Anda di halaman 1dari 6

HAND OUT

HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI


DISUSUN OLEH: DRA. LISTIJANI SUHARGO, M.Si.

Sub pokok bahasan:


1. Anatomi dan Fungsional Sistem Respirasi
2. Epitel Respirasi
3. Histologi Rongga hidung, Sinus Paranasalis, dan Nasopharynx
4. Histologi Larynx
5. Histologi Trakea
6. Histologi Bronkus
7. Histologi Bronkiolus
8. Histologi Saluran alveolus dan Alveolus

ANATOMI DAN FUNGSIONAL SISTEM RESPIRASI


Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan
membuang CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian
konduksi dan bagian respirasi.
Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea,
bronkus dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk (1) menyediakan saluran di
mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, (2) memelihara udara yang
diinspirasi (dibersihkan, dibasahi dan dihangatkan). Untuk melaksanakan fungsi
tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat tulang-tulang rawan, serabut elastin
dan otot polos. Tulang rawan berperan sebagai penyokong dinding bagian
konduksi. Serabut-serabut elastin dapat menjamin fleksibilitas struktur dan
memungkinkan kembali ke bentuk semula setelah meregang. Berkas otot polos
terdapat pada lamina propria dan berperan untuk mengurangi diameter saluran
berarti mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi.
Pada pemeliharaan udara, pembersihan dilakukan oleh epitel bersilia yang
berfungsi membuang partikel-partikel debu dan zat-zat lain. Untuk membasahi
saluran respirasi diperlukan peranan dari kelenjar-kelenjar mukus (sel-selnya
terdiri sel mukosa dengan granul sekresi yang besar dan jernih) dan seromukus
(gabungan sel serosa dan mukosa, dimana sel serosa mempunyai granul sekresi
yang mudah diwarnai). Untuk menghangatkan diperlukan peranan dari pembuluh
darah.

1
EPITEL RESPIRASI
Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain :
1. Sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk antara lain :epitel silindris
berlapis semu dan bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus dan epitel
gepeng
2. sel goblet
3. sel brush dengan banyak mikrovilli (reseptor sensoris).
4. sel basal (merupakan sel-sel generatif)
5. sel granula
6. sel serosa dan mukosa pada kelenjar mukus dan seromukus

HISTOLOGI RONGGA HIDUNG, SINUS PARANASALIS


DAN NASOPHARYNX

Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda :
di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis.
Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar,
kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih
yang mengalami keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau
vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat.
Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari
masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai
concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior.
Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia,
sel-sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan
ikat dan kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel goblet, dan juga
terdapat vena yang membentuk dinding tipis yang disebut cavernous bodies.
Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori
dengan sel-sel khusus yang meliputi sel-sel olfaktori, sel pendukung dan sel sel
basal. Sel olfaktori merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai
akson pada lamina propria dan silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung
reseptor olfaktori yang merespon bahan yang menghasilkan bau. Pada laminar
proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan salurannya dilapisi oleh sel

2
epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang berwarna
kekuningan.

HISTOLOGI PHARYNX
Pharynx dibatasi oleh epitel respirasi. Pharynx terdiri dari nasopharynx
dan oropharynx. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedang oropharynx
dilapisi oleh epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari
pharynx. Jaringan ikat adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.

HISTOLOGI LARYNX
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Larynx mempunyai 4
komponen yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan
intrinsic, tulang rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan tiroid, krikoid
dan arytenoids (merupakan tulang rawan hialin). Otot intrinsik menentukan
posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan
tulang rawan dengan struktur lain dari leher.
Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina
propria dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh
darah.

HISTOLOGI TRAKEA
Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter
sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di
antara sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau
fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang
berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel
berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel
endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous.
Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa
dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi
lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya banyak
mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang
selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa

3
dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang
mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.
Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan
hialin. Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan
ligamentum fibroelastin. Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan,
dan kontraksi otot polos menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini
digunakan untuk respon batuk. Tulang rawan trakea dapat mengalami osifikasi
dengan bertambahnya umur.
Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua
yaitu dua bronkus utama

HISTOLOGI BRONKUS dan BRONKIOLUS


Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada
paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini
bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan
cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus
bercabang-cabang lagi membentuk 5 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap
bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan
adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis
semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin),
limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti
spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan
bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan
seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-
lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia.
Lapisan mukosa seperti pada bronkus, dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus
terminalis, epitelnya kubus bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan
permukaan apical berbentuk kubah yang menonjol ke dalam lumen). Pada lamina
propria terdapat jaringan ikat (terutama serabut elastin) dan otot polos. Pada
bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar. Lapisan adventitia juga terdiri dari
jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih berkembang

4
dibandingkan pada bronkus. Pada orang asma diduga resistensi jalan udara
karena kontraksi otot bronkiolus.
Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kubus bersilia, dan pada
tepinya terdapat lubang-lubang yang berhubungan dengan alveoli. Pada bagian
distal dari brionkiolus respiratorius, pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya.
Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastin.

HISTOLOGI SALURAN ALVEOLARIS DAN


ALVEOLUS
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis.
Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin.
Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin
memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan
sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-
kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria
(suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang
tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.

LATIHAN SOAL:
1. bagaimana tipe sel epitel pada:
organ Tipe sel epitel
Vestibulum
Fossa nasalis
pharynx
larynx
Trakea
Bronkus
bronkiolus
alveolus

5
2. Kelenjar mukosa dan seromukosa terdapat pada saluran respirasi mana?
organ Ada (+), tidak ada (-)
Vestibulum
Fossa nasalis
pharynx
larynx
Trakea
Bronkus
bronkiolus
alveolus

3. Pada organ-organ berikut terdapat otot polos, beri tanda!


organ Ada (+), tidak ada (-)
Vestibulum
Fossa nasalis
pharynx
larynx
Trakea
Bronkus
bronkiolus
alveolus

4. jaringan-jaringan ikat pada saluran respirasi terutama terdiri dari


jaringan ikat..

DAFTAR PUSTAKA:
JUNQUEIRA, LC DAN CARNEIRO J. 1980. HISTOLOGI DASAR.
DITERJEMAHKAN OLEH ADJI DHARMA. EDISI 3. PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN. JAKARTA.

Anda mungkin juga menyukai