daerah
lainnya.

Gambar 1.1 ResponFilterButterworth Gambar 1.2 Respon FilterChebyshev

b. FilterChebyshev
Jika pole-pole Butterwoth (ternormalisasi) digeser kearah kanan dengan cara
mengalikan bagian real (-) dengan suatu konstanta kc<1, maka posisi pole tersebut
akan berada dalam lintasan elips. Akibatnya, passband pada respon frekuensi akan
mengalami lipatan (ripple) dan pada transision band akan terjadi slope yang lebih
tajam. Respon seperti ini disebut pendekatan Chebychev atau Equal-Ripple. Cocok
digunakan untuk keperluan yang lebih mementingkan ketajaman slope, tetapi
mengijinkan adanya ripple padapassband.

Perbandingan antara respon filter pendekatan Butterworth dengan pendekatan


Chebyshev secara grafis adalah sebagai berikut:

3
A[dB]

0
-R
Butterwor th
-3

C hebyshev

0
1/cosh B1

Gambar 1.3 Perbandingan Respon Frekuensi Butterworth dan


Chebyshev

Selain kedua bentuk respon frekuensi diatas, terdapat juga bentuk respon lain yaitu: filter
Bessel dan filter Eliptic. Penjelasan selengkapnya baca dibuku.

PERANCANGAN FILTERPASIF
Dalam perancangan filter pasif, sebuah filter dengan spesifikasi tertentuseperti:
- resistansi sumber(RS)
- frekuensi stop band(S)
- resistansi beban(RL)
- redaman pada saat frekuensi stop band(AS)
- frekuensi cut-off(C)
- frekuensi tengah (O) padaBPF/BRF
- nilai ripple yang diinginkan (r), khusus untuk filterchebyshev.
Oleh karena itu, bagan di bawah ini adalah langkah umum merancang sebuah filter, yaitu:

Orde
Spesifika
Filter --> Gambar
si, Transformasi Denormalis
Harga rangkaian
Nomalisa LPF asi
Kompone sebenarnya
si
n

Gambar 1.4 Perancanganfilter

4
Merujuk pada buku, bagan perancangan filter pasif di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Menentukan spesifikasi filter yang diinginkan, dapat berupa besarnya penguatan,


frekuensi cut-off , frekuensi stop band yang digunakan dan besarnya nilai ripple yang
diizinkan.
b. Normalisasi frekuensi untuk mempermudah perancangan, analisis dan perhitungan
karena frekuensi yang digunakan biasanya sangat tinggi. Adapun cara untuk
normalisasi frekuensi beberapa filter, terdapat dalam tabel dibawahini:
Note:
C = frekuensi cut-off ternormalisasi
S = frekuensi stop-band ternormalisasi
CA = frekuensi cut-offatas
CB = frekuensi cut-off bawah
SA = frekuensi stop-band atas
SB = frekuensi stop-bandbawah

5
Tabel 1.1 Tabel Normalisasi FilterPasif

Filter SpesifikasiAwal LPFTernormalisasi ' C ' S

S
C

C
S

1rad/s

BWS SA SB

BWC CA CB

BWC CA CB

BWS SA SB

c. Menentukan ordefilter.
Dari hasil normalisasi maka akan didapat nilai frekuensi stop band ternormalisasi.
Orde filter akan didapat dengan cara melihat kurva redaman vs kurva frekuensi
ternormalisasi (dengan pembulatankeatas.
d. Menentukan harga komponen induktor dankapasitor.
Setelah mendapatkan orde filter , tahap selanjutnya menentukan komponen L dan C.
Dari orde filter dan perbandingan Rs dan Rl dengan melihat tabel Prototype Element
Value ,didapatkan nilai komponen-komponen C dan L. Kemudian kita dapat
merangkai komponen yang telah kita dapatkan dari tabeltersebut.
e. Prosestransformasi.
Nilai-nilai yang telah didapatkan merupakan nilai komponen untuk filter LPF saja .
Jika diinginkan filter yang lain perlu dilakukan transformasi ke filter yang diinginkan
(HPF,BSF,BPF).

6
Tabel1.2 Tabel Transformasi FilterPasif

Filter Transformasi LPFTernormalisasi Keterangan


HPF LHPF 1 C
LPF
denormalisa
C 1
si HPF LLPF
Komponen seri pada LPF
diubahmenjadi
LBPF(=LLPF) diseri dengan
BPF
CBPF(=LLPF)
denormalisa
Komponen paralel pada
si
LPF diubahmenjadi
LBPF(=CLPF) diparalel
denganCBPF(=CLPF)
Komponen seri pada LPF
diubahmenjadi
LBSF(=LLPF) diparalel
BSF
denganCBSF(=LLPF)
denormalisa
Komponen paralel pada
si
LPF diubahmenjadi
LBSF(=CLPF) diseri dengan
CBSF(=CLPF)

Note: Untuk filter LPF tidak mengalami proses transformasi, khusus untuk LPF bisa
langsung ke tahap berikutnya(denormalisasi).

f. Denormalisasi.
Untuk mendapatkan nilai komponen yang sebenarnya perlu dilakukan denormalisasi.
Adapun cara denormalisasi dapat dilakukan seperti tabel dibawah ini:

7
Tabel 1.3 Tabel Denormalisasi FilterPasif
Filter Rangkaianfilter NilaiKomponen Keterangan

C'
CNn 2f Rn
C L CNn = nilai
LPF
R L' Denormalisasi Cke-n
LNn 2Lf n
C

R L'
LNn 2Lf n
C Cn = nilai C
HPF
C' ternormalisasike-n
CNn 2f Rn
C L

Parallel RB RL = nilai resistansi


LNn 2f L2L'
O n normalisasi

C'
CNn 2RnB
L fC = frekuensicut-off
BPF
Seri RLL'n
LNn
2B fO = frekuensitengah
C Nn
B
2
f . f
CB CA

2fO C' n RL
Paralel RL2B
LNn B = bandwith3-dB
2fO L'n

C'
C Nn 2Rn B
L
BSF
Seri RLL'n
LNn
2B
B
C Nn 2
2f C' R
O n L

C. Peralatan yangdigunakan
Dalam melaksanakan praktikum dibutuhkan beberapa alatdiantaranya:
1. 1 Kit praktikum Elektronika KomunikasiFilter
2. 1 GeneratorSinyal
3. 1Oscilloscope

8
4. 2Probe
5. Jumper

D. ProsedurPraktikum
1. Nyalakan Generator Sinyal (GN) dan Osiloskop, kemudian pasangkan probenya. Atur
keluaran generator sinyal sehingga pada osiloskop terlihat nilai frekuensinya sama atau
tidak yang di bangkitkan oleh GeneratorSinyal.
2. Kemudian pasang probe generator sinyal dan probe osiloskop 1 (channel 1) pada input
filter 1 serta probe osiloskop untukoutpunya.

Gambar 1.5 Blok Rangkaian Kit PraktikumFilter

3. Lakukan percobaan dengan mengambil 10 sampel nilai frekuensi (antara 200kHz-


2MHz) untuk semua filter (filter 1,2,3,4 dan 5). Catat data-data yang diperlukan pada
tabel filter1.
Ikuti intruksi asisten untuk dapat mengisi tabel dengan tepat dan cepat.
Contoh table yang akandiisi

9
Tabel 1.4 : Sinyal KeluarFilter

Sinyal
No. SinyalMasukan
Keluaran
Frekuensi(KHz) Vp-p
1 2000
2 1800
3 1600
4 1400
5 1200
6 1000
7 800
8 600
9 400
10 200

4. Pengambilan data praktikum yang diatas dengan cara sebagai berikut:


Langkah pertama dengan cara kita menghubungkan Signal Inputnya kedalam
Function Generator dengan menggunakan kabel jumper, agar kita dapat
membangkitkan sinyal pada alat filterini.
Langkah kedua kita hubungkan LPF out pada kit praktikum filter ke alat osiloskop
dengan menggunakan jumper, agar kita dapat melihat hasil sinyal yang kita
bangkitkan pada input benar atau tidak, seperti contoh gambar1.5.
Langkah ketiga praktikan langsung proses praktikum ini untuk Filter LPF
butterworth, Filter LPF Cbeysev, Filter HPF , Filter BPF dan Filter LPF aktif. Akan
tetapi dalam filter LPF aktif ada tambahan perangkat power supply untuk
membangkitkandayanya.

10
1
5
2
3

Gambar 1.6 KitPraktikum

1. Filter LPFButterworth
2. Filter LPFChbeysev
3. FilterHPF
4. FilterBPF
5. Filter LPFaktif

11
Tabel 1.5 merupakan table sinyal keluaran filter LPFButterworth.
Table 1.5 : Sinyal Keluar Filter LPFButterworth
No SinyalMasukan SinyalKeluaran
Frekuensi(Khz) Vpp
1 2000 1.22V
2 1800 1.46V
3 1600 1.52V
4 1400 1.66V
5 1200 2.16V
6 1000 3.66V
7 800 7.52V
8 400 11.1 Volt
9 200 10.2 Volt

Perhitungan Filter LPFButterworth

f cutoff = 0.707 xVmax


= 0.707 x 11.1 V
= 7.8477V
Jadi f cutoff LPF butterworth disamping adalah 773KHz

Gambar 1.7 dan gambar 1.8 hasil output dari Filter LPF Butterworth. Gambar 1.9 merupakan
respon frekuensibutterworth.

Gambar 1.7 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1800Khz

12
Gambar 1.8 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1400kHz

RESPON FREKUENSILPF
BUTTERWORTH
3
2,5
2
1,5
RESPONFREKUENSI
1 LPFBUTTERWORTH
0,5
0
-0,5 0 500 1000 1500 2000 2500

Gambar 1.9 Respon FrekuensiButterworth

13
Tabel 1.6 merupakan table sinyal keluaran filter LPFChebyshev.

Tabel 1.6 Sinyal keluaran Filter LPFChebyshev


No SinyalMasukan SinyalKeluaran
Frekuensi(KHz) Vp-p
1 2000 1.2V
2 1800 1.14V
3 1600 1.14V
4 1400 1.18V
5 1200 1.44V
6 1000 2.18V
7 800 5.72 Volt
8 600 7.92 Volt
9 400 5.92 Volt
10 200 7.44 Volt

Perhitungan Filter LPFChebyshev

f cutoff = 0.707 xVmax


= 0.707 x 7.92 V
= 5.59944V
Jadi f cutoff LPF butterworth disamping adalah 5.59944KHz

Gambar 1.10, gambar 1.11 dan gambar 1.12 hasil output dari Filter LPF Butterworth.Gambar
1.13 merupakan respon frekuensi filter LPFChebyshev.

14
Gambar 1.10 Sinyal keluaran dengan frekuensi 2000kHz

Gambar 1.11 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1200kHz

Gambar 1.12 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1600kHz

15
RESPON FREKUENSILPF
CHEBYSHEV
2

1,5

0,5

0
0 500 1000 1500 2000 2500

Gambar 1.13 Respon frekuensi Cheby shev

Tabel 1.7 merupakan table sinyal keluaran filter LPFHPF.

Tabel 1.7 : Sinyal Keluar FilterHPF


No SinyalMasukan SinyalKeluaran
Frekuensi(Khz) Vpp(Volt)
1 2000 11.2 Volt
2 1800 11.4 Volt
3 1600 11.7 Volt
4 1400 12.0 Volt
5 1200 12.5 Volt
6 1000 12.5 Volt
7 800 10.2 Volt
8 600 4.16V
9 400 1.15V

Perhitungan FilterHPF
f cutoff = 0.707 xVmax
= 0.707 x 4.16 V
= 2.94112V
Jadi f cutoff LPF butterworth disamping adalah 2.94112KHz

16
Gambar 1.14, gambar 1.15 dan gambar 1.16 hasil output dari Filter HPF. Gambar 1.17
merupakan respon frekuensi filterHPF.

Gambar 1.14 Sinyal keluaran dengan frekuensi 400kHz

Gambar 1.15 Sinyal keluaran dengan frekuensi 800kHz

Gambar 1.16 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1200kHz

17
RESPON FREKUENSIHPF
3
2,5
2
1,5
RESPONFREKUENSI
1 HPF
0,5
0
0 1000 2000 3000

Gambar 1.17 Respon Frekuensi HPF

Tabel 1.8 merupakan table sinyal keluaran filterBPF.

Tabel 1.8 : Sinyal Keluar FilterBPF


No SinyalMasukan Sinyalkeluaran
Frekuensi(Khz) Vpp
1 2000 1.24V
2 1800 1.12V
3 1600 1.16V
4 1400 1.62V
5 1200 3.08V
6 1000 8.80 Volt
7 800 8.08 Volt
8 600 6.32 Volt
9 400 1.18V
10 200 186Mv

Perhitungan FilterBPF
f cutoff = 0.707 xVmax
= 0.707 x 8.80 V
= 6.226V
Jadi f cutoff LPF butterworth disamping adalah 6.226KHz

18
Gambar 1.18, gambar 1.19 dan gambar 1.20 hasil output dari Filter BPF. Gambar 1.21
merupakan respon frekuensi filterBPF.

Gambar 1.18 Sinyal keluaran dengan frekuensi 400kHz

Gambar 1.19 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1000kHz

Gambar 1.20 Sinyal keluaran dengan frekuensi 1600kHz

19
RESPON FREKUENSIBPF
2,5
2
1,5
RESPON
1 FREKUENSI
0,5 BPF
0
0 1000 2000 3000

Gambar 1.21 Respon FrekuensuBPF

Langkah ke-empat dalam praktikum filter aktif kita memerlukan catuan daya +5 dan -
5 untuk membangkitkan daya pada IC yang kita gunakan agar alat pada filter aktif ini
dapat bekerja. Rangkaiannya dapat dilihat pada gambar1.6.

Gambar 1.22 Kit Praktikum Filter LPFaktif

20
Tabel 1.9 merupakan table sinyal keluaran filter LPFAktif.

Table 1.9 : Sinyal Keluar Filter LPFAktif


No SinyalMasukan Sinyalkeluaran
Frekuensi(Khz) Vpp
1 100 1.04 Volt
2 90 1.28 Volt
3 80 1.44 Volt
4 70 1.76 Volt
5 60 2.08 Volt
6 50 2.64 Volt
7 40 3.60 Volt
8 30 4.88 Volt
9 20 6.88 Volt
10 10 11.4 Volt

Perhitungan Filter LPFAktif

f cutoff = 0.707 xVmax


= 0.707 x 11.4 V
= 8.0598V
Jadi f cutoff LPF butterworth disamping adalah 8.0598KHz
Gambar 1.23, gambar 1.24 dan gambar 1.25 hasil output dari Filter BPF. Gambar 1.26
merupakan respon frekuensi filterBPF.

Gambar 1.23 Sinyal keluaran dengan frekuensi 100kHz

21
Gambar 1.24 Sinyal keluaran dengan frekuensi 80kHz

Gambar 1.25 Sinyal keluaran dengan frekuensi 40kHz

RESPON FREKUENSILPF
AKFTIF
15
10
RESPON
5 FREKUENSI
LPFAKFTIF
0
0 50 100 150

Gambar 1.2.6 Respon frekuensi LPFAktif

5. Setelah semua data pada tabel filter 1 terisi (kecuali kolom beda phasa ), kemudian
carilah frekuensi cutoff filter 1 dengan cara : cari Vp-p paling besar yang terdapat pada
filter 1 (caranya tanya asisten), lalu kalikan Vp-p tersebut dengan 0,707 (catathasil

22
perkalian ini), lalu cari nilai frekuensi yang memiliki besar Vp-pnya hasil perkalian tadi.
Inilah nilai frekuensi cut-offnya. Data untuk hitungan dapat di lihat pada table 1.5, table
1.6, table 1.7, table 1.8, dan table 1.9diatas.
(Vco) == (Vmax) X 0,707 = ........ fcut-off =........kHz (1.1)

E. Evaluasi
Praktikan melakukan pengujian terhadap Filter LPF Butterworth dengan mengubah-ubah
nilai frekuensi untuk menemukan Vpp. Vpp menunjukkan tegangan yang menghasilkan
respon frekuensi. Berikut ini table yang harus diisi oleh praktikan untuk bahanevaluasi.

Tabel 2.0 Untuk Filter LPF Butterworth, LPH Chebyshev, Filter HPF, FilterBPF
No SinyalMasukan Sinyalkeluaran
Frekuensi(Khz) Vpp
1 1900
2 1700
3 1500
4 1300
5 1100
6 900
7 700
8 500
9 300
10 100

23
Tabel 2.2 Untuk LPFaktif
No SinyalMasukan Sinyalkeluaran
Frekuensi(Khz) Vpp
1 100
2 90
3 80
4 70
5 60
6 50
7 40
8 30
9 20
10 10

(Vco) = (Vmax) X 0,707 = ........ fcut-off = ........kHz


Gambarkan respon frekuensi?

24
MODUL II PRAKTIKUM ELKOM
PENGUATDAYA

A. Tujuan
1. Memahami konsep penguatan secaraumum.
2. Menganalisa linearitas penguatan transistor kelas A danAB.
3. Mengamati pengaruh matching impedansi terhadap transferdaya.
4. Mengamati dan menganalisa bentuk sinyal penguat kelas A danAB.
5. Mengetahui dan memahami istilah-istilah yang berhubungan dengan penguat, meliputi:
linearitas, fidelity, efisiensi, distorsi, dancrossover.

B. Dasarteori
1. Penguat secaraumum
Penguat secara harfiah diartikan dengan sistem yang membuat jadi kuat. Dalam bidang
elektronika, penguat adalah sistem yang memperbesar dan menguatkan amplitudo sinyal
input. Penguat daya yaitu penguat yang menguatkan daya dari sinyal masukan. Pada
kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa
adanya daya kecuali jika impedansinya takterhingga.

Gambar 2.1 arus colector : (a) Penguat A (b) Penguat B (c) PenguatC

Ada kalanya sinyal input yang dikuatkankemudian terdistorsi karena berbagai sebab,
sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Dari sinilah muncul istilah fidelity yang
menunjukkan seberapa mirip sinyal input yang dikuatkan dengan sinyalkeluarannya
Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (highfidelity), jika sistem tersebut
mampumenghasilkansinyalkeluaranyangbentuknyapersissamadengansinyalinput.Di

25
sisi lain, efisiensi juga harus diperhatikan. Efisiensi dinyatakan dengan besaran persentase
dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat dikatakan memiliki
tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi pada proses penguatannya yang
terbuang menjadi panas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat praktikum nanti adalah
kita bermain pada frekuensi tinggi yaitu frekuensi FM, sehingga untuk mendapatkan sinyal
yang cukup bagus harus disesuaikan dengan impedansimatchingnya.

2. Garisbeban
Setiap penguat mempunyai ekivalensi rangkaian DC dan ekivalansi rangkaian AC.
Oleh karena itu, penguat mempunyai dua garis beban yaitu beban AC dan beban DC. Untuk
operasi sinyal kecil, lokasi titik Q tidak begitu diperhitungkan.Namun untuk penguat sinyal
besar, lokasi titk Q harus berada di tengah - tengah garis beban AC untuk mendapatkan
maksimum sinyal keluaran. Terdapat dua garis beban yaitu:

2.1 Garis bebanDC


Gambar (a) Voltage Divider Based (VDB) amplifier. Titik Q dapat digeser posisinya
dengan cara mengganti nilai R2. Jika nilai R2 sangat besar atau R2>>, transistor akan berad
pada kondisi saturasi sehingga:
Vcc
( )
= + (2.1)

Apabila nilai R2 sangat kecil R2<<, transistor akan berada pada kondisi cutoff sehingga besar
tegangannya:

( )= (2.2)

2.2 Garis BebanAC


Gambar (c) adalah ekivalen rangkaian VDB. Perhatikan pada gambar rangkaian (c).
Emitor terhubung dengan ground dan besar Rc rangkaian ekivalen lebih kecil di bandingkan
Rc rangkaian VDB gambar a. Oleh karena itu, ketika masukan sinyal adalah tegangan AC
maka titik operasinya akan mengikuti kurva beban AC. Oleh karena itu besar arus peak-to-
peak sinusoidal dan tegangan ditentukan oleh garis bebanAC.

26
Gambar 2.2 (a) VDB amplifier (b) garis beban DC (c) AC rangkaian ekivalen(d)
Garis bebanAC

Gambar (d) menunjukan titk operasi saturasi dan cutoff garis beban AC berbeda dengan garis
beban DC. Karena nilai beban collector dan emitter AC lebih kecil dibandingkan beban DC
maka garis beban AC lebih rendah dari garis beban DC. Titik perpotongan garis beban AC
dan DC terletak pada titikQ.

3. Pemotongan (clipping) sinyalbesar


Ketika titik berada di tengah garis beban, sinyal AC yang besar akan mengalami
perpotongan akibat garis beban AC. Pada gambar (a) Ketika sinyal AC meningkat maka
terjadi perpotongan pada daerah cutoff. Jika titik Q naik seperti gambar (b), sinyal besar akan
mendrive transistor ke daerah saturasi. Hal ini menyebabkan perpotongan pada daerah
saturasi. Perpotongan sinyal pada daerah cutoff dan saturasi haruslah dihindari dikarenakan
dapat merusak sinyal keluaran. Desain yang paling ideal untuk penguat adalah ketika titik Q
berada di tengah tengah garis beban sehingga didapatkan nilai maksimum peak-to-peak
tanpa terjadipemotongan.

27
Gambar 2.3 (a) cutoff clipping (b) saturasi clipping (c) optimum Qpoint

4. Macam-macam penguatdaya
Penguat daya diklasifikasikan menurut titik kerjanya. Titik kerja (titik Q) yaitu titik
pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada sinyalmasukan.

Gambar 2.4 titik Q penguat A, AB danB

Menurut titik kerjanya penguat diklasifikasikan menjadi penguat klas A, B, AB, C ,D dan
masih banyak lagi. Akan tetapi yang akan di bahas dalam praktikum modul ini,meliputi

Penguat KelasA
Penguat dengan letak titik Q ditengah - tengah garisbeban

28
Linieritasnya palingbagus
Efisiensi 25% karena banyaknya daya terbuang ditransistor
Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Disipasi daya merupakan
besarnya daya yang hilang dan berubah menjadipanas.
Arus bias lebih besar dari magnitude sinyalarus
Konduksi sebesar360o

Gambar 2.5 (a) rangkaian kelasA (b) Karakteristik sinyalkeluaran

Power gain didapatkan berdasarkan rumus:

= (2.3)

Effisiensi:
= % (2.4)

Penguat KelasB
Letak titik Q berada didaerah cut-off garisbeban
Lineritas kurangbaik

29
Efisiensi50%
Terdapat crossover (cacat penyebrangan) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada
transistor basis emitor. Sehingga saa sinyal masuka belum sebesar tegangan on maka
transistor basis emitor tidak akan menghasilkan sinyal keluaran. Karena letak titik Q
penguat kelas B di titik cut-off maka untu satu transistor hanya bisa menguatkan
setengah siklus dari sinyalmasukan.
Untuk mencegah terjadinya pemotongan sinyal maka dilakukan konfigurasi pushpull.
Konduksi sebesar180 o

Gambar 2.6 (a) Rangkaian AC ekivalen (b) Distorsicrossover


(c) kurva transfer karakteristik penguatB

Penguat KelasAB
Gabungan penguatan A danB
Konduksi lebih besar dari 180o tetapi lebih kecil dari360o
Menggunakan duatransistor
Letak titik Q berada diantara penguat kelas A danB
Linieritas palingjelek

30
Efisiensi sekitar75%
Terdapat pemotongan sinyal<180o
Pada penguat pushpull terdapat 2 transistor yang bekerja secarabergantian
Pada penguat pushpull terjadi fenomena gumming (penggemukansinyal)

Gambar 2.7 (a) rangkaian penguat B (b) kurva karakteristik penguatAB

IMC (Impedance MatchingCircuits)


Daya akan sampai ke ZL dengan maksimum jika ZS = ZL* atau ZL =ZS*
Dimana : ZS = RS + jXS dan ZL = RL +jXL
Bagaimana jika ZS ZL*?

Maka tidak akan terjadi transfer daya maksimum, sehingga diperlukan rangkaian
penyesuai impedansi (Impedance Matching Circuit =IMC).

Gambar 2.8 diagaram umumIMC

Adapun rangkaian keseluruhan untuk praktikum nanti adalah seperti berikut:

87
Gambar 2.9 rangkaian keseluruhan penguatdaya

Pada rangkaian, sisi outputnya memiliki R seri (Rs) dan R paralel (Rp) yang memiliki fungsi:
Rs => untuk membuat impedansi output > 50
Rp => untuk membuat impedansi output < 50

Berdasarkan rangkaian diatas, untuk mendapatkan impedansi output kita tinggal set pada Rs
dan Rp saja. Misalkan kita ingin set Impedansi Output seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Contoh set impedansiOutput
Impedansi Rs Rp
Output
>50Ohm Putar sesuai yangdiinginkan Buat nilai impedansi sangat
besar
<50Ohm Buat nilai impedansi mendekati 0 Putar sesuai dengan yang
Ohm diinginkan
Hati hati jangan sampai Rp
bernilai mendekati 0 Ohm
karena akan muncul efek
pembebanan berlebih pada
transistorpenguat.
=50Ohm Buat nilai impedansi mendekati 0 Buat nilai impedansi sangat
Ohm besar

88
C. Peralatan yangdigunakan
1. Kit praktikum PenguatDaya
2. DC PowerSupply
3. Osiloscope
4. FunctionGenerator
5. Multimeter
6. Probe

D. ProsedurPraktikum
1. Persiapan danPengujian
a. Siapkan kit penguat daya, power supply, function generator, Multimeter, dan 2probe
untuk osilator dan functiongenerator.
b. Lalu, Hubungkan probe pertama ke osiloskop untuk kalibrasi. Dan hubungkan probe
kedua ke osiloskop untuk kalibrasijuga.
c. Hasil kalibrasi adalah sebagai berikut:
Kalibrasi Hasil
Frekuensi 1KHz
Periode 1ms

d. Hubungkan probe pada osiloskop dengan probe pada functiongenerator


e. Atur VPP IN = 5 volt pada function generator dengan nilai keluaran vpp diosiloskop.
f. Atur Frekuensi = 1000 kHz pada functiongenerator.
g. Sambungkan VCC ke PS +9 Volt dan Ground ke Ground PowerSupply.

Sambungkanke
sambungkanke
Ground PowerSupply
Power Supply+9V

Gambar 2.10 Gambar sebagian kitpraktikum

Untuk Impedance matching output dan Pengamatan Dayamaksimum

89
Penguat daya KelasA
1. Sambungakan P4 dengan RS In, RP in dengan RS Out, Out ke Probe Osiloskop, P1 ke
Probe FunctionGenerator.

Sambungkan keProbe
FunctionGenerator

Sambungkan
ke Probe
Osiloskop

Gambar 2.11 Kitpraktikum

2. Ukur RS dan RP pada kit dengan cara:


- Untuk Rp : (+) Multimeter ke Rp In, (-) Multimeter keGround
- Untuk Rs : (+) Multimeter ke Rs In, (-) Multimeter ke Rs Out dan sesuai RS dan RP yang
di mintamisalnya

Tabel 2.3 Dataraktikum

90
Output
Vpp IN Zout Rs Rp Frekuensi
Percobaan Vpp A
(Volt) () () () (kHz)
(Volt)
1 7 50 0 50 1500 1,20
2 7 50 0 100 1500 2,28
3 7 50 0 1500 8,24
4 7 50 50 1500 8,08
5 7 50 100 1500 7,76

Catatan : Rs = 0 (Potensiometer di putar ke kanan)


Rp = (Potensiometer diputar kekiri)

3. Setelah mengukur RP dan RS, Hidupkan Power Supply dan Tekan Auto pada
Osiloskop.
4. Catat hasil Vpp dari penguat dayaA.

Gambar 2.12, gambar 2,13 dan gambar 2.14 hasil output dari Penguat dayaA.

Gambar 2.12 Ouput penguat daya A percobaan1

91
Gambar 2.13 Output penguat daya A percobaan3

Gambar 2.14 Output penguat daya A percobaan5

Penguat daya kelasAB


1. Sambungakan P3 dengan RS In, RP in dengan RS Out, Out ke Probe
Osiloskop, P2 ke Probe FunctionGenerator.
2. Ukur RS dan RP pada kit dengan cara:
- Untuk Rp : (+) Multimeter ke Rp In, (-) Multimeter keGround
- Untuk Rs : (+) Multimeter ke Rs In, (-) Multimeter ke Rs Out
Pengukuran Dilakukan sesuai Rp dan Rs yang diminta.Misalnya

92
Tabel 2.4 DataPraktikum
Output
Vpp IN Zout Rs Rp Frekuensi Vpp
Percobaan
(Volt) () () () (kHz) AB
(Volt)
1 7 50 0 50 1500 2,88
2 7 50 0 100 1500 5,60
3 7 50 0 1500 21,6
4 7 50 50 1500 20,6
5 7 50 100 1500 19,8

Catatan : Rs = 0 (Potensiometer di putar ke kanan)


Rp = (Potensiometer diputar kekiri)

3. Setelah mengukur RP dan RS, Hidupkan Power Supply dan Tekan Auto
padaOsiloskop.
4. Catat hasil Vpp dari penguat dayaAB.

Gambar 1.23, gambar 1.24 dan gambar 1.25 hasil output dari Filter BPF. Gambar 1.26
merupakan respon frekuensi filterBPF.

Gambar 2.15 Output penguat daya AB percobaan1

93
Gambar 2.16 Output penguat daya AB percobaan3

Gambar 2.17 Output penguat daya AB percobaan5

Transfer DayaMaksimum
Penguat Daya A dan Penguat dayaAB
1. Langkah-langkah untuk mencari Transfer daya maksimum adalah sepertimencari
pengamatan daya maksimum. Tapi banyak menggunakan frekuensi. Misalnya:

94
Tabel 2.5 Dataraktikum

percobaan Output
Vpp IN Zout Frekuensi
(volt) (ohm) (kHz) Vpp A Vpp AB
(volt) (volt)
1 1,2 volt 50 900 9,6 volt 25,8 volt
2 1,2 volt 50 1300 8,56 volt 22,8 volt
3 1,2 volt 50 1600 8,24 volt 21,2 volt
4 1,2 volt 50 1800 8,16 volt 20,2 volt
5 1,2 volt 50 2000 8,00 volt 18,8 volt

2. Atur frekuensi menggunakan function generator sesuai tabel yang diminta. Tekan
tombol auto padaosiloskop.
3. Catat hasil Vpp penguat daya A maupun penguat dayaAB.

Gambar 2.18 Output penguat daya A Gambar 2.19 Output penguat daya AB
percobaan1 percobaan1

95
Gambar 2.20 Output penguat daya A Gambar 2.21 Output penguat daya AB

percobaan3 percobaan3

Gambar 2.22 Output penguat daya A Gambar 2.23 Output penguat daya AB
percobaan5 percobaan5

E. Evaluasi
1. Isilah table Impedance matching output dan Pengamatan Daya Maksimum berikut ini?
Output
Vpp IN Zout Rs Rp Frekuensi
Percobaan Vpp A Vpp B
(Volt) () () () (kHz)
(Volt) (Volt)
1 7 50 0 50 1000
2 7 50 0 100 1000
3 7 50 0 1000
4 7 50 50 1000
5 7 50 100 1000
Keterangan : Isilah Rs dan Rp sesuai keinginan unruk melihat hasil akhir sinyal. Kemudian
analisis sinyal keluaran. Cara menghitung Zout = (50//Rp) +Rs.

96
2. Isilah table percobaan Transfer DayaMaksimum

Vpp IN Zout Frekuensi Output

(volt) (ohm) (kHz) Vpp A Vpp AB


(volt) (volt)
1,2 volt 50 1000
1,2 volt 50 1400
1,2 volt 50 1700
1,2 volt 50 1900
1,2 volt 50 2000

97
MODUL III PRAKTIKUM ELKOM
MIXER

A. Tujuan
1. Mengamati dan memahami cara kerja mixer dioda berimbang, pencampur BJT, dan
pencampur dengan IC1496.
2. Mengamati dan mengukur bentuk-bentuk sinyal pada port-port mixer dengan
menggunakanOsiloskop.
3. Mengamati dan mengukur sinyal pada port-port mixer dengan menggunakan Spektrum
Aanalyzer.

B. DasarTeori
Mixeradalahrangkaianatausubsistemyangmemilikiduainputdenganfrekuensi
f1 dan f2 dan 1 output dengan frekuensi f1 f 2 f1 f2 atau dengan kata lain mixer

berfungsi untuk mengalikansinyal.


Prinsip dasarnya adalah dua buah sinyal masuk ke suatu rangkaian non linier yang
menghasilkan frekuensi-frekuensi lain (terjadi pergeseran frekuensi) selain frekuensi dua
buah sinyal masukan tersebut dengan amplitudatertentu.

Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan penampilan mixer:


1. Perolehan (Kehilangan) Konversi adalah perbandingan antara daya sinyal keluaran (IF)
dengan daya sinyal masukan(RF).
2. Gambaran Derau (Noise Figure) adalah besarnya rapat spektral daya noise relatif yang
dibangkitkan oleh perangkatmixer.
3. Isolasi adalah besarnya redaman dalam dB sinyal masukan mixer pada sinyal keluaran
mixer
4. Daerah Dinamis adalah daerah amplitudo dimana mixer dapat bekerja tanpa
berkurangnyapenampilan
5. Harmonic intermodulation Distortion adalah Distorsi yang disebabkan oleh karena
frekuensi harmonik yang dikeluarkan oleh mixer akibat sinyal masukantertentu

98
Ada beberapa jenis mixer yaitu:
1. Mixer dioda berimbangTunggal

D1 D3
VLO(t) +
VRF(t) a b R VO(t)
-
D2 D4
d

Gambar 3.1 Mixer Diode BerimbangTunggal

Cara Kerja Rangkaian:


Frekuensi-frekuensi masukannya adalah fRF dan fLO dan frekuensi keluarannya adalah
fIF, tegangan osilator local berada dititik a dan b. Tegangan VLO dimisalkan cukup besar
untuk menghidupkan dioda-dioda selama siklus, kalau a lebih positif dari b dan sama
sekali mati selama siklus yang lain VRF berada antara titik c dan d. Dimisalkan juga bahwa
VLO jauh lebih besar dari VRF sehingga VLO dapat mengendalikan keadaan dioda setiap saat.
Dengan begitu dioda bekerja sebagai penyambung (switch) yang akan menghubungkan dan
memutuskan c dan d secarabergantian dan periodik. Sehingga kalau Vab positif dan lebih
besar dari tegangan antara kedua kutub dioda pada saat dioda ON, maka titik c dan d akan
terhubung, sehingga Vo akan sama dengan nol. Sedangkan kalau Vab negatif maka keempat
dioda akan OFF sehingga titik c dan d akan terpisah sehingga Vo akan sama dengan VRF jika
Rs pada sumber VRF diabaikan. Untuk pencampur pada penerima maka beban akan ditala
pada frekuensi fIF , sehingga akan menapis komponen frekuensi yang tidak diinginkan.
Dioda berimbang tunggal menghasilkan keluaran berupa Supres Carrier, karena dalam
dioda berimabng tunggal jika dioda ON maka ON semua, dan jika dioda OFF maka
semuanya OFF, sehingga bentuk sinyalnya akan menyerupai sinyalinfo.
Berikut merupakan gambar sistem kerja pada sinyal input output pada Mixer Dioda
BerimbangTunggal.

99
Gambar 3.2 Output Mixer DiodaBerimbangTunggal

2. Mixer dengan ICMC1496


Mixer dengan IC MC1496 ini, menghasilkan sinyal keluaran sinyal suppressed carrier
dan meminimalkan sideband palsu dari sinyal suppressed carrier. Rangkaian ini dirancang
untuk menekan sinyal carrier seminimal mungkin sehingga yang dimunculkan di keluaran
adalah sinyal info . Penekanan carrier sangat bergantung pada level input carrier, dan untuk
mendapatkan sinyal suppressed carrier yang optimum, maka frekuensi dan amplitudo sinyal
info dan sinyal carrier harus sesuai spesifikasiberikut:
Vc : 17,2 Volt fc : 57,1KHz
Vs : 2,68 Volt fs : 1,32KHz

Gambar 3.3 konfigurasi pin IC MC 1496

100
Gambar 3.4 Mixer dengan ICMC1496

Output dari rangkaian ini dapat diambil dari pin 6 dan 12 baik gain sinyal ataupunbalanced.
Berikut merupakan bentuk keluaran dari rangkaianini.

Gambar 3.5 Bentuk keluaranmixer

C. Peralatan YangDignakan
1. Function Generator(2)
2. Osiloskop(1)
3. Power Supply/ Catu daya(1)
4. Kit praktikummixer
5. Kabel penghubung (jumper)(4)

101
D. ProsedurPraktikum
1. Mixer Dioda BerimbangTunggal
a. Kalibrasi frekuensi dan amplitude sinyal info, spesifikasinya adalah :
Frekuensi : 64,9Hz
Amplitudo : 6,48Volt
Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 1 dengan probe
positif osiloskop dan probe negatif function generator dengan probe negatif osiloskop, atur
frekuensi dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop,
sesuaikan dengan spesifikasi diatas. Gambar 3.6 merupakan tampilan sinyal info saat
dikalibrasi.

Gambar 3.6 tampilan sinyal info saatdikalibrasi

Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif function generator pada
port Info Signal In pada kit mixer dioda berimbang tunggal dan probe negatif function
generator ke bagian port Ground (GND) padakit.
b. Kalibrasi frekuensi dan dan amplitudo sinyal carrier, spesifikasinya adalah :
Frekuensi ` : 1,02KHz
Vpp : 3,58Volt
Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 2 dengan probe
positif osiloskop dan probe negatif function generator dengan probe negatif osiloskop, atur
frekuensi dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop,
sesuaikan dengan spesifikasi diatas. Gambar 3.7 merupakan tampilan sinyal carier saat
dikalibrasi.

102
Gambar 3.7 tampilan sinyal carier saat dikalibrasi

Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif function generator pada
port Carrier Signal + pada kit mixer dioda berimbang tunggal dan probe negative function
generator ke bagian port Carrier Signal - pada kit mixer dioda berimbangtunggal.
c. Melihat hasil keluaran mixer diode berimbangtunggal.
Setelah sinyal info dan carrier diinputkan, lalu hubungkan hubungkan probe positif osiloskop
pada bagian Modulated Signal Out pada kit dan probe negatif osiloskop ke bagian port
Ground (GND) pada kit. Amati hasil keluaran dari mixer dioda berimbang tunggal tersebut.
Gambar 3.8 merupakan tampilan sinyal keluaranmixer.

Gambar 3.8 tampilan sinyal keluaranmixer

103
Hubungkanprobe Hubungkanprobe
positif function positifosiloskop
generator 1 (sebagai ke port iniuntuk
sinyal info) ke portini melihat sinyal
keluaranmixer

Hubungkan probepositif
function generator 2
Hubungkanprobe
(sebagai sinyalcarrier) negatif function
ke portini generator 2(sebagai
sinyal carrier) ke
portini

Hubungkanprobe
negatif function
generator 1
-
(sebagai sinyal
info)&probe
negatifosiloskop
Pastikansaklar
ke portini
menghadap
keatas untuk
menghidupkan
ground

Gambar 3.9 KitMixer

Note untuk mixer dioda berimbang tunggal:


Pergunakan dua buah terminal untuk mencolok alat ukur, & pastikan terminal untuk
mencolokkan function generator (sebagai sinyal carrier) terpisah dengan alat ukur lainnya,
karena akan membuat ground menjadi tidakstabil.

2. Mixer dengan IC1496


a. Memberikan catuan padakit.
Untuk mixer dengan IC MC 1946, diperlukan catuan -9 Volt dan 12 Volt. Untuk itu,
hubungkan catuan -9 volt dari power supply dengan menggunakan jumper ke port -9V pada
kit dan hubungkan catuan 12 volt dari power supply dengan menggunakan jumper ke port
+12V pada kit. Hubungkan pula ground dari power supply ke port GND padakit.

104
b. Kalibrasi frekuensi dan dan amplitudo sinyal info, spesifikasinya adalah :
Frekuensi : 1,32KHz
Vpp : 2,68Volt
Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 1 dengan probe
positif osiloskop dan probe negatif function generator dengan probe negatif osiloskop, atur
frekuensi dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop,
sesuaikan dengan spesifikasi diatas.Gambar 3.10 merupakan tampilan sinyal info saat
dikalibrasi.

Gambar 3.10 tampilan sinyal info saatdikalibrasi

Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif function generator pada
port Info Signal In pada kit mixer IC MC1496 dan probe negatif function generator ke
bagian port Ground (GND) padakit.
c. Kalibrasi frekuensi dan dan amplitudo sinyal carrier, spesifikasinya adalah :
Frekuensi : 57,1KHz
Vpp : 17,2Volt
Untuk melakukan kalibrasi, hubungkan probe positif function generator 2 dengan probe
positif osiloskop dan probe negatif function generator dengan probe negatif osiloskop, atur
frekuensi dan amplitudo di function generator lalu lihat perubahan nilainya pada osiloskop,
sesuaikan dengan spesifikasi diatas. Gambar 3.11 merupakan tampilan sinyal carrier saat
dikalibrasi.

105
Gambar 3.11 tampilan sinyal carier saat dikalibrasi

Setelah frekuensi dan amplitudonya sesuai, hubungkan probe positif function generator pada
port Carrier Signal In pada kit mixer IC MC1496 dan probe negatif function generator ke
bagian port Ground (GND) padakit.

d. Melihat hasil keluaran mixer ICMC1496.


Setelah sinyal info dan carrier diinputkan, lalu hubungkan probe positif osiloskop pada
bagian port + Signal Out pada kit dan probe negatif osiloskop ke bagian port - Signal Out.
Amati hasil keluaran dari mixer IC MC1496 tersebut. Gambar 3.12 merupakan tampilan
sinyal keluaranmixer.

Gambar 3.12 tampilan sinyal keluaranmixer

106
Hubungkan probepositif
Hubungkan probepositif osiloskop ke portini
function generator 1(sebagai untuk melihatsinyal
sinyal info) ke portini keluaran

Hubungkanprobe Hubungkan probenegatif


positif function osiloskop ke port iniuntuk
generator 2 (sebagai melihat sinyalkeluaran
sinyal carrier) keport
ini

Hubungkan probenegatif
function generator 1 (sebagai
Hubungkan catuan -9Vdari sinyal info), function generator2
power supply ke portini (sebagai sinyal carrier), & probe
negatif osiloskop ke portini

Hubungkan catuan+12V Ubah posisi saklarkebawah


untuk menghidupkancatuan
dari power supply ke portini
kerangkaian

Gambar 3.13 kitpraktikum

Note untuk mixer ICMC1496:


Pergunakan dua buah terminal untuk mencolok alat ukur, & pastikan terminal untuk
mencolokkan osiloskop terpisah dengan alat ukur lainnya, karena akan membuat ground
menjadi tidakstabil.

107
E. EVALUASI
1. Mixer Dioda BerimbangTunggal
a. Datainput
Sinyal info dari functiongenerator
Pengamatan denganoscilloscope

Vrf:

frf:

Sinyal carrier dari functiongenerator


Pengamatan denganoscilloscope

Vrf:

frf:

b. Dataoutput
Sinyal output portIF
Pengamatan denganoscilloscope

Vrf:

frf:

108
2. Mixer dengan IC1496
a. Datainput
Sinyal info dari functiongenerator
Pengamatan denganoscilloscope

Vrf:

frf:

Sinyal carrier dari functiongenerator


Pengamatan denganoscilloscope

Vrf:

frf:

b. Dataoutput
Sinyal output portIF
Pengamatan denganoscilloscope

Vrf:

frf:

109
110
MODUL IV PRAKTIKUM ELKOM
OSILATOR

A. Tujuan
1. Praktikan dapat memahami prinsip kerjaosilator.
2. Praktikan dapat mengetahui karakteristik dari berbagai jenisosilator.
3. Praktikan dapat merancangosilator.

B. DasarTeori
Osilator merupakan suatu rangkaian yang dapat menghasilkan sinyal keluaran secara
periodik setiap waktu. Dengan kata lain rangkaian ini mampu membangkitkan sinyal
keluaran AC dengan sinyal masukan DC. Sinyal periodik yaitu sinyal yang terus berulang
setiap waktutertentu.
Ada 2 metode pembangkitan pada osilator,yaitu:
a. Menggunakan feedback, osilator menggunakan komponen feedback (L-C, R-C)
sebagai resonator penghasil gelombangsinusoidal.
b. Menggunakan rangkaian resistansinegatif
Secara umum rangkaian osilator L-C (Induktor-Kapasitor) adalah sebagaiberikut:

Vi
- AC

+ Vo

Z1 Z2

Z3

Gambar 4.1 Rangkaian generik osilatorL-C

Gambar 4.2 Rangkaian prinsiposilator

111
Prinsip osilator dengan menggunakan metode feedback negatif. Rangkaian mempunyai
penguatan negatif dengan feedback .
Tegangan feedback :V f Vo
(4-1)
Tegangan output : Vo AV (4-2)

Dari gambar4.2.didapat : V ViVf (4-3)


Kemudian substitusikan pers. (4-1) dan (4-2) ke (4-3),sehingga:
Vo
V V VV.AV.A.V(1A.)V.AV,makadiperoleh
i o o i o o i
A
pers.: Vo
A (4-4)
Vi (1 A.)
Supaya stabil : 1 A. 0 A 1, hal ini menunjukan bahwa magnitudenya

adalah 1, fasanya 1800 () dankelipatannya.

JikaVo merupakan tegangan tertentu (tidak = 0) maka 1A0 A1

Sehingga syarat osilasi (kriteriaBarkhausen):


1. Magnitude : A =1

2. Fasanya : 1800 (dankelipatannya)


Jika A >1 : Berosilasi tapi tidak linier (sinyal akan mengalami cacat)dan

berprinsipmenguatkan

Jika A <1 : Tidak terjadi osilasi (berhenti) dan berprinsipmelemahkan.

Kondisi yang dipilih :mula-mula A > 1 untuk memicuosilasi

kemudianpilih A = 1 supaya keluarannyalinier



Vi - Ro
Vo
AC
+ Vo Z3
Z2
Z1
Z1 Z2
Z3

Gambar 4.3. rangkaian osilator dengan komponenfeedback


Av : penguatan op amp; Ro : hambatan dalam opamp

112
Beban mempunyaiimpedansi Z pZ 2// Z1Z 3 (4-5)
Vo
Penguatantegangan: A (4-6)
Vi
Zp
Vo , dengan Av merupakanpenguataninverting (4-7)
Z R Vi Av
p o

Av Zp
Dari pers. (4-6) dan (4-7) didapathubungan: A (4-8)
Z p Ro

Substitusikan pers. (4-5) ke pers. (4-8), makadidapat:


Av Z p
A Av Z2 (Z1 Z 3) (4-9)

Z p Ro Z 2Z1Z 3RoZ 2Z1Z 3
V
Penguatan umpan balik (feedback): i (4-10)
Vo
Vo

Z3
Vi-
Z2
Z1 +
Z1 Z1
Vi Vo (4-11)
Z1Z 3 Z1 Z3

Dari pers. (4-9) dan (4-11) didapat nilai hubungan A dan:


A Av Z1 Z2 (4-12)
Z 1 Z2 Z 3 R o Z 2 Z1 Z 3 1

Jika Impedansi yang digunakan adalah reaktansi murni (kapasitif/induktif),yaitu:
Z1 jX1;Z 2 jX 2 ;Z3 jX 3 ; j2 1 (4-13)

Substitusikan pers. (4-13) ke pers. (4-12), makadidapat:


A Av X 1 X2 real imajiner (4-14)
jRo X 1 X2 X3 X X 1 X3 1 , 0
2

Dari pers (4-14), nilai imajiner = 0,maka:
X 1 X2 X3 0X2 X 1X3 (4-15)

Jika X3induktif:2 komponen lainnyakapasitif X 1,X2

Jika X3kapasitif:2 komponenlainnya induktif X 1,X2


Av X 1
(4-16)
A X3 1
X 1

113
Av X 1
(4-16)
A X3 1
X 1

1
X X 3 2 1
X C
2
L
A
v
atau

(4-17)
X1 X 1 C 2 L1


Gambar 4.4, Bentuk umum osilatorL-C

Untuk komponen-komponen Z1, Z2, dan Z3 dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Komponen-komponen Z1, Z2, danZ3
Osilator Z1 Z2 Z3
Colpitts C1 C2 L
Hartley L1 L2 C
Clapp C1 C2 seriLC3
Kristal C1 C2 Kristal

Ada beberapa jenis osilatoryaitu:


1. OsilatorColpitts

1
f= (4-18)
C .C
2 L 1 2
C1 C2

2. OsilatorHartley

1
f= (4-19)
2C(L1 L2)

114
3. OsilatorClapp

1
f = (4-20)
C .C
2LC 1 2
3 C C
1 2

4. OsilatorKristal

1
f = = fs (4-21)
2 LCs

Selain menggunakan komponen L-C, osilator dengan metode feedback dapat juga
menggunakan komponen R-C, salah satunya yaitu osilatorWien-Bridge.

Gambar 4.5. OsilatorWien-Bridge

Osilator Wien Bridge mengunakan 2 jaringan R-C pada terminal positif op amp untuk
membentuk sinyal keluaran yangberosilasi.

Gambar 4.6. Osilator Wien-Bridge dengan 2 jaringanR-C

115
Penguatan sinyal dilakukan oleh 2 resistor pada terminal negatif op-amp (inverting
input).

Gambar 4.7. Osilator Wien-Bridge dengan 2 resistorpenguatan

Untuk mencari frekuensi osilasinya, maka dapat dicari dengan memodifikasi rangkaian
seperti gambar 4.8. di bawahini:

Gambar 4.8. Modifikasi osilatorWien-Bridge

Pada rangkaian modifikasi ini, penguatan loop-nya dapat dicari dengan melakukan
pembagian tegangan, sehingga didapat pers(4-22):
Z2 (s)
V0 (s) V1 (s) (4-22)
Z1(s)Z2(s)
Sedangkannilai Z1 (s)dan Z 2 (s) harus didapat dari nilai R dan C yang samabesar:
1
Z 1 (s) R (4-23)
s C

R. 1
Z (s) s C (4-24)
2 1
R
s C

116
Penguatan pada rangkaian osilator ini adalah penguatan inverting, sehingga dengan
memakain rumus penguatan inverting op amp didapat nilai penguatan (G),yaitu:

Gambar 4.9. Non-inverting opamp

R
V1(s) 1 2 (4-25)
G
VS(s) R1
Dengan mensubstitusikan pers (4-23), (4-24), dan (4-25) ke pers (4-22), makadidapat:
sRC
V0(s)GVS (s) (4-25)
s R C23sRC1
2 2

Sekarang kita dapat pers. secara keseluruhan,yaitu:


V (s)
T (s) 0 2 2 sRCG 2
(4-26)
VS (s) s R C 3sRC1
Substitusikan nilai s dengan j, maka pers (4-26) akanmenjadi:
j RCG
T (s) (4-27)
(1 R 2 C2)3j RC
2

Jika kita menginginkan pergeseran fasanya nol, maka bagian real-nya sama dengannol:
1 2R 2 C2 0 (4-28)
Sehingga frekuensi osilasinyaadalah:
1
f = (4-29)
2RC

117
Pemilihan jenis osilator didasarkan atas beberapa kriteriayaitu:
1. Nilai keluaran frekuensi yangdiinginkan.
2. Kestabilan frekuensi yangdikehendaki.
3. Jangkauan frekuensi jika diinginkan frekuensi merupakan variabel yang
memiliki rentangtertentu.
4. Distorsi gelombang yangdiizinkan.
5. Daya keluaran yangdiinginkan.

ContohPerancangan:
Suatu osilator colpitts dengan gambar dasarsbb.:

Vi
- AC

+ Vo

Z1 Z2

Z3

Gambar 4.10 Osilatorcolpitts

a. Dengan menggunakan kriteria Barkhausen dan juga elemen feedback


reaktif murni, turunkan Av danfosilasi!
b. Jika diketahui Av = 100 dan fosilasi = 10.7 MHz dan tersedia induktor 10
nH, rancanglahosilatornya!

Jawab:
Vo (4-6)
a. A
Vi
Zp Vi Av (4-7)
Vo
Z p Ro
Av Zp
A Av Z 2 (Z1 Z3 ) (4-9)

Z p Ro Z2Z1Z 3RoZ 2Z1Z 3
Vi Z1
Vi Z1 Vo (4-11)
Vo Z1Z 3 Z1 Z 3
A Av Z1 Z2 (4-12)
Z1 Z2 Z 3 R o Z 2 Z1 Z 3 1

118
Z1 jX1 ;Z 2 jX2;Z 3 jX 3 : j 2 1 (4-13)
A Av X 1 X2 real imajiner (4-14)
jRo X 1 X2 X3 X X1 X3 1 , 0
2

X 1 X2 X3 0X2 X 1X3 (4-15)
Av X 1
(4-16)
A 1
X X3 1

1
X X 3 2 X C L
A
v
1atau

2

(4-17)
X1 X 1 C 2 L1

2
b. = 1 =100 1=100 2=100 1=100 (4-30)
1
= 2
2

Pada pers. (4-18) didapat frekuensi osilasi colpitts,yaitu:


1 1
= (4-31)
2 1. 2
1+ 2

kemudian kuadratkan kedua ruas pers. (4-31),menjadi:


2
2 1 2 1
= 1 = (4-32)
2 1. 2
2 1. 2 4
1+ 2 1+ 2

masukkan nilai fosc = 10.7 MHz dan L = 10 nH ke pers. (4-32),


menjadi:
1
(10,7.106)2 = .
4. 2 .10.109 1 2
1+ 2
14 1
1,1449.10 = .
4. 2.108 1 2
1+ 2
14 2 8 1
1,1449.10 .4. .10 =
1. 2
1+ 2
1+ 2
1,1449.1014.4.2.108 =
1. 2

1+ 2
4,515.10 7 = (4-33)
1. 2

masukkan nilai pada pers. (4-30) pada pers.(4-33)


100 2+ 2
=4,515.107
100 2 2

119
101 2 7

2 =4,515.10
100 2
1,01
=4,515.10 7
2
1,01 8
F = 22,44nF
2 = 4,5.107 2= 2,244.10
6
1=100 2=2,244.10 F=2,244F
C. Peralatan yangdigunakan
1. GeneratorSinyal
2. Osiloskop
3. Power Supply/ Catudaya
4. Multimeter
5. Kit praktikummixer
6. Kabel penghubung(jumper)

D. ProsedurPraktikum
1. Kalibrasi AlatUkur
a. Hubungkan probe ujung probe pertama (BNC Male) ke Port 1 (CH 1) pada
osiloskop.
b. Hubungkan ujung probe yang lain ke tempat kalibrasiosiloskop.
c. Hasil kalibrasi adalah sebagaiberikut

Kalibrasi Hasil
Frekuensi 1KHz
Periode 1ms

2. Pengujian Modul OsilatorColpitts


a. Siapkan modul osilator, power supply, dan kabeljumper.
b. Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan +9 Volt ke port
VCC+ pada modul, dan ground power supply ke port GND padamodul.
c. Hubungkan ujung probe merah ke port OUTPUT Colpitts dan ujung probe
hitam ke portGND.
d. Nyalakan power supply dan tekan tombol Auto padaosiloskop.

120
e. Gunakan Cap. Select untuk memilih kapasitor mana yang akan digunakan
dalamrangkaian.
f. Lihat frekuensi keluaran dan tegangan keluaran pada osiloskop kemudian
lakukan pengambilandata.
Detikke Frek.Out(MHz)
30 2,08 Mhz
60 2,08 Mhz
90 2,08 Mhz

Gambar 4.11 Sinyal keluaran detik ke 30, 60 dan90

Vpp = 444mVolt
Frekuensi osilasi = 2,08MHz

121
Gambar 4.12 Rangkaian Osilator kapasitor1nF

Selisih perhitungan manual dan hasil pengukuran osiloskop 0,48MHz

a. Kapasitor 2.2nF
Detikke Frek.Out(MHz)
30 1,84 Mhz
60 1,84 Mhz
90 1,84 Mhz

Gambar 4.13 sinyal keluaran kapasitor 2.2 nF detik ke 30, 60,90

Vpp = 400mVolt
Frekuensi osilasi = 1,84MHz

122
Gambar 4.14 Rangkain osilator kapasitor 2.2Nf

fosc = 1,07Mhz
Selisih perhitungan manual dan hasil pengukuran osiloskop 0,77MHz

g. Matikan powersupply.
Sambungkan
ke power
supply+5v

Atur
capasitor
sesauitable

Sambungkanke
Ground Power
Supply dan
Sambungkan Groundosiloskop
ke Probe
osiloskop

Gambar 4.15 kitpraktikum

3. Pengujian Modul Osilator WienBridge


123
a. Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan +5 Volt keport
VCC+ padamodul.
b. Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan 5 Volt ke port
VCC padamodul.
c. Hubungkan kabel jumper power supply pada posisi ground ke port GND
padamodul.
d. Hubungkan ujung probe merah ke port OUTPUT Wien Bride dan ujung
probe hitam ke portGND.
e. Nyalakan power supply dan tekan tombol Auto padaosiloskop.
f. Lihat frekuensi keluaran dan tegangan keluaran pada osiloskop kemudian
lakukan pengambilandata.
Detikke Frek.Out(MHz)
30 14,7 Mhz
60 14,7 Mhz
90 14,7 Mhz

HasilPengukuran:

Gambar 4.16 Sinyal keluaran wien Briedge detik ke 30, 60 dan90

Vpp = 2,88Volt
Frekuensi osilasi = 14,7kHz
1
Rumus frekuensi osilasi jika nilai R dan C nya sama fosc= 2

124
Gambar 4.17 Rangkaian WienBriedge

Selisih perhitungan manual dan hasil pengukuran osiloskop 1,2kHz


g. Matikan powersupply.

Sambungkan
ke power Sambungkan
supply+5v ke power
supply-5v

Sambungkanke
Sambungkan GroundPower
ke Probe Supply dan
osiloskop Ground
osiloskop

Gambar 4.18 kit praktikum osilator wienbridge

3. Pengujian Modul OsilatorDigital 125


a. Hubungkan kabel jumper power supply pada tegangan +5 Volt ke portVCC+
pada modul, dan ground power supply ke port GND padamodul.
b. Hubungkan ujung probe merah ke port OUTPUT Digital dan ujung probe
hitam ke portGND.
c. Nyalakan power supply dan tekan tombol Auto padaosiloskop.
d. Lihat frekuensi keluaran dan tegangan keluaran pada osiloskop kemudian
lakukan pengambilandata.

Detikke Frek.Out(MHz)
30 16,4 Mhz
60 16,4 Mhz
90 16,4 Mhz

Gambar 4.19 Sinyal keluaran osilatordigital

Vpp = 3.32Volt
Frekuensi osilasi = 16.4kHz

e. Matikan powersupply.
Sambungkan
ke power
supply+5v

126
Sambungkanke
Probeosiloskop

Gambar 4.20 Kit praktikum osilatordigital


E. EVALUASI
1. OsilatorCollpits
1. Pengamatan dalam domain waktu danfrekuensi
Pengamatan denganosiloskop

Amplitudo:

Frekuensi:

Pengukuran kestabilan frekuensi keluaranosilator

f o =..........
Frek.Out
Detikke
(MHz)

120
150
180
210

127
240
270
300

Grafik kestabilan frekuensiosilator

128
2.Osilator WienBridge
1. Pengamatan dalam domain waktu danfrekuensi
Pengamatan denganosiloskop

Amplitudo:

Frekuensi:

Pengukuran kestabilan frekuensi keluaranosilator

f o =..........
Frek.Out
Detikke
(MHz)

120
150
180
210
240
270
300

Grafik kestabilan frekuensiosilator

129
3. OsilatorDigital
1. Pengamatan dalam domain waktu danfrekuensi
Pengamatan denganosiloskop

Amplitudo:

Frekuensi:

Pengukuran kestabilan frekuensi keluaranosilator


Frek.Out
Detikke
(MHz)
f o =..........
30
60
90
120
150

Grafik kestabilan frekuensiosilator

130
MODUL V PRAKTIKUM ELKOM
PLL (Phase LockLoop)

A. Tujuan
1. Praktikan dapat melakukan pengukuran dan pengaturan free-running
frequency padaPLL.
2. Praktikan dapat mengamati dan memahami lock-range padaPLL.
3. Praktikan dapat mengukur frekuensi capture maksimum danminimum..
4. Praktikan dapat mengamati cara kerja PLL sebagai demodulatorfrekuensi.
5. Praktikan dapat mengamati cara kerja PLL sebagai pensintesisfrekuensi.

B. DasarTeori
Phase Lock Loop (PLL) adalah suatu rangkaian sistem tertutup yang
memanfaatkan feedback negatif untuk mengatur VCO mengunci (lock) frekuensi
dan phasa keluaran terhadap frekuensi dan phasa sinyal input. PLL dapat
digunakan sebagai Sintesis Frekuensi, FM dan FSK Modulator & Demodulator,
Fekuensi Diskriminator, Pengontrol Kecepatan Motor. PLL dapat berupa analog
atau digital, tetapi banyak tersusun dari komponen analog dandigital.
Parameter dalam PLL adalah sebagai berikut:
1. Free-running frequecy. Adalah frekuensi keluaran VCO pada
kondisi tidak ada sinyal masukan. Nilainya pada frekuensitengah.
2. Locked-range. Adalah kawasan atau daerah frekuensi dimana lingkar
dapat bertahan terkunci. Daerah ini dibatasi oleh frekuensi operasi
minimum danmaksimum.
3. Tracking range. Adalah simpangan maksimum yang diijinkan dari
jaraknya ke free running frequency, biasanya sejauh setengah lock-
range.
4. Capture range. Simpangan frekuensi disekitar free-running
frequency dimana lingkaran masih mampu mengunci sejak memulai.
Capture-range <Lock-range
5. Lock-up time. Adalah selang waktu transient dari PLL sampai
mencapai kondisiterkunci.

131
Daerah kuncian & daerah tangkapan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1 Daerah kuncian & Daerahtangkapan

Phase Locked Loop terdiri dari 3 bagian blok dasar:


Phase Detector (comparator)
Low PassFilter
Voltage-Controlledoscilator

Gambar 5.2 Blok dasarPLL

1. Phase Detector. Detector fasa / pembanding fasa terdiri dari sebuah gerbang
XOR yang membandingkan sinyal masukan dan sinyal feedback dari VCO.
Ketika sinyal masukan dengan frekuensi fc tidak sama dengan frekuensi
osilator fo maka Phase detector/comparator akan menghasilkan sinyal keluaran
bukan nol yang membuat output VCO mendekatifc.

132
2. Voltage controlled oscilator. VCO merupakan sebuah osilator yang keluaran
frekuensinya bergantung pada tegangan input nya. Semakin rendah tegangan
input maka frekuensi keluaran osilator fo semakin tinggi. Semakin tinggi
tegangan input maka frekuensi kelouaran osilator fo semakinrendah.

Gambar 5.3 Karateristik Tegangan / Frekuensi dariVCO.

Cara kerja dasar PLL dapat dijelaskan sebagai berikut. Tanpa sinyal
masukan dari luar pada sistem PLL, sinyal error Ve(t) sama dengan nol, dan VCO
bekerja pada kondisi free runing fo yang ditentukan sebelumnya. Ketika sinyal
masukan dengan frekuensi fc tidak sama dengan frekuensi osilator fo maka Phase
detector/comparator akan menghasilkan sinyal keluaran eror bukan nol yang
membuat output VCO mendekati fc. Dengan demikian, feedback loop
menyebabkan VCO menyesuaikan frekuensi fo keluarnya dengan sinyal masukan
fc (locked). Saat kondisi sudah terkunci, frekuensi fo keluaran VCO sama dengan
frekuensi fc sinyalmasukan.
Beberapa aplikasi PLL:
a. MC14046
MC14046 adalah IC phase Locked loop yang memliki dua buah Phase
comparator (PC1Out & PC2Out) yang masing masing memiliki karakteristik
fungsi yang berbeda, sebuah voltage-controlled oscilator dan source follower.
Phase comparator 1 (PC1out) yang merupakan gerbang XOR, memberikan output
error digital, dan menjaga pergeseran phasa 90 o pada frekuensi tengah diantara
frekuensi masukan 1 (PCAin) dan masukan frekuensi 2 (PCBin). Phase
comparator 2 memberikan output sinyal error digital pada PC2out, sinyal lock
pada LD dan menjaga pergesaran fasa 0 o diantara sinyal masuk PCAin dan PCBin.
VCO internalnya merupakan VCO linear yang range frekuensi fmin dan fmax nya

133
ditentukan oleh kapasitor dan resistor yang terhubung pada pin CIA, CIB, R1 dan
R2. Range frekuensi sinyal input dimana loop pll akan tetap mengunci disebut
disebut Lock Frequency Range . Dimana perhitungan Lock Frecuency Range
sinyal input adalah sebagiberikut
2fl = fmax -fmin
Output Source follower (SFout) digunakan apabila input VCO ingin dilihat tanpa
mempengaruhisinyalnya.

Gambar 5.4 : Rangkaian Phased Locke Loop dengan ICMC14046

b. PLL Sebagai Frequencysintesizer


c. PLL Sebagai Modulator FM dan AFC (Automatic
FrequencyControl)

Sinyal Sfm(t)
Masukanfx VCO
PHASE LOW PASS S fv
DETECTOR FILTER

S(t)
info

Gambar 5.5 PLL sebagai modulator FM danAFC

Jika Switch S-OFF. Sinyal FM, sfm(t), dengan frekuensi fv yang hanya
dipengaruhi oleh sinyal informasi s(t) saja, dengan menganggap komponen VCO
stabil tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Tapi jika tak stabil, berarti fv
dipengaruhi s(t) danlingkungannya.
Jika Switch SON. Keluaran LPF akan memuat sinyal perubahan fv oleh
lingkungan sebagai sinyal koreksi, sebagai masukan VCO yang berupasinyal

134
informasi s(t) ditambah sinyal koreksi dari keluaran LPF yang menyebabkan
seolah-olah harga fv dipengaruhi oleh s(t)saja.
d. PLL Sebagai Demodulator FM /Diskriminator
Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah osilator LC dengan sebuah kapasitor
variable sebagai penala. Jika kapasitansi berubah, maka frekuensi osilasi akan
berubah. Jika kapasitansi berubah secara sinusoidal pada frekuensi 1 KHz, maka
frekuensi pemodulasinya adalah 1KHz.

OSILATORLC

Gambar 5.6 osilator LC dengan kapasitorvariable

Ketika sinyal FM dimasukkan sebagai masukan pada PLL, VCO akan mengikuti
perubahan frekuensi masukannya. Sebagai hasilnya, tegangan yang berfluktuasi
atau berubah-ubah akan keluar melalui LPF. Tegangan ini memilki frekuensi yang
sama dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Dengan kata lain, keluaran DC
sekarang menyatakan keluaran demodulasi FM. Ini banyak digunakan dalam
penerima FM. Jika sinyal pemodulasi adalah musik, maka sinyal keluaran dari
keluaran FM adalah akan sama dengan musikjuga.
Demodulasi atau deteksi FM dapat diperoleh secara langsung dengan
menggunakan rangkaian PLL. Jika frekuensi tengah PLL dirancang pada
frekuensi sinyal FM, maka hasil penyaringan atau tegangan keluaran LPF-nya
adalah tegangan keluaran demodulasi yang diinginkan. Perubahan nilainya
sebanding dengan perubahan frekuensi sinyal masukannya. Rangkaian PLL
kemudian dioperasikan sebagai strip IF lengkap, pembatas, dan demodulator
sebagaimana dipakai dalam penerimaFM.

SinyalFM PHASE LOW PASS Vo(t)


DETECTOR FILTER
Sfm(t),fv

fi
VCO

Gambar 5.7 PLL sebagai Demodulator FM /Diskriminator

135
e. PLL Sebagai PensintesisFrekuensi
Pensintesis frekuensi dapat dibangun dengan menggunakan PLL seperti
pada gambar berikut ini:

Gambar 5.8 PLL sebagai pensintesisfrekuensi

Sebuah pembagi frekuensi disisipkan antara keluaran VCO dengan


masukan detector fase sehingga sinyal lingkar menuju detector fase pada
frekuensi fo ketika output VCO adalah Nfo. Keluaran ini adalah kelipatan dari
frekuensi sinyal masukan (referensi) selama lingkar dalam keadaanterkunci.
Sinyal masukan dapat berupa kristal terbilang pada frekuensi f1 dengan
menghasilkan keluaran VCO pada Nf1 jika lingkar dalam kondisi mulai terkunci
pada frekuensi dasar (ketika fo = f1). Karena VCO hanya bisa berubahubah pada
daerah yang terbatas dari frekuensi tengahnya, maka diperlukan untuk mengubah
frekuensi VCO ketika harga pembagi diubah. Selama rangkaian PLL pada kondisi
terkunci, frekuensi keluaran VCO akan secara pasti N kali frekuensi masukannya.
Ini hanya diperlukan untuk mengatur kembali fo menuju daerah capture-range dan
lock-range, lingkar tertutup kemudian menghasikan sinyal Nf1 pada keluaran
VCO pada keadaanterkunci.

C. Peralatan YangDigunakan

1. Kit praktikum elektronika KomunikasiPLL.


2. Catu dayaDC
3. Multimeterdigital.
4. Osiloskop.
5. Kabel penghubung(jumper).

136
D. ProsedurPraktikum

1. Lakukan kalibrasi pada osiloskop. Sambungkan antara probe pada CH 1 lalu


ujung probe yang satunya lagi dihubungkan dengan yang positif dannegative.
2. Setting Keluaran Osilator Kristal (FrekuensiKristal)
- Berikan sumber tegangan Vcc sebesar 5 Volt dan ground dari power
supply
- Hubungkan osiloskop dengan outXTal
- Putar POT 1 (Potensio 1) hingga menemukan frekuensi sebesar 400Hz

Gambar 5.9 keluaran osilatorkristal

Sambungkan
keosiloskop

Sambungkan Putar POT 1(Potensio


ke Vcc+5V
1) sampaifrekuensi
sebesar 400Hz

Gambar 5.10 kitPLL

3. Setting free runningfrekuensi

137
- Hubungkan A keB
- Setting/putar POT 2 hingga menemukan tegangan sebesar 3 Volt
dengan menggunakan multimeter (A GND)
- Hubungkan osiloskop dengan outVCO
- Putar POT 3 hingga menemukan frekuensi 250KHz
- Untuk mencari kelinearan VCO dengan mengubah-ubah sesuai data
dengan menggunakan POT2 yang dihubungkan denganmultimeter.

Gambar 5.11 output free running 250Khz

Tabel 5.1 Pembuktian kelinieranVCO


Tegangan input Frekuensi(KHz)
(V)
1.8 64.1
2.0 94.3
2.2 128
2.4 155
2.6 192

138
Gambar 5.12 tegangan input 1.8volt

Gambar 5.13 tegangan input2.0

Gambar 5.14 tegangan input2.2

139
Gambar 5.15 tegangan input2.4

Gambar 5.16 tegangan input2.6

- Kemudian buat kurvakelinearannya.


Hubungkan
dengan
osiloskop
Hubungkan Putar POT3
denganjumper
sampai
frekuensi
250KHz

putar POT 2 sampai


tegangan sebesar 3 Volt
dengan multimeter (A
GND)

Gambar 5.17 kitpraktikum

140
4. LoopingPLL
- Hubungkan C keB
- Osiloskop tetap hubungkan ke OutVCO
- Atur programmable sesuaikeinginan
- Nyalakan powersupply

a. Keluaran Pensintesis Frekuensi(VCO)

Tabel 5.2 Keluaran Pensintesis Frekuensi(VCO)


Pembagi Frekuensi(KHz)
No
100 80.6kHz
1
200 160kHz
2
300 240kHz
3
400 321kHz
4
500 403kHz
5

Gambar 5.18 pembagi100

141
Gambar 5.19 pembagi200

Gambar 5.20 pembagi300

Gambar 5.21 pembagi400

142
Gambar 5.22 pembagi500
Hubungkanke
osiloskop

Hubungkan C &B
denganjumper

Atur
programmable
Divider sesuai
table

Gambar 5.23 kit praktikum untuk Keluaran Pensintesis Frekuensi(VCO)

b. Keluaran programmabledivider
- Hubungkan C keB
- Osiloskop hubungkan ke Out:N
- Atur programmable sesuaikeinginan
Tabel 5.3 Keluaran programmabledivider
Pembagi Frekuensi
10 3.33kHz
100 806Hz
200 806Hz
300 806Hz
400 800Hz

143
Gambar 5.24 Pembagi10

Gambar 5.25 Pembagi100

Gambar 5.26 Pembagi200

144
Gambar 5.27 Pembagi300

Gambar 5.28 Pembagi400

Hubungkan C &B
denganjumper

Hubungkanke Atur
osiloskop programmable
Divider sesuai
table

Gambar 5.29 kit praktikum untuk programmabledivider

145
c. Keluaran pembagidua

Tabel 5.4 Keluaran Pembagidua


Pembagi Frekuensi
10 1.16kHz
100 410Hz

200 400Hz
300 400Hz
400 400Hz

Gambar 5. 30 Pembagi10

Gambar 5.31 Pembagi100

146
Gambar 5.32 Pembagi200

Gambar 5.33 Pembagi300

Gambar 5.34 Pembagi400

147
Hubungkan C &B
denganjumper

Hubungkanke Atur
osiloskop programmable
Divider sesuai
table

Gambar 5.35 kit praktikum untuk pembagidua

d. Detektorfasa
- Programmable divider dituruninsemua
- Out phase detector disambungkan keosiloskop
- Tekan auto padaosiloskop

Gambar 5.36 merupakan output dari detectorfasa

Gambar 5.36 output detectorfasa

148
E. Evaluasi
1. OsilatorKristal
Sinyal keluaran:

Frekuensi =Hz

2. FreeRunning

Sinyal keluaran:

Atur keluaran VCO sebesar 250 kHz saat mendapat input3volt

Kelinearan VCO:
No. Tegangan input(V) Frekuensi(KHz)
1 2.8
2 3.0
3 3.2
4 3.4
5 3.6

149
Kurva kelinearan VCO:

3. LoopingPLL
Keluaran PensintesisFrekuensi

Frekuensi VCO
No Pembagi
(Hz)
1 600
2 700
3 800
4 900
5 1000

4. ProgrammableDivider

Keluaran programmable divider:


Duty cycle Amplituda
No Pembagi Frekuensi(Hz)
(%) (Vpp)
1 10
2 80
3 100
4 200
5 300
6 400
7 500
8 600

Frekuensi = Hz
Duty Cycle =%
Amplituda =Vp-p

150
Keluaran pembagi dua:

Frekuensi Duty cycle(%) Amplituda Kn


No Pembagi
(Hz) (Vpp)
1 10
2 80
3 100
4 200
5 300
6 400
7 500
8 600

2. DetektorPhasa
Sinyal keluaran detektor phasa:

Amplituda =Vp-p

151

Anda mungkin juga menyukai