Anda di halaman 1dari 12

1.

Pentaboran-9 mudah terbakar menurut reaksi berikut:

2B5H9 (l) + 12O2 (g) 5B2O3 (s) + 9H2O (l)

Bila entalpi pembentukan standar (Hfo) untuk 2B5H9 (l), B2O3 (s), dan H2O (l) berturut-turut
adalah 73,2 kJ/mol, 1263,6 kJ/mol, dan 285,8 kJ/mol maka entalpi pembakaran standar
(Ho) pentaboran-9 adalah ....

A. +9036,6 kJ/mol
B. 9036,6 kJ/mol
C. +4518,3 kJ/mol
D. 4518,3 kJ/mol
E. +1476,3 kJ/mol

Pembahasan

Karena yang ditanyakan entalpi pembakaran standar maka koefisien pentaboran-9 (B 5H9)
harus dijadikan 1 dulu.

B5H9 (l) + 6O2 (g) 5/2 B2O3 (s) + 9/2 H2O (l)

Sehingga entalpi pembakaran standar reaksi tersebut adalah:

Hreaksi = Hhasil Hpereaksi


= 5/2 (1263,6) + 9/2 (285,8) 73,2
= 3159 1286,1 73,2
= 4518,3

Jadi, entalpi pembakaran standar pentaboran-9 adalah 4518,3 kJ/mol (D).

2. Reaksi yang menunjukkan zink sebagai reduktor adalah ....

1 Zn + Cu(NO3)2 Zn(NO3)2 + Cu

2 Zn + H2SO4 ZnSO4 + H2

3 Zn + 4HNO3 Zn(NO3)2 + 2H2O + 2NO2

4 Zn + 2HCl ZnCl2 + H2

Pembahasan

Bilangan oksidasi Zn dalam unsur adalah nol sedangkan bilangan oksidasi Zn dalam senyawa
selalu positif karena Zn adalah logam (biloks logam selalu positif).

Dari keterangan di atas, tampak jelas bahwa biloks Zn di ruas kiri adalah nol dan biloks Zn di
ruas kanan adalah positif sehingga Zn mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Dengan
demikian, semua Zn pada reaksi di atas mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor.

Jadi, reaksi yang menunjukkan Zn sebagai reduktor adalah reaksi nomor 1, 2, 3, dan 4 (E).
3. Suatu baterai dengan elektroda Cu2+ | Cu dan Cd2+ | Cd pada keadaan standar menghasilkan
arus 0,8 A selama 200 menit.
Nilai Eo Cu2+ | Cu = +0,34 V, Eo Cd2+ | Cd = 0,40 V, F = 96500 C/mol elektron, ArCu = 63,5,
dan Ar Cd = 112.
Pengurangan massa di anoda adalah ....

A. 0,6 g
B. 3,2 g
C. 5,6 g
D. 6,3 g
E. 11,2 g

Pembahasan

Pada sel elektrolisis, anoda adalah elektroda positif sedangkan pada sel elektrokimia (baterai,
aki), anoda adalah elektroda negatif. Karena potensial Cu = +0,34 V dan potensial Cd = 0,40
V maka yang bertindak sebagai anoda adalah Cd.

Di anoda, Cd mengalami oksidasi sesuai reaksi:

Cd Cd2+ + 2e

Reaksi oksidasi tersebut menyebabkan Cu Cd mengalami pengurangan massa. Besar


pengurangan massanya adalah: (t = 200 menit = 12.000 detik)

= 3,2 5,6
Jadi, pengurangan massa di anoda adalah 3,2 5,6 g (C).

4. Reaksi fasa gas:

2NO (g) + Br2 (g) 2NOBr (g)

dilakukan dalam wadah tertutup dengan konsentrasi awal reaktan yang berbeda-beda. Pada
tabel di bawah ini, yang dimaksud dengan waktu reaksi (t) adalah waktu dari awal reaksi
sampai hilangnya warna Br2.

Percobaan [NO]o (M) [Br2]o (M) t (menit)

1 0,10 0,05 4
2 0,10 0,10 2
3 0,20 0,05 1

Berdasarkan data ini, persamaan laju reaksi tersebut adalah ....

A. r = k [NO]2
B. r = k [Br2]
C. r = k [NO] [Br2]
D. r = k [NO] [Br2]2
E. r = k [NO]2 [Br2]

Pembahasan

Langkah pertama adalah menentukan orde reaksi.


Orde reaksi NO (berdasarkan [Br2] yang tetap, yaitu percobaan 1 dan 3).

2m = 4
m=2

Orde Br2 (berdasarkan [NO] yang tetap, yaitu percobaan 1 dan 2).

2n = 2
n=1

Dengan demikian, persamaan laju reaksinya adalah:

r = k [NO]m [Br2]n
r = k [NO]2 [Br2]

Jadi, persamaan laju reaksi tersebut adalah opsi (E).

5. Pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu dalam wadah tertutup 10 L, diperoleh sistem
kesetimbangan berikut:

2HBr (g) H2 (g) + Br2 (g)

Konsentrasi semua zat dalam kesetimbangan masing-masing adalah 0,3 M. Bila ke dalam
sistem ditambahkan gas H2 dan gas Br2 masing-masing sebanyak 3 mol maka konsentrasi
HBr pada kesetimbangan yang baru adalah ....

A. 0,1 M
B. 0,4 M
C. 0,5 M
D. 0,6 M
E. 0,7 M

Pembahasan

Kita tentukan dulu konstanta kesetimbangan awalnya.


=1

Kemudian ke dalam sistem ditambahkan gas H2 dan gas Br2 masing-masing sebanyak 3 mol
sehingga diperoleh:

mol HBr = 0,3 M 10 L = 3 mol


mol H2 = 3 mol + 3 mol = 6 mol
mol Br2 = 3 mol + 3 mol = 6 mol

Karena penambahan konsentrasi terjadi di ruas kanan maka reaksi akan bergeser ke ruas kiri
untuk mencapai kesetimbangan baru. Sehingga pada keadaan setimbang, mol ruas kiri
merupakan hasil jumlah keadaan awal dan keadaan reaksi sedangkan mol ruas kanan
merupakan pengurangan keadaan awal dan keadaan reaksi.

2HBr H2 + Br2
awal 3 6 6
reaksi 2x x x
setimbang 3+2x 6x 6x

Nilai konstanta kesetimbangan baru akan selalu sama dengan nilai konstanta kesetimbangan
awal (konstanta kesetimbangan hanya berubah saat terjadi pergeseran kesetimbangan).

(3 + 2x)2 = (6 x)2
3 + 2x = 6 x
3x = 3
x=1

Dengan demikian, konsentrasi HBr pada kesetimbangan baru adalah:

3 + 2x = (3 + 21) mol
= 5 mol

[HBr] = 5 mol / 10 L
= 0,5 M

Jadi, konsentrasi HBr pada kesetimbangan yang baru adalah 0,5 M (C).

6. Tetapan penurunan titik beku molal air adalah 1,86. Larutan A dibuat dengan melarutkan
26,1 g Ba(NO3)2 (Mr = 261) ke dalam 500 g air. Larutan B dibuat dengan melarutkan 3,0 g
(Mr = 120) ke dalam 250 g air. Kedua senyawa tersebut terdisosiasi sempurna dalam air.
Perbandingan Tf larutan A terhadap Tf larutan B adalah .

A. 3/1
B. 2/1
C. 3/2
D. 4/3
E. 2/3
Pembahasan

Penurunan titik beku dirumuskan sebagai:

Karena disebutkan bahwa kedua senyawa terdisosiasi sempurna dalam air, maka
harga imerupakan banyaknya partikel senyawa tersebut dalam air.

Ba(NO3)2 Ba2+ + 2NO3


(ada 3 partikel: 1 ion Ba2+ dan 2 ion NO3, i = 3)

MgSO4 Mg2+ + SO42


(ada 2 partikel: 1 ion Mg2+ dan 1 ion SO42, i = 2)

Kedua senyawa terlarut dalam air sehingga harga tetapan titik beku molal air (Kf) tidak
berpengaruh. Diperoleh:

Jadi, perbandingan penurunan titik beku larutan A terhadap larutan B adalah 3/1 (A).

7. Sejumlah 200 mL larutan HCN 0,30 M (Ka = 5 1010) dicampurkan 100 mL larutan KOH
0,30 M. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan 0,8 g NaOH padat (Mr = 40). Pada 25 C,
pH larutan yang terbentuk adalah .

A. 2
B. 4
C. 10 log 5
D. 10
E. 12

Pembahasan

Nilai mol untuk masing-masing pereaksi adalah:

mol HCN = 200 mL 0,3 M


= 60 mmol

mol KOH = 100 mL 0,3 M


= 30 mmol
Persamaan reaksi untuk campuran tersebut adalah:

HCN + KOH KCN + H2O


awal : 60 30 - -
reaksi : 30 30 30 30
sisa : 30 - 30 30

Jika persoalan berhenti sampai di sini maka sisa asam lemah HCN dan hasil reaksi garam
KCN akan membentuk larutan penyangga. Tetapi karena ke dalam campuran masih
ditambahkan NaOH maka sisa asam lemah tersebut akan bereaksi dengan NaOH.

mol NaOH = (0,8 g)/40


= 0,02 mol
= 20 mmol

Pada reaksi yang kedua ini, keadaan awal sudah terdapat ion CN sebanyak 30 mmol
sehingga persamaan reaksi antara HCN dan NaOH adalah:

HCN + NaOH NaCN + H2O


awal : 30 20 30 30
reaksi : 20 20 20 20
sisa : 10 - 50 50

Sisa HCN pada reaksi yang kedua ini akan membentuk larutan penyangga dengan garam
NaCN yang terbentuk. pH yang terbentuk adalah:

pH = log [H+]
= log 1010
= 10

Jadi, pH larutan yang terbentuk adalah 10 (D).

8. Asam oksalat adalah asam berbasa dua. Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat
diencerkan dengan air sampai volumenya 100 mL. Larutan ini digunakan untuk
menitrasi 20 mL larutan NaOH 0,2 M dengan indikator Bromtimol biru. Bila titik
akhir titrasi diperoleh saat volume asam oksalat mencapai 25 mL maka konsentrasi
larutan asam oksalat awal adalah .

A. 0,08 M
B. 0,40 M
C. 0,80 M
D. 1,60 M
E. 3,20 M

Pembahasan
Pertama, asam oksalat diencerkan.

M1 V1 = M2 V2

Indeks (1) adalah asam oksalat sebelum diencerkan sedangkan indeks (2) adalah asam oksalat
sebelum diencerkan. Diperoleh:

M1 10 = M2 100
M2 = 0,1 M1

Kemudian asam oksalat yang telah diencerkan ini dititrasi dengan larutan basa NaOH.

M2 V2 na = Mb Vb nb

na dan nb masing-masing adalah jumlah ion H+ pada asam oksalat dan ion OH pada basa
NaOH. Karena disebutkan bahwa asam oksalat berbasa dua maka na = 2, sedangkan ion
OH pada basa NaOH sudah jelas satu, nb = 1. Diperoleh:

0,1 M1 25 2 = 0,2 20 1
M1 = 0,8

Jadi, konsentrasi awal larutan asam oksalat adalah 0,80 M (C).

9. Suatu senyawa organik berwujud cair pada suhu kamar, berbau khas, dengan pereaksi
Tollens tidak menghasilkan endapan mengkilat menyerupai cermin, jika direduksi
menghasilkan suatu alkohol sekunder, dan sering digunakan sebagai pelarut dalam industri.
Senyawa organik tersebut adalah .

A. n-heksana
B. etanol
C. propanon
D. benzaldehida
E. etil etanoat

Pembahasan

Senyawa yang direduksi menghasilkan alkohol sekunder adalah senyawa dari golongan keton
atau alkanon. Dari lima opsi yang termasuk golongan alkanon hanya propanon.

Sedangkan pereaksi Tollens digunakan untuk menguji adanya gugus aldehid. Reaksi positif
ditunjukkan dengan dihasilkannya endapan cermin perak.

Jadi, senyawa organik tersebut adalah propanon (C).

10. Hidrolisis suatu makromolekul menghasilkan senyawa yang mempunyai gugus amino dan
karboksilat. Makromolekul tersebut dapat berfungsi sebagai biokatalis yang mempercepat
hidrolisis amilum. Makromolekul tersebut adalah .

A. amilase
B. amilosa
C. amilopektin\
D. amil alkohol
E. glikogen

Pembahasan

Amilase adalah makromolekul yang mempunyai gugus amino dan karboksilat sehingga jika
dihidrolisis akan menghasilkan senyawa yang mempunyai gugus amino dan karboksilat.

Amilase berfungsi sebagai pemecah amilum sehingga dapat mempercepat hidrolisis amilum
(bertindak sebagai biokatalis pencernaan).

Jadi, makromolekul tersebut adalah amilase (A).

11. Nilai energi pengionan ke-1 sampai ke-5 untuk unsur X pada golongan utama berturut-
turut adalah 509, 979, 3300, 4400, dan 5700 kJ.mol1. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa unsur X cenderung membentuk ion .

A. X+1
B. X+2
C. X+3
D. X+4
E. X+5

Pembahasan

Energi pengionan atau energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh suatu atom untuk
melepas elektron.

Jika untuk melepas 1 elektron dibutuhkan energi yang besar maka suatu atom cenderungtidak
melepas elektron. Sebaliknya, jika energi ionisasinya kecil maka atom akan
cenderung melepas elektron.

Ibarat membeli suatu barang, seseorang cenderung melepas uangnya untuk barang yang lebih
murah.

Perhatikan grafik energi pengionan atom X berikut ini.


Energi ionisasi (EI) ke-1 dan ke-2 jauh lebih kecil daripada EI ke-3, ke-4, dan ke-5.

Mula-mula atom X melepas 1 elektron dengan menggunakan EI ke-1 menjadi X +. Karena EI


ke-2 masih relatif kecil, atom X melepas 1 elektron lagi menjadi X +2.

Sedangkan EI ke-3 sangat besar (lebih dari 3 kali lipat) sehingga atom X tidak melepas
elektron lagi.

Jadi, unsur X cenderung membentuk ion X+2 (B).

12. Senyawa kovalen X2Y terbentuk dari atom dengan nomor atom X dan Y berturut-turut 17
dan 8. Bentuk molekul yang sesuai untuk senyawa kovalen tersebut adalah .

A. linear
B. segitiga datar
C. bentuk V
D. piramida segitiga
E. tetrahedral

Pembahasan

Kita tentukan dulu konfigurasi elektron atom X dan Y.

17X :2 8 7 (7 elektron terluar)


8Y :2 6 (6 elektron terluar)

Atom X mempunyai 7 elektron terluar sehingga membutuhkan 1 elektron dari Y agar


terpenuhi kaidah oktet (jumlah elektron terluar = 8). Sedangkan atom Y mempunyai 6
elektron terluar sehingga membutuh 2 elektron dari X.

Senyawa yang terbentuk adalah X2Y atau YX2 sehingga yang menjadi atom pusat adalah Y.
Perhatikan elektron terluar pada atom pusat Y! Dari 6 elektro terluarnya, 2 elektron digunakan
untuk mengikat atom X (m = 2). Sisa 4 elektron membentuk 2 pasang elektron bebas (n = 2).

Dengan demikian, tipe molekulnya adalah:

AXmEn AX2E2

Tipe molekul AX2E2 mempunyai bentuk molekul bentuk V (diketahui dari tabel).

Tabel tipe dan bentuk molekul bisa dilihat di Pembahasan Kimia: Bentuk Molekul.

Jadi, bentuk molekul senyawa kovalen X2Y adalah bentuk V (C).

13. Analisis terhadap suatu senyawa menghasilkan rumus empiris NaCO 2 (Ar Na = 23, O =
16, dan C = 12). Jika 1 mol senyawa ini mempunyai massa 134 g dan bilangan Avogadro L =
6,02 1023 maka jumlah atom karbon dalam 0,1 mol senyawa ini adalah .

A. 1,2 1023
B. 6,02 1023
C. 3,01 1023
D. 3,01 1022
E. 6,02 1020

Pembahasan

Rumus molekul (RM) merupakan kelipatan bilangan bulat dari rumus empiris. Rumus
molekul senyawa tersebut adalah:

RM = (NaCO2)n

Rumus molekul inilah yang digunakan dalam penentuan besar massa molekul relatif (Mr).

Jika 1 mol (NaCO2)n mempunyai massa 134 g maka:

Mr (NaCO2)n = gr/mol
(23 + 12 + 216)n = 134/1
67n = 134
n=2

Sehingga rumus molekul senyawa tersebut adalah:

(NaCO2)2 Na2C2O4

Jumlah atom C dalam 0,1 mol senyawa Na2C2O4 adalah:

N = banyak atom C dalam Na2C2O4 mol L


= 2 0,1 6,02 1023
= 1,2 1023

Jadi, jumlah atom karbon dalam 0,1 mol senyawa tersebut adalah 1,2 10 23 (A).
14. Sebanyak 5,6 g B2H6 direaksikan dengan 4,2 g Cl2 sehingga terjadi reaksi berikut:

B2H6(g) + Cl2(g) BCl3(g) + HCl(g) (belum setara)

Massa HCl (Ar B = 11, H = 1, Cl = 35,5) yang diperoleh dari reaksi tersebut adalah .

A. 7,3 g
B. 10,95 g
C. 21,9 g
D. 14,6 g
E. 36,5 g

Reaksi di atas bila disetarakan akan menjadi:

B2H6 + 6Cl2 2BCl3 + 6HCl

Pada soal di atas, kedua pereaksi diketahui massanya. Berarti kita harus menentukan pereaksi
pembatasnya, yaitu pereaksi yang habis bereaksi.

Kita mulai dengan menentukan mol dari B2H6 dan Cl2.

Mr B2H6 = 211 + 61
= 28

mol B2H6 = 5,6/28 mol


= 0,2 mol

Mr Cl2 = 235,5
= 71

mol Cl2 = 4,2/71 mol


= 0,6 mol

Untuk menentukan pereaksi pembatas, masing-masing mol kita bagi dengan koefisiennya.
Yang memberikan hasil lebih kecil akan bertindak sebagai pereaksi pembatas.

B2H6 0,2/1 = 0,2


Cl2 0,6/6 = 0,1

Dengan demikian, yang bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah Cl 2. Artinya, 0,6 mol
Cl2 akan habis bereaksi sedangkan 0,2 mol B2H6 akan tersisa (tidak dapat digunakan sebagai
dasar penghitungan).

Berdasarkan pereaksi pembatas ini, kita dapat menentukan mol HCl melalui perbandingan
koefisien.

mol HCl = 6/6 0,6 mol


= 0,6 mol

Dengan demikian, massa HCl adalah:

gr HCl = mol Mr
= 0,6 36,5
= 21,9

Jadi, massa HCl yang diperoleh dari reaksi tersebut adalah 21,9 g (C).

15. Padatan NH4NO3 (Ar N = 14, H = 1, O = 16) jika dipanaskan akan terurai menjadi gas
N2O dan uap air menurut reaksi berikut:

NH4NO3(s) N2O(g) + 2H2O(g)

Pemanasan 40 g padatan NH4NO3 menghasilkan 10 L gas N2O. Jika pada kondisi yang sama
10 L gas X memiliki massa 22 g maka massa molekul relatif (Mr) gas X adalah .

A. 22
B. 44
C. 66
D. 88
E. 110

Pembahasan

Kita tentukan dulu mol dari pereaksinya.

Mr NH4NO3 = 214 + 41 + 316


= 80

mol NH4NO3 = 40/80 mol


= 0,5 mol

Karena koefisien N2O sama dengan koefisien NH4NO3 maka jumlah mol keduanya juga
sama.

mol N2O = 0,5 mol

Pada kondisi yang sama, gas X memiliki massa 22 gram. Berarti mol gas X sama dengan mol
gas N2O.

Jadi, massa molekul relatif (Mr) gas X adalah 44 (B).

Anda mungkin juga menyukai