Anda di halaman 1dari 23

SEKILAS TENTANG

CABAl RAWIT
abai rawit yang banyak ditanam masyarakat bukanlah tanam-

an asli Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Latin pada posisi 0-30 Lintang
Selatan dan 0-30 Lintang Utara. Mengenai siapa penemunya dan kapan ditemukan,
hingga saat ini belum ada jawaban yang pasti.
A. Tempat Tumbuh
Tanaman ini dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia, baik dataran rendah,
sedang, pegunungan, maupun dataran tinggi. Namun, secara umum pertumbuhan cabai
rawit akan sangat baik kalau ditanam di daerah dengan curah hujan dan panas yang
cukup. Penanaman pada tempat yang berbeda akan menghasilkan buah yang berbeda.
Faktor lokasi penanaman ini sangat berperan dalam produksi buah. Daerah penanaman
paling cocok adalah pada ketinggian 0-500 m dpl, suhu rata-rata 19-30 C, dan curah
hujan 1.000-3.000 mm/tahun.
Tanah yang akan dipakai sebagai media tumbuh cabai rawit secara umum harus kaya
bahan organik dan dengan derajat keasaman (pH) 6,0-7,0. Bila rendah, pH-nya dapat
dinaikkan dengan cara pemberian kapur pertanian.
B. Klasifikasi dan Jenis Cabai Rawit
Cabai rawit merupakan tanaman berumur pendek (1-2,5 tahun). Tanaman ini mulai
berbuah umur 2,5-3 bulan dengan masa produktif antara 3-24 bulan. Selain itu, cabai
rawit ini disebut tanaman perdu karena tingginya hanya sekitar 50-135 cm dengan arah
pertumbuhan tegak lurus (vertikal).
Cabai rawit memiliki jenis kelamin yang hermafrodit. Tanaman dari famili
Solanaceae ini memiliki banyak varietas yang jumlahnya belum diketahui dengan pasti.
Adapun klasifikasi cabai rawit ini adalah sebagai berikut. -

Divisi (divisio) : Spermathophyta

Anak divisi (subdivisio) : Angiospermae


Kelas (class) : Dicotyledoneae
Bangsa (ordo) : Corolliforea
Suku (family) : Solanaceae
Jenis (species) . Capsicum frutescents L.
Memang ada banyak varietas cabai rawit. Ini disebabkan masing-masing daerah
penanaman memberi nama sendiri-sendiri. Hal ini pun didukung oleh faktor iklim dan
keadaan tanah sehingga cabai rawit di masing-masing daerah memiliki karakteristik yang
berbeda. Akibatnya hingga saat ini belum ada ahli yang berani memastikan jumlah
varietas cabai rawit.
Namun, dari banyaknya varietas cabai rawit ini, beberapa di antaranya merupakan
varietas unggul yang biasa ditanam, yaitu cipanas (buah muda hijau tua), tabasco (buah
muda putih kekuningan), tahanan (buah muda hijau muda), banjaran (buah muda hijau
kekuningan), jembrana (buah muda putih), dan hontaka (buah muda putih kehijauan).
Varietas-varietas tersebut masih dapat dibedakan atas tiga jenis sebagai berikut.
1. Cabai kecil
Cabai kecil juga sering disebut cabai jeprit. Karakteristik utama cabai ini ialah
buahnya kecil-kecil. Bila masih muda, buahnya berwarna hijau dan setelah tua (masak)
jadi merah menyala. Rasany sangat pedas dan beraroma merangsang karena kadar
minyak aetlu'ri nya banyak.
2. Cabal putih
Cabai putih yang sering disebut cengek ini memiliki ukuran bua lebih besar dari
cabai kecil. Panjang buahnya 1-3 cm dan leh; 2,5-12 mm: Bila masih muda, buahnya
berwarna putih dan i lah masak jadi merah jingga (merah agak kuning). Rasa buah y.i
masih muda kurang pedas. Akan tetapi, setelah masak rasa Hy menjadi pedas. Walaupun
demikian, rasa pedas cabai putih ini belus sebanding pedasnya cabai kecil.
3. Cabal ceplik
Cabai ceplik juga sering disebut cabai hijau. Ciri utama cab ini isilah ukuran
buahnya hampir sama dengan cabai putih. Perb daannya dengan cabai putih terletak pada
warna buah. Bila magi muda, buahnya hijau agak putih dan setelah masak menjadi meri
menyala. Rasanya pedas, tetapi masih lebih pedas cabai kecil atau cab putih.
C. Manfaat Cabai Rawit
Cabai rawit yang dikonsumsi sehari-hari mengandung berbau zat yang dibutuhkan
tubuh. Kandungan terbanyak dalam cabai rav, segar (dengan biji) adalah vitamin A, yaitu
11.050 IU per 100 g b han. Agar lebih jelas, Tabel 1 menampilkan kandungan kimia cah
rawit segar dengan biji dan tanpa biji.
Cabai rawit termasuk bahan pangan yang bermanfaat serba gut (multy function)
karena selain buahnya, daunnya pun dapat dimanfaa kan. Umumnya buah cabai rawit
dimanfaatkan sebagai sayur, samhx bumbu dapur, bumbu pecel, gado-gado, rujak, asinan,
dan sebagainy Buah yang masih mentah pun umumnya dimanfaatkan sebagai p lengkap
makan gorengan.
POLYDAG:
ALTERNATIF TeRBAIK
Dengan kandungan vitamin A, B, dan C, cabai rawit dapat dimanfaatkan untuk
kesehatan mata dan sariawan. Rasa pedas yang karena mengandung capsicol pun dapat
dijadikan sebagai minyak gosok untuk penyembuh pegal, rematik, sesak napas, dan gatal.
Bahkan rasa pedas tersebut dapat meningkatkan nafsu makan. Sementara daun cabai
rawit sering digunakan untuk obat luka (mengurangi rasa sakit yang berkepanjangan) dan
buang air besar.
~e
cara harfiah, kata polybag dibentuk oleh dua suku kata, yaitu "poly" yang artinya plastik
dan "bag" yang artinya kantung. Dengan demikian polybag mempunyai arti kantung yang
terbuat dari bahan plastik.
Pemakaian polybag (kantung plastik hitam) sebagai wadah tanam belum begitu
populer di kalangan masyarakat. Selama ini yang banyak digunakan sebagai wadah
tanam adalah pot. Padahal sebenar-nya pemakaian polybag sudah lama dilakukan. Di
perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, kakao, jeruk, vanili, dan tanaman hias, polybag ini
dijadikan pilihan utama dibanding pot.
A. Lebih Baik daripada Pot
Umumnya petani menggunakan pot sebagai wadah tanam cabai rawit. Dibandingkan
antara polybag dengan pot memang pada dasarnya sama, yaitu keduanya merupakan
wadah dengan luas terbatas. Namun, sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang
nyata seperti tampak pada Tabel 2.

Dipilihnya polybag karena dilihat dari beberapa faktor wadah tanam ini memiliki
kelebihan di antaranya murah, tahan karat dan tahan lama, ringan, bentuk seragam, tidak
cepat kotor, dan mudah diperoleh. Selain itu, yang terpenting ialah sistem drainase,
aerasi, dan porous (penyerapan air) wadah ini sangat baik sehingga tanaman dapat
tumbuh subur seperti halnya ditanam di lahan.
Semua jenis tanaman hortikultura dan tanaman berumur pendek seperti cabai rawit
dapat ditanam dalam polybag. Kualitas dan kuantitas buahnya tidak berbeda dengan yang
ditanam di lahan. Oleh karena itu, cara bertanam dalam polybag ini merupakan alternatif
yang baik dalam mengatasi kesulitan memperoleh cabai rawit segar. Keuntungan lainnya
dad bertanam cabai rawit dalam polybag ini antara lain dapat digunakan sebagai tanaman
pelindung angin atau debu, dan tanaman penghias ruangan rumah atau taman. Dijadikan
tanaman penghias karena cabai rawit dalam polybag ini dapat dipindah-pindahkan sesuai
keinginan.
B. Memilih dan Menyiapkan Polybag
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum polybag disiapkan. Faktor-
faktor tersebut sangat erat hubungannya dengan peMilihan polybag. Perkembangan akar,
ketinggian batang, perkembangan dahan dan ranting,
serta
keinginan untuk dipindahkan
n meru-pakan ha
l terpent
ing yang harus
diperhatikan.
Umumnya
i rawit sangat dipengaruhi a
ruhi oleh kesuburan tanah.
Tanaman akan memiliki akar dengan percabangan yang banyak kalau tanahnya subur.
Selain itu, batang akan mengalami pertumbuhan tinggi, dapat mencapai 1,5 meter.
Bersamaan dengan pertumbuhan akar dan batang, pertumbuhan dahan dan ranting pun
akan semakin banyak. Akibatnya jumlah daun akan menjadi banyak sehingga tanaman
tampak rimbun. Kerimbunan ini akan menyebabkan tanaman akan sering bergerak kalau
ditiup angin atau akan menjadi berat. Bila penopangnya tidak kuat maka tanaman akan
mudah roboh. Oleh karenanya polybag yang dipilih harus berukuran besar agar dapat
menopang keberadaan tanaman.
Selain karena pertumbuhan tanaman, pemilihan polybag ini pun perlu
memperhatikan ketahanannya. Ini disebabkan sering karena suatu sebab tanaman
dipindah-pindahkan ke suatu tempat. Bila tidak kuat maka polybagnya akan mudah
sobek.
Mengapa polybag disebut wadah tanam yang cocok untuk tanaman hortikultura dan
tanaman berumur pendek? Alasannya, karena polybag yang berukuran besar dapat
menumbuhkan bagian tanaman seperti akar, batang, dahan, ranting, daun, dan buah
secara maksimal. Ini disebabkan tanaman hortikultura dan berumur pendek tidak
mengalami perkembangan vegetatif seperti jenis tanaman keras yang berumur panjang.
Dengan demikian, media tanam yang ada dalam polybag tidak akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sama halnya dengan bila tanaman ditanam di
lahan.
Polybag yang digunakan untuk penanaman cabai rawit ialah yang berukuran besar
dengan perbandingan panjang, lebar, dan tebal adalah 55 cm, 40 cm, dan 0,11 mm atau
60 cm, 45 cm, dan 0,12 mm. Polybag ukuran ini biasa digunakan dalam pembibitan
kelapa sawit, baik yang berwarna putih maupun hitam.
Mendapatkan polybag tersebut tidak sulit, dapat melalui Departemen Pertanian atau
Dinas Perkebunan, haik pusat, propinsi, kabupaten, maupun kecamatan. Selain instansi
pemerintah, polybag ini pun dapat diperoleh di toko-toko alat pertanian atau toko-toko
plastik.
Polybag untuk penanaman cabai rawit harus berlubang untuk menyalurkan kelebihan
air siraman. Hal ini diperlukan agar tanaman tidak mengalami penyakit busuk akar.
Biasanya polybag yang digunakan pada pembibitan kelapa sawit sudah diberi lubang.
Namun, kalau belum diberi lubang, kita dapat membuatnya sendiri dengan cara
menusukkan besi panas. Ukuran lubang sama dengan ukuran lingkaran jari kelingking.
Setiap polybag dibuat sebanyak 30-45 lubang. Jarak antarlubang sekitar 9-12 cm.
PENY1APAN
BIBIT
azimnya cabai rawit dikembangbiakkan secara generatif melalui
buah atau biji. Walaupun dari biji, tanaman tetap dapat cepat berbuah. Ini disebabkan
cabai rawit tergolong tanaman hortikultura dan berumur pendek. Di samping itu, hampir
90% sifat-sifat induknya dimiliki tanaman dari pengembangbiakan generatif.
A. Memperoleh Benih
Untuk mendapatkan bibit cabai rawit yang baik perlu disiapkan benih yang baik
pula. Ada dua cara mendapatkan benih yang baik, yaitu membeli benih jadi atau
membuat benih sendiri. Benih dari hasil membeli umumnya tidak sulit mendapatkannya
dibandingkan hasil buatan sendiri. Namun demikian, dari kedua cara memperoleh benih
perlu ada perlakuan khusus agar dihasilkan bibit yang baik.
1. Dengan cara membeli
Bibit cabai rawit dapat diperoleh dengan cara membeli. Dalam hal ini ada dua jenis
bibit, yaitu bibit siap tanam dan biji (benih) cabai. Bibit siap tanam memang jarang
diperoleh di pasaran perkotaan. Bibit demikian hanya banyak dijumpai di lokasi petani
cabai rawit. Selain itu, bibit siap tanam ini dapat dipesan ke pedagang atau petani.
Umumnya bibit siap tanam ini tidak diperdagangkan untuk jarak yang jauh atau
antarpulau. Ini disebabkan dikhawatirkan bibit akan mati kalau lama di perjalanan.
Sebagai misal, Anda yang berdomisili di Bandung dapat memesan bibit ke petani di
Lembang, Garut, Ciwidey, Cirebon, Cianjur, atau lokasi lain di Jawa Barat.
Memang bibit cabai rawit sangat mudah disiapkan. Namun, umumnya hobiis kota
tidak ingin disibukkan dengan harus menunggu untuk disemaikan atau diberi perlakuan.
Banyak dari mereka yang hanya ingin menanam bibit yang sudah jadi. Tidak jarang
mereka bahkan menginginkan bibit tersebut sudah ditanam dalam polybag, tinggal
perlakuan perawatannya saja yang akan dilakukannya.
Walaupun ada masyarakat yang hanya menginginkan bibit yang sudah jadi, banyak
pula dari masyarakat kota yang ingin menanamnya dari benih. Benih ini dapat diperoleh
dari kios-kios pertanian atau melalui petani cabai rawit. Namun, benih berkualitas hanya
dapat diperoleh melalui kios pertanian terpercaya seperti toko-toko Trubus.
Walaupun dianjurkan dibeli di kios terpercaya, bukan berarti hobiis tidak dianjurkan
membeli benih dari petani. Benih dari petani pun dapat digunakan asalkan diberi
perlakuan khusus, yaitu sortasi. Ini disebabkan sering terdapat benih kosong di antara
benih yang baik. Benih kosong adalah benih yang tidak bakal tumbuh saat disemaikan.
Untuk itu benih dari petani harus disortasi dahulu.
Sortasi benih dilakukan dengan cara dimasukkan dalam air, lalu diaduk beberapa
saat. Dari perlakuan ini benih yang padat akan tenggelam dan benih yang ringan akan
mengapung. Benih ringan inilah yang disebut benih kosong.
2. Dengan cara membuat sendiri
Membuat sendiri benih yang baik diperlukan tahapan perlakuan yang tepat. Benih
yang baik harus berasal dari buah yang baik. Berikut diulas tahapan kegiatan dalam
mempersiapkan benih yang baik.
a. Syarat buah untuk bibit
Tidak semua buah dari pohon yang baik dapat dijadikan benih. Buah untuk diambil
bijinya sebagai benih harus dipilih terlebih dahulu. Adapun syarat buah yang baik untuk
diambil bijinya sebagai benih antara lain sebagai berikut.
1) Buah dipetik dari cabang tanaman yang terbawah karena biasanya benihnya akan lebih
cepat tumbuh setelah disemaikan.
2) Buah sudah benar-benar masak dan kulit luarnya tampak mengilap.
3) Ukuran lebih besar dari ukuran normal, sekitar panjang 3,5 cm (cabai rawit putih) dan
2,5-3,0 cm (cabai rawit hijau).
1 4) Buah bersih tanpa berbintik dan tidak terkena hama penyakit.
Untuk mendapatkan buah yang benar-benar memenuhi syarat tersebut, tentu saja
diperlukan tanaman induk yang benar-benar baik. Namun demikian, bukan berarti buah
yang dibeli di pasar tidak dapat dipilih untuk dijadikan benih. Asalkan syarat sebagai
buah untuk benih dapat diikuti, buah dari pasar pun dapat digunakan sebagai bakal benih.
Kalau ada tanamannya, sebaiknya pohon induk tersebut memenuhi persyaratan berikut.
1) Pertumbuhan batang, cabang, ranting, dan daunnya subur.
2) Tanaman tidak terserang hama dan penyakit.
3) Umur minimal 6 bulan karena produksi buahnya sudah mencapai maksimal.
4) Tanamannya sebaiknya berbuah lebat dan setiap saat.
b. Menyiapkan biji untuk benih
Ada dua cara dalam menyiapkan biji untuk benih, yaitu diambil langsung dari buah
segar atau buah dikeringkan terlebih dahulu. Kedua cara ini semuanya balk untuk
dilakukan.
Buah terpilih yang masih segar dibelah membujur dengan hati-hati jangan sampai
bijinya ikut terpotong. Setelah itu, pisahkan empu-rnya dari kulit buah lalu cuci bersih.
Selanjutnya biji dikering-

anginkan sekitar tiga hari hingga cangkang bijinya sudah tidak tampak kadar airnya.
Pengeringan biji ini tidak boleh langsung di bawah sinar matahari karena dapat
menghambat pertumbuhan kecambahnya. Cara lain memperoleh biji untuk benih ialah
dengan mengeringkan buahnya terlebih dahulu. Pengeringan buah ini dapat langsung di
bawah sinar matahari. Bila sudah kering, buah kemudian dibelah dan bijinya dikeluarkan
dari kulit buah. Biji tersebut tidak perlu lagi dijemur karena sudah kering dan memenuhi
syarat sebagai benih. Biji yang diperoleh belum dapat disebut benih bermutu, perlu
disortasi atau dipilih. Ini disebabkan sering dijumpai biji yang kosong atau tidak berisi.
Bila disemaikan, biji kosong tidak akan pernah tumbuh.
B. Mempercepat Berkecambah
Sebelum disemaikan, sebaiknya benih diberi perlakuan khusus agar
perkecambahannya dapat dipercepat. Ada dua cara mempercepat tumbuhnya benih, yakni
dengan perendaman dalam air hangat atau dalam larutan pestisida.
1. Direndam dalam air hangat
Cara termudah untuk merangsang perkecambahan benih adalah dengan perendaman
dalam air hangat sekitar 50 C. Lama perendaman benih sekitar 12 jam atau selama
semalam. Perendaman dengan cara ini hanya dilakukan pada benih yang belum pernah
disimpan atau benih yang baru.
2. Direndam dalam larutan pestisida
Benih yang berasal dari penyimpanan biasanya terserang penyakit, terutama jamur.
Benih demikian biasanya tidak akan tumbuh dengan baik. Agar dapat terhindar dari
serangan penyakit, betiih perlu direndam dalam larutan pestisida. Selain dapat
memberantas penyakit benih, perendaman ini pun dapat merangsang tumbuhnya tunas.
Waktu yang dibutuhkan untuk merendam benih cabai rawit sekitar 10-15 menit.
C. Menyemai Benih
Penyemaian dilakukan dengan cara penaburan benih di atas permukaan media
pesemaian. Penyemaian benih ini dapat dilakukan pada bedengan pesemaian atau pada
polybag, haik besar maupun kecil.
1. Bedeng pesemaian
Bedeng pesemaian cabai rawit untuk cara penanaman dalam polybag tidak perlu
terlalu besar. Ini disebabkan kebutuhan bibitnya tidak terlalu banyak. Ukuran bedengan
yang ideal adalah panjang 100-125 cm dan lebar 50-75 cm. Sebelum dibentuk bedengan,
tanahnya perlu digemburkan agar bibit nantinya dapat tumbuh dengan leluasa. Keadaan
tanah untuk bedeng pesemaian ini harus yang subur dan mengandung banyak humus.
Kalau di sekeliling tempat tinggal kita tidak terdapat tanah yang subur, tanah
demikian tetap dapat dijadikan media semai. Cara menyuburkan tanah ini dengan
memberikan pupuk organik ataupun pupuk anorganik dengan perbandingan seimbang
dengan tanah.
Pupuk organik untuk menyuburkan tanah pesemaian dapat berupa kotoran ternak
ruminansia, kotoran unggas, maupun kompos. Pupuk ini harus sudah dalam keadaan
steril dan berbentuk abu. Pupuk yang tidak steril dapat menularkan bibit penyakit ke bibit
sehingga bibit dapat hidup dan tumbuh tidak sempurna.
Pemberian pupuk organik harus merata pada tanah hagian atas (top soil). Untuk luas
bedengan 100 cm x 50 cm dapat dicampur dengan 2-3 kg pupuk. Setiap perluasan atau
penyempitan bedeng seluas 25 cm x 25 cm harus ditambah atau dikurang sebanyak 0,2-
0,3 g pupuk. Sebelum dicampur, tanah harus sudah digemburkan.
Selain pupuk organik, tanah juga dapat dicampur dengan pupuk anorganik. Pupuk
anorganik yang dapat diberikan adalah urea dan TSP. Namun, sebelum pemberian pupuk
ini tanah lapisan atas harus dicangkuli sedalam 20-25 cm, lalu digemburkan. Setelah
gembur, barulah tanah tersebut dibuat bedengan..
Bedengan seluas 100 cm x 50 cm diberi pupuk anorganik sebanyak 1-1,5 kg urea dan
0,5 kg TSP. Pupuk tersebut harus dicampur
merata dahulu sebelum dicampur merata dengan tanah bedengan. Setiap perluasan atau
penyempitan bedengan seluas 25 cm x 25 cm harus ditambah atau dikurang 0,2-0,3 kg
urea dan 0,1-0,2 kg TSP. Setelah pemberian pupuk tersebut, tanah bedengan harus dibiar-
kan selama 3-4 hari sebelum digunakan untuk penyemaian benih.
Bedeng pesemaian sebaiknya dibuat di tempat teduh, terlindung sinar matahari
langsung (terutama siang dan sore hari Usahakan bedengan ini dibuat menghadap ke
timur (ke arah matahari terbit). Artinya, bedengan akan penuh memperoleh sinar matahari
pagi, tetapi akan terlindungi saat siang dan sore hari. Bila sulit mendapatkan tempat
terlindung, bedengan dapat dibuat di tempat terbuka, tetapi harus diberi atap (naungan).
Naungan dibuat dengan salah satu sisinya lebih tinggi. Sisi yang lebih tinggi ini berada di
sebelah timur.
Setelah bedengan siap, benih dapat segera ditaburkan di atasnya. Penaburan benih
ini diatur dengan jarak 7-10 cm. Dengan jarak demikian akan mempermudah
pengambilan tanah pada pangkal bibit saat akan dipindahtanamkan ke polybag besar.

2. Penyemaian dalam polybag


Selain di bedengan, penyemaian benih pun dapat dilakukan dalam polybag.
Dibanding dengan bedengan, penyemaian dalam polybag ini lebih menguntungkan. Saat
bibit akan dipindahtanamkan, polybag ini dapat dipindahkan sesuai keinginan kita,
terlebih polybag kecil. Hal ini tentu saja akan memperkecil kemungkinan matinya bibit
setelaH dipindahkan.
Polybag untuk pesemaian benih dapat berukuran kecil (panjang 10 cm, lebar 4-6 cm,
dan tebal 0,5 mm) atau berukuran besar (panjang 55-60 cm, lebar 40-45 cm, dan tebal
0,11-0,12 mm). Sebelum digunakan, polybag perlu diberi lubang di sekelilingnya kalau
belum berlubang.
Setelah disiapkan, isilah polybag hingga penuh dengan media tanam berupa tanah
subur dan banyak mengandung humus. Penyiapan media semai untuk polybag besar
maupun kecil pada prinsipnya sami saja dengan penyiapan media semai untuk bedengan.
Bila tanahnya tidak subur, perlu diberi pupuk organik ataupun anorganik.
Untuk tanah yang akan diisikan dalam polybag besar perlit dicampur dengan pupuk
organik sebanyak 300-500 g ataupun pulp il< anorganik sebanyak 300 g urea dan 200 g
TSP. Sementara kalah menggunakan polybag kecil, dapat diberikan pupuk organik
sebanyak 100-200 g ataupun pupuk anorganik sebanyak 100 g urea dan 50 g TSP.
Selanjutnya benih dapat disemaikan dalam polybag. Usahakan benih yang
disemaikan tidak bertumpuk-tumpuk dalam polybag, sebaiknya diatur. Untuk polybag
terkecil, disemaikan sekitar tiga benih
saja. Polybag yang besar dapat lebih banyak asalkan jaraknya diatur. Bila sudah
disemaikan merata, benih ditutupi dengan tanah setebal 1-1,5 cm. Agar terhindar dari
sengatan terik matahari, polybag diletakkan di tempat teduh.
D. Memelihara Bibit
Benih yang sudah disemaikan perlu dipelihara dengan baik agar dapat tumbuh
menjadi bibit yang baik. Pemeliharaan bibit ini meliputi penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian hama penyakit.
Penyiraman dilakukan setiap dua hari sekali secara merata ke se. luruh permukaan
tanah, haik di bedengan maupun di polybag. Jumlah airnya disesuaikan dengan keadaan
tanah, jangan terialu becek dan jangan terlalu kering.
Agar pertumbuhan bibit menjadi baik dan subur, tanaman perlu diberi pupuk
anorganik. Pupuk yang digunakan sebaiknya harus mengandung unsur N (nitrogen) dan
K (kalium). Unsur ini sangat dibutuhkan bibit untuk pertumbuhan vegetatifnya.
Pemberian pupuk anorganik ini dilakukan terutama pada pesemaian di bedengan saat
tanaman sudah mencapai umur 16 hari. Pupuk yang diberikan sebanyak 300 g urea dan
200 g TSP. Untuk pesemaian dalam polybag, pemberian pupuk ini dapat tidak dilakukan.
In disebabkan pupuk yang diberikan saat sebelum penyemaian benih masih dapat
menyuplai kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan bibit hingga umur 3 bulan.
Pemberian pupuk di pesemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ditaburkan
merata di atas permukaan bedengan atau disiramkan yang sebelumnya harus dilarutkan
dalam air 2-3 liter. Air untuk melarutkan pupuk harus bersih. Penyiraman larutan pupuk
dilakukan pada bedengan, jangan sampai menyentuh daun atau pucuk bibit. Pucuk
bibit yang terkena larutan pupuk dapat membusuk.
Selain pemberian pupuk, bibit perlu diberi zat perangsang tumbuh (ZPT) berupa
Atonik. Pemberian ZPT ini bertujuan untuk mempercepat pertunasan dan pertumbuhan
daun. Dosis yang dianjurkan adalah 1 cc dicampur 4 1 air. Pemberiannya setiap lima hari
sekali dengan cara disiramkan ke tanaman.
Bibit dapat terserang hama dan penyakit. Agar pertumbuhannya menjadi baik, bibit
harus terhindar dari serangan hama penyakit. Ada banyak jenis hama dan penyakit yang
dapat menyerang bibit cabai rawit, baik di bedengan maupun di polybag. Namun, sebagai
pencegahan bibit dapat disemprot dengan insektisida seperti Cura-cron (2 cc/1 air) atau
Lannate (2-4 cc/1 air) maupun fungisida seperti Benlate (1-5 g/1 air
PENYIAPAN
MEDIA TANAM
Snalah satu persiapan yang tidak kalah pentingnya dalam pena-aman cabai rawit dalam
polybag ialah menyiapkan media tanam. Untuk mendapat media tanam yang baik harus
berasal dari tanah yang haik pula.
Memang sulit memperoleh tanah yang baik, apalagi bagi masyarakat di perkotaan.
Namun demikian, masyarakat kota tidak perlu khawatir karena saat ini media tanam yang
sudah jadi banyak dijual di kios-kios tanaman. Sementara masyarakat desa akan lebih
mudah mendapatkan media tanam yang baik. Ini disebabkan hampir setiap jengkal tanah
di desa memang sangat baik untuk dijadikan media tanam cabai rawit. Walaupun baik,
bukan berarti seluruh lapisan tanahnya dapat digunakan. Tanah yang baik hanyalah pada
lapisan atas (top soil) saja, kedalaman sekitar 0-25 cm dari permukaan tanah. Pada
kedalaman ini biasanya tanah memiliki banyak unsur organik yang dibutuhkan tanaman.
A. Kriteria Media Tanam
Secara umum tanah untuk penanaman cabai rawit harus subur, kaya bahan organik
dan banyak humus. Jenis tanah yang sesuai untuk
cabai rawit adalah tanah alluvial, andosol, lempung, dan laterit. Apa pun jenis yang
dipilih, tanah tersebut harus berstruktur remah atau gembur agar peresapan air dan
sirkulasi udara dalam tanah berjalan lancar. Derajat keasaman (pH) tanah berkisar 6,0-
7,0. Suhu tanahnya harus sedang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Sementara
kelembapannya cukup.
Untuk mengetahui tanah dengan kelembapan yang cukup dapat dilihat dari daya
serapnya terhadap air. Caranya ialah siram media dengan air, lalu perhatikan lamanya air
menyerap ke dalamnya. Bila air yang disiramkan dengan ketinggian 0,2-20 cm
berlangsung selama satu jam hingga terserap ke dalam tanah maka media tersebut dapat
dikatakan cukup mampu menjaga kelembapan. Namun, bila lebih dari satu jam maka
media tersebut tergolong liat dan dapat membuat tanah menjadi becek.
Tanah yang tidak haik sebagai media tanam bila strukturnya padat dan tidak
berongga. Tanah seperti ini biasanya sulit ditembus oleh air saat penyiraman sehingga
tanah menjadi becek. Selain itu, tanah ini sulit ditembus akar tanaman. Akibatnya akar
sulit mendapatkan makanan secara sempurna walaupun tanahnya dipupuk. Adapun jenis
tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai ini antara lain tanah liat, tanah berkaolin,
tanah berbatu, dan tanah berpasir.
B. Menyiapkan Media Tanam
Sebelum dimasukkan dalam polybag, tanah yang didapatkan harus diolah terlebih
dahulu agar memenuhi syarat sebagai media tanam cabai rawit dalam polybag. Dalam
menyiapkan media tanam yang baik, kegiatan-kegiatan berikut perlu dilakukan.
1. Tanah diayak
Tanah yang haru diambil biasanya masih banyak mengandung batu, kerikil, potongan
kayu, dan kotoran lainnya. Kandungan bahan- bahan tersebut harus dibuang dengan cara
tanah diayak. Hanya tanah yang lolos dari pengayakan itulah yang diambil untuk
dijadikan media tanam cabai rawit.
Lubang ayakan untuk menyaring tanah harus berukuran antara 3-5 mm, baik lubang
berbentuk segi empat maupun bulat. Dengan ukuran tersebut maka batu, kerikil, pasir
kasar, potongan kayu, dan kotoran lainnya tidak akan lolos dan ayakan. Bahan yang lolos
itulah yang baik untuk dijadikan media. Sebagai ayakan dapat digunakan kawat kasa
ataupun anyaman bambu atau rotan. Ayakan ini diberi bingkai kayu atau bambu.
Secara fisik tanah hasil ayakan sudah baik dijadikan media tanam karena memiliki
ukuran butiran yang halus dan tidak kasar. Dengan ukuran tanah yang halus ini akar
tanaman dapat meresap ke seluruh permukaan tanah, baik di lapisan atas, tengah, maupun
bawah.
2. Dicampur kapur pertanian
Tanah asam tidak cocok untuk dijadikan media tanam. Agar menjadi netral (pH 6,0-
7,0), tanah asam (pH di bawah 6,0) perlu ditambahkan kapur pertanian. Untuk
mengetahui derajat keasaman tanah, dapat digunakan pH meter atau kertas lakmus.
Pengukuran dengan pH meter lebih akurat dibanding dengan kertas lakmus. Ini
disebabkan pembacaan pH meter langsung pada angkanya, sedangkan kertas hanya
dengan pencocokan perubahan warna kertas lakmus. Kertas lakmus ini ada dua warna,
yaitu merah dan biru.
Untuk mengukur pH tanah, hal yang perlu disiapkan adalah media yang akan
digunakan. Media diambil sekitar 7-10 sendok makan, diberi air sebanyak 1 liter, lalu
diaduk-aduk selama 12-15 detik. Setelah itu, larutan (tanpa tanah) dimasukkan dalam
gelas bening.
Kalau menggunakan pH meter, tabung pada pH meter dicelupkan dalam larutan
dalam gelas sekitar 15-20 detik. Sifat tanah yang diteliti tersebut dapat dibaca melalui
angka pada pH meter. Tanah bersifat asam kalau pH meter menunjukkan angka < 6,
bersifat netral kalau menunjukkan angka 6-7, dan bersifat basa kalau menunjukkan angka
> 7.
Kalau menggunakan kertas lakmus, kertas dicelupkan dalam larutan lalu
diperhatikan perubahan warnanya. Tanah bersifat asam
I IS
kalau kertas lakmus biru berubah jadi merah, bersifat basa kalau kertas lakmus merah
berubah jadi biru, dan bersifat netral kalau kertas lakmus merah maupun biru tidak
berubah warna.
Tanah-tanah di Indonesia umumnya memiliki pH rendah atau tanah asam. Ini
disebabkan jenis tanah di Indonesia umumnya he-rupa tanah mineral, tanah gambut,
tanah rawa, atau tanah pasang surut. Tanah mineral kebanyakan berada di daerah bersuhu
tinggi dengan curah hujan tinggi. Tanah mineral ini biasanya berwarna merah sampai
merah kuning. Jenis tanah mineral antara lain tanah podsolik, laterit, latosol, dan ultisol.
Sementara tanah gambut merupakan tanah yang hampir seluruhnya berasal dari sisa-sisa
tumbuhan yang telah, sedang, atau belum melapuk.
Tanah asam tidak cocok untuk tanaman hortikultura seperti cabai rawit. Ini
disebabkan unsur aluminium (Al) dan besi (Fe) meningkat, sedangkan unsur kalsium
(Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merosot. Dalam keadaan ini tanaman dapat
keracunan Al dan Fe. Akibatnya kemampuan akar untuk menyerap air dan makanan ter-
hambat. Meskipun diberi pupuk terus-menerus, akar tanaman tidak akan mampu
menyerapnya sehingga tanaman hidup merana. Dengan pengapuran kandungan kalsium
dan magnesium akan meningkat, sedangkan aluminium, besi, dan mangan akan menurun.
Pengapuran ini akan meningkatkan proses biologis dalam tanah dan menciptakan suasana
fisiologis yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pemberian kapur pertanian pada tanah asam akan memberikan pengaruh positif dan
negatif pada tanah. Adapun pengaruh positif pada tanah antara lain
1) dapat meningkatkan residu nitrogen organik dalam tanah dan mengubahnya menjadi ion
amoniak dan nitrat yang sangat
bermanfaat bagi tanah,
2) dapat menjadikan pertumbuhan tanaman lebih baik dan produk-

tivitasnya meningkat,
3) dapat membantu mengubah struktur tanah menjadi lebih gembur,
serta
4) mampu memperkuat lapisan dinding jaringan atau sel sehingga
tanaman menjadi tahan terhadap serangan penyakit.
Sementara pengaruh negatif dari pengapuran biasanya terjadi karena pemberiannya
berlebihan. Adapun pengaruh negatif yang timbul antara lain
1) dapat terjadi klorosis pada tanaman yang merupakan proses menguningnya daun atau
bagian tanaman yang mengandung klorofil sebagai akibat berkurangnya unsur besi dalam
tanah,
2) dapat meningkatkan kandungan unsur seng (Zn), tembaga (Cu), dan mangan (Mn) karena
daya larutnya menjadi menyusut, serta
3) dapat menurunkan kandungan unsur fosfor (P) dan molibdenum (Mo) karena adanya
pembentukan senyawa kompleks yang tidak larut dan terganggunya serapan fosfor dan
boron (B).
Kapur yang digunakan untuk menaikkan derajat keasaman (pH) tanah menjadi
netral di antaranya ialah kapur pertanian alam (kalsit). Kapur yang mengandung kalsium
dan atau magnesium ini merupakan hasil tambang seperti kalsium karbonat, kulit kerang,
dan kerak baja.
Untuk keperluan penetralan tanah biasanya digunakan kalsium karbonat dan atau
dolomit. Kalsium karbonat (CaCO3) mengandung unsur kalsium yang tinggi (mencapai
44%) dan tidak mengandung magnesium. Sebaliknya dolomit atau CaMg(CO3)2
mengandung kalsium 30,5% dan magnesium 19,5%.
Cara pengapuran tanah asam diawali dengan pencampuran secara merata 2-3 sendok
makan dolomit dengan tanah yang sudah diayak sebanyak satu polybag. Pengapuran ini
hanya dilakukan sekali untuk setiap tanah yang dimasukkan dalam polybag.
Pemberian kapur pada tanah pun dapat dilakukan bila tanaman mengalami
kekurangan unsur kalsium dan magnesium. Gejala kekurangan unsur-unsur ini dapat
mengakibatkan pucuk daun atau tunas muda mengeriting atau membengkok,
pertumbuhan akar menjadi tidak sempurna atau tampak membengkak, dan warna akar
menjadi tua atau cokelat.
3. Dicampur pupuk dasar
Setelah diayak dan diberi kapur pertanian, tanah dicampur pupuk
organik seperti pupuk kandang atau kompos agar fisik tanah menjadi
baik dan subur. Pemakaian kompos .atau pupuk kandang seperti kotoran ayam, sapi,
kambing, kerbau, dan kuda sebaiknya yang sudah steril. Artinya, kompos dan pupuk
kandang sudah diolah menjadi bentuk abu. Selain itu, pupuk kandang yang digunakan
harus sudah matang. Kompos dan pupuk kandang yang steril dan matang dapat diperoleh
di kios-kios pertanian. Dosis kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kg untuk setiap 5
kg tanah. Pencampurannya harus merata.
Di samping pupuk organik, tanah pun perlu dicampur dengan pupuk anorganik
(pupuk dasar). Pupuk anorganik yang digunakan adalah urea, TSP, dan KCl yang
berbentuk kristal. Takaran pupuk untuk setiap polybag adalah urea 4 sendok teh, TSP 3
sendok teh, dan KCl 3 sendok teh. Pupuk anorganik ini dicampur merata dengan tanah.
Selain berbentuk kristal, pupuk berbentuk tablet pun dapat digunakan asalkan harus
dilarutkan terlebih dahulu. Dosis yang digunakan adalah urea sebanyak 2 tablet, TSP 1
tablet, dan KCl 1 tablet. Pupuk-pupuk ini dilarutkan dalam 0,5 liter air, lalu dicampur
dengan tanah dalam polybag.
4. Dicampur bahan lain
Untuk menambah kesuburannya, tanah perlu dicampur dengan bahan lain seperti
sekam padi, jerami padi, atau serbuk gergaji. Bahan-bahan ini dapat berfungsi
memperbaiki keadaan tanah yang kurang subur karena mengandung berbagai unsur
organik seperti N, P, K20, CaO, MgO, dan SO4. Jerami padi, misalnya, mengandung
0,5% N, 0,2% P, 1,1% K20, 0,3% CaO, dan 0,1% MgO. Sementara serbuk gergaji
mengandung 2% N, 1-2% P, 3% K20, 7% MgO, dan 33% SO4.
Untuk pencampuran media tanam ini dapat dipilih salah satu atau semua bahan
tersebut. Untuk setiap polybag dicampur dengan 1-1,5 kg bahan. Pencampurannya harus
merata antara tanah, kapur pertanian, pupuk anorganik, pupuk organik, dan bahan lain.
Bila menggunakan jerami padi, bahan ini harus dipotong kecil-kecil seperti serbuk
gergaji atau sekam padi.
C. Memasukkan Media Tanam Dalam Polybag
Setelah semua bahan (kapur pertanian, pupuk, bahan lain) sudah dicampurkan,
kegiatan selanjutnya ialah memasukkan media tersebut ke dalam polybag. Ada tiga cara
menyusun media tanam dalam poly-bag, yaitu sebagai berikut.
1) enyusunan dengan sistem satu lapisan media tanam. Artinya, ke dalam polybag tidak
diberikan bahan lain seperti sekam padi, jerami padi, atau serbuk gergajian kayu.
2) Penyusunan dengan sistem satu lapisan bahan lain di antara dua lapisan media tanam. La-
pisan bahan lain seperti sekam padi, jerami padi, atau serbuk gergaji ini setebal 3-5 cm.
3) Penyusunan dengan sistem dua lapisan bahan lain di antara tiga lapisan media tanam. Setiap
lapisan bahan lain dibuat setebal 3-5 cm. Pembagian tiga lapisan media tanam harus
sebanding.

Selain menambah kesuburan media tanam, pemberian sekam padi, jerami padi, atau
serbuk gergaji dapat memberikan keuntungan lain sebagai berikut.
1) Kelembapan tanah terjaga dengan baik dan stabil. Walaupun terjadi perubahan cuaca
(seperti dari musim hujan ke musim kemarau), media tanamnya tidak cepat panas
sehingga tanaman dapat tahan lama hidup.
2) Media tanam tidak cepat padat walaupun ada tekanan air saat penyiraman. Sebaliknya
media tanam tetap berongga sehingga drainase (pengaturan air tanah) berjalan baik dan
sirkulasi udara menjadi sempurna.
3) Media tanam dapat menahan air dan tidak cepat kering sehingga dapat mengurangi
penyiraman.
4) Tanaman dapat tumbuh subur dan tahan lama bila dibandingkan tanpa dilapisi bahan lain.
Walaupun sekam padi, jerami padi, atau serbuk gergaji memiliki kelebihan, bukan
berarti pemberian bahan ini tidak memiliki kekurangan atau kerugian. Adapun beberapa
kekurangannya di antaranya sebagai berikut.
1) Pemberian yang terlalu banyak akan menyebabkan tanaman tidak tumbuh tegak, bahkan
dapat roboh.
2) Bila terlalu sering disiram, tanaman akan mengalami penyakit busuk akar karena bahan
ini dapat menahan air dan tidak segera kering.
3) Pemberian lapisan bahan lain hanya cocok untuk penanaman di daerah yang sulit air atau
saat musim kemarau.
4) Tanaman dapat terserang hama atau penyakit yang dikandung oleh bahan lain kalau tidak
steril.
PENANAMAN
Se
telah memenuhi syarat untuk dipindahkan, bibit dapat segera ditanam dalam. polybag.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman bibit dalam polybag.
A. Saat Tepat Menanam Bibit
Kendati penanaman bibit dalam polybag tidak terikat musim seperti halnya di lahan,
namun sedapat mungkin waktunya harus tepat.Umumnya penanaman sekitar pukul
11.00-15.00 akan menyebabkan tanaman banyak mengeluarkan air melalui penguapan
sehingga bibit akan kekurangan air dan akhirnya dapat layu. Untuk itu, waktu yang tepat
untuk penanaman bibit cabai rawit ialah pada pagi hari sekitar pukul 6.30-9.30 atau sore
hari sekitar pukul 16.30-18.00 )
B. Membuat Lubang Tanam
Bentuk dan ukuran lubang tanam tidak ada aturan khusus. Na mun, yang terpenting
besar kecilnya lubang tanam disesuaikan dengan besar kecilnya "bola akar" (tanah yang
membungkus akar) bibit sendiri. Walaupun demikian, ada bibit yang tidak memiliki "bola
akar"
karena kerapatan bibit sangat tinggi. Akibatnya bibit hanya dicabut tanpa disertakan
dengan tanahnya.
Bibit dari pesemaian di bedengan memerlukan lubang tanam berukuran sama atau
lebih besar dari "bola akar". Hal ini dilakukan agar saat penanaman, tanahnya tidak pecah
sehingga akar bibit tidak akan rusak.
Lain halnya kalau bibit dari polybag besar. Bibit ini hanya dicabut tanpa
menyertakan tanahnya sehingga lubang tanamnya pun tidak begitu besar. Namun
demikian, kedalamannya harus disesuaikan dengan panjang akar bibit.
Sementara bibit dari pesemaian di polybag kecil membutuhkan lubang tanam yang
sama atau sedikit lebih besar dari ukuran poly-bag pesemaian. Hal ini disebabkan bibit
tidak digali, tetapi diambil langsung bersama tanah atau media tanam dalam polybag
pesemaian.
Pembuatan lubang tanam dilakukan sekitar 3-5 hari sebelum tanam. Ini dimaksudkan
agar sirkulasi udara di sekeliling lubang tanam berjalan dengan baik dan sempurna.
Banyaknya oksigen yang masuk ke dalam rongga tanah dalam polybag dapat membantu
pertumbuhan tanaman untuk lebih subur.
C. Menggali Bibit dari Pesemaian
Setelah mempunyai 4-6 helai daun atau sudah berumur 30-40 hari atau tinggi batang
mencapai 6-8 cm maka bibit sudah memenuhi syarat untuk dipindahkan ke polybag
penanaman. Bibit demikian tidak akan mati saat ditanam karena secara fisik sudah kuat
dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Untuk memidah-kannya, bibit harus
digali secara hati-hati agar tidak rusak.
Bibit yang berasal dari bedengan digali bersama dengan tanah yang menempel pada
akar. Caranya ialah dengan menggali sekeliling bibit pada jarak 5-7 cm dari pangkal
bibit. Alat yang digunakan dapat berupa linggis kecil, bilah bambu, sendok tanah, atau
sendok semen.
Bibit yang berasal dari pesemaian di polybag besar diambil tidak beserta dengan
tanahnya. Ini disebabkan benih biasanya disemai rapat

sehingga pertumbuhan benihnya pun rapat. Agar nantinya saat dicabut akar tidak putus
dan rusak maka bibit harus disiram air secukupnya hingga kondisi tanahnya agak becek.
Penyiraman ini akan menyebabkan struktur tanahnya menjadi berongga dan tidak padat.
Berbeda dengan polybag besar, bibit yang disemai di polybag kecil diambil beserta
tanahnya. Biasanya dalam satu polybag disc mai sebanyak 2-3 benih saja sehingga
bibitnya tidak perlu dicabut, tetapi hanya plastik polybagnya saja yang disobek. Namun,
agar tanahnya tidak rusak, sebaiknya digunakan alat bantu saat mc nyobeknya, misalnya
dengan pisau atau gunting. Sementara jumlah bibitnya jangan terlalu banyak. Kalau ada
tiga bibit yang tumbuh, cukup hanya dipilih 1-2 bibit saja yang pertumbuhannya bagus.
D. Menanam Bibit Dalam . Polybag
Setelah disiapkan, bibit dapat langsung ditanam dalam polybag besar. Perlu
diperhatikan bahwa saat memasukkan benih, batik yang memiliki atau tidak memiliki
"bola tanah", sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Penanaman harus tegak lurus di
tengah lubang tanam.
Untuk bibit yang tidak disertai tanah harus ditanam secara bati hati jangan sampai
akarnya bengkok atau patah. Untuk itu, sebaik nya bibit tetap dipegang di tengah lubang
tanam hingga penimbunan tanah selesai dan tanaman tampak kokoh berdiri. Sementara
bibit
yang disertai tanah akan sangat mudah ditanam asalkan tanahnya tidak rusak. Bibit
tersebut cukup diletakkan dalam lubang tanam secara hati-hati, lalu sela-selanya ditimbun
dengan media tanam. Penimbunan
jangan sampai padat karena dapat menghambat pertumbuhan akar dan drainase tanah
menjadi tidak sempurna.
Setiap polybag sebaiknya hanya ditanami satu bibit saja. Ini dimaksudkan agar tidak
ada persaingan dalam memperebutkan zat makanan dari dalam tanah. Akibatnya tanaman
akan tumbuh dan kemungkinan matinya tanaman sangat kecil. Umumnya penanaman
dengan satu pohon dilakukan untuk bibit yang disemai di bedengan atau dalam polybag
kecil. Ini disebabkan bibitnya masih membawa media tanam saat di pesemaian sehingga
tanaman akan mudah menyesuaikan diri.
Berbeda dengan bibit dari polybag besar, tentu saja kemungkinan tumbuhnya lebih
kecil karena pengambilannya dengan cara dicabut. Untuk itu, biasanya setiap polybag
ditanami dua bibit. Ini dimaksudkan kalau ada salah satu bibit yang mad masih ada lagi
bibit yang tersisa. Kalau semua bibit mati, kita dapat menanamnya kembali dengan cara
yang sama.
Penanaman dengan tiga bibit tidak diperbolehkan. Ini disebabkan persediaan zat hara
dalam polybag sangat terbatas. Kalau hal ini dipaksakan maka pertumbuhan salah satu
bibitnya akan kerdil karena
tidak mampu bersaing dalam memperoleh makanan.
Agar terhindar dari layunya daun bibit akibat terkena sinar matahari langsung,
polybag harus diletakkan di tempat teduh, terutama bibit yang ditanam tidak beserta
tanahnya. Kalau pertumbuhannya

sudah baik yang ditandai dengan tumbuhnya beberapa helai daun, tanaman dapat
diletakkan di tempat yang memiliki sinar matahari.
Selanjutnya tanaman disiram air. Bibit yang pengambilannya tanpa tanah harus
disiram air lebih banyak daripada yang mengandung tanah (Tabel 3). Penyiraman
dilakukan sehari sekali antara pukul .30-8.30. Dosis penyiraman ini baru disamakan kalau
tanaman udah tumbuh daun baru, yaitu sekitar 15 hari setelah pindah tanam.
PEMELIHARAAN TANAMAN
abai rawit yang sudah ditanam dalam polybag perlu dipelihara
dengan baik agar tumbuh subur, tidak terserang hama penyakit, dan tampak indah.
Kegiatan pemeliharaan ini meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan, pembuangan
daun sakit, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan pembersihan
tanaman.
A. Menyulam
Umumnya tidak semua bibit yang ditanam dapat tumbuh atau 100% tumbuh. Oleh
karena sesuatu hal, biasanya ada bibit yang sakit, pertumbuhan tidak normal (kerdil),
bahkan mati. Untuk menggantinya harus ada penyulaman bibit baru. Caranya sama
seperti saat penanaman bibit pertama kali. Waktu penanamannya yang tepat cukup pagi
hari sekitar pukul 6 . 30 Setelah ditanam, polybag diletakkan di tempat teduh.
B. Menyiram
Penyiraman tanaman dalam polybag mutlak harus dilakukan, apalagi pada masa
pertumbuhan. Kebutuhan air pada masa ini lebih banyak dibanding setelah tanaman
dewasa. Bila tidak disiram, ta

2) Produksi buah dapat meningkat karena banyak sedikitnya produksi tergantung jumlah
dahan dan ranting.
3) Pertumbuhan meninggi dari batang dapat dihambat sehingga zat-zat yang seharusnya
digunakan dalam peninggian batang dapat ditimbun untuk pembentukan bakal bunga dan
buah.
4) Pemanenan dapat dipermudah karena batangnya tidak tinggi.
E. Membuang Daun Sakit
Terkadang tanaman menampakkan daun yang sakit, bahkan mati. Bila tampak
berbintik atau berwarna belang kuning maupun cokelat, sebaiknya daun tersebut dibuang.
Daun yang sakit dapat mengurangi pemanfaatan makanan oleh daun sehat. Selain itu,
daun yang sakit dapat menulari daun yang sehat kalau tidak disingkirkan. Hal lain yang
sangat diharapkan ialah tanaman akan tampak segar dan indah.
Cara membuangnya cukup dengan menggunakan tangan. Daun yang dikeluarkan
dari tanaman ini sebaiknya langsung dibakar untuk menghindari tertularnya bibit
penyakit pada bagian tanaman yang sehat.
F. Memupuk
Pemupukan merupakan bagian terpenting dalam kegiatan peme liharaan tanaman
dalam polybag. Dengan penambahan pupuk maka kebutuhan zat makanan dapat
terpenuhi. Oleh karena itu, kegiatan ini harus rutin dilakukan hingga tanaman berumur
maksimal.
Tujuan pemupukan antara lain menambah bahan organik dan anorganik yang sangat
dibutuhkan tanaman, memperbaiki struktur tanah yang kurang haik, memperbaiki
drainase dan sirkulasi udara dalam tanah, serta memperbaiki komponen fisik dan kimia
tanah agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Agar tanah dalam polybag mampu mengoptimalisasikan produksi maka volume
bahan organik dan anorganik dalam tanah perlu . ditingkatkan. Pemberian pupuk juga
bermanfaat untuk memperkaya kandungan mineral dalam tanah. Unsur-unsur yang sangat
dibutuhkan (esensial) tanaman berupa unsur nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, sulfur, besi, mangan, seng, tembaga, boron, dan molibdenum. Selain unsur
esensial, tanaman pun perlu unsur non-esensial seperti sodium dan silikon.
Ada dua jenis pupuk yang sering diberikan pada pemupukan cabai rawit, yaitu pupuk
organik atau pupuk alami dan pupuk anorganik atau pupuk buatan (pabrik).
1. Pupuk organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan alami yang pernah hidup
seperti sisa tumbuhan, tulang hewan, ikan, dan bahan alam seperti endapan atau lumpur
selokan. Pupuk organik ini sangat baik karena banyak mengandung unsur mikro dan
makro.
Untuk memperoleh pupuk organik ini tidak perlu harus mengeluarkan biaya karena
umumnya ada di sekitar rumah atau lingkungan kita. Tabel 5 menunjukkan jenis bahan
organik yang dapat dijadikan pupuk cabai rawit dalam polybag.
2. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan bukan benda hidup
seperti kahan tambang atau pupuk kimia buatan pabrik. Pupuk anorganik yang sangat
dibutuhkan tanaman mengan-

dung unsur makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Di samping itu, pupuk ini pun
mengandung unsur mikro seperti magnesium, sulfur, besi, mangan, dan seng.
Selengkapnya bahan anorganik yang dapat dipakai pada pemupukan cabai rawit dapat
dilihat pada Tabel 6.
Memberikan pupuk anorganik pada cabai rawit harus memperhatikan dosisnya. Bila
berlebihan, tanaman bukan menjadi subur, melainkan dapat mati. Di lain pihak, dosisnya
tidak boleh terlalu sedikit karena pertumbuhan tanaman dapat terhambat.
Pemberian pupuk ini dapat melalui akar atau daun. Dosis dan cara pemberian melalui
daun dijelaskan tersendiri pada Bab 7. Se-mentra dosis pemberian pupuk melalui akar
dapat dilihat pada Tahel 7. Tabel 7 ini hanya menampilkan dosis pemakaian pupuk urea,
TSP, dan KCI karena pupuk ini umum digunakan dalam kegiatan pemupukan.
Pemberian pupuk mulai dilakukan setelah sebulan bibit dipindah-tanamkan dalam
polybag. Pemupukan selanjutnya dilakukan sebulan sekali. Waktu pemupukan sesuai
kondisi tanaman. Bila tanaman tidak subur, pemberiannya dengan dosis maksimal.
Sementara kalau tampak subur, pemberiannya dengan dosis minimal (sesuai Tabel 7).
Cara pemberiannya melalui lubang yang dibuat di media tanam. Namun, sebelum
diberikan pupuk-pupuk ini dicampur merata terlebih dahulu. Setelah dimasukkan, lubang
ditutup kembali dengan tanah. Ukuran lebar lubang pupuk 4-6 cm dan dalamnya 10 cm.
Lubang dibuat sebanyak empat buah setiap polybag mengelilingi tanaman. Jarak lubang
pupuk dengan batang tanaman sekitar 9-11 cm.
Selain dibenamkan, pemberian pupuk berbentuk kristal pun dapat dilakukan dengan
cara disiram. Untuk itu, pupuk harus dilarutkan dahulu. Namun, cara ini hanya dilakukan
pada tanaman yang sudah berumur lebih dari 3 bulan.
G. Mengendalikan Hama dan Penyakit
Sebenarnya cabai rawit termasuk tanaman tahan hama penyakit. Namun demikian,
ada juga hama dan penyakit yang dapat menyerangnya. Kalau tanaman dirawat dengan
baik maka sangat kecil kemungkinan akan terjadi serangan hama dan penyakit. Untuk itu,
tindakan berjaga-jaga sangat dibutuhkan agar tanaman tidak terserang hama penyakit.

1. Hama
Ada cukup banyak jenis hama yang sering menyerang cabai rawit. Hama tersebut
dapat dicegah ataupun diberantas dengan insektisida maupun dengan pemangkasan
bagian tanaman yang terserang. Kalau bagian batang yang terserang, sebaiknya tanaman
dimusnahkan, lalu diganti dengan tanaman baru. Bila menggunakan insektisida,
sebaiknya digunakan bahan perekat agar penyemprotannya menjadi efisien. Bahan
perekat yang dapat digunakan antara lain Triton X-114.
Waktu terbaik untuk penyemprotan insektisida adalah setelah terjadinya gejala
serangan pada daun, batang, bunga, maupun buah. Cara ini terutama untuk mencegah
perluasan serangan atau serangan yang lebih berat. Namun, tanaman yang sudah
terserang berat pun dapat disemprot dengan insektisida. Hanya saja intervalnya lebih
sering sehingga hamanya dapat segera teratasi.
Untuk serangan berat, penyemprotan insektisida dilakukan seminggu sekali.
Sementara untuk serangan ringan, cukup disemprot dua minggu sekali. Kalau
serangannya pada tanaman yang belum per- nah terkena serangan maka penyemprotan
dilakukan sebulan sekali.
Cara yang baik untuk penyemprotan insektisida adalah dengan menggunakan sprayer
tangan dan dilakukan dengan jarak 40-50 cm dari tanaman. Dengan jarak demikian
tekanan angin dari insektisida yang disemprotkan tidak akan terlalu kuat. Akibatnya
insektisida dapat terkena merata ke seluruh bagian tanaman. Tabel 8 menunjukkan jenis
dan dosis insektisida yang dapat dipakai untuk mengendalikan beberapa jenis hama pada
cabai rawit.
2. Penyakit
Penyakit yang lazim menyerang tanaman cabai rawit di antaranya ialah busuk daun,
layu daun, kerdil, keriting daun, dan busuk buah. Penyebabnya dapat berasal dari
cendawan atau virus. Penyakit dapat diatasi dengan bahan kimia berupa fungisida atau
secara fisik dengan menghilangkan bagian tanaman yang terserang. Sebagaimana hama,
batang tanaman yang terserang penyakit sebaiknya dimusnahkan saja. Pengendalian
dengan cara fisik ini sangat menguntungkan karena efisien, praktis, cepat, dan tidak
memerlukan biaya. Oleh karena tanamannya ditanam dalam polybag sehingga jumlahnya
tidak banyak maka penggunaan cara fisik ini lebih baik.
Adapun jenis dan dosis fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan
penyakit pada cabal rawit tampak pada Tabel 9.
H. Membersihkan Tanaman
Biasanya bagian tanaman seperti batang, cabang, daun, dan buah tampak kotor oleh
debu atau bahan lain. Tanaman yang kotor tidak menampakkan keindahan. Sebaliknya
bila bersih, tanaman akan tampak indah sehingga dapat dijadikan penghias halaman
rumah. Kalau tanamannya sedang berbuah, penampakannya akan selalu segar. Keber-
sihan tanaman ini pun dapat merupakan cara pencegahan serangan hama dan penyakit.
Tanaman yang kotor dapat dibersihkan dengan cara disemprotkan air. Alat yang
digunakan dapat berupa semprotan tangan atau sprayer. Interval penyemprotannya
minimal seminggu sekali. Penyemprotan jangan dilakukan kalau tanaman sedang
berbunga karena dapat menyebabkan gugurnya bunga.
AGAR TAN AMAN
TERUS BERBUAH
Bila diberi perlakuan khusus, cabai rawit yang ditanam dalam polybag dapat berbuah
kontinu. Untuk mewujudkan hal ini, ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu pemberian
zat pengatur tumbuh, pemberian pupuk daun, dan pengaturan pola tanam.
A. Memberi Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang disebut juga zat perangsang tumbuh atau hormon
tumbuh (plant and agrohormone) merupakan sarana penunjang dalam membantu tanaman
cepat berbuah. ZPT berfungsi sebagai pengatur tanaman yang keberadaannya dapat
mempengaruhi jaringan maupun sistem organ tanaman. Walaupun berbeda dengan
pupuk, ZPT pun merniliki tugas yang hampir sama dengan pupuk, yaitu mengatur
pembelahan sel, pemanjangan sel-sel tanaman, hingga pertumbuhan akar, batang, daun,
bunga, dan buah.
Setiap tanaman menghasilkan ZPT sendiri (fitohormon). Namun, pembentukannya
agak lambat karena terjadi setelah pertumbuhan vegetatif mencapai maksimal. Untuk itu,
perlu ZPT buatan. Bila diberikan ke tanaman, ZPT ini akan cepat terserap. Pengaruh ZPT
buatan ini sama dengan ZPT yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri.
Pemberian ZPT harus tepat dan seimbang dengan pupuk makro dan pupuk mikro.
Pemberian yang tidak seimbang akan mengakibatkan tanaman menjadi lemah.
ZPT yang ada tidak semuanya berkhasiat untuk kebutuhan perkembangan tanaman
yang diharapkan. Masing-masing ZPT merniliki khasiat atau kegunaan yang berbeda.
Selengkapnya diberikan beberapa produk ZPT yang dapat digunakan untuk cabai rawit
dalam polybag seperti tertera pada Tabel 10. Selain itu, setiap ZPT tidak berlaku untuk
semua jenis tanaman. Ada yang digunakan untuk banyak jenis tanaman, ada yang hanya
untuk satu jenis tanaman.
Cara pemberian ZPT dalam polybag dilakukan dengan menyemprotkan langsung ke
tanaman. Namun, sebelum disemprotkan ZPT ini harus dicampur merata dengan air
terlebih dahulu. Dosis pemakaian beberapa produk ZPT dapat dilihat pada Tabel 10.
Sebagai alat bantu penyemprotan dapat digunakan sprayer tangan.
B. Memberi Pupuk Daun
Penggunaan pupuk daun pun dapat merangsang tanaman cepat dan kontinu berbuah.
Pemberiannya dengan cara disemprotkan melalui daun. Pemberian melalui daun ini
memungkinkan mulut daun (stomata) menyerap pupuk yang disemprotkan untuk
disebarkan ke bagian tanaman seperti akar, daun, batang, bunga, dan buah.
Pemberian pupuk daun ini memiliki banyak kelebihan karena unsur hara yang
dikandungnya akan lebih cepat diserap tanaman. Akibatnya akan cepat muncul tunas-
tunas baru atau kuncup-kuncup bunga, bahkan kesuburan tanah dalam polybag tetap
terjaga. Kelebihan inilah yang menyebabkan banyak petani atau hobiis sering menggu-
nakan pupuk daun untuk tanamannya.
Seperti halnya ZPT, pemberian pupuk daun pun harus tepat jenis dan dosis. Kalau
untuk tujuan perkembangan vegetatif maka pupuk daun yang digunakan harus
mengandung nitrogen dan kalium tinggi, tetapi fosfornya rendah. Sebaliknya kalau untuk
tujuan generatif (berbuah cepat dan banyak) maka pupuk daun yang digunakan harus
mengandung fosfor tinggi, tetapi nitrogen dan kaliumnya rendah. Penyemprotannya pun
harus sejarak 50 cm antara sprayer tangan dengan daun. Usahakan permukaan daunnya
menjadi basah, tetapi jangan terlalu berlebihan. Kalau berlebihan, daun tanaman akan
tampak terbakar.
Waktu penyemprotan adalah pagi hari pukul 6.00-9.00 atau sore hari pukul 16.00-
18.00. Penyemprotan siang hari kurang baik karena terjadi penguapan dari tanaman yang
dapat mengakibatkan pupuk ikut menguap.
Penyemprotan pupuk daun harus dilakukan di bawah permukaan daun karena pada
tempat inilah stomata berada. Bila disemprot di atas permukaan daun, pupuk daun tidak
akan atau sulit diserap daun.
Pemberian pupuk daun dilakukan setiap dua minggu sekali dan dihentikan kalau
sudah muncul kuncup bunga. Kalau dipaksakan juga, kuncup bunga akan gugur karena
sangat peka dengan bahan kimia. Pemberian ulang pupuk daun dilakukan saat hakal buah
sudah terbentuk hingga sebelum panen. Pupuk yang diberikan harus berkadar fosfor
tinggi. Penyemprotan bukan pada bakaI buah, tetapi pada daun.
Seperti halnya pupuk yang diberikan melalui tanah, pupuk ini pun mengandung
unsur makro (N, P, dan K) dan atau unsur mikro (Mg, Fe, Mn, B, Cu, dan sebagainya).
Tabel 11 menunjukkan jenis pupuk daun yang dapat digunakan untuk cabal rawit dalam
polybag.
C. Mengatur Pola Tanam
Selain pemberian ZPT dan pupuk daun, cara membuat tanaman berbuah kontinu
adalah dengan mengatur pola tanamnya. Artinya, waktu penanamannya tidak bersamaan,
melainkan diatur berdasarkan siklus hidupnya.
Umumnya cabai rawit akan mulai berbuah umur 2,5-3,5 bulan. Umur produktifnya
berkisar 3-20 bulan walaupun ada yang mencapai 24 bulan. Sementara umur tanamannya
sendiri berkisar antara 1-3 tahun walaupun ada yang 4 tahun. Lamanya hidup bagi tanam-
an ini didasarkan pada kondisi tanah dan tanamannya. Kalau tanahnya subur dan tidak
terserang hama penyakit, umur tanaman dan masa produktifnya akan semakin lama.
Berdasarkan siklus hidupnya maka kita dapat mengusahakan agar dari hasil
penanaman akan selalu ada buah yang dihasilkan. Kalau tanaman yang ditanarn awal
sudah tidak berbuah, tanaman yang ditanam sesudahnya mulai berbuah sehingga tampak
produksinya kontinu. Agar hal ini dapat tercapai, waktu penanaman harus dijadwalkan
berdasarkan selisih waktu. Selisih waktu yang baik adalah setiap 4 bulan. Sebagai misal,
kalau penanaman ke-1 di awal Januari maka penanaman ke-2 di awal Mei dan
penanaman ke-3 di awal September, demikian seterusnya.
Mengenai jumlah polybag yang akan ditanami tergantung keinginan dan kebutuhan.
Namun, sebanyak sepuluh polybag pun sudah dapat mencukupi kebutuhan. Lain halnya
kalau hasilnya akan diperdagangkan, jumlahnya tentu akan lebih banyak. Perlu diper-
hatikan bahwa polybag yang sudah pernah dipakai pun masih dapat digunakan asalkan
tidak rusak atau sobek dan sudah dicuci bersih. Sementara tanah bekas ditanami jangan
digunakan lagi untuk menghindari terjadinya siklus hama dan penyakit yang ditulari
lewat tanah.
PENEMPATAN TANAMAN
abai rawit yang ditanam dalam polybag, baik yang belum berbuah
maupun sudah berbuah, dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya
ialah untuk reboisasi (penghijauan) halaman, penghias taman, penghias ruangan, maupun
untuk memudahkan panen. Oleh karena berkesan praktis, efisien, dan fleksibel maka
tanaman ini mudah dipindah-pindahkan sesuai keinginan. Penempatannya dapat di
sembarang tempat. Bila penempatan sebelumnya kurang sesuai, dapat dipindahkan ke
tempat lain yang lebih sesuai.
A. Untuk Tanaman Penghijauan
Bila halaman rumah tampak tandus karena tidak ditanami tanaman lain, cabai rawit
dalam polybag ini pun dapat dijadikan penggantinya. Cukup dengan meletakkannya di
tempat-tempat yang tandus, fungsi tanaman penghijauan halaman sudah tercapai.
Tempat-tempat yang biasanya tampak tandus di sekitar rumah antara lain di sisi tembok
rumah bagian belakang, samping kiri, atau samping kanan. Bagian sisi kiri atau kanan
depan rumah pun dapat diletakkan tanaman ini.
Alasan dapat dijadikannya tanaman penghijauan di halaman rumah antara lain
karena warna hijau yang dominan pada tanaman dapat menghilangkan kesan tandus.
Hadirnya tanaman ini pun dapat memberikan kesan sejuk walaupun lokasi rumah berada
di tengah kota.
Selain sebagai penghijauan halaman yang tampak tandus, kehadiran cabai rawit ini
dapat memberikan keindahan tersendiri sebagai penghias taman. Untuk itulah, tanaman
ini dapat diletakkan di antara tanaman hias lain agar tampak ada perpaduan warna.
B. Untuk Penghias Ruangan
Selain untuk keperluan penghijauan atau penghias taman, cabai rawit dalam polybag
ini pun dapat dijadikan penghias ruangan dalam rumah atau kantor. Warna-warna menarik
dari daun dan buahnya akan menambah keindahan ruang tamu, ruang makan, teras, atau
ruang lainnya. Kalaupun ingin diletakkan sebagai penghias ruang kantor atau ruang kelas
di sekolah, hal ini tidak dilarang.
Oleh karena penanaman dalam polybag ini biasanya terkesan kotor maka sebelum
dijadikan penghias ruangan sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu. Membersihkan
kotoran yang menempel pada poly-bag ini tidak sulit karena kotoran tidak secara erat
melekat dibanding kalau ditanam di pot. Seandainya ingin tampak lebih artistik, kita
dapat menyediakan pot pajangan seperti pot dari anyaman rotan sebagai tempat
meletakkan polybag. Namun, kalau terasa mahal, bahan ini tidak perlu dipaksakan untuk
dibeli. Cukup dengan polybag saja maka paduan keindahan warnanya sudah bisa tampil.
C. Untuk Memudahkan Panen
Untuk tujuan kemudahan panen, tentu saja penempatannya harus sedekat mungkin
dengan dapur. Hal ini cukup beralasan karena saat akan dibutuhkan seperti persediaan
cabai rawit di dapur habis, buahnya dapat langsung dipetik. Hanya dalam waktu singkat
buahnya dapat segera diperoleh.
PEMANENAN BUAH
mumnya setelah ditanam sekitar 2,5-4 bulan, cabai rawit
dalam polybag sudah berbuah dan siap dipanen. Panen yang baik dilakukan pada
pagi hari sekitar pukul 6.30-10.00. Pemanenannya dengan cara dipetik buah beserta
tangkainya satu per satu. Buah yang dipetik adalah yang masak maupun yang masih
mentah.
Memanen buah masak maupun mentah sebaiknya tidak sem-, barangan. Panen yang
ceroboh dapat merusak atau mematahkan bagian tanaman seperti dahan, ranting, atau
pelepah daunnya. Cacat ini mengakibatkan tanaman dapat terserang jamur sehingga dapat
mempengaruhi kontinuitas berbuahnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai buah matang dibiarkan hingga
jatuh. Buah yang jatuh ke tanah akan rusak sehingga mempengaruhi kualitas buah.
A. Memanen Buah Masak
Dalam memanen buah masak hendaknya disesuaikan dengan jumlah yang
dibutuhkan. Bila kebutuhannya sedikit, cukup dipanen sedikit saja. Sebaliknya kalau
kebutuhannya banyak, panennya pun banyak.
Lain halnya kalau kebutuhan sedikit, tetapi buah yang akan dipanen banyak. Bila ini
yang terjadi, sebaiknya buah yang akan dipanen dipilih yang tingkat kematangannya
sudah mencapai maksimal. Sementara yang belum matang dapat dipanen pada saat beri-
kutnya. Kalaupun harus dipanen seluruhnya karena tingkat kematan-gannya seragam,
kelebihannya harus disimpan agar dapat tahan beberapa hari.
Perlu diperhatikan bahwa sifat buah cabai rawit ini tidak tahan lama disimpan.
Itulah sebabnya buah cabai rawit ini akan cepat membusuk atau rusak. Kalau buah yang
rusak atau busuk dikonsumsi juga, biasanya rasa dan aroma aslinya sudah berkurang.
Oleh karena itu, sebaiknya buah tetap pada batangnya meskipun sudah masak.
Menyimpan buah cabai rawit masak dapat dilakukan dengan dua cara, dimasukkan
ke dalam wadah terbuka dan dimasukkan ke dalam kulkas.
Sering terjadi kesalahpahaman bahwa banyak orang menyimpan cabai rawit terus-
menerus dalam kulkas. Hal ini keliru karena bukannya buah cabai menjadi tahan lama,
tetapi menjadi cepat membusuk, apalagi kalau tidak terjadi pertukaran udara dalam
kulkas.
B. Memanen Buah Mentah
Buah cabai rawit dapat dipanen meskipun masih mentah. Cara panennya sama
seperti panen buah masak. Namun, yang perlu diperhatikan ialah tingkat kebutuhannya
sehingga jumlah yang dipanen tidak terlalu banyak. Umumnya buah cabai rawit mentah
(warna putih ataupun hijau) dimanfaatkan sebagai pelengkap makan gorengan. Untuk itu,
kebutuhannya pun umumnya tidak banyak. Walaupun demikian, ada juga masyarakat
yang gemar mengonsumsi cabai rawit mentah. Hal ini pun dapat menjadi pertimbangan
dalam memanen buah cabai rawit mentah.
1. Disimpan dalam wadah terbuka
Penyimpanan dalam wadah terbuka seperti nyiru, tampah, atau baskom dapat membuat
buah cabai masak tahan lama. Namun, peletakannya dalam wadah jangan sembarangan.
Atur buah cabai ja-gan sampai tupang tindih. Dengan cara ini buah cabai akan men-
epatkan angin secara sempurna sehingga pembusukan buah tidak epat berlangsung.
Setelah diatur, wadah tersebut harus diletakkan dan diangin-anginkan pada ruangan
dengan suhu 21-25 C.
2. Dimasukkan dalam kulkas
Bagi mereka yang memiliki kulkas (lemari pendingin), buah cabai rawit masak dapat
disimpan di dalamnya agar tetap segar dan tahan lama. Caranya ialah buah cabai rawit
dibersihkan dari kotoran agar cendawan dan jamur tidak dapat berkembang biak. Setelah
itu, atur buahnya dalam wadah terbuka, lalu dimasukkan ke dalam kulkas selama 30
menit setiap harinya. Bila sudah 30 menit, cabai dikeluarkan dan diangin-anginkan pada
suhu kamar.

Anda mungkin juga menyukai