Jenis-jenis Tekanan
Dibawah ini akan diterangkan jenis-jenis tekanan yang berpengaruh pada keadaan bawah
permukaan.
Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan oleh berat kesatuan dan tinggi vertikal
kolom fluida. Ukuran dan bentuk kolom fluida ini tidak berpengaruh pada besarnya tekanan
ini. Tekanan hidrostatik (Phy) sama dengan jumlah dari densitas fluida rata-rata dan tinggi
vertikalnya, maka:
P = r . g . D..(3-1)
Dimana: P = tekanan
r = densitas rata-rata
g = nilai gravitasi
D = tinggi kolom
Dalam operasi pemboran dapat ditulis sebagai:
Phy (psi) = C.M.W.D.(3-2)
Dimana: D = tinggi vertikal kolom fluida dalam feet
MW = densitas fluida atau berat lumpur dalam lb/gal atau lb/ft3
C = konstanta = 0.052 jika MW dalam lb/gal, dan
C = 0,00695 jika MW dalam lb/ft3
Dalam sistem metric,
Phy = 0,093 MW.D(3-3)
Dimana,D = tinggi kolom fluida dalam meter dan
MW = berat lumpur dalam kg/dm3
Gradient tekanan hidrostatik dipengaruhi oleh padatan-padatan ynag terpisah
(seperti garam) dan gas- gas dalam kolom fluida dan perbedaan gradient temperature.
Dengan kata lain, bertambahnya padatan-padatan yang terpisah (seperti kadar garam yang
tinggi) cenderung menambah gradient tekanan normal. Oleh karena itu banyaknya gas
dalam sistem dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi gradient tekanan hidrostatik
normal.
Sebagai contoh gradient tekanan 0,465 psi/ft (0,1074 kg cm-2 m-1) diasumsikan
sebagi salinitas air dari 80.000 ppm part per million) NaCl pada temperatur 77F(25C).
Umumnya gradient hidrostatik rata-rata yang dijumpai selama operasi pemboran
minyak dan gas ditunjukkan pada tabel III-1.
Pada umumnya gradient tekanan hidrostatik (psi/ft) dapat didefinisikan sebagai:
P = 0,433 . S . G...(3-4)
Dimana, SG adalah spesific grafity dari kolom yang mewakili air.
a. Paleontologi
c. Anomali Temperatur
Anomali temperatur telah dikemukakan oleh beberapa penulis sebagai sarana yang
effektif untuk pendeteksi tekanan abnormal. Wilson dan bush telah mengemukakan
penerapannya. Walaupun sulit untuk dimonitor, anomali ini dapat digunakan untuk
pendeteksi lapisan transisi ke lapisan tekanan tinggi.
Anomali temperatur di zone tekanan abnormal tergantung pada fluida yang mengisi
pori. Karena radiasi panas dari bumi menyebar secara konstan maka perubahan
konduktivitas termal pada batuan menyebabkan terjadinya anomali ini. Karena air
sebagaimana clay menyerap panas 60 prosen maka zona dengan kandungan air yang tinggi
akan bertindak sebagai tahanan terhadap aliran panas, sehingga suhu yang lebih tingggi
dari suhu normal adalah zona berporositras tinggi, yang diidentifikasikan sebagai zona
bertekanan tinggi.
Temperatur flowline biasanya dipakai sebagai ukuran suhu formasi. Sebuah alat
diletakkan pada mud flowline, dan temperature sirkulasi dicatatat. Hasil pencatatannya
digunakan untuk menghitung gradient temperatur dengan menggunakan persamaan 3-6.
G = 100 (T2-T1)/ D2-D1.(3-6)
Dimana:
D = Kedalaman, ft.
T = Temperatur Flowline, F
G = Gradient Geothermal, F/100 ft.
``1 = Subkrip untuk bagian dangkal.
``2 = Subkrip untuk bagian yang lebih dalam.
d. Resistivity Cutting
Resistivity lumpur dan cutting dikaitkan dengan konsep delta chloride merupkan
indikator unutk lapisan abnormal pressure. Bila bertemu dengan porositas batuan yang
tinggi pada waktu pemboran, batuan yang ditembus akan membebaskan fluida formasinya ke
aliran lumpur. Harus diperhitungkan resistivity lumpur dan kandungan Cl dari fluida
pemboran, dengan menganggap bahwa salinitas air formasi berbeda dengan salinitsas
lumpur. Sebagai tambahan, resistivity cutting akan berubah dengan bertambahnya
porositas. Gambar 3.2. Menunjukan plot delta chloride.
Kesulitan utama dari konsep delta chloride adalah dalam mendeteksi kandungan Cl di
zona transisi pendek resistivity lumpur diakibatkan oleh: Kenaikan jumlah air, additive
lumpur, salinitas air formasi. Metode ini dapat digunakan sebagai indikator sekunder untuk
memonitor zona transisi.
e. Cutting
Cutting dapat digunakan untuk indikasi tekanan abnormal. Perbedaan tekanan sangat
berperan dalam pendeteksiaan tekanan. Bila terjadi perbedaan tekanan yang besar, cutting
akan tertahan di bawah bit dan akan terus digerus sampai ukurannya menjadi kecil dan
dapat terangkat ke permukaan. Kejadian ini dikenal sebagai chip hold down effect.
Bila perbedaan tekanan hanya kecil, maka cutting akan terangkat dari bawah bit
sebelum mengalami penggerusan lagi. Hal ini dapat dilihat pada cutting yang berada di
shale shaker. Cutting yang lebih besar menunjukan bahwa perbedaan tekanan berkurang.
Bila berat lumpur konstan, diasumsikan bahwa tekanan formasi baik.
Metode Kwantitatif
Metode kwantitatif yaitu metode pendeteksian tekanan formasi dimana informasi
besarnya tekanan pada suatu kedalaman dapat diketahui. Metode kwantitatif ini terbagi
lima metode yaitu: metode analisa seismic, analisa log, overlay, densitas bulk, dan drilling
eqaution. Masing-masing metode saling berkaitan dan digunakan sesuai dengan kondisi
pemborannya..
a. Analisa Seismic
Metode analisa seismic adalah metode geofisik yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan dan puncak dari tekanan abnormal. Metode ini didasarkan pada elemen-elemen
analisa refleksi dari pennebaker, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.3.. Misalnya shot
point O adalah permukaan tanah. Ketika peledakan pada SP, energi gelombang suara
terjadi dalam bentuk tekanan gelombang, energi seismic bergerak seimbang ke segala arah.
Energi bergerak vertikal mengenai garis RR (subsurface) dan di refleksikan kembali ke SS
sejauh garis vertikal OPO. Energi tembakan juga menyebar sepanjang diagonal pada RR
pada subsurface (OT_ dan direfleksikan ke permukaan sepanjang garis TW. Waktu yang
diperlukan untuk jalannya energi dicatat oleh geophone pada titik O dan W, secara
horisontal dipisahkan dengan titik X. kecepatan rata-rata V, dapat dihitung dengan
persamaan 3-7.
(3-7)
Interval kecepatan dari profil seisnik berbanding terbalik dengan interval perjalanan
waktu (interval travel time). Harga-harganya dapat diplot vs kedlaman untuk menentukan
adanya tekanan abnormal. Suatu lingklunganyang normal yang menunujukan penurunan
porositas merupakan terjadinya kompaksi. Oleh karena itu travel time juga turun. Zona
tekanan abnormal mempunyai porositas yang lebih besar dari pada porositas normal untuk
kedalaman tertentu. Sehingga travel timenya akan mendadak naik. Gambar 3.4.,
menunjukkan plot dari suatu seismik dan sonic suatu sumur bertekanan abnorma
b. Analisa Log
Analisa log umumnya untuk menentukan tekanan pori-pori dalam sumur offset dan
pemboran sumur aktual. Perangkat MWD (Measurement- While-Drilling) merupakan
pengangkat teknis analisa log dalam menentukan realtime pemboran. teknik analisa
menggunakan efek dari porositas abnormal pada suatu batuan seperti conductivitas electric,
sonic travel time dan densitas bulk. Baik resistivity log maupun sonic log keduanya
didasarkan pada suatu prinsip.
Resistivity log pada mulanya digunakan untuk mendeteksi tekanan. Respon-lognya
didasarkan pada resistivity elektrik dari total sample, termasuk matrik batuan dan fluida
yang mengisi porositas. Respon tersebut dapat dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5, menggambarkan beberapa titik penting. Tekanan formasi tinggi pada mulanya
berkembang dalam bagian shale, akhirnya tekanannya seimbang di zona pasir. Hanya zona
clean shale yang digunakan sebagai titik plo, bukan resistivity sand, silty shale, lime atau
lime shale atau lainnya dari batuan yang dijumpai. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar
3.5, garis trend normal akan berkembang dari awal sampai akhir dalam zone bertekanan.
Pada penetrasi suatu zone bertekanan abnormal , suatu penyimpangan akan dicatat.
Tingkat penyimpangan digunakan untuk menghitung besarnya tekanan formasi. Konsep ini
digunakan dengan banyak cara deteksi tekanan.
Kenyataan di lapangan dapat dilihat pada gambar 3.6, dimana bagian shale yang
impermeable kira-kira 9.500 ft. meskipun bagian ini tekanan normalnya berkisar 9.500 ft
6.800 ft, dibuktikan dengan adanya kenaikan resistivity pada trend normal, tapi sebaliknya
pada kedalaman 9.800 ft sampai 10.900 ft berat lumpurnya bertambah dari 9.0 ppg ke 13,5
ppg. Plot dari titik resistivity diperlihatkan
Hottman dan johnson telah mengembangkan suatu teknik yang didasarkan dari
hubungan empiris dimana perkiraan tekanan formasi dibuat dengan mencatat perbandingan
antara pengamatan dan resistivity batuan normal. Caranya mengikuti step-step berikut
1. Trend normal dibuat dari plot logaritma resistivity shale vs kedalaman.
2. Puncak interval tekanan ditentukan dengan mencatat kedalaman pada titik plot yang
menyimpang dari trend.
3. Gradient tekanan pada berbagai kedalaman ditentukan dengan cara:
a. Menentukan perbandingan ekstrapolasi resistivity shale normal dengan resistivity shale
hasil pengamatan.
b. Tekanan formasi dicocokan dengan perbandingan perhitungan
c. Overlay
Overlay adalah chart yang terdiri dari serangkaian garis paralel yang menggambarkan
tekanan formasi dalam besaran berat lumpur. Overlay dapat mempercepat evaluasi tekanan
formasi secara langsung. Metode ini dikembangkan oleh Hottman dan Johnson.
Untuk mengetahui tekanan pada suatu kedalaman, overlay digeser ke kiri dan ke kanan
sampai tekanan formasi normal berhimpit dengan trend normal. Tekanan formasi dibaca
langsung pada kedalaman yang sedang diamati dari plot resistivity pada garis paralel. Hal
ini dapat dilihat pada gambar 3.9. Gambar 3.10. adalah overlay resistivity yang merupakan
chart yang digeser ke kiri dan ke kanan di atas grafik plot resistivity dari suatu data
lapangan (gambar 3.11). Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan overlay hanya dapat
digeser ke kiri dan ke kanan tetapi tidak dapat digeser ke kiri dan ke kanan tetapi tidak dapat
ke arah vertikal, overlay biasanya dibuat untuk suatu tipe kertas semilog dan tidak dapat
digunakan untuk tipe yang lain dan overlay tidak dapat menghitung perumahan salinitas air
formasi abnormal. Untuk menormalkan efek salintas tersebut
d. Densitas Bulk
Ketika pemboran mencapai daerah bertekanan normal, densitas bulk dari batuan yang
dibor bertambah kompaksinya atau pengecilan porositas. Seperti pada porositas bertekanan
tinggi yang dijumpai, assosiasi porositas yang tinggi akan menyebabkan penyimpangan
trend densitas bulknya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.12. Perubahan tekanan dari
normal ke abnormal
Gambar 3.12. Plot densitas shale secara umum22.
Terjadi pada kedalaman dimana perbedaan dari trend normal hasil pengamatan.
Hasil dari suatu kasus lapangan dapat dilihat pada gambar 3.13. Resistivity di plot pada
kedalaman 10.700 ft dan 12.500 ft. densitas log mendeteksi di zone transisi bagian bawah
tetapi tidak dapat mendeteksi bagian atasnya.
e. Drilling Equation
Banyak persamaan matematika diajukan dalam usaha untuk melukiskan hubungan dari
parameter- parameter pemboran terhadap laju penetrasi. Sebagian dirancang untuk
pemakaian di lapangan secara sederhana. Sedang lainnya memerlukan perhitungan dengan
menggunakan komputer. Ketika diterapkan, banyak persamaan-persamaan tersebut
ternyata dapat digunakan untuk mendeteksi ketelitian dan kwantitas tekanan abnormal.
Untuk menghitung differential pressure merupakan dasar dari persamaan-persamaan
tersebut. Bila besarnya diketahui, tekanan formasi dapat dihitung. Garnier dan Van Lingen
menunjukan bahwa differential pressure berpengaruh terhadap penetrasi. Dalam studi
lapangan, Benit dan Vidrine menemukan bukti bahwa selang differential pressure berkisar 0
sampai 500 psi, paling besar pengaruhnya dalam mengurangi laju penetrasi.
Persamaan yang paling banyak digunkan adalah d-exponent. Dasar dari persamaan
ini adalah rumus Bingham tentang proses pemboran. persamannya sebagai berikut:
(3-9)
Dimana:
Diposkan oleh FATMA PETROLEUM di 05.40