Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I

REAKSI UJI PROTEIN


(Pengendapan Dengan Logam)

DISUSUN OLEH

Nama : Ari Yanti

Nim : 06101281419034

Tanggal Praktikum : 09 September 2016

Kelompok : 3 (Tiga)

Dosen Pengampuh : 1. Drs. Made Sukaryawan, M.Si

2. Desi, S. Pd., M.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

I. Nomor Percobaan : 3 (Tiga)


II. Judul : Reaksi Uji Protein (Pengendapan dengan Logam)
III. Tujuan Percobaan :
Untuk mengidentifikasi protein secara kimia dengan mengenal perubahan
yang terjadi apabila ditambahkan dengan senyawa kimia tertentu

IV. Dasar Teori

Protein merupakan merupakan makromolekul yang paling berlimpah di


dalam sel dengan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua
organisme. Protein adalah instrumen yang mengekspresikan informasi genetik.
salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya
seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi
protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa jenis dan fungsi
protein dalam organisme kehidupan antara lain;
1. Enzim
Hampir semua reaksi kimia biomolekul organik di dalam sel dikatalisa oleh
enzim. Contoh enzim: ribonuklease, suatu enzim yang mengkatalisa
hidrolisa RNA (asam poliribonukleat); sitokrom, berperan dalam proses
pemindahan electron; tripsin; katalisator pemutus ikatan peptida tertentu
dalam polipeptida.

2. Protein Pembangun
Protein pembangun berfungsi sebagai unsure pembentuk struktur.
Beberapa contoh misalnya: protein pembukus virus, merupakan selubung
pada kromosom; glikoprotein, merupakan penunjang struktur dinding sel;
struktur membrane, merupakan protein komponen membrane sel; -Keratin,
terdapat dalam kulit, bulu ayam, dan kuku; sklerotin, terdapat dalam rangka
luar insekta; fibroin, terdapat dalam kokon ulat sutra; kolagen, merupakan
serabut dalam jaringan penyambung; elastin, terdapat pada jaringan
penyambung yang elastis (ikat sendi); mukroprotein, terdapat dalam sekresi
mukosa (lendir).
3. Protein Kontraktil
Protein kontraktil merupakan golongan protein yang berperan dalam proses
gerak. Sebagai contoh misalnya; miosin, merupakan unsure filamen tak
bergerak dalam myofibril; dinei, terdapat dalam rambut getar dan flagel
(bulu cambuk).

4. Protein Pengangkut
Protein pengangkut mempunyai kemampuan mengikat molekul tertentu dan
melakukan pengangkutan berbagai macam zat melalui aliran darah. Sebagai
contoh misalnya: hemoglobin, terdiri atas gugus senyawa heme yang
mengandung besi terikat pada protein globin, berfungsi sebagai alat
pengangkut oksigen dalam darah vertebrata; hemosianin, befungsi sebagai
alat pengangkut oksigen dalam darah beberapa macam invertebrate;
mioglobin, sebagai alat pengangkut oksigen dalam jaringan otot; serum
albumin, sebagai alat pengangkut asam lemak dalam darah; -lipoprotein,
sebagai alat pengangkut lipid dalam darah; seruloplasmin, sebagai alat
pengangkut ion tembaga dalam darah.

5. Protein Hormon
Seperti enzim, hormone juga termasuk protein yang aktif. Sebagai contoh
misalnya: insulin, berfungsi mengatur metabolisme glukosa, hormone
adrenokortikotrop, berperan pengatur sintesis kortikosteroid; hormone
pertumbuhan, berperan menstimulasi pertumbuhan tulang.

6. Protein Bersifat Racun


Beberapa protein yang bersifat racun terhadap hewan kelas tinggi yaitu
misalnya: racun dari Clostridium botulimum, menyebabkan keracunan
bahan makanan; racun ular, suatu protein enzim yang dapat menyebabkan
terhidrolisisnya fosfogliserida yang terdapat dalam membrane sel; risin,
protein racun dari beras.

7. Protein Pelindung
Golongan protein pelindung umumnya terdapat dalam darah vertebrata.
Sebagai contoh misalnya: antibody merupakan protein yang hanya dibentuk
jika ada antigen dan dengan antigen yang merupakan protein asing, dapat
membentuk senyawa kompleks; fibrinogen, merupakan sumber pembentuk
fibrin dalam proses pembekuan darah; trombin, merupakan komponen
dalam mekanisme pembekuan darah.

8. Protein Cadangan
Protein cadangan disimpan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh.
Sebagai contoh, misalnya: ovalbumin, merupakan protein yangterdapat
dalam putih telur; kasein, merupakan protein dalam biji jagung.

Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara


alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai
protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam
amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam
amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan
senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya
reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan
adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian,
dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang
menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara
pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein
(albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu
sama dengan pereaksi uji lainnya.
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan
usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati.
Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam
jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam
amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk
biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang
dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan
organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino
yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein
dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat
dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil
penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Poedjiadi,
1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi
yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam
ada beratus ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein
hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas
200 C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta
memiliki momen dipol yang besar.

Beberapa Ciri protein sebagai berikut :


1. Protein merupakan molekul berukuran besar. Berat moleklnya besar, ribuan
sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul.
2. Umumnya terdiri atas 20 asam amino
3. Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya
lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi stuktur tiga dimensi
protein
4. Stukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi ,
temperatur, medium pelarut organik, dan detergen.
5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus
samping yang reaktif dan susunan khas stuktural makromolekul.

Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukan adanya ikatan peptida dalam suatu
zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena
asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida
membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom
karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari
gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga
disebut reaksi kondensasi.

Bila larutan protein dalam suasana basa kuat direaksikan dengan larutan
CuSO4 pekat, akan dihasilkan warna ungu atau violet reaksi ini disebut reaksi
biuret sebab senyawa yang terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila
ditambah larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat. Warna yang dihasilkan
dari reaksi tersebut disebabkan oleh ikatan koordinasi antara ion Cu2+ dengan
pasangan elektron bebas dari N yang berasal dari protein dan pasangan elektron
bebas dari O molekul air. Reaksi ini tidak berlaku untuk peptida.

V. Alat dan Bahan


Alat :
Pipet tetes
Tabung reaksi
Gelas ukur
Rak tabung reaksi
Gelas kimia
Bahan :
Larutan HgCl2 0,2 M

Larutan Pb(CH3COO)2 0,2 M

Larutan Susu 1%-5%

VI. Prosedur Percobaan


Ke dalam 3 larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl 2 0,2 M . Ulangi
percobaan dengan mengunakan Pb asetat 0,2 M.

VII. Hasil Pengamatan

No. Sampel yang Diuji Hasil Pengamatan


1. Larutan Susu+ HgCl2
- 3 ml larutan susu 1% + 5 tetes - Larutan susu 1% (putih keruh) +
HgCl2 larutan HgCl2 (tak berwarna)
Larutan keruh + endapan
putih

- Larutan susu 2% (putih keruh) +


- 3 ml larutan susu 2% + 5 tetes larutan HgCl2 (tak berwarna)
Larutan keruh + endapan
HgCl2
putih

- Larutan susu 3% (putih keruh) +


larutan HgCl2 (tak berwarna)
Larutan keruh + endapan
- 3 ml larutan susu 3% + 5 tetes
putih
HgCl2
- Larutan susu 4% (putih keruh) +
larutan HgCl2 (tak berwarna)
Larutan keruh + endapan
putih
- 3 ml larutan susu 4% + 5 tetes
HgCl2 - Larutan susu 5% (putih keruh) +
larutan HgCl2 (tak berwarna)
Larutan keruh + endapan
putih

- 3 ml larutan susu 5% + 5 tetes


- Larutan susu 1% (putih keruh) +
HgCl2
larutan Pb(CH3COO)2 (tak
berwarna) endapan putih
Larutan Susu+ Pb(CH3COO)2
- Larutan susu 2% (putih keruh) +
2. - 3 ml larutan susu 1% + 5 tetes
larutan Pb(CH3COO)2 (tak
Pb(CH3COO)2
berwarna) endapan putih

- Larutan susu 3% (putih keruh) +


- 3 ml larutan susu 2% + 5 tetes larutan Pb(CH3COO)2 (tak
Pb(CH3COO)2 berwarna) endapan putih

- Larutan susu 4% (putih keruh) +


larutan Pb(CH3COO)2 (tak
- 3 ml larutan susu 3% + 5 tetes
berwarna) endapan putih
Pb(CH3COO)2
- Larutan susu 5% (putih keruh) +
larutan Pb(CH3COO)2 (tak
berwarna) endapan putih
- 3 ml larutan susu 4% + 5 tetes
Pb(CH3COO)2

3 ml larutan susu 5% + 5 tetes


Pb(CH3COO)2
VIII. Persamaan Reaksi
1. Reaksi dengan HgCl
NH3+ NH3+ NH3+
| | |
R CH COO + Hg2+ R CH COO Hg COO CH R

2. Reaksi dengan Pb-asetat

NH3+ NH3+ NH3+

| | |

R CH COO + Pb2+ R CH COO Pb COOCHR

3. Analisis Data

Rumus pembuatan larutan protein (sampel yang diuji) dari larutan induknya.

gr zat terlarut
larutan= 100
gr pelarut

Pelarut yang digunakan adalah aquadest


A. Pembuatan larutan Susu dengan konsentrasi 1% - 5%
1.1 Pembuatan Larutan susu 1%

x gr
x 100
1% = 250 ml

1 x 250
x=
100

x = 2.5 gram

Massa susu yang dibutuhkan untuk membuat susu 1% adalah 2.5 gr

1.2 Pembuatan Larutan susu 2%


x gr
x 100
2% = 250 ml

2%x250
x=
100

x = 5 gram

Massa susu yang dibutuhkan untuk membuat susu 2% adalah 5 gr

1.3 Pembuatan Larutan susu 3%

x gr
x 100
3% = 250 ml

3%x250
x=
100

x = 7,5gram

Massa susu yang dibutuhkan untuk membuat susu 3% adalah 7,5 gr

1.4 Pembuatan Larutan susu 4%

x gr
x 100
4% = 250 ml

4 %x250
x=
100

x = 10gram

Massa susu yang dibutuhkan untuk membuat susu 4% adalah 10gr


1.5 Pembuatan Larutan susu 5%

x gr
x 100
5% = 250 ml
5%x250
x=
100

x = gram

Massa susu yang dibutuhkan untuk membuat susu 5% adalah 12,5gr

Didapatkan, larutan susu yang dibutuhkan

Larutan 1 (1% susu) = 2,5 gr (di masukkan kedalam labu ukur 250 ml
+ aquadest)
Larutan 2 (2% susu) = 5 gr (di masukkan ke dalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 3 (3% susu) = 7,5 gr (di masukkan ke dalam labu ukur 250 ml
+ aquadest)
Larutan 4 (4% susu) = 10 gr (di masukkanke dalam labu ukur 250 ml
+ aquadest)
Larutan 5 (5% susu) = 12,5 gr (di masukkan ke dalam labu ukur 250
ml + aquadest)

B. Larutan HgCl2
Dik :Mr HgCl2 = 271,5 gr/mol
M HgCl2 = 0,2 M
V Larutan yang dibutuhkan = 250 ml
Jawab :
gr 1000
M= x
Mr V
gr 1000
0,2 M = x
271,5 gr /mol 250 ml
54,32=gr x 4
54,32
gr=
4

gr = 13,57 gram

C. Pb asetat
Dik : Mr Pb(CH3COO)2 = 379,34 gr/mol
M HgCl2 = 0,2 M

V Larutan yang dibutuhkan = 250 ml

Jawab ;

gr 1000
M= x
Mr V
gr 1000
0,2 M = x
379,3 gr /mol 250 ml
75,86=gr x 4
75,86
gr=
4

gr = 18,96 gram

4. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan uji biuret yang merupakan jenis pengujian
untuk identifikasi protein secara umum. Dalam percobaan ini kami
membandingkan beberapa sampel yang berbeda dengan konsentrasi yang berbeda
dilakukan penambahan reagen yang sama ke dalamnya baik dalam hal konsentrasi
maupun volume yang digunakan. Protein yang digunakan sebagai sampel di
dalam percobaan ini yaitu, larutan kuning telur dan putih telur. Setiap zat uji
dibuat dalam kadar yang berbeda yaitu 1%-5%.
Uji biuret ini merupakan salah satu analisis kualitatif dimana uji dikatakan
fositif terjadi dengan ditunjukan dengan adanya perubahan warna pada larutan
menjadi berwarna ungu. Dalam uji biuret CuSO4 bertindak sebagai reagen yang
akan bereaksi dengan protein di dalam suasana basa yang membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, Pada setiap sampel yang
digunakan yaitu kuning telur dan putih telur yang dibuat dalam kadar yang
berbeda, di lakukan penambahan larutan NaOH, sampel yang mulanya berwarna
putih keruh tidak mengalami perubahan warna, namun ketika dilakukan
penambahan larutan CuSO4 kedalamnya terjadi perubahan warna setiap larutan
menjadi ungu. Dengan perubahan warna ungu yang diperoleh ini menunjukan
bahwa uji ini positif terhadap biuret. Dalam hal ini terbentuknya warna ungu
menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji mengandung protein
Uji biuret merupakan jenis pengujian untuk identifikasi protein secara
umum. Berarti uji Biuret akan selalu memberikan hasil positif untuk semua jenis
protein. Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks
berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana
basa. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk
kompleks dengan protein. NaOH berfungsi sebagai penyedia suasana basa.
Suasana basa akan membantu membentuk Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi
Cu2+ dan 2OH-. Hal ini membantu untuk membentuk kompleks dengan nitrogen
dari karbon dari ikatan peptida dalam larutan basa.. Terjadinya warna ungu
terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida
menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa.
Setiap sampel yang digunakan dalam hal ini kuning telur dan putih telur
mengalami perubahan warna menjadi ungu , namun kuning telur 2% menampakan
larutan berwarna ungu yang lebih pekat dibandingkan dengan kuning telur 1%
dan semakin meningkatnya konsentrasi kuning telur di dalam larutan warna ungu
yang terbentuk makin jelas dan makin pekat. Hal ini juga berlaku untuk sampel
putih telur. makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan
makin panjang ikatan peptidanya.

5. Kesimpulan
1. Larutan kuning telur dan putih telur positif terhadap uji biuret
2. Reaksi fositif terhadap uji biuret ditandai dengan terbentuknya
senyawa kompleks yang ditunjukkan dengan perubahan warna
larutan menjadi ungu
3. NaOH berfungsi sebagai pembentuk suasana basa pada larutan
4. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk
kompleks dengan protein
5. makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan
makin panjang ikatan peptidanya
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:Erlangga


Limanto, K.R.. 2010. Uji Biuret (online).http://documents.tips/documents/
ujibiuret -5601c9e85bb31.html. (diakses pada tanggal 14 september 2016)

Wirahadikusumah, M. 1977. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.


Bandung: Penerbit ITB

LAMPIRAN I

Uji Biuret
1. Warna apa yang terjadi?
Jawaban: Warna ungu/ violet

2. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?


Jawaban: Harus dihindarkan kelebihan CuSO4 karena akan
menghasilkan warna larutan yang lebih pekat atau akan terbentuk
garam amonium.

3. Mengapa garam ammonium mengganggu?


Jawaban: Karena garam amonium akan mengganggu pengamatan
terhadap warna larutan.

4. Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji
biuret positif?
Jawaban: Zat lain yang memberikan uji biuret positif yaitu histidin
dan serin, theronin, urea.

LAMPIRAN II
Larutan Kuning Telur 1%-5%

Dari kiri ke kanan: larutan kuning


telur 1%, 2%, 3%, 4%, 5%

Larutan Kuning Telur 1%-5%

Dari kiri ke kanan: larutan putih


telur 1%, 2%, 3%, 4%, 5%

Anda mungkin juga menyukai