Anda di halaman 1dari 12

PREDIKSI TEKANAN FORMASI

Jenis-jenis Tekanan
Dibawah ini akan diterangkan jenis-jenis tekanan yang berpengaruh pada keadaan bawah
permukaan.

Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan oleh berat kesatuan dan tinggi vertikal
kolom fluida. Ukuran dan bentuk kolom fluida ini tidak berpengaruh pada besarnya tekanan
ini. Tekanan hidrostatik (Phy) sama dengan jumlah dari densitas fluida rata-rata dan tinggi
vertikalnya, maka:
P = r . g . D..(3-1)

Dimana: P = tekanan

r = densitas rata-rata
g = nilai gravitasi
D = tinggi kolom
Dalam operasi pemboran dapat ditulis sebagai:
Phy (psi) = C.M.W.D.(3-2)
Dimana: D = tinggi vertikal kolom fluida dalam feet
MW = densitas fluida atau berat lumpur dalam lb/gal atau lb/ft3
C = konstanta = 0.052 jika MW dalam lb/gal, dan
C = 0,00695 jika MW dalam lb/ft3
Dalam sistem metric,
Phy = 0,093 MW.D(3-3)
Dimana,D = tinggi kolom fluida dalam meter dan
MW = berat lumpur dalam kg/dm3
Gradient tekanan hidrostatik dipengaruhi oleh padatan-padatan ynag terpisah
(seperti garam) dan gas- gas dalam kolom fluida dan perbedaan gradient temperature.
Dengan kata lain, bertambahnya padatan-padatan yang terpisah (seperti kadar garam yang
tinggi) cenderung menambah gradient tekanan normal. Oleh karena itu banyaknya gas
dalam sistem dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi gradient tekanan hidrostatik
normal.
Sebagai contoh gradient tekanan 0,465 psi/ft (0,1074 kg cm-2 m-1) diasumsikan
sebagi salinitas air dari 80.000 ppm part per million) NaCl pada temperatur 77F(25C).
Umumnya gradient hidrostatik rata-rata yang dijumpai selama operasi pemboran
minyak dan gas ditunjukkan pada tabel III-1.
Pada umumnya gradient tekanan hidrostatik (psi/ft) dapat didefinisikan sebagai:
P = 0,433 . S . G...(3-4)
Dimana, SG adalah spesific grafity dari kolom yang mewakili air.

Tabel III-1. Tipe gradient hidrostatik rata-rata

Geologi basin Hidrostatic pressure gradient Area in U.S.A

(psi/ft) (kg cm-2 m-1)

Fresh and brackish 0,433 0,10 Rocky


Mountains,
Water Mid-Continent
Salt
water 0,465 0,1074 Gulf Coast

3.1.2. Tekanan Overburden


Tekanan ini dihasilkan dari kombinasi berat matrik formasi (rock) dan fluida-fluida
(air,minyak,gas) dalam batuan formasi.
Secara matematik tekanan overburden (Po)dapat ditulis sebagai berikut:
Po = berat matrik batuan +
fluida(3-5)
Area
dimana, D = kedalaman (meter atau feet)
f = porositas batuan formasi (fraksi)
rma = densitas matrik batuan (lb/ft3 atau kg/dm3)
rn = densitas fluida (lb/ft3 atau kg/dm3)
Umumnya tekanan overburden akan bertambah besar dengan bertambahnya
kedalaman. Besar gradient tekanan adalah 1,0 psi/ft per kedalaman (0,231 kg cm-2 m--1).
Berdasarkan pengalaman diindikasikan bahwa gradient overburden maksimum
dalam batuan klastik sebesar 1,35 psi/ft (0,312 kg cm-2 m--1).
.
3.1.3. Tekanan Formasi
Tekanan formasi (Pf) adalah aktivitas tekanan yang tergantung dari fluida
(air,minyak,gas) dalam pori suatu formasi. Tekanan formasi normal dalam setiap satuan
geologi akan sama dengan tekanan hidrostatik air dari permukaan sampai bawah
permukaan.
Besar tekanan hidrostatik sama dengan 0,465 psi/ft. setiap tekanan formasi diatas
atau dibawah gradient ini disebut dengan tekanan abnormal (abnormal pressure)

3.1.3.1. Tekanan Formasi Abnormal


Tekanan formasi abnormal didefinisikan sebagai tekanan yang menyimpang dari
gradient tekanan normal. Penyimpangn ini dapat lebih kecil dari 0,465 psi/ft (subnormal
pressure) atau lebih besar dari 0,465 psi/ft (over pressure). Pada umumnya tekanan
subnormal tidak banyak menimbulkan problema pemboran jika dibandingkan dengan over
pressure.
Tekanan abnormal (subnormal pressure dan over pressure) tersebut berasosiasi
dengan adanya penyekat (sealing) tersebut akan menggangu keseimbangan tekanan yang
terjadi dalam urutan proses geologi. Penyekat ini terbentuk oleh adanya penghalang
(barier) permeabilitas sebagai hasil dari proses fisika maupun kimia. Physical seal
(penyekat fisik) dihasilkan dari patahan selama proses pengendapan atau pengendapan
butir-butir material yang lebih halus. Chemical seal (penyekat kimia) berasal dari calsium
carbonate yang terendapkan sehingga terjadi pembatas permeabilitas. Contoh lain adalah
diagenesa kimia selama proses kompaksi dari material organik. Baik proses fisik maupun
kimia dapat terjadi secara bersamaan membentuk seal (penyekat) seperti proses penguapan
gypsum.
Asal Mula Tekanan Formasi Abnormal
Tekanan formasi normal sama dengan tekanan hidrostatik fluida formasi mula-mula.
Umumnya fluida berubah dari air tawar dengan densitas 8,33 ppg (0,433 psi/ft) ke air asin
dengan densitas 9,0 ppg (0,465 psi/ft).
Tanpa memperhatikan densitas fluida, tekanan formasi normal dapat diterangkan
sebagai suatu sistem hidrolik yang terbuka dimana dengan mudah tekananya saling
berhubungan seluruhnya. Pada formasi abnormal tidak mempunyai hubungan tekanan yang
bebas. Bila hal ini terjadi maka tekanan tinggi akan mengalir dengan cepat dan tidak
teratur yang kemudian baru akan kembali normal setelah terjadi keseimbangan disekitarnya.
Pada formasi abnormal tidak mempunyai hubungan tekanan yang bebas. Bila hal ini
terjadi maka tekanan tinggi akan mengalir dengan cepat dan tidak teratur yang kemudian
baru akan kembali normal setelah terjadi keseimbangn disekitarnya.
Dengan demikian maka terjadinya tekanan abnormal memerlukan mekanisme
tertentu yang dapat menjebak tekanan. Dengan adanya mekanisme tersebut maka penyebab
tekanan abnormal tergantung dari litologi, mineralogi, gaya-gaya tektonik dan kecepatan
sedimentasi.
Subnormal Pressure
Adalah formasi-formasi yang mempunyai tekanan pori lebih kecil dari kondisi
normal (gradient tekanan 0,465 psi/ft). Asal mula terjadinya tekanan formasi subnormal
dapat diringkas sebagai berikut:
a. Thermal Expansion.
Disebabkan karena batuan sedimen dan fluida dalam pori dipengaruhi oleh adanya
temperature. Jika fluida mengalami pengembangan maka densitas akan berkurang dan
tekanan juga akan berkurang.
b. Formation Foreshortening (pengkerutan formasi).
Selama proses kompresi akan ada beberapa lapisan yang melengkung. Perlapisan teratas
melengkung keatas dan perlapuisan terbawah akan melengkung kebawah sedangkan
perlapisan tengah mengembang sehingga dapat menghasilkan zona tekanan subnormal.
Pada kondisi ini juga da[pat menyebabkan tyerjadinya overpressure pada ;lapisan teratas
dan terbawah.
c. Potentiometric surface
Mekanisme ini menunjukan relief struktur suatu formasi yang dapat menghasilkan baik zona
bertekanan subnormal maupun zona overpressure. Potentiometric surface didefinisikan
sebagai ketinggian dimana air yang terperangkap akan muncul dalam sumur-sumur yang
dibor pada akifer yang sama. Potentiometric surface dapat mencapai ribuan feet dibawah
atau diatas ground level
Over Pressure
Adalah formasi-formasi yang mempunyai tekanan pori lebih besar dari kondisi
normal (gradient tekanan 0,465 psi/ft).
Adapun mekanisme terbentuknya over pressure adalah sebagai berikut:
a. Incomplete Sediment Compaction.
Sedimentasi clay atau shale yang berlangsung cepat mengakibatkan terbatasnya waktu bagi
fluida untuk membebaskan diri. Dibawah kondisi normal porositas awal yang tinggi (
50%) berkurang karena air terbebaskan melalui permeable sand atau penyaringan melalui
clay atau shale.
Jika proses sedimentasi berlangsung cepat maka proses membebaskan fluida tidak dapat
terjadi, sehingga fluida terjebak didalamnya.
b. Faulting
Patahan dapat menyebabkan redistrusi sedimen, dan menempatkan zona-zona permeable
berlawanan dengan zona-zona impermeable, sehingga membentuk penghalang bagi aliran
fluida. Hal ini akan mencegah keluarnya air dari shale, yang dapat menyebabkan tekanan
dalam shale dibawah kondisi terkompaksi.
c. Perubahan Fasa Selama Kompaksi
Mineral-mineral dapat mengalami perubahan fasa dengan bertambahnya tekanan seperti:
Gypsum+Anhydrite+free water. Hal ini telah diperkirakan bahwa gypsum setebal 50 ft akan
menghasilkan kolom air setinggi 24 ft. Sebaliknya anhydrite dapat terhindari pada
kedalaman tertentu untuk menghasilkan gypsum yang meningkatkan volume batuan sebesar
40%.
d. Pengendapan Batuan Garam Yang Padat.
Pengendapan garam dapat terjadi di beberapa tempat. Karena garam bersifat impermeable
maka fluida pada formasi dibawahnya menjadi over pressure. Tekanan abnormal sering
dijumpai pada zona-zona yang berada dibawah lapisan garam.
e. Kubah garam (Salt Diaperism)
Gerakan keatas (intrusi) kubah garam dengan densitas rendah karena buoyancy (gaya
apung) yang menerobos perlapisan sedimen normal akan menghasilkan anomali tekanan.
Garam juga dapat berfungsi sebagai penyekat impermeable untruk dewatering clays secara
lateral.
f. Kompresi Tektonik
Kompresi sedimen secara lateral dapat menghsilkan pengangkatan sedimen atau
rekahan/patahan untuk sedimen yang lebih kuat. Biasanya formasi terkompaksi pada
kedalaman tertentu dapat muncul pada level yang lebih tinggi. Jika tekanan mula-mula
tetap terjaga maka pengangkatan formasi dapat menyebabkan adanya over pressure.
g. Repressuring From Deeper Levels.
Disebabkan oleh adanya migrasi fluida dari zona bertekanan tinggi ke zona bertekanan
rendah pada zona yang tidak terlalu dalam. Hal ini terjadi karena adanya patahan atau
casing/cement job yang jelek. Tekanan tinggi ini dapat menyebabkan terjadinya kick karena
tidak ada lithologi yang mengindikasikan. Tekanan yang tinggi ini dapat terjadi pada batu
pasir yang dangkal, jika dialiri gas dari formasi dibawahnya.
h. Generation of Hidrocarbons
Shale yang terendapkan dengan sejumlah besar kandungan material organik akan
menghasilkan gas karena adanya proses kompaksi. Ketika gas terperangkap akan
menyebabkan terjadinya over pressure. Produk organik juga akan membentuk garam
didalam ruang pori, yang dapat menyebabkan berkurangnya porositas dan membentuk suatu
penyekat.
Perkiraan dan Pendeteksian Tekanan Formasi Abnormal
Metode perkiraan dan pendeteksian tekanan formasi terbagi atas dua bagian besar
yaitu metode kwalitatif dan metode kwantitatif. Masing-masing metode ini, penerapannya
disesuaikan dengan data-data yang diperoleh saat itu. Apakah sebelum operasi pemboran
berlangsung atau ketika operasi pemboran sedang berlangsung. Jadi, bisa saja kedua
metode ini diterapkan secara berurutan atau bersama-sama sejak survey geologi sampai
operasi pemboran selesai.
.
Metode Kwalitatif
Metode kwalitatif merupakan metode pendeteksian tekanan formasi ketika pemboran
sedang berlangsung. Metode ini tidak memberikan informasi besarnya tekanan abnormal
pada suatu kedalaman.
Metode kwalitatif terbagi atas lima metode yaitu metode paleontologi, korelasi sumur
offset, Anomali temperatur, Resistivity cutting dan cutting.

a. Paleontologi

Metode pendeteksian tekanan formasi dengan menggunakan metode paleontologi


merupakan metode yang sangat jarang digunakan di lapangan dan cukup sulit juga tidak
valid.
Paleontologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan geologi masa silam
melalui fosil. Cara pendeteksiannya yaitu dengan menganalisa cutting yang naik ke
permukaan. Bila dijumpai fosil dengan umur yang tua terdapat dalam cutting yang berasal
dari lapisan batuan yang berumur muda maka diperkirakan pada lapisan tersebut terdapat
tekanan yang tinggi.

b. Korelasi Sumur Offset


Korelasi sumur offset (sumur lama) telah digunakan secara luas. Sumur offset adalah
sumur yang telah diketahui kondisi tekanannya. Korelasi biasanya didasrkan pada
persamaan lithologi dengan menganggap tekanannya sama pada suatu zone dengan kondisi
geologi yang sama.
Walaupun hanya korelasi antara laju penetrasi dan SP log dari well log offset, tetapi
parameter lainnya dapat digunakan untuk korelasi.
Parameter-parameter lainnya meliputi drilling rate, perbandingan cutting, kandungan
gas serta fluida di zone yang diamati.

c. Anomali Temperatur

Anomali temperatur telah dikemukakan oleh beberapa penulis sebagai sarana yang
effektif untuk pendeteksi tekanan abnormal. Wilson dan bush telah mengemukakan
penerapannya. Walaupun sulit untuk dimonitor, anomali ini dapat digunakan untuk
pendeteksi lapisan transisi ke lapisan tekanan tinggi.
Anomali temperatur di zone tekanan abnormal tergantung pada fluida yang mengisi
pori. Karena radiasi panas dari bumi menyebar secara konstan maka perubahan
konduktivitas termal pada batuan menyebabkan terjadinya anomali ini. Karena air
sebagaimana clay menyerap panas 60 prosen maka zona dengan kandungan air yang tinggi
akan bertindak sebagai tahanan terhadap aliran panas, sehingga suhu yang lebih tingggi
dari suhu normal adalah zona berporositras tinggi, yang diidentifikasikan sebagai zona
bertekanan tinggi.
Temperatur flowline biasanya dipakai sebagai ukuran suhu formasi. Sebuah alat
diletakkan pada mud flowline, dan temperature sirkulasi dicatatat. Hasil pencatatannya
digunakan untuk menghitung gradient temperatur dengan menggunakan persamaan 3-6.
G = 100 (T2-T1)/ D2-D1.(3-6)
Dimana:
D = Kedalaman, ft.
T = Temperatur Flowline, F
G = Gradient Geothermal, F/100 ft.
``1 = Subkrip untuk bagian dangkal.
``2 = Subkrip untuk bagian yang lebih dalam.

d. Resistivity Cutting

Resistivity lumpur dan cutting dikaitkan dengan konsep delta chloride merupkan
indikator unutk lapisan abnormal pressure. Bila bertemu dengan porositas batuan yang
tinggi pada waktu pemboran, batuan yang ditembus akan membebaskan fluida formasinya ke
aliran lumpur. Harus diperhitungkan resistivity lumpur dan kandungan Cl dari fluida
pemboran, dengan menganggap bahwa salinitas air formasi berbeda dengan salinitsas
lumpur. Sebagai tambahan, resistivity cutting akan berubah dengan bertambahnya
porositas. Gambar 3.2. Menunjukan plot delta chloride.
Kesulitan utama dari konsep delta chloride adalah dalam mendeteksi kandungan Cl di
zona transisi pendek resistivity lumpur diakibatkan oleh: Kenaikan jumlah air, additive
lumpur, salinitas air formasi. Metode ini dapat digunakan sebagai indikator sekunder untuk
memonitor zona transisi.

e. Cutting

Cutting dapat digunakan untuk indikasi tekanan abnormal. Perbedaan tekanan sangat
berperan dalam pendeteksiaan tekanan. Bila terjadi perbedaan tekanan yang besar, cutting
akan tertahan di bawah bit dan akan terus digerus sampai ukurannya menjadi kecil dan
dapat terangkat ke permukaan. Kejadian ini dikenal sebagai chip hold down effect.
Bila perbedaan tekanan hanya kecil, maka cutting akan terangkat dari bawah bit
sebelum mengalami penggerusan lagi. Hal ini dapat dilihat pada cutting yang berada di
shale shaker. Cutting yang lebih besar menunjukan bahwa perbedaan tekanan berkurang.
Bila berat lumpur konstan, diasumsikan bahwa tekanan formasi baik.

Metode Kwantitatif
Metode kwantitatif yaitu metode pendeteksian tekanan formasi dimana informasi
besarnya tekanan pada suatu kedalaman dapat diketahui. Metode kwantitatif ini terbagi
lima metode yaitu: metode analisa seismic, analisa log, overlay, densitas bulk, dan drilling
eqaution. Masing-masing metode saling berkaitan dan digunakan sesuai dengan kondisi
pemborannya..

a. Analisa Seismic

Metode analisa seismic adalah metode geofisik yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan dan puncak dari tekanan abnormal. Metode ini didasarkan pada elemen-elemen
analisa refleksi dari pennebaker, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.3.. Misalnya shot
point O adalah permukaan tanah. Ketika peledakan pada SP, energi gelombang suara
terjadi dalam bentuk tekanan gelombang, energi seismic bergerak seimbang ke segala arah.
Energi bergerak vertikal mengenai garis RR (subsurface) dan di refleksikan kembali ke SS
sejauh garis vertikal OPO. Energi tembakan juga menyebar sepanjang diagonal pada RR
pada subsurface (OT_ dan direfleksikan ke permukaan sepanjang garis TW. Waktu yang
diperlukan untuk jalannya energi dicatat oleh geophone pada titik O dan W, secara
horisontal dipisahkan dengan titik X. kecepatan rata-rata V, dapat dihitung dengan
persamaan 3-7.
(3-7)

Kedalaman lapisan dapat ditentukan dari persamaan 3-8:


.(3-8)

Interval kecepatan dari profil seisnik berbanding terbalik dengan interval perjalanan
waktu (interval travel time). Harga-harganya dapat diplot vs kedlaman untuk menentukan
adanya tekanan abnormal. Suatu lingklunganyang normal yang menunujukan penurunan
porositas merupakan terjadinya kompaksi. Oleh karena itu travel time juga turun. Zona
tekanan abnormal mempunyai porositas yang lebih besar dari pada porositas normal untuk
kedalaman tertentu. Sehingga travel timenya akan mendadak naik. Gambar 3.4.,
menunjukkan plot dari suatu seismik dan sonic suatu sumur bertekanan abnorma

b. Analisa Log

Analisa log umumnya untuk menentukan tekanan pori-pori dalam sumur offset dan
pemboran sumur aktual. Perangkat MWD (Measurement- While-Drilling) merupakan
pengangkat teknis analisa log dalam menentukan realtime pemboran. teknik analisa
menggunakan efek dari porositas abnormal pada suatu batuan seperti conductivitas electric,
sonic travel time dan densitas bulk. Baik resistivity log maupun sonic log keduanya
didasarkan pada suatu prinsip.
Resistivity log pada mulanya digunakan untuk mendeteksi tekanan. Respon-lognya
didasarkan pada resistivity elektrik dari total sample, termasuk matrik batuan dan fluida
yang mengisi porositas. Respon tersebut dapat dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5, menggambarkan beberapa titik penting. Tekanan formasi tinggi pada mulanya
berkembang dalam bagian shale, akhirnya tekanannya seimbang di zona pasir. Hanya zona
clean shale yang digunakan sebagai titik plo, bukan resistivity sand, silty shale, lime atau
lime shale atau lainnya dari batuan yang dijumpai. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar
3.5, garis trend normal akan berkembang dari awal sampai akhir dalam zone bertekanan.
Pada penetrasi suatu zone bertekanan abnormal , suatu penyimpangan akan dicatat.
Tingkat penyimpangan digunakan untuk menghitung besarnya tekanan formasi. Konsep ini
digunakan dengan banyak cara deteksi tekanan.
Kenyataan di lapangan dapat dilihat pada gambar 3.6, dimana bagian shale yang
impermeable kira-kira 9.500 ft. meskipun bagian ini tekanan normalnya berkisar 9.500 ft
6.800 ft, dibuktikan dengan adanya kenaikan resistivity pada trend normal, tapi sebaliknya
pada kedalaman 9.800 ft sampai 10.900 ft berat lumpurnya bertambah dari 9.0 ppg ke 13,5
ppg. Plot dari titik resistivity diperlihatkan
Hottman dan johnson telah mengembangkan suatu teknik yang didasarkan dari
hubungan empiris dimana perkiraan tekanan formasi dibuat dengan mencatat perbandingan
antara pengamatan dan resistivity batuan normal. Caranya mengikuti step-step berikut
1. Trend normal dibuat dari plot logaritma resistivity shale vs kedalaman.
2. Puncak interval tekanan ditentukan dengan mencatat kedalaman pada titik plot yang
menyimpang dari trend.
3. Gradient tekanan pada berbagai kedalaman ditentukan dengan cara:
a. Menentukan perbandingan ekstrapolasi resistivity shale normal dengan resistivity shale
hasil pengamatan.
b. Tekanan formasi dicocokan dengan perbandingan perhitungan

c. Overlay
Overlay adalah chart yang terdiri dari serangkaian garis paralel yang menggambarkan
tekanan formasi dalam besaran berat lumpur. Overlay dapat mempercepat evaluasi tekanan
formasi secara langsung. Metode ini dikembangkan oleh Hottman dan Johnson.
Untuk mengetahui tekanan pada suatu kedalaman, overlay digeser ke kiri dan ke kanan
sampai tekanan formasi normal berhimpit dengan trend normal. Tekanan formasi dibaca
langsung pada kedalaman yang sedang diamati dari plot resistivity pada garis paralel. Hal
ini dapat dilihat pada gambar 3.9. Gambar 3.10. adalah overlay resistivity yang merupakan
chart yang digeser ke kiri dan ke kanan di atas grafik plot resistivity dari suatu data
lapangan (gambar 3.11). Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan overlay hanya dapat
digeser ke kiri dan ke kanan tetapi tidak dapat digeser ke kiri dan ke kanan tetapi tidak dapat
ke arah vertikal, overlay biasanya dibuat untuk suatu tipe kertas semilog dan tidak dapat
digunakan untuk tipe yang lain dan overlay tidak dapat menghitung perumahan salinitas air
formasi abnormal. Untuk menormalkan efek salintas tersebut

d. Densitas Bulk

Ketika pemboran mencapai daerah bertekanan normal, densitas bulk dari batuan yang
dibor bertambah kompaksinya atau pengecilan porositas. Seperti pada porositas bertekanan
tinggi yang dijumpai, assosiasi porositas yang tinggi akan menyebabkan penyimpangan
trend densitas bulknya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.12. Perubahan tekanan dari
normal ke abnormal
Gambar 3.12. Plot densitas shale secara umum22.

Terjadi pada kedalaman dimana perbedaan dari trend normal hasil pengamatan.
Hasil dari suatu kasus lapangan dapat dilihat pada gambar 3.13. Resistivity di plot pada
kedalaman 10.700 ft dan 12.500 ft. densitas log mendeteksi di zone transisi bagian bawah
tetapi tidak dapat mendeteksi bagian atasnya.

e. Drilling Equation

Banyak persamaan matematika diajukan dalam usaha untuk melukiskan hubungan dari
parameter- parameter pemboran terhadap laju penetrasi. Sebagian dirancang untuk
pemakaian di lapangan secara sederhana. Sedang lainnya memerlukan perhitungan dengan
menggunakan komputer. Ketika diterapkan, banyak persamaan-persamaan tersebut
ternyata dapat digunakan untuk mendeteksi ketelitian dan kwantitas tekanan abnormal.
Untuk menghitung differential pressure merupakan dasar dari persamaan-persamaan
tersebut. Bila besarnya diketahui, tekanan formasi dapat dihitung. Garnier dan Van Lingen
menunjukan bahwa differential pressure berpengaruh terhadap penetrasi. Dalam studi
lapangan, Benit dan Vidrine menemukan bukti bahwa selang differential pressure berkisar 0
sampai 500 psi, paling besar pengaruhnya dalam mengurangi laju penetrasi.
Persamaan yang paling banyak digunkan adalah d-exponent. Dasar dari persamaan
ini adalah rumus Bingham tentang proses pemboran. persamannya sebagai berikut:
(3-9)

Dimana:
Diposkan oleh FATMA PETROLEUM di 05.40

Anda mungkin juga menyukai