Bentonit PDF
Bentonit PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentonit
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit dengan mineral-
mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral lainnya. Montmorillonit
merupakan bagian dari kelompok smectit dengan komposisi kimia secara umum
(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis
pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon
Prancis yang dipublikasikan pada tahun 1853 1856 (www.dim.esdm.go.id).
1. Na-bentonit
2. Ca-bentonit
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, tetapi
secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik.
Suspensi koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering berwarna abu-
abu, biru, kuning, merah, coklat.
Struktur monmorillonit memiliki konfigurasi 2:1 yang terdiri dari dua silikon oksida
tetrahedral dan satu alumunium oksida oktahedral. Pada tetrahedral, 4 atom oksigen
berikatan dengan atom silikon di ujung struktur. Empat ikatan silikon terkadang
disubtitusi oleh tiga ikatan alumunium. Pada oktahedral atom alumunium
berkoordinasi dengan enam atom oksigen atau gugus-gugus hidroksil yang berlokasi
pada ujung oktahedron. Al3+ dapat digantikan oleh Mg2+, Fe2+, Zn2+, Ni2+, Li+ dan
kation lainnya. Subtitusi isomorphous dari Al3+ untuk Si4+ pada tetrahedral dan Mg2+
atau Zn2+ untuk Al3+ pada oktahedral menghasilkan muatan negatif pada permukaan
clay, hal ini diimbangi dengan adsorpsi kation di lapisan interlayer.
Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel butiran yang
halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti tekstur pecah kaca
(concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna kuning muda hingga abu-abu,
bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning merah atau coklat, bila diraba terasa
licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan menghisap air. Bentuk fisik dari bentonit
diperlihatkan pada gambar berikut :
Sifat fisik lainnya berupa massa jenis 2,2-2,8 g/L; indeks bias 1,547-1,557; dan titik
lebur 1330-1430oC. Bentonit termasuk mineral yang memiliki gugus aluminosilikat.
Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Bentonit
Sebelum digunakan dalam berbagai aplikasi, bentonit harus diaktifkan dan diolah
terlebih dahulu. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi bentonit, yaitu :
1. Secara Pemanasan
Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca+ yang ada
dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan melepaskan ion Al, Fe, dan Mg dan
pengotor-pengotor lainnya pada kisi-kisi struktur, sehingga secara fisik
bentonit tersebut menjadi aktif. Untuk keperluan tersebut asam sulfat dan asam
klorida adalah zat kimia yang umum digunakan. Selama proses bleaching
tersebut, Al, Fe, dan Mg larut dalam larutan, kemudian terjadi penyerapan
asam ke dalam struktur bentonit, sehingga rangkaian struktur mempunyai area
yang lebih luas.
Penggunaan uatama bentonit adalah pada industri lumpur bor, yaitu sebagai
lumpur terpilar dalam pengeboran minyak bumi, gas bumi serta panas bumi.
2.2. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan
yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya
yang bekerja pada permukaan tersebut.
1. Adsorpsi fisik
2.2.2 Adsorben
Adsorben adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar.
Permukaan yang sangat luas ini terbenuk karena banyaknya pori yang halus pada
padatan tersebut. Biasanya luasnya berada dalam orde 200 1000 m2/g adsorben.
Diameter pori sebesar 0,0003 0,02 m.
2.3 Logam
Logam menurut pengertian awam adalah barang yang padat dan berat yang biasanya
selalu digunakan oleh orang untuk alat-alat dapur atau untuk perhiasan, yaitu besi,
baja, emas, dan perak. Padahal masih banyak logam lain yang penting dan sangat kecil
serta berperan dalam proses biologis makhluk hidup misalnya selenium, kobalt,
mangan dan lain-lainya.
Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup.
Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu
sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara
alamiah, yaitu kurang dari 1 g/L. Bila terjadi erosi alamiah, konsentrasi logam
tersebut dapat meningkat. Dalam mempelajari konsentrasi dalam lingkungan perairan,
terlebih dahulu perlu diketahui tujuan dan pengetahuan mengenai spesiasi logam.
Idealnya penelitian tersebut harus terlebih dahulu mengetahui alur pergerakan logam
yang diteliti, hubungan interaksi masing-masing logam terhadap logam lain, model
distribusi logam dalam jaringan biota air, dan akumulasinya dalam setiap jaringan
(Darmono, 2001).
Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Kadium terutama terdapat
dalam kerak bumi bersama dengan seng. Kadmium yang terdapat di dalam lingkungan
pada kadar yang rendah berasal dari kegiatan penambangan seng, timah, dan kobalt
serta kuprum. Sementara dalam kadar tinggi, kadmium berasal dari emisi industri,
antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng dan timbal
(Widowati,W.2008).
Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur
pada suhu 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M)
dengan mudah melarutkan tembaga.
Unsur Cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air dan udara sehingga
manusia bisa terpapar Cu melalui jalur makanan, minuman, dan saat bernafas. Cu
merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah kecil. Apabila jumlah Cu telah
melampaui batas aman, akan muncul toksisitas. Manusia biasanya terpapar Cu dari
tanah, debu, makanan, serta minuman yang tercemar Cu yang berasal dari pipa bocor
pada penambangan Cu atau industri yang menghasikan limbah Cu. Kira-kira 75-99%
total in take Cu berasal dari makanan dan minuman. Setiap hari, manusia bisa terpapar
Cu yang antara lain berasal dari peralatan dapur ataupun koin.
Keracunan logam berat bersifat kronis dan dampaknya baru terlihat setalah
beberapa tahun. Logam berat bersifat akumulatif di dalam tubuh organisme dan
konsentrasi mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dalam rantai makanan.
Biomagnifikasi berhubungan langsung dengan manusia yang menempati posisi top
level dalam rantai makanan karena konsentrasi logam berat yang dikandung dalam
Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang
terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan
ekskresi (hati dan ginjal). Beberapa logam memiliki sifat karsinogenik (pembentuk
kanker), ataupun teratogenik (salah bentuk organ). Daya toksisitas ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kadar logam yang termakan, lamanya mengkonsumsi,
umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan makanan tertentu, kondisi fisik, dan
kemampuan jaringan tubuh untuk mengakumulasi logam. Beberapa logam toksik
dapat menyerang saraf sehingga dapat menyebabkan kelainan tingkah laku.
Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada bahwa atom-atom pada suatu unsur
dapat mengabsorpsi energi sinar pada panjang gelombang tertentu. Banyak energi
sinar yang diabsorpsi berbanding lurus dengan jumlah atom-atom unsur yang
mengabsorpsi. Atom terdiri atas inti atom yang mengandung proton bermuatan positif
dan neutron berupa partikel netral, di mana inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron
bermuatan negatif pada tingkat energi yang berbeda-beda. Jika energi diabsorpsi oleh
atom, maka elektron yang berada di kulit terluar (elektron valensi) akan tereksitasi dan
bergerak dari keadaan dasar atau tingkat energi yang terendah (ground state) ke
keadaan tereksitasi dengan tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Jumlah
energi yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron ke tingkat energi tertentu
dikenal sebagai potensial eksitasi untuk tingkat energi tersebut. Pada waktu kembali
ke keadaan dasar, elektron melepaskan energi sebagai energi panas ataupun energi
sinar (Clark, D.V, 1979).
2.7.2 Instrumentasi
M otor Bahan
Sum ber Contoh O ksigen
bakar
tenaga
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini
terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda.
Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau
dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon
atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena
memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.
2. Tempat Sampel
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.
3. Monokromator
4. Detektor
Detektor dapat diatur sedemikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga
tidak memberikan respon terhadap nilai emisi yang berasal dari eksitasi termal
(Khopkar,S.M. 2003).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatat hasil.
Untuk spektroskopi nyala suatu persyaratan penting adalah bahwa nyalayang dipakai
hendaknya menghasilkan temperatur lebih dari 2000 K.
Tabel 2.2 Temperatur nyala dengan berbagai bahan bakar
Temperatur (T/K)
Gas pembakar
Udara Dinitrogen oksida
Asetilena 2400 3200
Hidrogen 2300 2900
Propana 2200 3000
Gas kota 2100 -
Sejauh susunan nyala itu dipentingkan, dapatlah dicatat bahwa suatu campuran
asetilena-udara sesuai untuk penetapan sekitar tiga puluh logam, tetapi suatu nyala
propilena-udara haruslah dipilih untuk logam yang mudah diubah menjadi keadaan
Gangguan nyata pada SSA adalah seringkali didapatkan suatu harga yang tidak sesuai
dengan konsentrasi sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini adalah faktor
matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekuler yang bersifat radiasi.
Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan
cenderung mengabsorpsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya
ionisasi atom akan menjadi sumber kesalahan pada SSA oleh karena spektrum radiasi
oleh ion jauh berbeda dengan spektrum absorpsi atom netral yang memang akan
ditentukan. Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu
dengan jalan:
1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai
gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan
temperatur yang tinggi.
(Mulja, M. 1995)