Anda di halaman 1dari 189

Seri Teknologi Pembelajaran

Pengembangan
Modul
Penulis:
Dr. Purwanto, M.Pd,
Drs. Aristo Rahadi,
Drs. Suharto Lasmono, M.Pd,

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
JAKARTA 2007

1 1
TIM PENGEMBANG:

Pengarah
Ir. Lilik Gani, HA., M.Sc., Kepala Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan

Penanggungjawab Program
Ir. Suheriyanto, M.Si., Kepala Bagian Tata Usaha

Penanggungjawab Materi/Substansi
Dr. Purwanto, M.Pd., Kepala Bidang Teknologi Pembelajaran
Drs. Rusjdy S. Arifin, M.Sc., Kepala Bidang Teknologi Informasi
Hardjito, S.IP., M.Si., Kepala Bidang Teknologi Komunikasi

Penaggungjawab Kegiatan
Sunarti, SE

Penulis
Dr. Purwanto, M.Pd
Drs. Aristo Rahadi
Drs. Suharto Lasmono, M.Pd

Editor
Dr. Purwanto, M.Pd

Design Cover & Layout


Rusno Prihardoyo
Erdiyansyah Alim

Katalog Dalam Terbitan (KDT):


Seri Teknologi Pembelajaran, judul PENGEMBANGAN MODUL,

Hak Cipta@2007 pada Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi


Pendidikan (PUSTEKKOM) Depdiknas
Jl. Cenderawasih, Ciputat Km. 15,5 Ciputat 15411-Jakarta
e-mail: pustekkom.go.id

ISBN: 978-979-3322-40-4-7

2
Daf
Dafttar Isi:

Daftar Isi: 3

Kata Sambutan 4

Kata Pengantar 5

Bab I : PROSEDUR PENGEMBANGAN MODUL 7

Bab 2 : PENYUSUNAN GARIS BESAR ISI MODUL


(GBIM) DAN PERUMUSAN TUJUAN 43

Bab 3 : TEKNIK PENULISAN MODUL 81

Bab 4 : ILUSTRASI DAN BAHASA 107

Bab 5 : PENYUNTINGAN DAN REVISI 151

Bab 6 : EVALUASI MODUL 163

3
K ata Sambut
ata an
Sambutan

Sesuai misinya, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom)


terus melakukan berbagai upaya dalam hal pendayagunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan. Diantara program yang
digarap Pustekkom adalah pengembangan sistem pendidikan jarak
jauh (PJJ) dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Salah
satu komponen penting dalam sistem pendidikan jarak jauh adalah
bahan belajar, yang antara lain berupa bahan belajar cetak (modul).

Karena sistem PJJ memiliki ciri khas tertentu, maka bahan belajar yang
digunakan dalam sistem PJJ juga perlu didesain secara khusus pula
sehingga sesuai dengan karakteristik sistem PJJ tersebut. Di lain fihak,
hingga saat ini SDM yang berkompeten dalam pengembangan bahan
belajar masih sangat kurang. Bahkan buku-buku sumber dalam bidang
ini juga masih sulit ditemukan.

Kehadiran buku ini diharapkan dapat mengisi kekurangan tersebut.

Buku ini merupakan salah satu judul dalam buku serial Teknologi
Pendidikan yang diterbitkan oleh Pustekkom secara berkala. Terbitnya
buku-buku serial Teknologi Pendidikan tersebut diharapkan dapat
melengkapi buku buku sejenis yang telah ada, terutama buku-buku
praktis yang membahas penerapan teknologi pendidikan secara praktis.

Semoga kehadirannya dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dunia


pendidikan pada umumnya.
Kepala Pustekkom,

Ir. Lilik Gani, HA., M.Sc., Ph.D.


NIP 680001660

4
K ata P
ata eng
Peng ant
engant ar
antar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya buku Pengembangan Bahan Belajar Mandiri (Modul) ini.

Saat ini sistem pembelajaran mandiri telah banyak diterapkan di Indo-


nesia, seiring dengan makin berkembangnya lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, baik pada
jalur pendidikan formal maupun non formal termasuk lembaga Diklat
kedinasan. Sistem pembelajaran mandiri memang menuntut para
peserta didiknya untuk dapat melakukan kegiatan belajar secara
mandiri. Hal ini sebagai konsekwensi adanya ciri keterpisahan antara
pengajar dengan peserta belajar dalam sistem pendidikan jarak jauh,
serta adanya ciri keterbukaan/keluwesan dalam sistem pendidikan
terbuka. Dalam perkembangannya, bahkan, sistem pembelajaran
mandiri saat ini bukan hanya diterapkan di kalangan lembaga
pendidikan terbuka dan jarak jauh, melainkan juga diterapkan pada
sistem pendidikan regular.

Dalam sistem pendidikan yang menerapkan konsep pembelajaran


mandiri, sangat diperlukan bahan-bahan belajar yang dirancang
khusus untuk dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri, karena
itu diperlukan para tenaga profesional yang mampu mengembangkan
bahan belajar mandiri. Di fihak lain, sumber-sumber referensi tentang
pengembangan bahan belajar mandiri sampai saat ini masih sangat
terbatas, apalagi sumber pustaka lokal.

Terbitnya buku ini diharapkan dapat turut mengatasi terbatasnya


referensi tersebut. Buku ini dimaksudkan untuk membantu para
pembaca yang berminat untuk mengembangkan bahan belajar mandiri
( modul). Sistematika dan sajian dalam buku ini diupayakan sedemikian
rupa agar menjadi semacam paduan yang sederhana, praktis dan dapat
dipelajari secara mandiri oleh pembaca sehingga bisa langsung

5
diaplikasikan dalam kegiatan pengembangan bahan belajar mandiri.
Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh
dari sempurna. Berbagai keterbatasan yang ada, menyebabkan
kekurangsempurnaan buku ini. Oleh karenaya, kritik dan saran
perbaikan sangat kami harapkan dari pembaca. Tak lupa penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua fihak yang
telah ikut berperan membantu terbitnya buku ini.

Semoga buku sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang


membacanya.

Tim penulis

6
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

Bab I
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

PROSEDUR
PEN GEMB
PENGEMB AN
GEMBAN
ANGGAN
MODUL

Pendahuluan

S
aya yakin bahwa anda telah memiliki pengalaman dalam
tulis menulis, apakah itu menulis surat, menulis materi
untuk diklat atau mungkin menulis buku maupun tulisan
lainnya. Namun demikian mungkin Anda belum memiliki
pengalaman khusus dalam menulis modul. Karena modul ini
diharapkan membekali Anda pengetahuan dasar tentang
proses pengembangan modul diklat. Modul ini isinya
menjelaskan tentang Prosedur Pengembangan Modul. Isi utama
Modul ini adalah langkah-langkah penulisan modul. Namun
demikian sebelum uarian tentang penulisan modul, dijelaskan
pula tentang konsep dasar modul dan berbagai cara
pengembangannya. Dalam prosedur pengembangan modul
langkah-langkahnya adalah perencanaan, penulisan, review
dan revisi serta finalisasi.

Tujuan modul ini adalah untuk membimbing Anda secara


umum dalam merencanakan dan mengembangkan modul.
Karena itu isi modul ini lebih bersifat praktis dan lebih banyak
berisi tentang hal-hal atau rambu-rambu yang perlu
diperhatikan dalam menulis modul. Kompetensi yang Anda
kuasai setelah mempelajari modul ini adalah sebagai berikut.

7
PENGALAMAN
KOMPETENSI INDIKATOR
BELAJAR
Mampu menerap- Pembaca 1. Mampu menjelaskan
kan prosedur memperoleh pengertian modul, dan
pengembangan pengetahuan fungsinya.
modul tentang prosedur 2. Mampu menjelaskan
pengembangan berbagai cara
modul pengembangan modul
seperti; adaptasi,
kompilasi, dan menulis
3. Mampu menerapkan
langkah-langkah
penulisan modul

Modul ini berisi dua kegiatan belajar atau dua penggalan.


Kegiatan belajar 1 membahas tentang konsep dasar modul dan
berbagai cara pengembangan modul, dan kegiatan belajar 2
tentang langkah-langkah penulisan modul. Penjelasan kegiatan
2 meliputi uraian tentang pra penulisan, penulisan, pengkajian/
review, uji coba dan revisi, serta finalisasi dan pencetakan. Tiap-
tiap kegiatan belajar terkait erat secara berurutan. Karena itu
sebaiknya Anda mengikuti petunjuk belajar berikut ini:
Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat
langkah demi langkah dan jangan tergesa-gesa.
Kemudian kerjakan soal-soal atau latihan yang Anda temui
dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban
dihalaman belakang modul ini,
Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama bagian yang kurang
Anda pahami,
Praktekkanlah kegiatan-kegiatan yang baru anda pelajari
dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul ini.

Maksudnya, jika anda diminta untuk menuliskan, cobalah anda


menulis sesuai dengan bidang yang anda kuasai.
SELAMAT MEMBACA !

8
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 1

MODUL D AN
DAN
PEN GEMB
PENGEMB AN
GEMBAN
ANGGANNYA
ANNYA
Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
Menjelaskan konsep dasar modul,
Menjelaskan berbagai cara pengembangan modul,
Menjelaskan langkah-langkah penulisan modul.

Uraian
Setiap kegiatan pembelajaran pastilah membutuhkan bahan
belajar. Bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran bentuknya bermacam-macam. Ada bahan
belajar yang dikemas dalam bentuk tercetak, dan non cetak.
Satu kesatuan modul sering di sebut sebagai modul.

A. PENGERTIAN MODUL
1. Modul
Modul ialah bahan
belajar yang dirancang
secara sistematis
b e r d a s a r k a n
kurikulum tertentu dan
dikemas dalam bentuk
satuan pembelajaran
terkecil dan
memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.
Dalam buku ini yang disebut sebagai modul dibatasi
pada Bahan Belajar Tercetak.

9
Tujuan disusunnya modul ialah agar peserta dapat
menguasai kompetensi yang diajarkan dalam diklat atau
kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bagi
widiaiswara atau guru, modul juga menjadi acuan
dalam menyajikan dan memberikan materi selama
diklat atau kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Fungsi Modul
Fungsi modul ialah sebagai bahan belajar yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik.
Dengan modul peserta didik dapat belajar lebih terarah
dan sistematis. Peserta didik diharapkan dapat
menguasai kompetesi yang dituntut oleh kegiatan
pembelajaran yang diikutinya. Modul juga daharapkan
memberikan petunjuk belajar bagi peserta selama
mengikuti diklat.

B. BERBAGAI CARA PENGEMBANGAN MODUL


Modul dapat dikembangkan dengan berbagai cara antara
lain melalui adaptasi, kompilasi dan menulis sendiri.
Sebagai bekal pengetahuan bagi Anda, maka dalam modul
ini akan dibahas tentang cara pengembangan melalui
adaptasi dan kompilasi. Namun demikian pada modul-
modul berikutnya akan lebih banyak dibahas tentang cara
pengembangan modul dengan menulis sendiri.

1. Adaptasi
Modul adaptasi ialah bahan belajar yang
dikembangkan atas dasar buku yang ada di pasaran.
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru, dosen, atau
widiaiswara mengidentifikasi buku-buku yang ada (di
toko buku atau perpustakaan) yang isinya relevan
dengan materi yang akan diajarkan. Setelah itu guru,
dosen atau widyaiswara memilih salah satu buku

10
tersebut sebagai bahan belajar yang digunakan untuk
satu mata pelajaran/diklat. Buku tersebut digunakan
dalam kegiatan pembelajaran secara utuh atau sebagian
dengan dilengkapi panduan belajar. Pengembangan
panduan belajar bersifat melengkapi buku tersebut
dengan semacam petunjuk mempelajarinya.

Panduan belajar untuk melengkapi buku antara lain


berisi:
1. Overview dan rangkuman dari topik-topik yang
wajib dipelajari peserta didik;
2. Peta atau diagram yang menggambarkan
keterkaitan topik-topik yang akan dipelajari peserta
didik;
3. Rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik;
4. Daftar Pustaka yang relevan
5. Petunjuk bagi peserta didik tentang topik mana yang
harus dipelajari dan topik mana yang tidak perlu
dipelajari
6. Penjelasan tambahan (tertulis atau lisan yang
direkam) untuk menjelaskan topik-topik yang
dianggap salah, bias, kadaluarsa, serta
membingungkan peserta didik.

2. Kompilasi
Modul kompilasi ialah bahan belajar yang
dikembangkan atas dasar buku-buku yang ada di
pasaran, artikel jurnal ilmiah dan modul yang sudah
ada sebelumnya. Kompilasi di lakukan oleh guru, dosen
atau widiaiswara dengan menggunakan garis-garis
besar program pembelajaran/pelatihan (GBPP) atau
silabi yang disusun sebelumnya.

11
Prosedur Kompilasi
Kompilasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Kumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah,
modul dan sumber acuan lain yang digunakan
dalam mata diklat seperti tercantum dalam Daftar
Pustaka di GBPP
2. Tentukan bagian-bagian buku, artikel jurnal ilmiah,
modul dan bagian dari sumber acuan lain yang
digunakan per Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP
3. Fotocopy seluruh bagian dari sumber yang
digunakan per Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP
4. Pilihlah hasil fotocopy tersebut berdasarkan Pokok
Bahasan sesuai dengan GBPP
5. Buatlah/tulislah halaman penyekat bahan untuk
setiap Pokok Bahasan
6. Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan
halaman penyekat untuk setiap Pokok Bahasan
kemudian dijilid rapi (selanjutnya dicopy untuk
dibagikan kepada peserta didik)

Ada satu hal penting yang harus diperhatikan oleh guru,


dosen atau widiaiswara dalam melakukan kompilasi,
yaitu harus memperhatikan masalah hak cipta. Untuk
buku-buku atau bahan lain yang dilindungi hak cipta
maka penggunaan atau pengkopiannya wajib
memperoleh ijin dari pemegang hak cipta.

3. Menulis
Menulis adalah cara pengembangan modul yang pal-
ing ideal. Bagi guru, dosen atau widiaiswara menulis
sendiri modul yang dipergunakan dalam pembelajaran
adalah membuktikan dirinya sebagai seorang yang pro-
fessional. Bagi guru, dosen, terutama widiaiswara
menulis modul merupakan tugas pokok yang dihargai
sebagai kegiatan pengumpuan angka kredit. Angka
kredit yang diperoleh guru, dosen atau widiswara dari

12
kegiatan menulis modul ini sangat tinggi nilainya,
sehingga akan mengantarkan seorang mencapai
jabatan tertinggi. Hal tersebut sesuai dengan tingkat
kesulitan dalam mengerjakannya. Menulis modul
memiliki tingkat kesulitan tertinggi dibanding dengan
kedua cara lain yang telah diuraikan terdahulu.

Ada beberapa syarat atau asumsi yang harus dipenuhi


dalam penulisan modul. Asumsi-asumsi tersebut
adalah:
1. guru, dosen atau widiaiswara adalah pakar bidang
ilmu tertentu atau menguasai dengan baik dalam
bidangnya
2. guru, dosen atau widiaiswara mempunyai
kemampuan menulis
3. guru, dosen atau widiaiswara mengerti kebutuhan
peserta didik dalam Ilmu atau mata pelajaran
tersebut

Ada beberapa acuan yang harus digunakan oleh penulis


dalam penulisan modul. Modul ditulis berdasarkan: 1)
Kurikulum , 2) Satuan acara pembelajaran atau SAP,
dan 3) garis-garis besar isi modul (GBIM).

Penulisan modul sebaiknya mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut; 1) perencanaan, 2) penulisan, 3) review,
ujicoba dan revisi, 4) finalisasi dan pencetakan.

Sampai di sini Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar


1 dari modul 1. Sebelum berlanjut pada Kegiatan Belajar 2,
kerjakanlah Tugas berikut ini.

Tugas 1
1. Jelaskan tentang cara-cara pengembangan modul!
2. Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
penulisan modul!
13
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 2

L AN GKAH-L AN
ANGKAH-L GKAH
ANGKAH
PEN GEMB
PENGEMB
GEMBANAN
ANGGAN MODUL

Tujuan
Setelah membaca penggalan ini anda diharapkan dapat:
Menjelaskan pentingnya perencanaan dalam proses
pengembangan modul,
Menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan modul,
Menuliskan tujuan pembelajaran atau kompetensi,
Menentukan isi dan urutan materi pelajaran sehingga
sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus,
Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
tahap penulisan
Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
tahap review, revisi dan uji coba
Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
tahap finalisasi

14
Uraian
Sebelum Anda membaca uraian berikut ini, perhatikan skema
di bawah ini:

Langkah-langkah Pengembanan Modul

TAHAP TAHAP TAHAP REVIEW UJI TAHAP FINALISASI


PERENCANAAN PENULISAN COBA DAN REVISI DAN PENCETAKAN
Penyusunan Garis - Persiapan Outline/ - Review ahli dan - Pembuatan Naskah
Besar Isi Modul rancangan modul teman sejawat Modul
(GBIM) - Menulis draft I - Uji coba kelompok - Pencetakan
- Melengkapi draft I kecil dan uji coba
menjadi draft II lapangan

A. TAHAP PERENCANAAN
Setiap kegiatan umumnya dimulai dengan tahap
perencanaan. Demikian pula halnya dengan
pengembangan modul. Bila suatu lembaga atau institusi
akan mengembangkan suatu paket modul, dalam tahap
perencanaan biasanya dilibatkan para ahli. Para ahli itu
umumnya meliputi ahli materi yaitu orang yang menguasai
suatu bidang ilmu atau materi pelajaran, ahli kurikulum
dan pembelajaran yaitu orang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang metodologi pengajaran dan juga
kurikulumnya, ahli media yaitu orang yang memahami
tentang karakteristik, keunggulan dan kelemahan berbagai
media dalam hal ini terutama media cetak dan orang yang
ahli menulis yaitu penulis.

Tahap perencanaan ini sangat penting dalam proses


Pengembangan Modul, agar bahan belajar yang kita
kembangkan dapat membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Selain itu
bila dilakukan perencanaan yang baik bahan belajar yang
dihasilkan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan
tingkat kedalaman materi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan sasaran didik.

15
Penulis hendaknya terlibat sejak dalam tahap perencanaan
sehingga ia benar-benar mengetahui tentang tujuan yang
ingin dicapai dan materi yang harus disajikan. Para ahli
dan penulis ini berkumpul bersama untuk menyusun Garis-
Garis Besar Isi Modul (GBIM) atau Garis-Garis Isi
Pembelajaran/Pelatihan (GPPP) yang akan dijadikan
pedoman dalam penyusunan modul. GBIM merupakan
cetak biru (blueprint) bagi modul yang akan ditulis dan
biasanya dituangkan dalam suatu format matrik yang
memuat berbagai aspek terutama menyangkut kompetensi,
dan cakupan materi. (matrik GBIPM akan anda baca pada
bagian berikutnya).

Berikut ini adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan


dalam penyusunan GBIM modul:
- Siapakah peserta diklat yang akan memanfaatkan bahan
belajar tersebut?
- Apakah kompetensi atau tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai?
- Materi/isi pelajaran apa yang akan disajikan?
- Bagaimanakah urutan penyajian materi pelajaran
tersebut?
- Metode mengajar dan media apa yang akan digunakan?
- Bila akan digunakan media cetak, media apakah yang
merupakan pendukung media cetak tersebut?
- Bagaimanakah penilaian yang akan dilakukan
terhadap peserta diklat?
- Bagaimanakah alokasi waktu untuk setiap materi
pelajaran atau setiap mata diklat?
- Bagaimanakah bahan belajar akan dinilai dan direvisi?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting untuk


diperhatikan agar modul yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, memiliki kebenaran materi, dan
tersaji secara baik dan sistematis.

16
Berikut akan diuraikan satu persatu jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Peserta diklat
Sebelum Anda
menulis bahan
belajar berupa
modul, sebaiknya
terlebih dahulu
memiliki informasi
yang jelas untuk
siapakah anda
menulis atau
siapakah yang akan membaca tulisan Anda? Jika anda
akan menulis modul untuk peserta diklat atau orang
yang sering berhubungan dengan Anda, tentu anda
telah banyak tahu tentang mereka. Tetapi jika Anda
akan menulis untuk peserta diklat yang baru bagi Anda
dan Anda belum mengenalnya secara dekat, mungkin
sebaiknya Anda menyisihkan waktu untuk mencari
informasi tentang mereka. Informasi apakah yang perlu
Anda ketahui dan relevan untuk pengembangan
modul?

Ada 4 tipe informasi yang sebaiknya Anda ketahui


tentang keadaan peserta didik Anda, yaitu:
a. faktor demografi: Berapa jumlah mereka? Berapa
umurnya? Jenis kelaminnya? Status perkawinan?
Pekerjaan? Bagaimana adat istiadat mereka?
Bagaimana lingkungan sosial budaya di
wilayahnya? dan lain-lain,
b. faktor motivasi: Mengapa mereka mengikuti diklat
atau kegiatan belajar ini? Bagaimana hubungan diklat
atau kegiatan belajar dengan pekerjaan mereka?
Mengapa mereka memilih ikut diklat ini? Apa yang
mereka inginkan dari diklat ini? Dan lain-lainnya,

17
c. faktor belajar: Bagaimana intelegensi dan kapasitas
mereka? Apakah mereka memiliki pengalaman
sebelumnya tentang diklat sejenis? Apakah mereka
memiliki waktu dan fasilitas yang memadai untuk
belajar? Dan lain-lain,
d. latar belakang bidang studi: Pengetahuan,
keterampilan dan sikap apa yang telah mereka
kuasai sehubungan dengan bidang yang akan
diajarkan? Apakah mereka memiliki personal in-
terest dan pengalaman yang relevan? (informasi-
informasi ini sangat penting bagi Anda untuk
penyajian bahan belajar, pemberian anekdot, contoh
dan analogi).

Tujuan Pembelajaran Umum (Kompetensi Dasar)


dan Tujuan Pembelajaran Khusus (Indikator)
Istilah tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus sering pula diartikan sebagai
kompetensi dasar dan indikator. Bila tujuan
pembelajaran umum (Kompetensi Dasar) dan tujuan
pembelajaran khusus (Indikator) telah dipertimbangkan
dan dipikirkan sejak awal proses pengembangan modul,
hal ini akan sangat bermanfaat untuk menghasilkan
bahan belajar yang berkualitas. Mengapa demikian?
Terlebih dahulu akan dijelaskan tentang perbedaan
tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus, walaupun mungkin kedua istilah ini tidak asing
bagi Anda:
Tujuan pembelajaran umum (Kompetensi Dasar):
suatu pernyataan umum tentang apa yang Anda
harapkan dapat dikuasai oleh peserta diklat setelah
ia menyelesaikan suatu bahan belajar. Tujuan
pembelajaran umum ini juga menggambarkan
tentang bahan belajar apa yang ingin disampaikan
oleh guru kepada peserta diklat.

18
Tujuan pembelajaran khusus (Indikator): adalah
terjemahan dari specific instructional objective.
Literatur asing menyebutkan pula sebagai objective
atau enabling objective, untuk membedakannya dari
general instructional objective/goal, atau terminal ob-
jective, yang berarti Tujuan Instruksional Umum
(TIU) atau Tujuan Instruksional Akhir. Dalam
literatur asing tentang penulisan modul
menyebutkan sebagai behavioural objective yang
berarti suatu pernyataan yang dapat
menginformasikan kepada kita apa yang harus
dapat dicapai peserta didik setelah menyelesaikan
suatu kegiatan pembelajaran, dan dinyatakan dalam
kata kerja yang dapat diukur. Tujuan pembelajaran
khusus berisi kecakapan-kecakapan khusus berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Apakah nilai atau kegunaan tujuan pembelajaran


khusus dalam pengembangan modul?
a. Komunikatif: tujuan pembelajaran khusus dapat
membantu memperjelas arah dan tekanan kegiatan
pembelajaran baik bagi Anda sebagai penulis, teman
atau ahli yang akan mengkaji tulisan Anda dan
terlebih penting bagi peserta diklat.
b. Isi dan urutan materi: dengan adanya tujuan
pembelajaran khusus yang jelas akan membantu
Anda dalam menentukan materi penting yang akan
disampaikan dan materi pendukungnya, serta
mengidentifikasikan bagaimana cara mengurutkan
materi tersebut.
c. Media dan metode: bila Anda telah memastikan
tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai,
tentunya Anda dapat dengan mudah menentukan
media pembelajaran dan aktivitas belajar apa yang
paling tepat.

19
d. Penilaian: tujuan pembelajaran khusus dapat
membantu Anda menentukan alat dan metode
penilaian terhadap peserta diklat, selain itu dapat
pula dijadikan dasar penilaian untuk mengukur
efektivitas bahan belajar.

Berikutnya saya akan mengajak Anda untuk berdiskusi


tentang bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran.

Jika Anda seorang pengajar tentu Anda tidak asing lagi


dengan istilah atau singkatan A B C D dalam perumusan
tujuan pembelajaran. A berarti Audience. B berarti Be-
havior. C berarti Condition dan D berarti Degree. Audi-
ence adalah peserta diklat yang akan belajar. Dalam
tujuan pembelajaran harus dijelaskan siapa peserta
diklat yang akan mengikuti pelajaran itu peserta diklat
yang mana? Misalnya peserta diklatpim IV, peserta
diklat komputer tingkat dasar. Keterangan peserta diklat
yang akan belajar tersebut diusahakan spesifik
mungkin, agar sejak permulaan orang-orang yang tidak
termasuk dalam batasan tersebut sadar bahwa tujuan
diklat tersebut belum tentu sesuai bagi mereka. Mungkin
bahan terlalu mudah, terlalu sulit atau tidak sesuai
dengan kebutuhan mereka.

Dengan perumusan tujuan pembelajaran kita tentu


berharap tujuan pembelajaran tersebut dapat
membantu penulis dan peserta diklat. Oleh karena itu
pertama kita harus memikirkannya secara hati-hati
kemudian merumuskannya dalam kata-kata yang jelas
dan sesuai, atau kata-kata yang mudah diukur (mea-
surable) dan mencerminkan tingkah laku. Dengan
demikian tampak jelas tingkah laku apa yang kita
harapkan ditampilkan peserta diklat setelah mempelajari
modul. Ini berdasarkan prinsip kedua yaitu tujuan

20
pembelajaran hendaknya menggambarkan perilaku
atau behavior yang dapat diamati atau observable.

Beberapa kata yang sering digunakan dalam perumusan


tujuan pembelajaran antara lain;
menyebutkan,
menjelaskan,
mengidentfikasikan,
menyusun,
menuliskan,
membandingkan

Condition berarti Anda harus secara spesifik menentukan


dalam kondisi yang bagaimana peserta diklat
mendemonstrasikan hasil belajarnya. Dalam hal ini
Anda dapat menggunakan kata-kata misalnya;
diberikan catatan tentang ...,
diberikan kasus ....,
diberikan seperangkat peralatan ...,
tanpa alat dan referensi ...

Degree berarti Anda dan peserta diklat perlu menetapkan


standar pencapaian dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sebagai contoh pemberian batas waktu atau time limit.
Peserta diklat harus dapat menyelesaikannya dalam
waktu lima belas menit. Atau dapat pula diberi batasan
julah jawaban minimum, misalnya; Peserta diklat harus
dapat menjawab benar minimal 7 dari 10 soal yang
diberikan.

Sekarang coba Anda merumuskan beberapa tujuan


pembelajaran dengan kriteria yang telah dijelaskan di
atas. Anda dapat mengambil permasalahan dari bidang
yang Anda kuasai. Setelah itu susunlah urutan tujuan
pembelajaran tersebut untuk menggambarkan urutan
mencapainya.

21
Pembelajaran lebih lanjut tentang perumusan tujuan
pembelajaran ini dapat Anda pelajari pada bagian
berikut:
Penentuan Isi dan Urutan Materi Pembelajaran
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan (meliputi
tujuan pembelajarn umum dan tujuan pembelajaran
khusus) dan disusun urutannya, langkah berikutnya
dalam tahap perencanaan adalah menentukan isi
pelajaran dan urutannya. Pada langkah ini perlu
diidentifikasi topik utama, konsep-konsep, prinsip-
prinsip dan teori-teori yang akan dimuat dalam bahan
belajar. Pada tahap ini juga dilakukan rincian pokok
bahasan menjadi sub pokok bahasan. Ada beberapa hal
penting yang perlu dipertimbangkan:
- Apakah materi cukup relevan dengan tujuan
pembelajaran?
- Apakah realistik untuk dapat dipelajari pada waktu
yang telah ditetapkan? Jika tidak mana yang harus
dihilangkan?
- Apakah materi yang diajarkan mencakup semua yang
diperlukan peserta diklat untuk mencapai tujuan?
- Apakah materi itu sudah benar, sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta diklat dan up to date?
- Apakah masih terdapat materi yang kurang sesuai
dan tidak diperlukan?
- Setelah Anda mengidentifikasikan materi, apakah
perlu ada penambahan tujuan pembelajaran?
- Apakah masih terdapat materi yang perlu diuraikan
lagi menjadi sub materi yang lebih kecil?
- Apakah ada hubungan yang jelas, kesinambungan
(continuity) antara materi sebelumnya, materi
sekarang, dan materi yang akan datang?
- Apakah uraian materi sudah tepat?
- Apakah sudah diperhitungkan awal dan akhir dari
pokok materi, sehingga tampak materi tersebut
merupakan satu kesatuan?

22
Pemilihan Media
Walaupun
y a n g
dibicarakan
dalam modul
ini terutama
adalah media
cetak, namun
mengingat
setiap media
memiliki
kelebihan dan
kekurangan
maka perlu dipertimbangkan pula perpaduan media
cetak dengan media lain. Bila kita merencanakan me-
dia cetak akan sangat baik bila kita berfikir tentang
media lain yang dapat mendukungnya misalnya kaset
audio, film, atau program video. Khusus untuk diklat
tertentu (misalnya diklat Bahasa Inggris) media cetak
dilengkapi dengan program audio sebagai pelengkap.

Selain itu media cetak dapat diperkuat pula dengan


praktek. Praktek ini dapat dilakukan dengan membekali
peserta diklat seperangkat peralatan praktek atau
menganjurkan mereka menggunakan laboratorium.
Mereka dapat melakukan praktek secara individu atau
kelompok dengan bimbingan fasilitator.

Dalam perencanaan modul khusus untuk diklat jarak


jauh perlu dipertimbangkan pula adanya pertemuan
reguler antara peserta diklat dengan tutor atau antar
peserta diklat. Pertemuan tatap muka ini merupakan
sarana penting bagi peserta diklat dalam sistem belajar
jarak jauh untuk saling bertukar pikiran, berdiskusi, atau
untuk mengekspresikan dirinya.

23
Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan media:
Apakah tujuan yang akan dicapai memang tepat
dengan menggunakan media cetak?
Perlukah ada media lain seperti video, audio, atau
peralatan praktek sebagai media pendamping?
Apakah sarana dan prasarana yang tersedia dalam
diklat memungkinkan untuk menggunakan suatu
media terutama media elektronik?

Berikut ini adalah aturan umum yang perlu


diperhatikan dalam pemilihan media.
Sebagian besar media dapat digunakan untuk
mengajarkan bidang studi. (Namun demikian dalam
pemanfaatannya, media tertentu akan lebih efektif
untuk materi tertentu dibandingkan dengan media
lainnya).
Media yang memiliki daya kontrol tinggi;
memungkinkan untuk terjadinya interaksi,
memungkinkan adanya tes dan pemberian
penguatan terhadap aktivitas belajar peserta diklat
jelas menguntungkan.
Beberapa peserta diklat akan menyukai media
tertentu dari pada yang lain, dan tentunya antara
peserta diklat yang satudengan yang lain berbeda-
beda tergantung pada kapasitas belajar mereka dari
media tertentu.
Pemilihan media hendaknya memperhitungan atau
disesuaikan dengan sumber, bahan dan biaya yang
tersedia.

24
Penilaian
Mungkin terlalu dini untuk membicarakan masalah
penilaian dalam tahap perencanaan. Namun demikian
sejak dalam tahap perencanaan perlu diperhatikan
strategi penilaian hasil belajar peserta diklat.
Siapa yang akan menilai?
Kapan penilaian dilakukan?
Mengapa mereka perlu dinilai?
Bagaimana cara penilaiannya?

Informasi tentang strategi penilian ini harus secara jelas


dirancang terlebih dahulu dalam perencanaan suatu
modul. Dengan demikian sejak awal telah terlihat tujuan
yang akan dicapai dan alat penilaian untuk mengukur
pencapaian tujuan tersebut.

Apa yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat dalam


bagan berikut ini.

B. TAHAP PENULISAN
Seperti telah dijelaskan dalam bagian terdahulu, bahwa dari
tahap perencanaan diharapkan dapat dihasilkan suatu
rencana modul yang dituangkan dalam Garis-Garis Besar
Isi Modul (GBIM). GBIM ini berisi tentang sasaran atau
peserta diklat, tujuan umum dan tujuan khusus, materi atau
isi pelajaran, media yang digunakan dan strategi penilaian.

Anda sebagai penulis, sebaiknya menggunakan GBIM


secara cermat, untuk kemudian melakukan langkah
berikutnya yaitu:
1. persiapan outline,
2. penulisan.

25
1. Persiapan Outline/Rancangan
a. Menentukan topik yang akan dimuat
Setelah anda menganalisis GBIM, tugas Anda
berikutnya adalah membuat catatan tentang topik-
topik yang akan dimuat dalam bahan belajar. Dalam
hal ini anda harus memilih dan menilai topik-topik
tersebut sehingga sesuai dengan keadaan peserta
diklat.

Untuk melakukan ini ada dua hal yang perlu diingat:


Pertama, daftar tentang tujuan pembelajaran
khusus dan kebutuhan peserta diklat. Yakinkan
bahwa topik-topik yang akan anda masukkan
terkait erat dengan tujuan khusus dan
kebutuhan peserta diklat,
Kedua, tentang belajar aktif. Agar dapat
mengembangkan belajar aktif dalam modul
Anda, sebaiknya Anda membangun materi
pelajaran bersamaan dengan pengembangan
bahan belajar aktif daripada memikirkan aktivitas
belajar setelah materi diuraikan. Agar dapat
melakukan ini Anda perlu mengetahui materi-
materi/topik-topik apa yang akan anda
masukkan.

b. Mengatur urutan topik-topik sesuai dengan urutan


tujuan pembelajaran
Langkah berikutnya adalah mengatur topik dalam
urutan yang logis. Maksudnya, urutan diatur
sedemikian rupa sehingga membantu peserta diklat
dalam menyerap materi pelajaran. Gunakan apa
yang telah diketahui peserta diklat peserta diklat
sebagai starting point. Ini berarti segala sesuatu
harus berdasarkan pada kebutuhan peserta diklat
bukan pada ide Anda.

26
Dari langkah awal ini, kemudian materi pelajaran
bergerak selangkah demi selangkah. Sebaiknya setiap
penggalan materi berikan aktivitas peserta diklat
sebelum ia melangkah pada proses materi
berikutnya. Usahakan bila akan mendiskusikan topik
baru beri pengantar terlebih dahulu, jelaskan, beri
kesempatan mereka mempraktekkannya sebelum
melangkah pada tahap berikuntnya. Sebaiknya
Anda juga memberikan pengulangan dari waktu ke
waktu dan berusaha menghubungkan apa yang
telah diketahui peserta diklat dengan materi yang
akan dibahas.

Akhirnya Anda juga perlu mempertimbangkan


kemungkinan penggunaan media lain. Sebagai
contoh, jika setiap akhir unit Anda mengharapkan
peserta diklat mendengarkan kaset audio, janganlah
Anda mengulang materi cetak ke dalam kaset
audio. Urikan materi tersebut dari sudut pandang
yang berbeda.

Bila Anda mengurutkan topik-topik, jangan lupa


untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
Apakah tingkat kesulitan sesuai dengan
kemampuan peserta diklat?
Apakah topik-topik yang baru telah diantarkan
secara cermat dan hati-hati?
Apakah pekerjaan yang harus dilakukan peserta
diklat sudah jelas?
Apakah penggunaan media lain sebagai media
pendukung sudah tepat?

27
c. Mempersiapkan outline
Berikut ini adalah contoh rancangan atau outline
sebuah modul.

Pendahuluan

Kegiatan Belajar 1 (judul)


Sub-sub judul, uraian, contoh-contoh,
ilustrasi atau diagram, latihan

Kegiatan Belajar 2 (judul)


Sub-sub judul, uraian, contoh-contoh,
ilustrasi atau diagram, latihan

Penutup

Dari bagan di atas tampak bahwa modul terdiri atas:


Pendahuluan; bagian ini berisi tentang uraian
singkat mengenai materi yang akan dijelaskan
dalam modul, hubungan dengan materi
sebelumnya, tujuan, peralatan dan waktu yang
diperlukan dalam mempelajari modul, dorongan
belajar dan lain-lain.
Bagian utama; bagian utama ini berisi uraian,
contoh-contoh, ilustrasi atau diagram, latihan,
umpan balik.
Bagian penutup: berisi rangkuman atau
kesimpulan, penjelasan tentang hubungan
dengan materi berikutnya, dan dorongan kepada
peserta diklat karena telah berhasil
menyelesaikan modul dan diminta untuk
mengikuti tes.

Rancangan di atas sekedar contoh. Anda dapat


membuat rancangan yang berbeda dengan contoh
di atas, misalnya Anda membuat yang lebih rinci lagi.

28
Dari contoh tersebut tampak bahwa modul tersebut
diawali dengan pendahuluan. Kemudian
dilanjutkan dengan penggalan satu, dua dan tiga
dan diakhiri dengan penutup atau tes. Setiap
penggalan umumnya berisi uraian, contoh,
aktivitas/latihan dan umpan balik. Anda dapat
membuat outline tersebut secara lebih rinci lagi
dengan memperhatikan pertanyaan sebagaiberikut.
Uraiannya tentang apa? (tuliskan dalam
rancangan modul Anda)
Contohnya apa? Ilustrasinya apa?
Umpan baliknya bagaimana?

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebuah


rancangan modul diklat penyusunan laporan berikut
ini.

Contoh:

RANCANGAN MODUL
Mata Diklat : Penyusunan Laporan

PENDAHULUAN
Kaitan dengan modul sebelumnya tentang
Penyusunan Laporan
Tujuan: Peserta diklat dapat menjelaskan
penyusunan laporan, syarat-syarat dan bahan-
bahan untuk penyusunan laporan, serta
kegunaannya dalam tugas sehari-hari.
Kegiatan 1 : bahan-bahan untuk penyusunan
laporan
Kegiatan 2 : langkah-langlah penyusunan
laporan
Penjelasan umum tentang bahan-bahan untuk
penyusunan laporan dan lain-lain.

29
Informasikan akan ada contoh dan latihan/
praktek menyusun laporan.
Waktu 4 jam pelajaran.

KEGIATAN 1
Bahan-bahan untuk Penyusunan Laporan
Tujuan : menjelaskan bahan-bahan
untuk penyusunan laporan.
Pokok Materi : Data dan informasi
Catatan
Bukti-bukti fisik
Uraian materi:
1. Data dan informasi
Jenis data
Peserta diklat diminta mengidentifikasi
jenis data
Peserta diklat diminta menjawab
pertanyaan berkaitan dengan data dan
informasi.
Disajikan kesimpulan dari pembahasan
tentang data dan informasi.
Dst

KEGIATAN 2
Langkah-langlah Penyusunan Laporan
Dst.

PENUTUP
Uraian singkat penyimpulan tentang Penyusunan
Laporan. Peserta diklat diminta kembali untuk
melakukan latihan/praktek.

Peserta diklat diminta untuk mencocokkan hasil


tugasnya dengan kunci tugas. Bila belum mencapai
penguasaan 65 prosen diminta kembali mempelajari
modul.

30
2. Penulisan
a. Menulis draft 1
Setelah Anda mempersiapkan outline,langkah
berikutnya adalah mencoba menulis draft 1. Ada
beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan
dalam menulis draft .
Apakah Anda telah menulis dalam bahasa yang
umum dipakai, dan menggunakan bahasa yang
akrab seperti menyapa peserta diklat dengan
sapaan Anda, dan saya bagi penulis?
Apakah Anda telah menggunakan pertanyaan
retorik secara tepat misalnya pada awal uraian
diberikan pertanyaan retorik kemudian Anda
menjawabnya dalam uraian berikutnya?
Apakah Anda telah menghindari penggunaan
sebuah kata yang terlalu sering, sementara Anda
dapat menggantinya dengan kata lain?
Apakah Anda telah menggunakan bahasa
preciese atau jelas daripada bahasa yang abstrak
dan tidak jelas?
Apakah Anda telah berusaha menggunakan
bahasa/kalimat aktif dari kalimat pasif?
Apakah Anda telah menggunakan kalimat yang
cukup jelas, pendek dan sederhana?
Apakah Anda telah menggunakan paragraf
secara tepat?
Apakah telah jelas point pembelajaran dalam
setiap paragraf?
Apakah Anda telah menghindari lebih dari satu
point pembelajaran dalam setiap paragraf?
Apakah Anda telah memberikan aktivitas dan
feedback secara tepat?
Apakah Anda telah memberikan contoh secara
tepat?
Apakah Anda telah menampilkan gambar dan
diagram secara tepat?

31
Cobalah Anda menulis draft 1 kemudian mereview
tulisan Anda sendiri berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan di atas.

b. Melengkapi draft 1 menjadi draft 2


Setelah Anda selesai menulis draft 1 dan coba
mereview berdasarkan pertanyaan di atas, tugas
berikutnya adalah melengkapidraft 1 menjadi draft
2. Sekarang Anda telah memahami apa kekurangan
dan kelebihan dari tulisan Anda.

Ada beberapa pertanyaan dalam menilai draft 2


Sudahkah Anda membuat tulisan Anda jelas bagi
peserta diklat tentang apa yang mereka
harapkan dari tulisan Anda?
Sudahkan Anda menghindari bahasa yang
membingungkan?
Apakah semua uraian cukup jelas bagi peserta
diklat?
Apakah tata letak, contoh, gambar-gambar
dibuat dalam efek yang menarik?
Apakah peserta diklat sudah diarahkan bila
mereka harus mendengarkan radio, menonton
program video, atau melakukan praktek?
Apakah Anda telah membuat tes mandiri self
assessment dengan frekuensi yang cukup dan
relevan terhadap tujuan belajar?
Apakah feedback/umpan balik yang Anda
berikan cukup membantu peserta diklat dalam
mencocokkan jawaban mereka?
Apakah Anda telah menetapkan waktu yang
realistis bagi peserta diklat dalam melakukan
suatu aktivitas?

32
c. Menulis tes/penilaian hasil belajar peserta diklat
Pengembangan bahan tes atau penilaian pada
dasarnya tidak terlepas dari pengembangan bahan
belajar itu sendiri. Penulis hendaknya mampu
memilih metode, teknik dan alat penilaian yang
tepat, sehingga dapat mengukur pencapaian tujuan
secara tepat.

Pada dasarnya ada dua penggunaan hasil penilaian


dalam proses belajar mandiri, yaitu:
Untuk membantu peserta diklat dalam
memperbaiki kegiatan belajar mereka.
Untuk memberikan laporan tentang apa yang
telah mereka pelajari.

Penggunaan hasil penilaian yang pertama sering


disebut tes formatif karena dimaksudkan untuk
membantu peserta diklat belajar. Yang kedua disebut
tes sumatif karena untuk menginformasikan tentang
pencapaian hasil belajar.

LATIHAN
1. Jelaskan langkah-langkah dalam mempersiapkan out-
line sebuah modul!
2. Jelaskan langkah-langkah dalam menulis modul!
3. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan jika Anda
menulis modul?

33
C. TAHAP REVIEW, UJI COBA DAN REVISI
1. Review
Dalam kegiatan ini anda meminta beberapa orang untuk
membaca draft Anda secara cermat dan mintalah kritik
dari mereka, biarkan mereka memberikan komentar
yang konstruktif. Siapa sajakah yang dapat Anda
harapkan menjadi reviewer?
Ada tiga kelompok reviewer, yaitu :
Ahli materi/ahli bidang studi,
Ahli media/ahli instruksional,
Teman sejawat/tutor yang sering berhubungan
dengan peserta diklat.

Jika Anda bekerja dalam satu tim, penting sekali agar


ahli materi dan ahli media membaca tulisan Anda
secara cermat. Selain itu usahakan minimal satu kali
teman sejawat Anda diminta untuk memberikan
komentar terhadap tulisan Anda atau pembicaraan
tatap muka secara pribadi atau dalam pertemuan tim.

Kegiatan diskusi tim ini sangat penting, agar setiap


penulis mendapat masukan dari ahli materi dan ahli
media, serta dapat memberikan masukan sesama
penulis dalam hubungan yang simpatik dan saling
mendukung.

Bidang yang dikomentari pada dasarnya ada dua, yaitu:


isi/bidang studi, dan
penyajian atau efektivitas pengajaran

Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi/bidang


studi antara lain :
Apakah tujuan umum dan tujuan khusus telah
tergambar secara jelas ?
Apakah tujuan-tujuan tersebut relevan dengan
kebutuhan nyata peserta diklat ?
34
Apakah tujuan-tujuan khusus merupakan
penjabaran dan mendukung tujuan umum?
Apakah ada tambahan tujuan umum dan tujuan
khusus yang perlu dimasukkan?
Apakah materi sudah memadai untuk mencapai
tujuan?
Apakah faktor-faktor yang disajikan sudah benar
dan tepat?
Apakah materinya up to-date?
Apakah antar materi saling terkait secara logis?
Apakah uraian materi sudah didukung dengan
contoh, analogi, ilustrasi dan cara studi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas terutama menjadi
tanggung jawab ahli materi.
Dapat pula teman sejawat menyoroti masalah ini atau
memberikan masukan tentang hal-hal yang menyangkut
penyajia/efektivitas antara lain:
Apakah peserta diklat akan memahami apa yang
harus mereka kerjakan? (Apakah sudah ada
petunjuk belajar yang memadai)?
Apakah menurut Anda peserta diklat akan
mengalami kesulitan mencapai tujuan-tujuan yang
telah tertulis?
Apakah materi memiliki tingkat kesukaran yang
sesuai dengan kemampuan peserta diklat?
Apakah contoh, analogi, ilustrasi dan studi kasus
(case study) yang diberikan tampaknya sesuai
dengan minat dan keadaan peserta diklat?
Apakah istilah-istilah baru telah dijelaskan secara baik?
Apakah aktivitas-aktivitasnya berguna dan dapat
dipraktekkan?
Apakah tugas-tugas saling terkait dengan aktivitas?
Dapatkah Anda memberikan saran untuk contoh,
analogi, ilustrasi, case study, aktivitas, tugas-tugas
dan test untuk perbaikan bahan belajar tersebut?
35
Pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih merupakan
tanggung jawab pengkaji media.

2. Uji Coba
a. Uji coba tatap muka dalam kelompok kecil
Untuk uji coba ini Anda membutuhkan dua atau
tiga peserta diklat sebagai sampel. Sampel
hendaknya dari peserta diklat yang akan
mempelajari bahan belajar ini. Peserta diklat tersebut
diminta untuk mengerjakan/mempelajari draft
modul yang telah diperbaiki berdasarkan hasil re-
view ahli materi, ahli media dan teman sejawat.

Bagaimana memulai uji coba ? Duduklah bersama


peserta diklat anda dalam tempat yang tidak terlalu
jauh sehingga anda dapat mengamatinya selama
satu atau dua jam. Teliti jika perlu melalui test bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk memulai
pelajaran. Selain itu teliti pula apakah peserta diklat
memiliki pengetahuan awal yang disyaratkan untuk
mempelajari modul Anda. (Cara ini dapat ditempuh
dengan meminta peserta diklat membaca modul
sebelumnya, yang materinya terkait erat dengan
modul yang akan dipelajari). Jelaskan kepada
peserta diklat bahwa tujuan Anda adalah menguji
coba modul bukan menguji peserta diklat. Mintalah
mereka untuk mengerjakannya secara santai/rilex
dan dalam keadaan wajar-wajar saja.

Kemudian mintalah peserta diklat untuk memulai.


Amati bagaimana mereka mempelajari modul Anda.
Dari manakah peserta diklat memulai/apa yang
dijadikan starting point ? Bagaimana reaksi
mereka terhadap aktivitas dalam modul ? apakah
ada hal-hal yang membuat peserta diklat Anda

36
bosan, jenuh atau mengalami kesulitan? Jika peserta
diklat anda telah selesai, berikan test untuk
mengetahui apakah peserta diklat anda telah
belajar? Informasi yang diperoleh dari hasil uji coba
ini, hendaknya dijadikan dasar untuk perbaikan
modul Anda.

Apabila uji coba yang telah Anda lakukan sejauh


ini belum memberikan semua informasi yang Anda
butuhkan, Anda memerlukan suatu uji coba yang
lebih realistic yang disebut uji coba lapangan field
trials.

b. Uji coba lapangan


Dalam uji coba ini anda membutuhkan sampel
peserta diklat lebih banyak, katakan 20 30 orang.
Anda dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
Mintalah peserta diklat untuk menyelesaikan test
dalam pelajaran tersebut, baik sebelum atau
sesudah membaca modul Anda. Koreksilah hasil
mereka.
Mintalah mereka untuk mengisi kuesioner/
daftar pertanyaan yang meminta komentar
mereka tentang:
- Berapa waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan bahan belajar tersebut?
- Bagaimana mengenai kemudahan/
keterkaitan dan kegunaan bahan belajar
tersebut?
- Bagaimana yang mereka sukai dan tidak
mereka sukai?
Interview beberapa peserta diklat dan amati
bagaimana tanggapan umum mereka terhadap
bahan belajar dan bagaimana saran mereka
untuk perbaikan bahan belajar tersebut.

37
3. Revisi
Tujuan diadakannya review dan uji coba adalah untuk
perbaikan bahan belajar. Bila semua informasi atau
komentar yang didapatkan dari ahli materi, ahli media
dan teman sejawat dipakai untuk memperbaiki bahan
belajar, sebenarnya kita telah mendapatkan bahan
belajar yang cukup baik. Apalagi bila hasil uji coba
kelompok kecil dan uji coba lapangan dijadikan dasar
untuk perbaikan modul, maka kita telah mendapatkan
modul yang lebih baik lagi. Dengan demikian modul
tersebut telah siap untuk masuk dalam tahap berikutnya
yaitu tahap finalisasi atau penyelesaian.

D. FINALISASI DAN PENCETAKAN


Uraian
Setelah modul direview, diuji coba dan direvisi maka
langkah berikutnya adalah finalisasi dan pencetakan.
Finalisasi berarti kita melihat kembali kebenaran text dan
kelengkapan modul sebelum modul siap untuk dicetak. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap
finalisasi.
Apakah text telah sempurna (tidak salah ketik)?
Apakah ilustrasi yang diminta telah lengkap?
Apakah catatan kaki dan daftar pustaka telah lengkap?
Apakah penomeran halaman sudah benar?

Dalam pencetakan modul yang penting untuk diperhatikan


adalah:
typografi/tata huruf
heading
penomeran halaman dan catatan kaki
layout
ilustrasi
penggunaan warna

38
Dengan memperhatikan masalah tersebut diharapkan hasil
pencetakan dapat dibaca dengan baik, enak dibaca,
memiliki daya pikat terhadap pembaca, jelas batas uraian
dan pemenggalan bahasanya, dan tata letak sesuai dengan
umur dan tingkat kemampuan pembaca.

Dalam pencetakan modul lembaga pembuat modul dapat


menempuh 2 cara :
1. pencetakan diserahkan ke percetakan,
2. pencetakan dilakukan di kantor sendiri, dengan
menggunakan Desktop Publishing. Desktop Publishing
adalah suatu sistem pencetakan dengan memanfaatkan
komputer yang mampu untuk mengatur text dan grafik
dengan memanipulasi gambar yang tampak dilayar.
Komputer yang dapat digunakan adalah Macintosh dan
IBM PC, serta jenis komputer lain yang memungkinkan
untuk itu.

Kelebihan Desktop Publishing dibandingkan dengan


pencetakan konvensional adalah :
pengontrolan lebih baik pada pasca produksi
lebih cepat
lebih mudah dan lebih cepat untuk diedit
revisi dapat dilakukan dari terbitan terbaru
relatif lebih murah, jika dihitung pencetakan perlembar

Kelemahannya adalah :
butuh pelatihan khusus
butuh dukungan teknik yang memadai

39
TUGAS 1
1. Mengapa dalam pengembangan modul perlu
perencanaan yang matang?
2. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan modul?
3. Faktor-faktor apakah yang perlu diketahui tentang
peserta diklat dalam rangka perencanaan modul?
4. Apakah perbedaan antara tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus?
5. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam
penentuan isi dan urutan materi?
6. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam
rangkan pemilihan media?
7. Mengapa penilaian perlu dibicarakan sejak tahap
perencanaan?

40
Penutup
Modul ini telah menjelaskan tentang Prosedur Pengembangan
Modul. Isi utama modul ini adalah langkah-langkah penulisan
modul. Dalam prosedur pengembangan modul langkah-
langkahnya adalah perencanaan, penulisan, review dan revisi
serta finalisasi. Saya yakin bahwa anda telah memiliki cukup
bekal dalam tulis menulis modul. Namun demikian mungkin
Anda sebagai widiaiswara perlu berlatih terus dan
memperbanyak pengalaman khusus dalam menulis modul
diklat.

Kompetensi yang telah Anda kuasai setelah mempelajari modul


ini, adalah mampu menerapkan prosedur pengembangan
modul. Materi pokok yang ada dalam modul ini adalah;
1. Pengertian modul, dan fungsinya dalam diklat.
2. Cara pengembangan modul seperti; adaptasi, kompilasi,
dan menulis,
3. Langkah-langkah penulisan modul.

Sebagai tindak lanjut dalam mempelajari modul ini diharapkan


Anda mau mempelajari modul-modul berikutnya yang lebih
teknis. Setelah itu mempraktekkan materi yang anda pelajari
dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul ini.
Semoga sukses sebagai penulis modul.

41
Daftar Istilah
-

Daftar Pustaka
Anonim, 1991. Writing for Distance Education, Samples, In-
ternational Extension College, Cambridge.
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Jenkins, Janet. 1987. Course Development, A manual for Editors
of Distance Teaching Materials, London: IEC
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for
Manager)
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.

oooOooo

42
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

Bab 2
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

PENYUSUN
PENYUSUNAN AN G ARIS
GARIS
BES
BESARAR ISI MODUL
(GBIM) D AN
DAN
PER UMUS
UMUSAN
PERUMUS AN TUJU AN
TUJUAN
Pendahuluan

B
ab ini merupakan bagian yang khusus membahas
mengenai pengembangan modul pembelajaran (bahan
belajar). Kalau Anda seorang widiaiswara, pelatih,
instruktur, guru, dosen atau orang yang bekerja di bidang
pendidikan dan pelatihan, Bab ini sangat bermanfaat bagi
Anda sebab sangat erat dengan pekerjaan Anda sehari-hari.
Bab ini dibagi menjadi dua Sub Bab, yaitu:
1 : Penyusunan garis-garis besar isi modul (GBIM)
2 : Perumusan Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat menyusun


garis-garis besar isi modul/GBIM dan tujuan pembelajaran
dengan benar.

Pada akhir setiap sub bab disediakan soal-soal latihan atau


tugas yang perlu Anda kerjakan. Di bagian belakang bab ini
disediakan kunci jawaban tugas. Setelah selesai mengerjakan
soal atau tugas itu cocokkan jawaban Anda dengan kuncinya.
Dengan mengerjakan soal atau tugas itu Anda dapat menilai
kemajuan belajar Anda sendiri. Seyogyanya Anda tidak
melihat kunci jawaban sebelum mengerjakan soalnya. Sebab
kalau hal itu Anda lakukan, Anda kehilangan kesempatan
untuk menilai kemajuan belajar Anda sendiri.
43
Pelajarilah bab ini secara berurutan. Mulailah dengan sub bab
1 hingga isiya Anda kuasai dengan baik. Untuk mengetahui
apakah Anda telah menguasai isi pelajaran pada suatu sub
bab, kerjakan tugas yang disediakan pada akhir sub bab itu
dan kemudian cocokkan jawaban Anda dengan kunci
jawabannya. Bila masih ada pertanyaan yang belum dapat
Anda jawab dengan benar, itu berarti ada bagian yang belum
Anda pahami benar. Pelajarilah kembali bagian itu. Setelah
Anda yakin bahwa Anda telah menguasai semua isi pelajaran
pada sub bab itu, barulah Anda melanjutkan ke sub bab
berikutnya.

Anda memerlukan waktu kurang lebih empat jam untuk


mempelajari bab ini.

Selamat belajar.

44
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456 Kegiatan Belajar 1

PENYUSUNAN
GBIM

Tujuan
Kegiatan Belajar 1 ini akan membicarakan apa yang dimaksudkan
dengan Garis-garis Besar Isi Modul (GBIM), dan Kedudukan
Serta Pentingnya GBIM dalam Pengembangan Pembelajaran.

Setelah selesai mempelajari materi Kegiatan Belajar 1 ini,


diharapkan Anda akan dapat menjelaskan pengertian,
kedudukan dan pentingnya GBIM serta fungsinya dalam
pengembangan pembelajaran.

Agar mengarah pada pemahaman yang sama, perlu terlebih


dahulu dipahami istilah yang sering digunakan yaitu Garis-
garis Besar Isi Program Media (GBIPM). Kata media di dalam
GBIPM ini dapat saja berupa media cetak, seperti modul atau
media non cetak yang berupa kaset, video atau media
elektronik.

Dengan demikian, istilah GBIM atau Garis-garis Besar Isi Modul,


hakekat dan fungsinya sama saja dengan GBIPM.
Perbedaannya adalah bahwa pada GBIPM jenis media yang
akan dicakup itu lebih dari satu. Sedangkan pada GBIM, jenis
media yang akan dikembangkan atau dicakup hanya satu, yaitu
media cetak modul.

Istilah lainnya yang perlu juga dipahami adalah Garis-garis


Besar Program Pengajaran (GBPP) atau yang lazim disebut juga
sebagai kurikulum sekalipun memang masih ada komponen
lain di dalam kurikulum.

45
GBPP inilah yang dijadikan sebagai pegangan atau pedoman oleh
para guru (di samping buku paket atau buku teks) di dalam
membelajarkan para peserta didiknya. GBPP ini pula yang
digunakan sebagai pegangan atau pedoman di dalam menulis buku
paket atau buku teks oleh para penulis buku.

GBPP ini juga yang dijadikan sebagai acuan di dalam


pengembangan butir-butir tes untuk menilai tingkat
penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang
diterima peserta didik selama kurun waktu tertentu. Pada
umumnya, istilah GBPP digunakan dalam pendidikan sistem
persekolahan.

Selanjutnya, apabila sekarang kita bandingkan GBPP dengan


GBIPM atau GBIM, maka yang sama di antara ketiganya
adalah yang menyangkut fungsinya. Ketiganya berfungsi
sebagai guidance bagi guru, dosen, instruktur, widiaiswara atau
pengembang pembelajaran lainnya dalam melakukan
pekerjaannya lebih lanjut.

GBIPM berfungsi sebagai pedoman/landasan untuk


mengembangkan bahan belajar media dan butir-butir tes untuk
penilaian kemampuan peserta didik terhadap materi bahan
belajar media. Demikian juga halnya dengan GBIM, yaitu
sebagai acuan atau pedoman untuk mengembangkan bahan
belajar modul dan butir-butir tes tentang penguasaan peserta
didik terhadap materi modul.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa GBPP adalah


pedoman/landasan yang digunakan guru/dosen untuk
mengelola kegiatan pembelajaran bagi para siswa atau
mahasiswanya. Sedangkan GBIPM, adalah pedoman/
landasan yang digunakan untuk mengembangkan program me-
dia pembelajaran, baik yang akan digunakan di lingkungan
sekolah maupun luar sekolah. GBIM lebih khusus lagi, yaitu

46
pedoman/landasan yang digunakan untuk mengembangkan satu
jenis program media pembelajaran saja, yaitu modul.

Sekarang, cobalah Anda jelaskan secara singkat menggunakan


kata-kata sendiri sehingga jelas perbedaan atau kesamaan
antara GBPP, GBIPM dan GBIM? (10 Menit)

Dalam pengembangan pembelajaran (instructional development),


langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengembangan
rancangan pembelajaran (inctructional design). Untuk
menghasilkan rancangan pembelajaran, perlu dilakukan
serangkaian kegiatan dan salah satu di antaranya adalah
penyusunan atau pengembangan Garis-garis Besar Isi Program
Media (GBIPM).

Dalam uraian lebih lanjut, istilah yang akan digunakan sebagai


fokus pembahasan kita adalah GBIM. Mengapa? Sebab hanya
satu jenis media pembelajaran yang akan kita kemas, yaitu
media cetak yang disebut modul.

Uraian
Ada 2 kegiatan besar yang perlu dilakukan untuk dapat
menghasilkan GBIM, yaitu:
a. Mengidentifikasi, mengumpulkan dan menganalisis
berbagai informasi atau dokumen yang tersedia tentang
sasaran program; dan
b. Melakukan analisis kebutuhan belajar sasaran program.
Data dan informasi yang dihasilkan dari kedua kegiatan
inilah yang menjadi dasar/pijakan di dalam menyusun
GBIM.

47
Apakah yang dimaksud dengan Garis-garis
Besar Isi Modul (GBIM)?

Garis-garis Besar Isi Modul adalah suatu matriks yang


berfungsi sebagai alat pemetaan materi pembelajaran
yang akan dikemas menjadi modul. GBIM ini dapat
juga disebut sebagai patron atau pola yang akan
menjadi landasan pengembangan/pengemasan materi
pembelajaran modul.

Di dalam GBIM ini dirumuskan apa yang menjadi judul/


topik materi yang akan dikemas, pokok bahasan/sub
pokok bahasan yang akan menjadi fokus uraian materi,
acuan/referensi yang digunakan atau yang disarankan
digunakan lebih lanjut dalam pengembangan materi
pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan komponen-


komponen yang terdapat di dalam format/matriks GBIM
sebagaimana yang disajikan pada Lampiran. Tidak ada
keharusan bahwa matriks yang terdapat pada Lampiran
yang harus Anda gunakan. Juga tidak harus berupa
matriks. Anda dapat melakukan penyempurnaan sesuai
dengan tuntutan kebutuhan yang ada.

Sekalipun memang tidak harus dalam bentuk matriks,


tetapi penggunaan matriks akan membantu
mempermudah Anda untuk melihat secara cepat dan
menyeluruh materi modul yang akan dikemas.

Justru yang lebih dipentingkan adalah bahwa di dalam


GBIM ini harus dicakup setidak-tidaknya komponen-
komponen berikut.
a. Judul atau topik materi pembelajaran,
b. Pokok bahasan/sub pokok bahasan,

48
c. Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus,
d. Pokok-pokok materi pembelajaran,
e. Butir-butir penilaian,
f. Acuan atau literatur yang digunakan menyusun GBIM
dan yang disarankan untuk digunakan dalam
pengembangan lebih lanjut materi pembelajaran.

Mengapa GBIM itu penting disusun apabila akan


mengembangkan modul sebagai media pembelajaran?

Penyusunan atau pengembangan GBIM merupakan langkah


awal yang harus dilakukan setelah analisis kebutuhan
belajar apabila kita akan mengembangkan modul.
Kekurangcermatan di dalam mengembangkan GBIM akan
mempengaruhi langkah-langkah berikutnya, misalnya saja
tentang kedalaman atau keluasan materi pembelajaran
yang akan dicakup.

GBIM sebagai suatu matriks dijadikan sebagai pegangan/


pedoman oleh para penulis materi pembelajaran dan juga
bagi pengkaji materi pembelajaran. Tidak hanya pegangan
atau pedoman bagi kedua jenis tenaga spesialisasi ini, tetapi
juga menjadi pegangan/pedoman di dalam pengembangan
butir-butir penilaian penguasaan peserta terhadap materi
pembelajaran. Mengapa?

Sebab kejelasan perumusan GBIM akan memberikan


kejelasan pula bagi tenaga evaluator untuk
mengembangkan butir-butir penilaian. Tenaga berkompeten
yang seharusnya diikutsertakan setidak-tidaknya adalah:
a. Tenaga yang berkompeten di bidang materi/subtansi
yang akan dikembangkan (ahli materi/content specialist).
Tenaga spesialis inilah yang benar-benar menguasai
materi yang akan dikembangkan.

49
b. Tenaga yang berkompeten di bidang media (media spe-
cialist) khususnya media cetak. Tenaga spesialis yang
demikian ini bertanggungjawab di bidang penentuan
materi yang sesuai dan tepat untuk dikembangkan ke
dalam media cetak.

Dengan preferensi keilmuannya, ahli media akan dapat


memilah-milah dan menentukan materi pembelajaran yang
diidentifikasi ahli materi yang sesuai dengan karakteristik
media cetak.

Komponen-komponen GBIM
Marilah kita lanjutkan pembahasan tentang materi apa saja
yang tercakup dalam GBIM, atau tentang komponen-
komponen GBIM. Komponen-komponen yang akan
dikemukakan ini tidaklah harus sepenuhnya demikian
tetapi dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi
yang dihadapi. Memang akan lebih baik jadinya apabila
komponen-komponen tersebut dapat dipenuhi.

Setelah mempelajari materi bagian ini, Anda diharapkan


mampu menjelaskan masing-masing komponen GBIM.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, GBIM


merupakan suatu matriks atau uraian naratif yang berfungsi
sebagai suatu pola yang di dalamnya terdapat beberapa
komponen.

Komponen-komponen GBIM tersebut adalah


sebagai berikut:
a) Judul
Yang dimaksudkan dengan Judul atau Topik
dalam hal ini adalah judul program media
pembelajaran yang akan dikembangkan. Judul
hendaknya dirumuskan secara singkat tetapi menarik.
50
Judul yang dipilih hendaknya dapat dengan
mudah dan cepat mencerminkan materi yang akan
digunakan. Perumusannya dapat saja berupa
pernyataan atau pertanyaan.

Yang juga tidak kalah pentingnya adalah apabila


kita mampu merumuskan Judul yang dapat
menggugah rasa ingin tahu seseorang. Perumusan
Judul ini dapat saja lebih luas/besar, atau sama
dengan atau bahkan juga lebih sempit/kecil
daripada pokok bahasan/sub pokok bahasan yang
akan menjadi fokus pembahasan.

Berikut ini disajikan beberapa contoh judul media


pembelajaran di bidang pendidikan terbuka:
Potensi Pendidikan Terbuka, Apa Pendidikan
Terbuka Itu?, Hakekat Pendidikan Terbuka,
Pendidikan Terbuka: Murah Atau Mahal?.

Cobalah Anda rumuskan di lembar kertas lain


beberapa contoh Judul lainnya. Dapat saja Anda
mengacu pada referensi yang Anda miliki/pelajari
atau berdasarkan apa yang Anda dengarkan/
pahami sejauh ini. (10 Menit)

b) Pokok Bahasan atau Sub Pokok Bahasan


Untuk peserta didik yang berada dalam lingkungan
jalur pendidikan sekolah, perumusan pokok-pokok
atau sub pokok bahasan yang akan menjadi media
pembelajaran tidaklah terlalu menjadi masalah.
Mengapa?

Kurikulum sebagai peta kebutuhan belajar telah


ada. Di dalam kurikulum telah dirumuskan apa yang
menjadi pokok atau sub pokok bahasan. Dengan
demikian, ahli materi yang berasal dari lapangan

51
(guru materi pelajaran) tinggal mengidentifikasi
mana-mana dari pokok atau sub pokok bahasan
tersebut yang perlu dikemas ke dalam modul dan
media pembelajaran lainnya.

Bagaimana merumuskan pokok atau sub pokok


bahasan untuk sasaran yang berada pada jalur
pendidikan luar sekolah?

Hasil analisis kebutuhan belajar dan berbagai


dokumen penunjang lainnya kita petakan. Dengan
menggunakan peta ini akan mempermudah kita
untuk merumuskan pokok atau sub pokok bahasan
dari materi pembelajaran yang akan kita
kembangkan.

Pokok atau sub pokok bahasan yang menjadi fokus


materi pembelajaran haruslah dirumuskan secara
singkat dan jelas serta mencerminkan materi yang
akan dikemas. Untuk suatu topik atau judul satuan
bahan pembelajaran dapat saja mencakup satu atau
lebih pokok atau sub pokok bahasan. Tidak ada
patokan yang kaku. Perumusan ini dapat bersifat
tematik atau frasa.

Contoh pokok bahasan atau sub pokok bahasan dari


judul atau topik Penyusunan/pengembangan
GBIM adalah GBIM. Judul atau topik dapat
dirumuskan dalam bentuk frasa, sedangkan pokok
atau sub pokok bahasan dirumuskan secara tematik.

c) Tujuan Pembelajaran
Setiap topik materi/bahan pembelajaran yang kita
kembangkan haruslah mempunyai tujuan
pembelajaran. Mengapa harus demikian?

52
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara jelas
yaitu suatu pernyataan yang menjelaskan tentang
tingkat atau perubahan tingkah laku peserta belajar
yang diharapkan setelah selesai mempelajari modul
atau bahan belajar tertentu lainnya.

Tujuan pembelajaran inilah yang akan menjadi arah


yang sekaligus juga sebagai acuan untuk
mengembangkan butir-butir penilaian tentang sejauh
mana kemajuan belajar yang telah Anda capai.

Dengan dirumuskannya tujuan pembelajaran ini


akan dapat diketahui apakah Anda telah berhasil
di dalam kegiatan belajar Anda atau belum. Atau
dengan kata lain, apakah Anda telah sepenuhnya
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan atau belum. Jika belum, sejauh mana
tujuan pembelajaran tersebut telah dapat Anda
capai? Jika belum, kegiatan apakah selanjutnya yang
harus Anda lakukan?

Tujuan pembelajaran ini menjadi pedoman atau


arah bagi penulis bahan belajar modul. Tujuan
pembelajaran dapat dibagi menjadi : 1) tujuan
pembelajaran umum, dan 2) tujuan pembelajaran
khusus. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tujuan
pembelajaran ini, Anda dapat mempelajari modul
khusus tentang tujuan pembelajaran.

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ada, penulis


modul akan dapat mempertimbangkan seberapa
dalam dan seberapa luas materi pembelajaran yang
akan diuraikan di dalam modul yang akan
ditulisnya.

53
Dengan adanya tujuan pembelajaran yang jelas akan
membantu penulis modul untuk mengidentifikasi
bentuk-bentuk visualisasi yang diharapkan akan
mempermudah peserta didik (pembaca modul)
memahami materi modul. Atau dengan kata lain,
jika demikian halnya, berarti membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang telah
diharapkan.

Cobalah rumuskan alasan Anda mengapa kita perlu


merumuskan tujuan pembelajaran pada setiap topik
bahan pembelajaran? (5 Menit)

d) Pokok-pokok Materi
Pokok-pokok materi yang dirumuskan di dalam
GBIM akan digunakan penulis modul sebagai
landasan untuk menjabarkan materi modul secara
rinci.

Sehubungan dengan hal ini, sebaiknya perumusan


pokok-pokok materi modul di dalam GBIM dilakukan
dengan menggunakan pendekatan pada tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
Artinya, setiap pembelajaran khusus yang ada,
dimulai dari tujuan khusus yang pertama
diidentifikasi dulu secara tuntas apa yang menjadi
pokok-pokok materinya.

Selesai mengidentifikasi pokok-pokok materi untuk


tujuan pembelajaran khusus yang pertama, barulah
dilanjutkan dengan mengidentifikasi pokok-pokok
materi tujuan pembelajaran khusus yang kedua. Dan
demikian seterusnya.

Mengapa perlu kita rumuskan pokok-pokok materi


modul di dalam GBIM ini? Apakah tidak cukup

54
apabila telah kita rumuskan tujuan pembelajaran
umum dan khusus untuk setiap topik bahan
pembelajaran?

Memang, dengan adanya tujuan pembelajaran


umum dan khusus, kita dapat mengembangkan
materi modul. Namun akan lebih terarah lagi
pengembangan/penulisan materi modul apabila kita
dahului dengan kegiatan mengidentifikasi atau
merumuskan pokok-pokok materi untuk setiap
tujuan pembelajaran khusus.

Dengan merumuskan pokok-pokok materi berarti


kita telah memberikan rambu-rambu kepada penulis
modul tentang seberapa jauh materi modul perlu
dikembangkan. Lebih jauh lagi berarti bahwa penulis
modul tidak lagi menulis modul menurut
interpretasinya sendiri terhadap tujuan
pembelajaran khusus yang telah diterapkan.

Di dalam pokok-pokok materi disarankan agar


dicantumkan juga contoh yang akan membantu
peserta belajar memahami uraian materi. Penulis
modul akan memperbanyak contoh dalam
mengembangkan uraian materi.

Cobalah Anda jelaskan secara singkat mengapa


pokok-pokok materi pembelajaran perlu kita
cantumkan/masukkan ke dalam GBIM?

e) Penilaian
Informasi yang dicantumkan dalam penilaian akan
memberikan gambaran pada penulis modul tentang
bentuk dan butir-butir penilaian yang perlu
dikembangkan penulis. Misalkan saja untuk
mempelajari modul A, peserta belajar harus

55
mengerjakan tugas-tugas dan mengerjakan tes.
Untuk ini, penulis juga harus menyiapkan kunci
tugas dan kunci tes.

Bentuk-bentuk tugas dapat berupa merumuskan


pokok-pokok pikiran terhadap masalah, melengkapi,
atau menjawab pertanyaan yang jawabannya dapat
dituliskan pada lembar kertas tertentu/buku tugas.
Atau, bisa juga tes berupa essay atau pilihan ganda,
pilihan salah atau benar, menjodohkan atau bentuk
tes lainnya.

Perlu juga diinformasikan apakah keseluruhan


materi modul itu akan dicakup di dalam tes atau
hanya sebagian besar saja. Apakah ada penekanan
tentang materi modul yang perlu mendapatkan porsi
lebih besar di dalam penilaian, ataukah merata
porsinya untuk masing-masing pokok materi?

Semakin lengkap informasi yang diberikan (tidak


harus terlalu rinci) tentang penilaian akan semakin
jelas bagi penulis modul untuk mengembangkan
butir-butir tes penilaian dan pemberian tugas.

f) Kepustakaan
Untuk menghasilkan GBIM tentu menuntut kita
mencari bahan-bahan kepustakaan yang relevan
dan subtansi yang akan dikembangkan. Bahan-
bahan kepustakaan ini berfungsi sebagai acuan kita.
Tidak hanya bahan-bahan kepustakaan yang kita
gunakan menyusun GBIM saja yang perlu
dicantumkan atau dituliskan tetapi juga termasuk
bahan-bahan kepustakaan yang menurut kita perlu
dipelajari oleh penulis modul dan media lain atau
oleh pengembang butir-butir tes penilaian.

56
Dalam menuliskan bahan-bahan kepustakaan ini,
setidak-tidaknya harus jelas judul buku, nama
pengarang, edisi, tempat dan tahun penerbitan. Bila
memungkinkan, dapat juga dicantumkan tempat di
mana bahan kepustakaan tersebut dapat diperoleh.
Cara penulisannya dapat mengikuti cara yang biasa
digunakan untuk penulisan bahan kepustakaan.

Bahan kepustakaan ini tidak terbatas hanya bahan


cetak saja tetapi dapat juga yang berupa media non
cetak. Dalam kaitan ini perlu disebutkan judul pro-
gram, institusi yang memproduksi, lama putar, dan
harganya serta tempat di mana media non cetak ini
dapat dengan mudah diperoleh.

GBIM dapat dikembangkan dalam bentuk matriks


atau naratif. Format manapun yang akan dipilih
tidak menjadi masalah. Yang justru lebih penting
adalah komponen-komponen yang perlu dicakup di
dalam GBIM.

Pada bagian terdahulu telah diuraikan tentang


pengertian GBIM. Pentingnya GBIM disusun apabila
kita akan mengembangkan bahan belajar modul.
Selanjutnya, pada bagian ini yang akan dibicarakan
adalah langkah-langkah penyusunan GBIM.

Setelah selesai mempelajari materi bagian ini, Anda


diharapkan mampu menjelaskan langkah-langkah
penyusunan GBIM.

- Penyusunan GBIM pada dasarnya adalah


pekerjaan sebuah tim yang terdiri dari berbagai
jenis keahlian atau latar belakang. Tentunya
Anda masih ingat bukan sewaktu kita membahas

57
materi sebelumnya, di sana kita menjelaskan
siapa saja yang berperan di dalam penyusunan
GBIM.

- Cobalah sekarang Anda tuliskan di lembar kertas


lain atau di buku latihan Anda tentang siapa saja
yang setidak-tidaknya perlu diikutsertakan di
dalam penyusunan GBIM? (10 Menit)

- Baiklah. Apabila Anda telah selesai mengerjakan


tugas tersebut, cobalah bandingkan jawaban
Anda dengan materi yang diuraikan pada bagian
sebelumnya.

- Bagus sekali jika jawaban Anda sepenuhnya


telah sesuai. Namun Anda dapat saja
mempelajari ulang materi yang dimaksud
apabila Anda masih memandang perlu.

- Selanjutnya, dalam penyusunan GBIM ini,


memerlukan beberapa jenis tenaga dengan latar
belakang atau keahlian tertentu yang perlu
diikutsertakan.

Perhatikanlah contoh format GBIM berikut ini.

Mata Perlajaran/Diklat :
Kelas/ Jenjang :

Judul/ Kompetensi Indikator/ Pokok Rincian materi/


nomor dasar/Tujuan tujuan Penilian S umber
pembelajaran pembelajaran Bahasan/ Sub-sub pokok pu sta ka
modul Umum khusus Pokok- materi bahasan

(1) (2) (3) (4) (5)

58
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 2

TUJU AN
TUJUAN
PEMBEL AJ
PEMBELAJ ARAN
AJARAN

Tujuan
Bagian modul ini membicarakan tujuan pembelajaran,
termasuk pengertian tujuan, berbagai pendapat mengenai
tujuan, dan pentingnya tujuan baik bagi peserta diklat maupun
bagi widiaiswara/pelatih. Setelah selesai mempelajari bagian
modul ini Anda diharapkan dapat menyusun tujuan
pembelajaran yang megandung kompetensi.

Uraian
a. Pengertian Tujuan
Ditinjau dari lingkup permasalahannya, tujuan pendidikan
dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler,
dan tujuan instruksional. Tujuan pendidikan nasional
merupakan rumusan umum tentang pola perilaku dan pola
kemampuan yang harus dimiliki sebagai hasil pendidikan
nasional.
Tujuan Institusional Tujuan Pembelajaran

Tujuan Nasional Tujuan Kurikuler

Gambar Jenjang Tujuan Pendidikan

59
Tujuan institusional ditentukan oleh tugas dan fungsi yang
dipikul oleh lembaga pendidikan bersangkutan dalam
rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Institusi diklat juga memiliki
tujuan institusional yaitu menyiapkan dan meningkatkan
kompetensi sumber daya aparatur.

Tujuan kurikuler adalah rumusan umum tentang macam-


macam kemampuan yang terdapat dalam masing-masing
bidang studi. Sedangkan tujuan pembelajaran (instructional
objectives) memberikan pernyataan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tertentu yang diharapkan akan
dimiliki oleh siswa atau peserta pelatihan pada akhir
kegiatan pembelajaran tertentu.

Mengenai tujuan pembelajaran ini ada beberapa definisi


yang diberikan oleh para ahli. Ely (1971) mendefinisikan
tujuan pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan
perilaku atau hasil perbuatan yang memberi petunjuk
bahwa proses belajar telah berlangsung. Briggs (1977)
mengatakan bahwa tujuan pembelajaran ialah suatu
pernyataan tentang perilaku yang harus dapat dilakukan
oleh siswa/peserta diklat setelah selesai mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan perkataan lain tujuan itu ialah
perilaku yang diharapkan dimiliki siswa/peserta diklat
setelah menyelesaikan program pembelajaran atau
pelatihan tertentu. Secara lebih nyata (konkrit) dapat
dikatakan bahwa tujuan pembelajaran ialah pengetahuan,
keterampilan, atau sikap yang diharapkan dimiliki oleh
siswa atau peserta diklat setelah menyelesaikan kegiatan
pembelajaran.

60
b. Pro dan Kontra mengenai Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran (instructional objectives) mulai
diperkenalkan oleh Mager pada tahun 1962. Sejak itu di
Amerika Serikat banyak diselenggarakan lokakarya
penyusunan tujuan pembelajaran yang melibatkan guru-
guru. Sesungguhnya perdebatan banyak terjadi mengenai
tujuan pembelajaran/diklat dan bagaimana cara
merumuskannya itu. Banyak orang yang kurang menyetujui
perumusan tujuan yang berorientasi pada perilaku, tetapi
masih lebih banyak orang yang menganggap bahwa tujuan
yang berorientasi pada perilaku itu penting.

Good dan Brophy (1990) menyatakan bahwa perumusan


tujuan berdasarkan perilaku itu telah diasosiasikan dengan
pendekatan tertentu dalam perencanaan dan pengawasan
pelaksanaan kurikulum. Dalam bentuk ekstrimnya, secara
keseluruhan kurikulum dikembangkan dengan menyusun
tujuan-tujuan pembelajaran berdasarkan perilaku, lalu
mengurutkan tujuan-tujuan itu dalam susunan yang masuk
akal, dan menjabarkan isi dan strategi pembelajaran serta
menyusun alat evaluasi untuk setiap tujuan pembelajaran
itu. Akibatnya guru dihadapkan pada beratus-ratus tujuan
yang harus diajarkan dalam urutan tertentu dengan
menggunakan isi pelajaran yang sesuai dengan tujuan
tersebut dan menggunakan cara-cara yang telah
ditentukan.

Dalam versi lain, guru masih diijinkan menggunakan


kurikulum lama yang telah biasa mereka gunakan, tetapi
mereka diwajibkan menyusun tujuan-tujuan pembelajaran
berdasarkan perilaku untuk kurikulum tersebut. Kemudian
guru wajib menyesuaikan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan itu. Akibatnya,
guru harus berusaha keras untuk menyusun tujuan-tujuan
yang sesuai dengan kurikulum yang digunakannya. Bahkan
tujuan kurikulum yang sesungguhnya lebih bersifat afektif
61
dan kognitifpun diusahakan supaya dapat dirumuskan
dalam bentuk tujuan berdasarkan perilaku. Kalau guru
menjumpai isi kurikulum yang sukar dirumuskan tujuan
pembelajarannya seringkali bagian itu ditinggalkan atau
diabaikan oleh guru.

Karena akibat negatif di atas, Good dan Brophy (1990)


menyarankan untuk tidak menggunakan istilah tujuan
pembelajaran berdasarkan perilaku (instructional behavioral
objectives) tetapi tujuan pembelajaran (instructional objec-
tives) saja.

Menurut Popham (dalam Haryono, 1988) dan Sukamto


(1996) ada beberapa alasan yang diajukan oleh orang yang
tidak menyukai tujuan yang tidak berorientasi kepada
perilaku. Contoh : (a) Tujuan yang telah ditentukan secara
spesifik sebelumnya, akan menghalangi guru untuk
memanfaatkan hal-hal yang tidak terduga yang
berkembang dalam proses pembelajaran dalam kelas, (b)
siswa hanya mempelajari hal-hal yang tersurat dalam
tujuan pembelajarannya, tidak berusaha untuk belajar lebih
lanjut, (c) banyak tujuan pembelajaran yang sulit
dirumuskan dalam bentuk yang dapat diamati atau diukur,
dan (d) perumusan tujuan itu sukar sehingga tidak realistik
kalau kita menuntut guru-guru untuk merumuskannya
setiap kali akan mengajar.

Pendapat di atas dibantah oleh orang-orang yang


berpendapat bahwa tujuan pembelajaran itu penting.
Popham (dalam Haryono, 1988) yang termasuk orang yang
menganggap bahwa tujuan yang berorientasi kepada
perilaku itu penting, mengatakan bahwa alasan yang
diberikan oleh mereka yang anti tujuan itu kurang tepat.
Menurut mereka yang menyetujuinya, tujuan yang
berorientasi pada perilaku yang dirumuskan secara spesifik
akan menguntungkan siswa atau peserta pelatihan, sebab

62
mereka akan mengetahui kemampuan yang diharapkan
dapat mereka lakukan pada akhir kegiatan belajar. Tujuan
seperti itu juga akan menguntungkan orang yang
membimbing proses belajar karena tujuan itu akan memberi
pedoman dalam memilih isi pelajaran atau isi pelatihan.
Bagi evaluator tujuan itu juga sangat penting, karena tujuan
yang telah dirumuskan secara spesifik itu dapat memberi
petunjuk mengenai kemampuan siswa atau peserta
pelatihan yang akan diukur.

Briggs (1977) menggambarkan pentingnya tujuan


pembelajaran dengan mengatakan bahwa: Bila tujuan
pembelajaran dapat dirumuskan dengan spesifik, tujuan
itu akan memberi petunjuk kepada siswa/peserta pelatihan
mengenai kemana mereka harus pergi, bagaimana cara
mereka harus pergi ke sana, dan bagaimana mengetahui
apakah mereka sudah sampai di sana atau belum.

c. Pentingnya Tujuan Pembelajaran


Seperti diuraikan di atas tujuan pembelajaran itu
bermanfaat bagi siswa/peserta, guru/instruktur, dan
penilai (evaluator).

Sukamto (1996) menyimpulkan bahwa bagi siswa atau


peserta pelatihan tujuan itu berguna karena : (1) dapat
memberi arah belajarnya. Dengan memperhatikan
tujuannya siswa/peserta mengetahui kemampuan yang
diharapkan akan dimiliki pada akhir kegiatan
pembelajaran. Karena itu peserta diklat akan belajar ke arah
itu. Dengan mengetahui tujuannya peserta diklat tahu ke
mana mereka akan pergi; (2) dengan memperhatikan tujuan
yang ingin dicapai peserta diklat dapat memilih bahan
belajar yang tepat untuk dipelajarinya. Fungsi tujuan bagi
peserta diklat adalah menjadi petunjuk bagaimana mereka
akan pergi ke tempat yang dituju, (3) dapat mengukur
sejauh mana peserta diklat telah mencapai tujuan yang
63
diinginkan. Tujuan yang baik akan menyatakan dengan
jelas tingkat keberhasilan yang diharapkan. Karena itu
waktu belajar peserta selalu dapat menguji dirinya apakah
dia sudah mencapai tujuannya, mencapai separo, atau
bahkan kurang dari itu. Dengan membandingkan hasil yang
telah dicapai dan tujuan yang harus diselesaikan peserta
diklat akan mengetahui kemajuan belajarnya, (4) motivasi
belajar peserta diklat akan meningkat karena peserta diklat
mengetahui kemajuan belajarnya.

Bagi guru atau widiaiswara, tujuan pembelajaran yang


berorientasi kepada perilaku juga berguna untuk beberapa
kepentingan, diantaranya; (1) membantu guru atau
widiaiswara dalam memilih isi materi, strategi
pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai untuk
dipergunakan peserta diklat dalam belajarnya, (2)
memudahkan guru atau widiaiswara dalam mengukur dan
mengevaluasi keberhasilan tugas mengajarnya.

Selanjutnya apabila disimpulkan tujuan berguna untuk


mengarahkan agar proses pembelajaran berlangsung efektif.
Bagaimana pembelajaran bisa lebih efektif dengan adanya
tujuan pembelajaran berikut ini penjelasannya lebih rinci.
Tujuan memberikan rambu-rambu dan petunjuk bagi
siswa. Tujuan mengingatkan siswa agar memiliki target
yang jelas dalam belajarnya. Tujuan juga menjadi dasar
bagi guru dalam pemilihan media dan bahan belajar serta
prosedur atau srtategi pembelajaran. Tujuan yang jelas
memungkinkan berlangusung proses pemberian fasilitasi
yang jelas pula.

Tujuan berfungsi memandu prioses evaluasi yang


dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran harus selalu berdasarkan tujuan
pembelajaran. Tujuan yang baik akan membantu proses
menentukan teknik dan penyusunan alat evaluasi.

64
RANGKUMAN
Tujuan ialah pernyataan mengenai kemampuan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang diharapkan
dimiliki peserta diklat setelah selesai mengikuti proses
pembelajaran tertentu. Tujuan penting bagi peserta diklat
dan widiaiswara serta evaluator diklat.

Perumusan Tujuan
Bagian ini menguraikan cara merumuskan tujuan,
pemilihan kata kerja dan penentuan tingkat kopetensi
yang dituntut dalam tujuan. Setelah selesai
mempelajarinya diharapkan Anda dapat merumuskan
tujuan pembelajaran yang baik.

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang dapat Anda


jadikan pedoman dalam menyusun tujuan
pembelajaran.
a. Unsur-unsur Tujuan Pembelajaran
Setiap tujuan pembelajaran minimal terdiri atas kata
kerja dan obyek. Contoh; mampu menyusun laporan
keuangan. Mampu menyusun adalah kata kerja dan
laporan keuangan adalah obyek.

b. Tujuan pembelajaran itu harus spesifik dan jelas


Tujuan yang spesifik itu cakupannya tidak terlalu
luas dan tidak mengandung tafsiran ganda.
Perhatikan contoh berikut:
1) Tujuan yang kurang spesifik
Peserta pelatihan diharapkan dapat
menyelesaikan tugasnya dengan menggunakan
mesin.
Tujuan di atas kurang spesifik karena tidak jelas
yang dimaksud dengan menyelesaikan tugasnya.
Dari pernyataan itu kita tidak mengetahui tugas
apa yang dimaksudkan. Tujuan ini juga tidak

65
memberikan kejelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan mesin. Dari pernyataan itu
tidak jelas bagi kita mesin apa yang boleh
digunakan untuk menyelesaikan tugasnya.
Apakah mesin hitung, mesin bubut, mesin tik?
Ketidakjelasan itu menimbulkan banyak tafsiran.

2) Tujuan yang lebih spesifik


Peserta pelatihan diharapkan dapat menghitung
koefisien korelasi dengan menggunakan SPSS
versi 11.
Tujuan ini lebih spesifik sebab; (a) kemampuan
yang diharapkan dapat dilakukan dinyatakan
dengan jelas yaitu dapat menghitung koefisien
korelasi; dan (b) alat yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas juga jelas yaitu SPSS versi
11.
Tujuan yang spesifik itu mempunyai satu tafsiran
saja. Karena itu dapat memberi petunjuk yang
lang jelas bagi widiaiswara dan peserta diklat
mengenai kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap) yang diharapkan
dimiliki oleh peserta diklat.

c. Tujuan pembelajaran harus berorientasi kepada


siswa/peserta pelatihan
Dalam menyusun tujuan pembelajaran yang
terpenting bukan apa yang harus dilakukan oleh
guru/WI dalam proses belajar mengajar, melainkan
perilaku yang diharapkan dapat dilakukan oleh
siswa/peserta diklat setelah selasi mengikuti kegiatan
pembelajaran.

66
Bandingkan dua tujuan berikut ini:
1) Guru/widiaiswara mengajarkan cara
menggunakan komputer untuk mengolah data
statistik.
2) Siswa/peserta pelatihan dapat mengolah data
staitistik dengan menggunakan komputer.

Tujuan pada contoh pertama itu berorientasi kepada


guru/pelatih/WI. Kalau kita mengacu pada tujuan
itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan telah
tercapai setelah guru/pelatih/WI selesai mengajar
atau melatih. Dalam hal ini tidak dipersoalkan
apakah siswa/peserta diklat itu telah menguasai
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang
diinginkan atau belum. Yang penting guru/WI telah
melaksanakan tugas mengajarnya.

Tujuan pada contoh kedua itu berorientasi kepada


siswa pelatihan. Kalau kita mengacu kepada tujuan
umum itu, kita baru dapat mengatakan bahwa
tujuan telah tercapai kalau siswa pelatihan telah
menguasai pengetahuan/keterampilan, dan sikap
yang diinginkan. Dalam hal ini yaitu mengolah data
statistik dengan menggunakan komputer. Tujuan
pada contoh kedua itu lebih baik daripada tujuan
pada contoh pertama, sebab tujuan pada contoh
kedua itu lebih mengutamakan perubahan perilaku
siswa pelatihan.

d. Tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja yang


menunjukkan perilaku yang dapat diamati atau
hasilnya dapat diukur (kata kerja operasional)
Gagne (1977) mengatakan bahwa proses belajar baru
benar benar terjadi kalau pada diri siswa pelatihan
telah terjadi perubahan perilaku dan perubahan
keterampilan intelektualnya sesuai dengan tujuan

67
yang telah ditentukan. Bila siswa bertambah
pengetahuan dan keterampilannya, atau berubah
sikapnya, dapat dikatakan bahwa pada diri siswa
telah terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian
siswa itu telah mengalami proses belajar. Supaya
hasil belajar atau perubahan perilaku itu dapat
dinilai (dievaluasi) tujuan pembelajaran itu harus
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang
operasional, yaitu kata kerja yang menunjukkan
perilaku yang dapat diamati atau yang dapat diukur
hasilnya.

Contoh :
1) Peserta pelatihan dapat mengemudikan traktor
(mengemudikan adalah perilaku yang dapat
diamati).
2) Peserta pelatihan sekretaris dapat
menterjemahkan sebuah surat dari bahasa Indo-
nesia ke dalam bahasa Inggris (hasilnya dapat
dinilai atau diukur). Kalau isi suratnya tidak
berubah dan bahasa Inggrisnya benar berarti
peserta telah menterjemahkan dengan benar.
3) Siswa Sekolah Menengah Olah Raga kelas III
dapat memukul bola tenis dengan posisi kaki dan
tangan yang betul (memukul bola dengan posisi
kaki dan tangan yang betul dapat diamati).
4) Siswa SLTP kelas II dapat mencari harga X dalam
persamaan 10 + 2 = x +5 (hasilnya dapat diukur
atau dinilai). Kalau x = 7 berarti siswa telah
menghitung dengan benar.

68
Tabel 1 :
Daftar Kata Kerja Operasional
Pengetahuan Pemahaman Penerapan
(Knowledge): (Comprehension): (Application):
Mengingat Menafsirkan Menggunakan
informasi informasi dalam pengetahuan atau
satu kata generalisasi dalam
situasi baru
menyusun mengklasifikasi menerapkan
mendefinisikan mendiskripsikan meimilih
menggandakan mendiskusikan mendemonstrasikan
melabel menjelaskan mendramakan
mendaftar mengekspresikan menggambarkan
menjodohkan mengidentifikasi menafsirkan
mengingat melaporkan mengoperasikan
menamai menyatakan menyiapkan
mengurut memilih mempraktekkan
mengenali memilah menjadwalkan
menghubungkan menceritakan memecahkan
mengulang menterjemahkan menggunakan
mereproduksi
Analysis: Synthesis: Evaluation:
(Menguraikan (Menyatukan Membuat keputusan
pengetahuan dalam bagian-bagian berdasarkan kriteria
bagian-bagian dan menjadi kesatuan tertentu.
menghubung-kan yang utuh dan
antar bagian itu) menghubungkanny
a dalam situasi baru)
menganalisa menyusun menyampaikan
menghitung menghimpun memilih
mengkategorikan mengarang membandingkan
membandingkan menciptakan memperkirakan
membedakan membangun mengevaluasi
menginventaris mengkomposisikan memprediksi
menanyakan merancang menskor
merumuskan menyeleksi
mengatur menilai
mengelola
merencanakan
mengusulkan
mensintesa
menulis

Supaya Anda dapat memilih kata kerja yang tepat, Anda


harus dapat membedakan kata kerja operasional dari kata
kerja yang tidak operasional.

69
Pada tabel berikut ini Anda dapat melihat beda antara kata
kerja operasional (dapat diamati atau dapat diukur) dari
kata kerja yang kurang operasional.

Tabel 1 :
Daftar Kata Kerja Operasional dan Kata Kerja yang
Kurang Operasional

Kata Kerja Kata Kerja yang


operasional kurang operasional

Membedakan Mengerti
Mengidentifikasikan Mengetahui
Menuliskan Menghargai
Membandingkan Menyukai
Mengoperasikan Mengapresiasi
Mengemudikan Menghayati
Menguraikan Menyadari
Menyusun Memahami
Menilai Menyadari
Memecahkan (soal) Merasakan
Menjelaskan Mencintai
Dsb. Dsb.

Menggunakan kata kerja yang tidak operasional


dalam merumuskan tujuan pembelajaran itu tidak
tepat (Mager, 1962, Gagne, Briggs 1974). Hal tersebut
akan menyebabkan tujuan yang disusun menjadi
tidak spesifik atau mempunyai tafsiran ganda.
Dengan perkataan lain, tujuan yang tidak
menggunakan kata kerja operasional mudah
disalahtafsiran.

Contoh;
Siswa Akademi Senirupa/peserta diklat seni
mengerti kombinasi warna yang bagus.

70
Tujuan di atas kurang baik karena menggunakan
kata kerja yang tidak operasional, yaitu mengerti.
Kata mengerti itu memberikan tafsiran ganda,
misalnya:
1. Bila peserta dapat menjelaskan susunan warna
yang kombinasinya baik, dapat dikatakan bahwa
siswa itu telah mengerti;
2. Bila siswa dapat memakai baju-baju yang
kombinasinya baik dapat dikatakan bahwa dia
telah mengerti; dan
3. Bila siswa dapat membedakan kombinasi-
kombinasi warna yang baik dari kombinasi-
kombinasi warna yang tidak baik, dapat juga
dikatakan bahwa dia telah mengerti.

Di atas telah Anda pelajari bahwa kata kerja yang


tidak operasional menyebabkan tujuan tidak
spesifik. Karena itu perlu digunakan kata kerja yang
operasional. Namun demikian dalam hal ini Anda
harus berhati-hati, sebab menggunakan kata kerja
operasional tidak dengan sendirinya menyebabkan
tujuan yang Anda susun menjadi spesifik. Meskipun
kata kerjanya operasional, kalau cakupannya terlalu
luas tujuan itu tentu kurang spesifik.

Contoh:
1. Siswa kelas lima SD dapat mengerjakan soal
hitungan tanpa kesalahan.
2. Peserta diklat sekretaris dapat menulis surat.

Tujuan pembelajaran nomor 1 (satu) di atas


menggunakan kata kerja operasional. Namun tidak
jelas soal hitungan apa yang dikerjakan. Apakah
segala jenis hitungan, atau soal-soal pecahan.
Apakah soal-soal dengan bilangan tidak diketahui

71
atau soal lainnya. Karena cakupannya terlalu luas
tujuan di atas menjadi tidak spesifik dan emmpunyai
banyak tafsiran. Jadi agar tujuan bersifat spesifik
gunakan kata kerja yang operasional yang
cakupannya tidak terlalu luas.

Tujuan pembelajaran nomor 2 juga menggunakan


kata kerja operasional, namun tidak jelas surat apa
yang ditulis. Apakah segala jenis dan bentuk surat
atau surat lamaran, surat dinas, surat penawaran
dsb. Meskipun menggunakan kata kerja operasional,
tetapi karena cakupannya terlalu luas menjadi
kurang spesifik.

Dalam pembelajaran di suatu diklat widiaiswara


sealu mengharapkan agar peserta diklat mengerti
apa yang diajarkannya. Tetapi mengerti adalah
perilaku tertutup, yaitu perilaku mental yang tidak
mudah diamati dan tidak mudah diukur. Agar
dapat diukur perilaku mengerti tersebut harus dicari
buktinya yang dapat diamati atau diukur, atau dicari
perilaku penggantinya yang menandakan seseorang
mengerti. Untuk dapat diterima sebagai perilaku
pengganti harus dipenuhi dua syarat yaitu sahih dan
sesuai. Dengan kata lain, perilaku pengganti ini
harus benar-benar mewakili perilaku tertutup tadi.

e. Kata kerja yang digunakan dalam tujuan


pembelajaran harus menunjukkan tingkat
penguasaan yang diinginkan.
Hasil belajar itu mempunyai tingkat yang berbeda-
beda. Apabila setelah mempelajari sesuatu, siswa
hanya mampu menyebutkan kembali pelajaran yang
telah dibaca atau didengar dari guru, maka tingkat
kemampuan yang diperoleh siswa sangat rendah.
Pengetahuannya bersifat hafalan dan mudah

72
dilupakan. Apabila setelah mempelajari sesuatu
siswa dapat menjelaskan atau menceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri, hasil belajarnya sedikit
lebih tinggi. Kemampuan menceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri hanya dapat dilakukan
siswa yang benar-benar telah memahami isi
pelajaran. Apabila setelah mempelajari sesuatu siswa
dapat menggunakan atau menerapkan yang
dipelajarinya untuk menghadapi situasi yang baru,
maka bisa disimpulkan bahwa hasil belajarnya lebih
tinggi lagi.

Tingkat penguasaan hasil belajar seperti dijelaskan


di atas telah diklasifikasikan secar sistematis menjadi
beberapa kategori. Klasifikasi tujuan pembelajaran
yang banyak dikenal adalah taksonomi dari
Benyamin S. Bloom dan taksonomi dari Gagne.

Menurut teori, peserta diklat harus mempelajari


sesuatu dari tingkat yang rendah dahulu baru
kemudian menuju tingkat yang lebih tinggi. pada
saat menguji atau mengevaluasi kemampuan
peserta diklat kita juga harus mendasarkannya pada
klasifikasi tersebut. Kalau kita ingin mengevaluasi
tingkat kemampuan menerapkan, tingkat
sebelumnya yaitu menjelaskan dan memahami juga
dievaluasi atau terevaluasi.

Taksonomi tujuan pembelajaran menurut Gagne


adalah sbb:
informasi verbal
keterampilan intelektual
strategi kognitif
keterampilan motorik
sikap

73
Taksonomi tujuan pembelajaran dalam ranah
kognitif menurut Bloom dapat digambarkan sebagai
berikut;

Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Evaluasi
Sintesis Membandingkan
Analisis Menggabungkan nilai-nilai,
Penerapan Memecahkan bagian-bagian ide-ide
Menggunakan konsep-konsep menjadi satu dsb.
konsep dan menjadi bagian kesatuan dengan
Pemahaman
Pengetahuan Menterjemahkan prosedur untuk Mencari standar
Mengingat Menafsirkan memecahkan hubungan antar
Menghafal Menyimpulkan masalah bagian

Rumusan Tujuan Pembelajaran Yang Lengkap


Bagian modul ini membicarakan susunan tujuan
pembelajaran yang lengkap, yaitu tujuan yang
mempunyai empat unsur: A, B, C, dan D. Bagian modul
ini juga membahas pengertian masing-masing unsur
tujuan ini. Setelah mempelajari bagian ini Anda
diharapkan dapat menyusun tujuan yang unsur-
unsurnya lengkap.

Seperti yang telah Anda pelajari di bagian sebelumnya,


sebuah tujuan sedikitnya harus mempunyai subyek
dan kata kerja beserta dengan obyeknya Tujuan
yang mempunyai dua unsur seperti itu merupakan
tujuan pembelajaran yang susunannya kurang lengkap.
Tujuan pembelajaran yang lengkap itu terdiri dari
empat unsur, yaitu A, B, C, dan D. Arti untuk masing-
masing unsur itu dapat Anda pelajari dari uraian
berikut ini.

74
Perhatikan tujuan pembelajaran berikut ini dan carilah
unsur-unsurnya.

Diberikan seperangkat peralatan operasi, siswa Sekolah


Perawat tingkat akhir dapat menyebutkan nama dan
fungsi tiap alat operasi itu tanpa satu kesalahan pun.
Tujuan pembelajaran di atas mempunyai empat buah
unsur, yaitu :

AUDIENCE (biasa disingkat dengan huruf A) yaitu


orang yang mengikuti pelajaran atau pelatihan. Jadi
orang yang diharapkan akan dapat melakukan
pekerjaan seperti yang disebutkan oleh kata kerja dalam
tujuan itu. Dalam kalimat pernyataan suatu rumusan
tujuan pemmbelajaran, audience ini selalu menjadi
subyek atau pokok kalimat. Pada contoh tujuan di atas
audience-nya adalah siswa Sekolah Perawat tingkat
akhir.

Bila Anda menyusun tujuan pembelajaran seyogyanya


audience-nya dinyatakan secara spesifik. Artinya jelas
dan tidak mudah disalahtafsirkan. Pada contoh di atas
audience-nya telah disebutkan dengan spesifik. Dalam
tujuan itu audience tidak hanya disebutkan siswa saja,
tetapi siswa Sekolah Perawat. Bahkan bukan
sembarang siswa Sekolah Perawat, tetapi siswa Sekolah
Perawat tingkat akhir. Suatu tujuan pembelajaran
yang baik akan menyebutkan audience-nya dengan jelas
dan spesifik.

BEHAVIOR atau PERILAKU (yang biasa disebut


dengan singkatan B), merupakan kata kerja atau
predikat dalam kalimat pernyataan suatu rumusan
tujuan. Pada contoh tujuan di atas predikatnya atau
behavior-nya adalah dapat menyebutkan nama dan
fungsi tiap alat operasi.

75
Seperti telah dibicarakan di bagian sebelumnya kata
kerja yang digunakan sebagai predikat atau kata kerja
yang menyatakan behavior itu seyogyanya kata kerja
yang operasional. Jadi kata kerja yang dipilih adalah
kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat
diamati atau yang hasilnya dapat diukur. Kecuali itu
kata kerja itu harus menunjukkan tingkat penguasaan
yang dikehendaki. Pada contoh di atas kata kerja yang
digunakan adalah menyebutkan, jadi penguasaan
yang dituntut hanya kemampuan mengingat. Andaikan
audiencenya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Spesialis Bedah, kata kerja yang digunakan seyogyanya
kata menggunakan. Karena seorang dokter spesialis
bedah dituntut untuk dapat menggunakan peralatan
operasi itu, bukan hanya sekedar menyebutkan nama
dan fungsinya.

Rumusan Tujuan Pembelajaran Yang Minimal


Dalam prakteknya seringkali rumusan tujuan
pembelajaran yang dibuat tidak selengkap kriteria
ABCD di atas. Atas dasar pertimbangan tentang audi-
ence yang telah jelas atau telah dimaklumi bersama
maka seringkali audience tidak disebutkan, maka
rumusan tujuan pembelajaran yang dibuat tidak
menyebutkan siapa audiencenya, sehingga komposisi
hanya terdiri dari BCD. Juga atas dasar pertimbangan
untuk memberikan keleluasaan dalam implementasinya
di kelas seringkali rumusan tujuan pembelajaran tidak
menyertakan condition, sehingga komposisinya terdiri
atas ABD. Dalam kondisi tertentu susunan tujuan
pembelajaran seringkali menghilangkan unsur degree,
sehingga komposisinya menjadi BC atau AB. Bahkan
ada yang merumuskan tujuan pembelajaran secara
minimal, yakni hanya terdiri atas behavior saja.
Rumusan tujuan yang terdiri hanya behavior tersebut

76
contohnya dapat menghitung korelasi. Rumusan
tujuan seperti itu biasanya dianggap cukup, meskipun
minimal. Apabila kita analisis rumusan tersebut terdiri
dari dua hal yaitu adanya kata kerja dan obyek.
Menghitung adalah kata kerja, dan korelasi adalah
obyek atau kata benda. Rumusan minimal tersebut
dianggap cukup apabila di dalamnya mengandung
kompetensi yang memadai untuk menyelesaikan
tuntutan kurikulum.

Pada prinsipnya hal terpenting dalam rumusan tujuan


pembelajaran adalah adanya kompetensi yang hendak
dicapai oleh pebelajar (learner). Rumusan kompetensi
umumnya terdiri atas kata kerja dan kata kerja tersebut
mengandung sesuatu kemampuan, yang diikuti dengan
keterangan tentang obyek yang menyertai kemampuan
tersebut. Berdasarkan batasan mengenai kompetensi
tersebut dapat diberikan contoh rumusan kompetensi;
mengukur luas segitiga, menulis cerpen.

77
Penutup
Selamat Anda telah selesai mempelajari modul tentang
penyusunan GBIM dan tujuan pembelajaran

Bagaimana setelah beberapa jam menekuni modul ini? Penulis


mengucapkan terima kasih atas jerih payahnya. Tugas-tugas
yang telah Anda kerjakan dengan sungguh-sungguh, menjadi
bukti atas keberhasilan Anda. Tetapi, bila Anda rasakan masih
juga ingin membaca kembali, tentu saja tidak dihalangi.
Mungkin untuk mengingat kembali yang Anda anggap penting
untuk segera diterapkan dalam kegiatan menulis modul.

Dengan demikian kini Anda mampu menyusun GBIM dan


merumuskan tujuan pembelajaran dalam modul yang akan
Anda tulis.

Sebaiknya Anda segera menindaklanjuti belajar Anda dengan


segera menerapkannya dalam situasi yang nyata. Ingatlah
bahwa apabila pengetahuan Anda tidak segera diterapkan
maka pengetahuan yang telah dengan susah payah Anda
kumpulkan tersebut akan musnah ditelan masa. Mudah-
mudahan apa yang telah Anda pelajari tersebut dapat segera
Anda terapkan dan bermanfaat. Selamat berkarya.

78
Daftar Istilah
Instruksional; pembelajaran
Audience; peserta didik
Behavior; perilaku
Condition; situasi dan kondisi belajar
Degree; tingkatan hasil belajar, tingkat keberhasilan

79
Daftar Pustaka

AECT Task Force. 1977. The Definition of Educational Technol-


ogy, Washington DC: AECT
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Gagne, Robert M. 1977. The Condition of Learning. New York:
Holt, Rinehart and Wilson
Haryono, A. 1988. Model Pengembangan Program Pembelajaran.
Jakarta: PAU PPAI
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Mager, R.F. 1962. Preparing Instructional Objectives. Belmont,
Cal:Fearon Publisher.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for
Manager)
PAU PPAI UT, 1996 Mengajar di Perguruan Tinggi, AA. Jakarta:
PAU PPAI
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.
oooOooo

80
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

Bab 3
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

TEKNIK
PENULISAN MODUL
PENULISAN

Pendahuluan

M
odul ini isinya menjelaskan tentang teknik penulisan
bagian-bagian modul secara utuh. Isi utama modul
ini adalah cara penulisan modul meliputi cara
penulisan pendahuluan, uraian, latihan dan penutup. Namun
demikian setelah uraian tentang penulisan modul, dijelaskan
pula tentang penulisan petunjuk instruktur/tutor dan
penulisan soal evaluasi. Modul ini diharapkan membekali Anda
pengetahuan dasar tentang cara-cara penulisan setiap
komponen modul diklat.

Tujuan modul ini adalah untuk membimbing Anda berlatih


dan praktek menulis modul. Karena itu isi modul ini lebih
bersifat praktis dan lebih banyak berisi tentang cara-cara yang
perlu diterapkan dalam menulis modul. Kompetensi yang Anda
kuasai setelah mempelajari modul ini adalah sebagai berikut.

PENGALAMAN
KOMPETENSI INDIKATOR
BELAJAR
Mampu Peserta diklat 1. Mampu menulis modul
menerapkan berlatih dan peserta diklat. (menulis
berbagai teknik praktek menulis pendahuluan, penutup,
penulisan bagian-bagian uraian, dan latihan)
bagian-bagian modul 2. Mampu menulis petunjuk
modul secara instruktur/tutor
utuh 3. Mampu menulis soal
evaluasi

81
Modul ini berisi dua kegiatan belajar atau dua penggalan.
Kegiatan belajar 1 membahas tentang penulisan modul siswa
dan kegiatan belajar 2 tentang penulisan petunjuk instruktur
dan soal evaluasi. Tiap-tiap kegiatan belajar terkait erat secara
berurutan. Karena itu sebaiknya Anda mengikuti petunjuk
belajar berikut ini:
cermati uraiannya, terutama contoh-contohnya,
Praktekkanlah kegiatan-kegiatan yang baru anda pelajari.

Cobalah anda menulis sesuai dengan bidang yang anda kuasai.

SELAMAT BELAJAR !

82
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 1

PENULIS AN MODUL SIS


PENULISAN WA
SISW
(PESER
(PESERTTA DIKL
DIKLAAT)

Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
Menerapkan cara menulis pendahuluan modul,
Menerapkan cara menulis uraian,
Menerapkan cara menulis penutup dan rangkuman.

Uraian

A. PENULISAN BAGIAN PENDAHULUAN


MODUL

Bagaimana menulis bagian pendahuluan modul?


Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan
pembelajaran. Sebagai pembukaan, bagian ini harus
mampu menarik perhatian peserta diklat. Selain itu bagian
ini harus mampu memberikan petunjuk dan memotivasi
peserta diklat. Karena itu dalam pendahuluan seyogyanya
memuat hal-hal sebagai berikut.
Tujuan Instruksional Khusus sebagai sasaran belajar
yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan
modul.
Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat
pengetahuan dan keterampilan apa yang sebelumnya
sudah diperoleh atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai
pijakan (anchoring) dari pembahasan modul itu.

83
Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam
modul itu dengan materi dan kegiatan dalam modul
lain dalam sutu mata kuliah atau dalam mata kuliah
(cross reference).
Pentingnya mempelajarai modul itu dalam
pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara
profesional.
Urutan butir sajian modul secara logis.
Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari
modul itu agar berhasil dikuasai dengan baik.

Prinsip Dan Prosedur Penulisan Pendahuluan


a. Prinsip
Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat:
Menarik dan merangsang rasa ingin tahu
Urutan sajian yang logis
Mudah dicerna dan enak dibaca

b. Prosedur urutan penyajian semua unsur tersebut diatur


sendiri oleh penulis, sesuai dengan prinsip. Cara
penyajian bersifat personal dengan menggunakan kata
Anda sebagai sapaan penulis terhadap pembaca.

Contoh 1

PENDAHULUAN

Modul ini kelanjutan dari modul pertama. Tentu Anda


masih ingat, dari modul pertama Anda telah memperoleh
pengertian tentang apa pembelajaran kelas rangkap
(PKR), mengapa dan untuk apa PKR, dan apa saja yang
menjadi prinsip PKR. Selain itu Anda telah mengenal
praktek PKR yang terjadi saat ini sebagaimana adanya.
Dengan cara membandingkan prinsip dan kenyataan
PKR serta pembelajaran di SD pada umumnya, tentu
Anda sudah dapat menjelaskan perbedaannya.

84
Dalam modul ini Anda akan mempelajari aneka
model pengelolaan PKR dan metode pembelajaran
dalam PKR. Dari situ Anda diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan
PKR.
2. Dapat menerapkan aneka modul pengelolaan
PKR di SD.
3. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip didaktik-
metodik PKR.
4. Dapat menerapkan prosedur dasar PKR.
5. Dapat menerapkan aneka modul interksi kelas
dalam PKR.

Kemampuan tersebut sangat penting bagi semua


guru kelas, baik yang selalu bertugas mengajar kelas
rangkap di SD kecil maupun yang sewaktu-waktu
harus mengajar kelas rangkap karena guru lain
terpaksa tidak hadir mengajar. Anda akan tampil
lebih percaya diri dan mantap, murid Anda pun
akan merasa lebih puas dapat belajar dari Anda.
Lebih dari itu, suasana kelas Anda akan lebih
menarik, menantang dan menyenangkan.

Untuk membantu Anda mendapatkan semua hal


tersebut diatas, dalam modul ini akan disajikan
pembahasan dan latihan dalam butir uraian sebagai
berikut.
1. Prinsip dan Model pengelolaan PKR.
2. Prinsip didaktik-metodik dan prosedur dasar
PKR.
3. Aneka model interaksi kelas dalam PKR.

Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul


ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut.

85
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan
modul ini sampai Anda memahami betul apa,
untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul
ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan
kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda
anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-
kata kunci dalam daftar kata-kata sulit modul
ini atau dalam kamus yang ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi
modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar
pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan
dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, prosedur, dan model PKR
secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi
terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group
simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi
mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok
kecil atau klasikal pada saat tutorial.

Contoh 2

Pendahuluan

Salah satu tugas tersulit yang dihadapi manajer atau


pengelola dalam mengelola diklat adalah
merencanakan anggaran. Menyusun anggaran
menjadi tugas penting bagi manajer diklat sebab
semua kegiatan ditentukan oleh tersedianya
anggaran, yang pada akhirnya harus
dipertanggungjawabkan pemanfaatannya.

Modul berjudul Perencanaan Anggaran Diklat ini


membahas tentang pengertian, jenis dan komponen

86
biaya dalam diklat, identifikasi jenis, komponen dan
jumlah kebutuhan biaya untuk suatu program diklat
dan cara menghitung satuan biaya program diklat,
serta penyusunan sebuah rencana anggaran diklat.
Modul ini dikemas dalm dua kegiatan belajar dan
seluruhnya diberi alokasi waktu delapan jamlat.
Dua kegiatan belajar tersebut disusun dengan
urutan sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Identifikasi
Jenis Biaya dalam Diklat
Kegiatan Belajar 2: Menghitung Satuan Biaya
dan Menyusun Anggaran Diklat

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta diklat


MOT akan dapat; 1) menjelaskan pengertian dan
jenis biaya dalam diklat, 2) memperkirakan berbagai
jenis dan jumlah kebutuhan biaya untuk suatu
diklat, 3) menghitung satuan biaya per peserta untuk
suatu diklat, dan 4) menyusun sebuah rencana
anggaran diklat.

Kompetensi-kompetensi tersebut di atas sangat


diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai
perancang atau perencana program diklat. Suatu
perencanaan anggaran diklat yang baik akan
menjamin terselenggaranya diklat dengan baik pula.
Oleh karena itu tersusunnya rencana anggaran
diklat mutlak dierlukan sebelum diputuskan bahwa
diklat dilaksanakan.

Perlu Anda ingat, bahwa perencanaan anggaran


diklat tersebut memerlukan kemampuan
memahami berbagai jenis kegiatan diklat yang harus
didanai, serta kemampuan menghitung secara
cermat. Dengan wawasan dan kemampuan
tersebut Anda bisa menyusun sendiri anggaran diklat

87
yang paling sesuai bagi diklat yang akan Anda
laksanakan.

Proses pembelajaran untuk materi perencanan


anggaran diklat TNA yang sedang Anda ikuti
sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila
Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap anggaran diklat yang
telah ada dan yang telah dilakukan di tempat
kerja Anda, sebagai contoh atau acuan.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan
lakukan latihan menyusun anggaran diklat
dengan mengambil suatu contoh diklat.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam
mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam
mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah
secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi
instruktur/widiaiswara pembimbing atau
fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat manajemen of train-


ing (MOT), selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam
mata diklat ini untuk bekal bertugas mengelola diklat
dengan baik.

88
B. PENULISAN URAIAN
Bagaimana menyajikan uraian?
Uraian adalah paparan materi berupa fakta/data, konsep,
prinsip, beneralisasi/dalil, teori, nilai, prosedur/metode,
keterampilan, hukum, dan masalah yang disajikan secara
naratif atau piktorial yang berfungsi untuk merangsang
dan mengkondisikan tumbunya pengalaman belajar (learn-
ing experience).

Pengalaman belajar di upayakan menampilkan variasi


proses yang memungkinkan para mahasiswa memperoleh
pengalaman konkrit, observasi reflektif, konseptualisasi,
abstrak, dan eksperimen aktif. Jenis pengalaman pelajaran
disesuaikan dengan kekhususan setiap mata kuliah
misalnya untuk mata kuliah yang bersifat keterampilan
berbeda dengan yang bersifat pengetahuan.

Prinsip Dan Prosedur Penulisan Uraian


a. Prinsip
Uraian harus memenuhi syarat-syarat:
1) Materi harus relevan esensi TIU dan TIK,
2) Materi berada dalam cakupan topik inti,
3) Penyajiannya bersifat logis dan sistematis,
4) Penyajiannya komunikatif/interaktif dan tidak
kaku,
5) Memperhatikan latar (setting) a.l. kondisi,
mahasiswa,
6) Menggunakan teknik, metode penyajian yang
menarik dan menantang.

b. Prosedur
Penulisan uraian seyogyanya mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut.
- Rumuskan pokok uraian (pokok-pokok bahasan).
- Buat pemetaan konsep pokok uraian tersebut sesuai
dengan GBPP.
89
- Tentukan urutan penyajian setiap pokok bahasan.
- Tulis uraian secara deduktif/induktif dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
- Sediakan bahan pendukung, gambar, diagram dan
lain-lain.

Contoh Uraian 1

Biaya investasi (investment cost) adalah biaya yang


dikeluarkan untuk pengembangan diklat dan
kegiatan pembangunan system diklat secara
keseluruhan. Di dalamnya termasuk biaya
pembangunan sarana-prasarana, dan
pengembangan sistem diklat, dan penyiapan tenaga
serta pemasangan peralatan.

Biaya operasional (running cost) adalah biaya yang


dikeluarkan untuk mendanai penyelenggaraan
diklat setelah sistemnya siap. Biaya operasional ini
termasuk biaya-biaya yang diperlukan untuk bahan-
bahan habis pakai.

Contoh Uraian 2:

Dari berbagai jenis biaya diklat sebagaimana


diuraikan di atas, menurut sifatnya dapat pula
dikelompokkan menjadi dua jenis biaya, yaitu biaya
langsung dan biaya tak langsung. Agar lebih jelas
bagi Anda ikutilah uraian tentang biaya langsung
dan biaya tak langsung berikut ini.

Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya-biaya


yang diperlukan untuk mendanai seluruh kegiatan
pelaksanaan diklat. Jenis-jenis pengeluaran untuk

90
biaya langsung terdiri atas pengeluaran untuk staf
dan non staf. Pengeluaran untuk staf meliputi; gaji
upah, biaya konsultan dan biaya lainnya seperti
asuransi, kesehatan, keamanan, sosial dan
sebagainya. Sedangkan pengeluaran untuk non staf
meliputi; sewa, pengadaan peralatan seperti
komputer dan ATK, telepon, surat menyurat,
percetakan dan penggandaan termasuk pengetikan
dan fotokopi, serta biaya perjalanan termasuk
lumpsum, transport lokal dan tiket yang diperlukan
untuk instruktur, panitia dan peserta.

Biaya tak langsung. Biaya tak langsung adalah


biaya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan
diklat, tetapi tidak termasuk dalam biaya langsung
di atas. Biaya ini terkait dengan pemanfaatan segala
sarana prasarana dan sumber yang tersedia dan
dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
diklat. Pemanfaatan sarana prasarana dan sumber
yang ada harus diperhitungkan sebagai biaya
penyusutan atau perawatan. Biaya tak langsung ini
biasanya dihitung dalam prosentase dari total biaya
langsung, misalnya disepakati 20% dari biaya
langsung.

Biaya Gaji upah


staf Kesehatan,
Biaya Asuransi
langsung dll.
Biaya Biaya
non staf Sewa
Diklat
Biaya tak ATK
langsung Perjalanan
Ketik, cetak, copy
Telepon & pos

Gambar: Jenis-jenis Biaya Diklat

91
C. CARA MENYAJIKAN CONTOH DAN NON
CONTOH
Bagaimana menyajikan contoh dan non contoh?
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar, dan
lain-lain yang mewakili konsep untuk memantapkan
pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep,
prinsip, generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/
metode, keterampilan dan masalah.
Non contoh dapat berupa benda, ilustrasi, angka,
gambar, dan lain-lain yang tidak mendukung konsep
yang disajikan dan berfungsi memantapkan
pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep,
prinsip, generalisasi/dalil, hukum, teori, prosedur/
metode, keterampilan dan masalah.

Prinsip Dan Prosedur Menyajikan Contoh dan


Non Contoh
a. Prinsip
Contoh hendaknya:
Relevan dengan isi uraian,
Konsisten (ada konsisten istilah, konsep, dalil, peran)
Jumlah dan jenisnya memadai, sehingga
memberikan kejelasan tentang suatu konsep, teori,
dalil, dan seterusnya,
Logis (masuk akal)
Sesuai dengan realita, dan
Bermakna

b. Prosedur
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menyajikan contoh dan non contoh adalah sebagai
berikut.
Pilihlah konsep, teori, dalil yang perlu dijelaskan
melalui contoh.
Identifikasi kemungkinan-kemungkinan contoh.

92
Pilih contoh yang tepat dan benar.
Sajikan contoh yang tepat (ilustrasi, piktorial,
numerik)

Contoh:

Biaya investasi diklat contohnya adalah; biaya


pembangunan gedung dan pengadaan prasarana,
pengembangan bahan belajar dan media, biaya
pengadaan sarana praktek, laboratoium, dan biaya
untuk menyiapkan tenaga.

D. CARA MENYAJIKAN LATIHAN


Bagaimana menyajikan latihan?
Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus
dilakukan oleh mahasiswa, untuk memantapkan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/
data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur dan
metode. Latihan disajikan secara kreatif sesuai dengan
karakteristik setiap mata kuliah.

Prinsip Dan Prosedur Menyajikan Latihan


a. Prinsip
Latihan hendaknya:
Relevan dengan materi yang disajikan,
Sesuai dengan kemampuan mahasiswa,
Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas,
eksperimen, dan sebagainya.
Bermakna (bermanfaat), serta
Menantang mahasiswa untuk berpikir dan bersikap
kritis,
Bervariasi: dalam penyajiannya sesuai dengan
karateristik setiap mata kuliah

93
b. Prosedur
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menyajikan latihan adalah sebagai berikut.
Tentukan konsep, teori, dalil dan seterusnya yang
memerlukan latihan
Cari berbagai bentuk latihan yang sesuai.
Pilih bentuk latihan yang paling tepat
Tentukan teknik latihan yang akan digunakan
Tentukan bentuk latihan yang akan dilaksanakan
Tentukan sasaran (individu, kelompok)
Rumuskan bentuk latihan itu
Buat rambu-rambu kunci jawaban latihan

Contoh latihan:

Agar Anda memiliki pemahaman yang lebih utuh,


sebaiknya lakukanlah latihan menghitung biaya per
unit cost untuk sebuah diklat. Carilah data tentang
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk seluruh
kegiatan diklat, kemudian jumlahkan dan bagilah
dengan banyaknya peserta yang dilayani, maka
Anda akan memproleh sebuah contoh perhitungan
satuan biaya per peserta.

E. CARA MENULIS PENUTUP DAN


RANGKUMAN
Bagaiman cara menulis penutup dan rangkuman?
Penutup adalah bagian modul yang menegaskan sekali lagi
apa yang telah dipelajari oleh peserta diklat meliputi materi
dan komptensinya. Di dalam penutup ada rangkuman
tentang pokok-pokok isi modul.

Rangkuman adalah sari pati dari uraian materi yang


disajikan pada kegiatan belajar dari suatu modul yang

94
berfungsi menyimpulkan dan menegaskan pengalaman
belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan
tumbuhnya konsep atau skemata baru dalam pikiran
pembaca.

Prinsip Dan Prosedur Menulis Penutup dan


Rangkuman
a. Prinsip
Penutup dan Rangkuman hendaknya memenuhi
ketentuan:
Berisi ide pokok yang telah disajikan
Disajikan secara berurutan
Disajikan secara ringkas
Bersifat menyimpulkan
Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
Memantapkan pemahaman pembaca
Rangkuman diletakkan sebelum soal evaluasi pada
setiap kegiatan belajar, dan
Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak
menggunakan kata-kata yang sulit dipahami.

b. Prosedur
Penulisan rangkuman seyogyanya mengikuti langkah-
langkah:
Identifikasi ide-ide pokok dari uraian materi,
Urutkan ide-ide pokok tersebut secara logis dan
sistematis, dan
Tuliskan beberapa kesimpulan berdasarkan ide
pokok dalam uraian materi.
Tuliskan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh
peserta diklat setelah menyelesaikan modul.

95
Contoh Penutup dan Rangkuman:

Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang


Perencanaan Angaran Diklat. Dengan demikian
Anda yang bertugas sebagai pengelola diklat telah
menguasai kompetensi sebagai penyusun anggaran.

Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam


modul Perencanaan Anggaran Diklat ini adalah
sebagai berikut.
Menurut jenisnya biaya diklat juga bisa
dikategorikan menjadi biaya investasi dan biaya
operasional, sedangkan menurut sifatnya dapat
pula dikelompokkan menjadi dua jenis biaya,
yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung.
Jenis-jenis biaya yang diperlukan dalam
implementasi diklat dapat dikategorikan menjadi
tiga kelompok biaya yaitu; Biaya Persiapan, Biaya
Pelaksanaan dan Biaya Administrasi.
Biaya diklat meliputi biaya yang diperlukan
untuk kegiatan analisis, perancangan,
pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi diklat.
Anggaran diklat biasanya disusun untuk satu
tahun anggaran selama 12 bulan.
Perhitungan biaya diklat juga bisa dihitung per
peserta atau unit cost per peserta.

Selanjutnya Anda diharapkan dapat menerapkan


keterampilan menyusun anggaran diklat ini dalam
tugas Anda di lembaga diklat.

96
F. CARA MENYUSUN DAFTAR ISTILAH ATAU
KATA-KATA SULIT
Bagaimana menyusun daftar istilah atau kata-kata
sulit?
Kata sulit ialah kata yang dianggap sukar dimengerti oleh
pembaca, sehingga perlu diberikan penjelasan tambahan.

Kata-kata sulit meliputi:


1) Istilah teknis bidang studi ilmu tertentu, contoh: suku
bangsa (IPS), basa (IPA), jeda (Bahasa), start-finish
(Olahraga), sinus (Matematika), hal asas (PPKn),
perilaku awal (Pendidikan).
2) Kata-kata serapan baik dari bahasa asing maupun dari
bahasa daerah, contoh: tes, essay, spesies, paruh waktu,
penggal waktu.
3) Kata-kata lama yang dipakai kembali, contoh: mantan,
tuna grahita, tuna daksa.
4) Kata-kata yang sering dipakai oleh media massa, tetapi
kurang diketahui oleh awam, contoh: manajemen,
infrastruktural, inflasi, kliring.

Daftar kata-kata sulit adalah kumpulan kata-kata sulit


berserta penjelasannya yang disusun secara alfabetis.

Prinsip Dan Prosedur Menyusun Daftar Kata-


kata Sulit
a. Prinsip
Daftar kata sulit harus memenuhi kriteria berikut.
Disusun secara alfabetis
Penjelasan diberikan sesuai dengan konteks
pemakaian dalam bacaan/modul
Ditempatkan pada awal setiap buku pokok (setelah
daftar isi)

97
b. Prosedur
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menyusun daftar kata-kata sulit adalah:
Identifikasi kata-kata sulit yang perlu diberi
penjelasan,
Urutkan kata-kata tersebut dalam alfabetis, serta
Buat penjelasan setiap kata dengan menggunakan
berbagai sumber.

G. CARA MENULIS KUTIPAN DAN DAFTAR


KEPUSTAKAAN
Bagaimana menulis kutipan dan daftar kepustakaan?
Kutipan dapat berupa kata, ungkapan, bagian kalimat,
paragraf, gambar, ilustrasi, peta, yang diambil dari sumber
lain (orang, buku, dokumen, media massa, media elektronik,
dan sebagainya) yang diambil langsung atau disadur.

Daftar kepustakaan adalah kumpulan sumber-sumber


informasi yang digunakan dalam penulisan yang disusun
secara alfabetis.

Prinsip Dan Prosedur Penulisan Daftar Kepustakaan


1. Kutipan
a. Syarat-syarat kutipan:
Bersifat menegaskan suatu ide yang disajikan,
Berkaitan dengan ide tersebut,
Berasal dari sumber yang mutakhir,
Sahih (valid),
Diusahakan berasal dari sumber pertama, serta
Panjang kutipan tidak lebih halaman. Bila lebih
dari halaman, harus diberi kalimat penyela.

98
b. Prosedur Mengutip
Dalam mengutip hendaknya mengikuti langkah-
langkah berikut.
Tentukan uraian dalam sumber yang berisikan
ide yang sahih yang dapat mendukung,
menegaskan, berkaitan, dan relevan dengan ide
yang disajikan.
Tentukan inti (saripati) ide yang dikemukakan
sumber.
Usahakan menyajikan ide yang dikutip dengan
bahasa sendiri yang memenuhi aturan bahasa
Indonesia yang baik, benar, dan komunikatif.
Pakailah aturan-aturan baku dalam penulisan
kutipan (lihat lampiran).

2. Daftar Kepustakaan
a. Syarat-syarat penulisan daftar kepustakaan:
Sesuai dengan sumber yang dikutip dalam uraian
dan yang mendukung atau dipakai sebagai
acuan,
Informasi tentang sumber yang digunakan ditulis
secara benar dan lengkap, serta
Gunakan aturan baku penulisan daftar
kepustakaan (lihat lampiran)

b. Prosedur penulisan daftar kepustakaan


Daftar kepustakaan hendaknya ditulis dengan
mengikuti langkah-langkah berikut.
Kumpulkan semua sumber yang digunakan
dalam penulisan
Tuliskan identitas setiap sumber sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan
Urutkan sumber secara alfabetis menurut nama
penulis/institusi

99
12345678901234567890123456789012123456789012345
12345678901234567890123456789012123456789012345
12345678901234567890123456789012123456789012345
12345678901234567890123456789012123456789012345 Kegiatan Belajar 2

PENULIS AN
PENULISAN
PETUNJUK TUTOR
DAN SOAL EV
SOAL AL
EVAL
ALUUASI

Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 2 ini anda diharapkan dapat:
Menerapkan cara menulis petunjuk instruktur/tutor,
Menerapkan cara menulis soal evaluasi.

Uraian
A. CARA MENULIS PETUNJUK INSTRUKTUR/
TUTOR
Bagaimana cara menulis petunjuk tutor? Apa saja
isi petunjuk tutor?
Petunjuk tutor isinya antara lain adalah; hal-hal yang
harus dilakukan tutor dalam pemanfaatan modul,
materi pengayaan, dan soal evaluasi. Petunjuk tutor ini
merupakan dokumen terpisah dari modul yang
diperuntukkan bagi peserta diklat. Petunjuk WI disusun
sebagai pedoman bagi tutor lain yang melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang berkaitan dengan
skenario pembelajaran, meliputi; metode, dan media
serta pengaturan waktu penyelenggaraan proses
pembelajaran untuk menyelesaikan suatu diklat perlu
disusun dalam suatu pedoman yang jelas, dan itu
dituangkan dalam suatu dokumen yang disebut
petunjuk tutor atau petunjuk instruktur.

100
Penulisan petunjuk ini sebaiknya memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut;
- Proses pembelajaran yang dikembangkan dalam
petunjuk hendaknya menerapkan proses
pembelajaran orang dewasa (andragogi)
- Metode pembelajaran dipilih yang memungkinkan
peserta diklat lebih aktif dan partisipatif
- Metode dan media yang digunakan hendaknya
dibuat bervariasi
- Petunjuk memberikan alternatif, tidak kaku dan
memberikan peluang bagi tutor untuk berimprovisasi.

Penulisan petunjuk ini sebaiknya mengikuti


prosedur sebagai berikut;
- Buatlah kerangka isi yang mencakup; 1) penjelasan
tentang mata diklat, kompetensi dan karakteristik
pesertanya, 2) skenario pembelajaran, metode yang
digunakan, 3) media yang dimanfaatkan dalam
pembelajaran, 4) materi pengayaan, 5) soal evaluasi.
- Tulislah bagian demi bagian sesuai dengan kerangka
di atas
- Pada bagai skenario pembelajaran tulislah dahulu
aktivitas yang harus dilakukan peserta diklat selama
menyelesaikan kegiatan pembelajaran suatu mata
diklat, baru aktivitas yang dilakukan oleh tutor.
- Jelaskan Aktivitas tutor mulai dari kegiatan
membuka, mengisi atau inti, dan menutup
pembelajaran.
- Jelaskan media yang harus dipergunakan, atau harus
dikembangkan oleh tutor.
- Tulislah seluruh materi pengayaan yang bisa
menambah pengetahuan tutor, terutama dengan
contoh-contoh yang lebih kaya.
- Tulislah soal-soal evaluasi yang praktis tetapi benar-
benar efektif untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran.

101
B. CARA MENULIS SOAL EVALUASI
Dalam suatu petunjuk instruktur biasanya terdapat soal-
soal evaluasi yang dipergunakan untuk mengukur
penguasaan kompetensi peserta diklat.

Bagaimana menulis soal evaluasi?


Soal evaluasi adalah tes yang diberikan untuk mengukur
penguasaan mahasiswa setelah suatu pokok bahasan
selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar berakhir.
Soal evaluasi bertujuan untuk mengukur tingkat
penguasaan mahasiswa terhadap materi sesuai dengan
TIK yang telah ditetapkan.

Hasil soal evaluasi digunakan sebagai dasar untuk


melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya.

Prinsip Dan Prosedur Menulis Soal Evaluasi


a. Prinsip
Soal evaluasi hendaknya memenuhi syarat-syarat:
Mengukur kompetensi atau tujuan pembelajaran
yang sudah dirumuskan,
Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok
masalah yang dikemukakan, maupun dari
pilihan jawaban yang ditawarkan,
Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting,
Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan
butir soal,
Jika soal evaluasi ditulis dalam bentuk tes objektif,
tes tersebut harus dibuat dalam bentuk pilihan
ganda,
Soal evaluasi yang dibuat dalam bentuk pilihan
ganda, minimal berjumlah 10 butir soal, serta
Soal evaluasi yang dibuat dalam bentuk isian
singkat minimal berjumlah 10 butir soal.

102
b. Prosedur
Penulisan butir-butir soal evaluasi hendaknya
mengikuti langkah-langkah berikut.
Cermati kompetensi atau tujuan pembelajaran
(TIK) yang akan diukur pencapaiannya
Buat kisi-kisi tes
Tulislah berdasarkan kisi-kisi tes tersebut
Buat kunci jawaban (hendaknya disertai
alasannya)

103
Penutup
Selamat Anda telah menyelesaikan modul tentang Penulisan
Modul. Isi pokok modul ini adalah teknik penulisan bagian-
bagian modul. Telah Anda pelajari teknik menulis modul siswa,
mulai dari menulis pendahuluan, menulis uraian dan menulis
penutup. Saya yakin bahwa anda telah memiliki cukup bekal
dalam tulis menulis modul.

Kompetensi yang telah Anda kuasai setelah mempelajari modul


ini, adalah mampu menerapkan berbagai teknik menulis
bagian-bagian modul. Materi pokok yang telah Anda pelajari
dalam modul ini adalah;
1. Penulisan modul siswa; pendahuluan, uraian, penutup.
2. Penulisan petunjuk tutor dan penulisan soal evaluasi.

Sebagai tindak lanjut dalam mempelajari modul ini diharapkan


Anda mau terus memperbanyak praktek atau mendalami
pekerjaan menulis modul. Sebaiknya Anda berdiskusi dengan
teman sejawat mengenai cara menulis, dan bertukar
pengalaman Semoga sukses sebagai penulis modul.

104
Daftar Pustaka
Anonim, 1991. Writing for Distance Education, Samples, Inter-
national Extension College, Cambridge.
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for Man-
ager)

oooOooo

105
106
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

Bab 4
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

IL US
ILUS TRASI
USTRASI
DAN B AHAS
BAHAS
AHASAA

Pendahuluan

M
odul ini ditujukan bagi Anda yang sedang
mempelajari cara menulis modul atau bahan belajar.
Modul ini merupakan bagian dari paket modul yang
menguraikan berbagai aspek penting dalam teknik penulisan
bahan belajar. Cakupan modul berjudul Ilustrasi dan Bahasa
Modul ini meliputi pengetahuan dan keterampilan, oleh karena
itu di samping diuraikan konsep-konsep, diberikan pula contoh-
contoh serta latihan. Topik yang dibahas antara lain tentang
peran visual dalam proses belajar, tujuan penggunaan ilustrasi,
macam-macam ilustrasi, langkah-langkah perancangan
ilustrasi, petunjuk praktis penggunaan ilustrasi, gaya bahasa,
tata bahasa dan penyusunan paragraf.

Pembahasan modul ini difokuskan pada peran penulis dalam tahap


pengembangan naskah, khususnya pada tahap proses penulisan
dan penuangan gagasan atau ide. Uraian yang diberikan akan
membimbing Anda penulis atau calon penulis modul agar mampu
menggunakan ilustrasi yang tepat dan bahasa yang baik dalam
modul yang akan atau sedang ditulis.

Mempelajari modul ini akan lebih mudah apabila Anda mau


menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan bersedia berlatih.
Apabila Anda mengalami kesulitan jangan ragu untuk
menanyakannya kepada teman sejawat. Pengalaman berlatih akan
membimbing Anda untuk mampu menghasilkan modul dengan

107
ilustrasi yang tepat dan menarik, serta disajikan dengan bahasa
yang komunikatif.

Selamat belajar.

108
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 1

IL US
ILUS TRASI D
USTRASI AL
DAL AM
ALAM
MODUL

Tujuan
Setelah Anda mempelajari Kegiatan 1 ini diharapkan dapat
menerapkan penggunaan ilustrasi dalam menulis modul diklat.

Uraian
Peran Visual dalam Proses Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dengan
orang lain menggunakan kata-kata (verbal), gerak mimik,
pantomimik serta dengan simbol. Sayangnya tidak semua
pesan atau informasi dapat kita sampaikan secara mudah
kepada orang lain dengan hanya menggunakan sarana
tersebut di atas. Gagasan atau ide adalah salah satu
contohnya, terkadang sangat abstrak dan sulit dilukiskan
dengan kata-kata. Untuk menyampaikan ide yang belum
pernah terwujud atau belum pernah ada sebelumnya pada
pikiran seseorang seringkali memerlukan waktu. Visualisasi
sangatlah membantu terciptanya pengetahuan pada
seseorang secara lebih mudah dan cepat. Berikut ini adalah
salah satu contohnya.

Pada zaman lampau jauh sebelum diciptakannya pesawat


terbang, ide tentang kendaraan di udara telah ada dalam
benak sebagian orang dan telah menjadi bahan
pembicaraan. Untuk menjelaskan idenya kepada orang lain
Leonardo da Vinci melukiskan bentuk kendaraan di udara
tersebut dalam coretan gambarnya. Dengan mengamati

109
gambar tersebut orang menjadi tahu seperti apa pesawat
terbang yang ada dalam pikiran Leonardo da Vinci.

Kini di zaman dimana orang dituntut untuk tahu lebih


banyak tentang segala sesuatu, orang berusaha
mengumpulkan informasi dan pengetahuan melalui
seluruh potensi inderawinya. Melalui membaca,
mendengar, merasa dan mengamati manusia memperoleh
informasi atau pengetahuan, dan nampaknya peran indera
penglihatan cukup menonjol dalam membantu manusia
untuk belajar.

Visualisasi memiliki peran yang penting dan menentukan


bagi pencapaian tingkat keberhasilan proses belajar. Hal
ini sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian antara lain
yang telah dilakukan oleh Wilbur Schramm, Dwyer, dan
Peoples.

Sementara itu, pada sebagian masyarakat tertentu ada


kebiasaan yang menunjukkan adanya kecenderungan
untuk lebih menyukai salah satu cara memperoleh
informasi, misalnya mengamati saja, atau lebih suka
mendengar. Masyarakat kita misalnya dinilai belum
memiliki budaya baca yang tinggi, umumnya budaya
mendengar masih lebih menonjol.

Selain itu, pada anak-anak cenderung lebih mudah


memahami atau lebih suka mengamati gambar/visualisasi
daripada memahami simbol huruf dan kata-kata. Pada
awal perkembangannya anak-anak lebih mudah
memahami bahasa visual daripada bahasa verbal.

Oleh karena itulah maka penggunaan visualisasi


merupakan hal penting dalam penyampaian pesan bagi
orang yang sedang belajar dan berusaha mencapai
pengetahuan. Penyampaian pesan, gagasan atau ide

110
tertentu lewat visualisasi dapat memperjelas, memperlancar
proses sehingga komunikasi berlangsung secara efektif dan
efisien. Salah satu bentuk visualisasi yang lazim digunakan
ialah ilustrasi dalam berbagai ragam bentuknya. Dalam
pembahasan selanjutnya pada modul ini akan difokuskan
pada ilustrasi karena berkaitan dengan media pembelajaran
yang digunakan adalah modul.

Tugas
Cobalah adakan percobaan kecil-kecilan tentang peran
visual. Caranya tentukan tiga kelompok peserta diklat
yang relatif homogen, kemudian berikanlah penjelasan
tentang sesuatu konsep yang sama dalam bentuk
tertulis. Masing-masing kelompok menerima uraian
verbal (kata-kata) saja, kelompok kedua visual saja, dan
kelompok ketiga verbal dan visual. Bandingkanlah
hasilnya!
Tunjukkanlah kepada masing-masing kelompok peserta
diklat tersebut beberapa gambar yang mewakili pesan
tertentu dan mintalah penjelasan arti.
Carilah informasi lebih lanjut tentang berbagai hasil
penelitian yang menunjukkan pentingnya peran
visualisasi dalam proses belajar.

Tujuan Penggunaan Ilustrasi


Berikut ini secara berturut-turut akan diuraikan tentang
alasan penggunaan ilustrasi dan fungsi ilustrasi. Setelah
mempelajarinya Anda diharapkan akan dapat
menyebutkan berbagai tujuan penggunaan ilustrasi visual
dalam modul atau bahan belajar.

Alasan Penggunaan Ilustrasi


Ilustrasi digunakan dalam modul agar pesan atau informasi
yang disampaikan menjadi lebih jelas. Selain itu ilustrasi
memberikan variasi pada modul atau bahan belajar

111
sehingga menjadi lebih menarik dan mampu memotivasi
pembacanya, menjadi lebih komunikatif serta memudahkan
siswa memahami pesan. Ilustrasi juga dapat membantu
retensi, maksudnya memudahkan pembaca untuk
mengingat konsep atau gagasan yang disampaikan.

Ilustrasi dapat menghemat penyajian uraian, sebab dengan


ilustrasi suatu konsep yang rumit dan luas yang biasanya
memerlukan uraian yang panjang lebar dapat disajikan
hanya dalam satu gambar. Ilustrasi juga dapat
menampilkan sesuatu yang susah dijelaskan dengan kata-
kata, misalnya deskripsi benda konkrit yang rumit dan
konsep yang abstrak, konsep spasial, hubungan dan
gerakan antar bagian pada mesin, serta perbandingan
benda atau konsep, dan sebagainya.

Fungsi Ilustrasi
Ditinjau dari fungsinya, maka ilustrasi yang digunakan
dalam bahan belajar mempunyai empat fungsi sebagai
berikut.

a. Fungsi Deskriptif
Ilustrasi berfungsi deskriptif, yaitu menggantikan
uraian. Seringkali untuk mendeskripsikan sesuatu secara
verbal dan naratif tersebut sangat tidak efisien karena
membutuhkan ruang atau halaman yang cukup banyak
dan kurang efektif karena menyita perhatian pembaca
hanya pada bagian itu saja. Tidak jarang, deskripsi ver-
bal dan naratif yang panjang dapat menimbulkan salah
persepsi dari pembaca. Ilustrasi dapat dimanfaatkan
untuk melukiskan sesuatu sehingga lebih cepat dan lebih
mudah dipahami.

Namun perlu disadari bahwa tidak semua uraian ver-


bal dan naratif dapat digantikan dengan ilustrasi. Pada

112
uraian tentang konsep tertentu yang sangat abstrak sulit
dibuat ilustrasinya. Ilustrasi terutama dapat
menunjukkan atau mendiskripsikan rupa atau wujud
dari suatu benda secara konkrit sesuai aslinya, misalnya
dengan foto atau lukisan. Contohnya untuk
mendiskripsikan rupa binatang (langka/telah punah)
seperti panda, marmut, atau cendrawasih digunakan
ilustrasi gambar.

b. Fungsi Ekspresif
Ilustrasi dapat memperlihatkan atau menyatakan suatu
ide, gagasan, maksud, perasaan, situasi, atau konsep
yang abstrak. Sesuatu ide yang sangat abstrak dapat
diilustrasikan secara nyata, tepat dan mengena sehingga
mudah ditafsirkan dan dipahami. Suasana hati, proses
emosi, dan mimik seseorang dapat diperlihatkan melalui
ilustrasi. Contohnya ilustrasi untuk menggambarkan
orang kesal, sedih atau kecewa dan sebaliknya.

Ilustrasi dapat pula digunakan untuk mendramatisir


sesuatu. Peristiwa atau unsur yang sangat sederhana
atau kurang menarik dapat diekspresikan secara atraktif
sehingga lebih menarik perhatian.

c. Fungsi Analisis atau Struktural


Ilustrasi dapat menunjukkan rincian bagian demi
bagian dari suatu benda atau sistem atau pun proses
secara detil sehingga lebih mudah dipahami. Tahap-
tahapan dalam suatu proses yang kompleks dapat lebih
jelas diperlihatkan melalui ilustrasi misalnya berupa
bagan. Dengan ilustrasi dapat pula dijelaskan suatu
elaborasi suatu konsep sehingga lebih jelas. Contohnya
adalah ilustrasi tentang rincian bagian-bagian dari
paru-paru manusia yang memberikan rincian sampai
detil yang terkecil.

113
d. Fungsi Kuantitatif.
Ilustrasi dapat menunjukkan jumlah bilangan dan
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel
angka dalam suatu hitungan. Konsep-konsep kualitatif
dapat diperjelas dengan ilustrasi kuantitatif untuk
memudahkan dipelajari serta diingat. Contoh fungsi ini ada
pada ilustrasi berupa grafik yang menunjukkan trend
kenaikan nilai kurs mata uang pada periode waktu tertentu.

Tugas
a) Ambilah sebuah buku apa saja kemudian perhatikanlah
jenis ilustrasi apa saja yang digunakan untuk setiap
bagiannya, kemudian buatlah daftarnya.
b) Periksalah setiap ilustrasi tersebut kemudian jelaskan
fungsinya.
c) Tulislah dua naskah tentang hal yang sama dengan
proporsi antara teks dan ilustrasi yang berbeda
kemudian tentukan manakah yang terbaik (yang lebih
mudah dipahami) menurut Anda.

Macam-Macam Ilustrasi
Setelah mempelajari bagian ini Anda diharapkan akan
dapat menentukan jenis ilustrasi visual sesuai dengan
materi yang disampaikan dalam modul atau bahan belajar
yang ditulis.

Ilustrasi yang biasa dipergunakan dalam modul atau bahan


belajar antara lain daftar/tabel, diagram dan skema, grafik,
foto, gambar dan sketsa, simbol dan kartun.

Sebenarnya ada banyak sekali jenis ilustrasi lainnya, namun


dalam modul ini hanya dibahas yang penting-penting
sebagaimana tersebut di atas. Masing-masing jenis ilustrasi
akan diberikan batasannya dan contohnya.

114
DAFTAR/TABEL
Daftar atau tabel
adalah catatab ringkas Judul/
Kompetensi Indikator/
dasar/Tujuan tujuan
yang memuat nomor pembelajaran pembelajaran
modul Umum khusus
informasi mengenai
sesuatu hal. Daftar/ (1) (2) (3)
tabel tersebut disajikan .... .... ....
dengan huruf dan .... .... ....
angka-angka, kadang- .... .... ....
kadang disertai tanda-
tanda. Daftar harga
kebutuhan pokok,
daftar jadwal penerbangan, daftar nilai kurs mata uang
dll. adalah merupakan contoh dari daftar.

DIAGRAM DAN 90
SKEMA 80

Diagram adalah 70
60
rincian mengenai 50 SD
40 SMP
sesuatu hal yang 30 SMA

ditampilkan secara 20
10
visual. Ada berbagai 0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
bentuk diagram yang
biasa digunakan
sebagai ilustrasi bahan belajar, seperti diagram alur,
diagram pohon, dll. Adapula diagram kata yang
dipergunakan untuk mendiskripsikan atau merinci
sesuatu. Sedangkan skema adalah suatu gambaran
kasar dan sederhana tentang suatu rangkaian obyek.
Melalui skema obyek atau sesuatu yang rumit dalam
kenyataannya bisa digambarkan secara sederhana
sehingga lebih mudah untuk dipahami. Untuk
menerangkan suatu rangkaian peralatan yang
menggunakan mesin misalnya, maka dibuat skema
tentang peralatan tersebut. Skema sering digunakan
dalam mata pelajaran IPA.

115
GRAFIK
100
Grafik adalah suatu 90

informasi yang 80
70
disajikan dalam 60
50
SD
SMP
bentuk gambar 40 SMA
30
sederhana yang 20
10
menggunakan titik- 0
titik, garis atau 1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

bentuk, dan kadang-


kadang dilengkapi pula dengan lambang-lambang.
Grafik berfungsi untuk menyajikan data kuantitatif,
menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu
obyek atau peristiwa yang saling berhubungan secara
ringkas jelas dan teliti. Ada beberapa macam grafik,
antara lain grafik garis, grafik batang, grafik gambar
sederhana dll. Grafik ini seringkali digunakan dalam
bahan belajar, karena sangat cocok untuk menunjukkan
trend (arah perkembangan), fluktuasi, atau
perbandingan antar kuantitas.

FOTO
Foto adalah gambar
hasil rekaman kamera
tentang sesuatu
obyek benda.
Gambaran visual
tentang obyek dalam
foto lebih otentik
dibanding jenis
gambar yang lain.
Foto merupakan
ilustrasi yang baik untuk bahan ajar, terutama untuk
menunjukkan realita dan wujud suatu obyek misalnya
tumbuhan, binatang dan benda lainnya. Meskipun
demikian masih diperlukan kehati-hatian dalam
penggunaannya.

116
GAMBAR DAN SKETSA
Gambar adalah suatu
visualisasi obyek
yang dituangkan
dalam medium dua
dimensi (kertas atau
kanvas, dll.) Ada
berbagai jenis gambar
mulai dari yang pal-
ing realistis dan
otentik sampai
dengan yang paling sederhana. Gambar yang baik
bersifat otentik, sederhana, artistik, ukurannya tepat dan
mengandung gerak atau perbuatan.

Sketsa adalah gambar yang menggunakan garis-garis


sederhana untuk menggambarkan bagian-bagian pokok
atau obyek tanpa diserta detil. Meskipun sangat
sederhana sketsa tetap dapat dipergunakan untuk
memperjelas informasi dan menghindari verbalisme,
serta dapat menarik perhatian.

SIMBOL
Simbol adalah bentuk
sajian grafis yang
menonjolkan ide, atau
konsep tertentu. Simbol
diciptakan untuk
mewakili suatu pesan
agar dapat ditangkap
dan dimengerti secara
cepat dan tepat. Simbol
yang baik dapat dengan tepat dimengerti oleh audien
meskipun tanpa disertai deskripsi verbal. Pada umumnya
setiap bidang ilmu mempunyai simbol-simbol khas yang
telah disepakati oleh para ahli bidang tersebut.

117
Selain itu ada pula simbol-simbol khusus untuk bahan
belajar. Simbol-simbol tersebut diciptakan dan
digunakan untuk membantu proses belajar.

KARTUN
Kartun adalah gambar
interpretatif yang simbolis
mengenai sikap orang,
situasi, atau kejadian
tertentu. Kartun
mempunyai ciri-ciri; bersifat
humor, menonjolkan
karakter yang mudah
dikenal dan dimengerti,
menonjolkan isi pesan,
atraktif dan mengabaikan
detil atau sederhana. Kartun
dapat menyampaikan pesan secara ringkas dan cepat,
mampu menarik perhatian dan mempengaruhi sikap
atau perilaku. Kartun yang baik dan mengena akan
berkesan dalam ingatan dalam jangka waktu yang lama.

118
Menentukan Ilustrasi
Setelah Anda mengenal berbagai jenis ilustrasi yang dapat
digunakan dalam menulis modul atau bahan belajar maka
Anda harus menentukan kebutuhan ilustrasi dalam modul
yang Anda tulis. Berbagai pertanyaan yang perlu Anda
jawab adalah; Ilustrasi apa cocok untuk uraian yang mana?
Berapa banyak ilustrasi diperlukan? Bagaimana dengan
ukuran dan penempatannya? Dari mana diperoleh? Dan
masih banyak pertanyaan teknis lainnya yang berkaitan
dengan pemilihan ilustrasi.

Dasar pertimbangan utama dalam menentukan ilustrasi


adalah kembali kepada fugsinya, terutama untuk
memperjelas pesan.

Tugas
Tulislah dua naskah tentang hal yang sama dengan
proporsi antara teks dan ilustrasi yang berbeda
kemudian tentukan manakah yang terbaik menurut
Anda.
Ilustrasi jenis apa (sebutkan 2 saja) yang paling sering
digunakan oleh penulis?

119
Langkah-Langkah Perancangan Penggunaan
Ilustrasi
Setelah mempelajari bagian ini Anda diharapkan akan
dapat menerapkan langkah-langkah perancangan dan
penggunaan ilustrasi visual dalam modul atau bahan
belajar.

Sebelum melakukan langkah-langkah perancangan ilustrasi


perlu Anda ketahui terlebih dahulu tentang cara-cara
memperoleh ilustrasi.

Cara Memperoleh Ilustrasi


a. Mengambil (adopsi). Mengambil atau mengadopsi
adalah cara paling praktis dalam memperoleh
ilustrasi. Caranya dengan mengambil ilustrasi yang
telah ada atau milik orang lain untuk bahan belajar
yang kita tulis. Pengambilan ini dapat dilakukan
dengan cara mengkopi atau cara lain, dengan ijin
dan tanpa ijin tergantung kepada status hak
ciptanya.
b. Mengadaptasi (adapt) atau Modifikasi. Caranya
dengan mengambil ilustrasi orang lain disesuaikan
dengan kebutuhan kita. Penyesuaian tersebut
ditempuh dengan cara merubah, menambah atau
mengurangi unsur-unsurnya.
c. Membuat ilustrasi diperoleh dari hasil membuat,
mengadakan sendiri atau dengan bantuan ilustrator.
Langkah perancangan ilustrasi apa pun cara yang
Anda tempuh untuk memperoleh ilustrasi bahan
belajar Anda hendaknya menempuh langkah-
langkah sistematis sebagai berikut. Pada dasarnya
perancangan ilustrasi dalam penulisan bahan belajar
dimulai dengan tahap identifikasi kebutuhan
ilustrasi, kemudian tahap disain dan pengembangan
dan terakhir tahap penyuntingan.

120
Identifikasi
1. Pemilihan pesan. Anda harus menentukan bagian-
bagian penyajian bahan belajar yang membutuhkan
ilustrasi. Pesan-pesan pokok yang memerlukan
ilustrasi dan akan diilustrasikan ditulis. Berikanlah
nomor sehingga Anda mengetahui jumlah ilustrasi
yang dibutuhkan.
2. Penentuan jenis. Anda harus menentukan jenis-jenis
ilustrasi yang dibutuhkan pada setiap bagian yang
telah Anda tentukan pada langkah pertama,
misalnya ilustrasi nomor 1 adalah tabel, nomor 2
grafik dan seterusnya.
3. Penentuan penempatan. Selanjutnya Anda
menentukan letak ilustrasi dalam bagian uraian
bahan belajar, misalnya ilustrasi nomor 1
ditempatkan pada uraian pada halaman 2, ilustrasi
nomor 2 halaman 8, ilustrasi 3 halaman 12, dan
seterusnya.
4. Penentuan ukuran. Langkah selanjutnya Anda
menentukan ukuran untuk masing-masing ilustrasi.
Ukuran dapat dinyatakan dengan ukuran halaman
misalnya 1 halaman, setengah halaman atau
seperempat halaman dan seterusnya, atau dapat
pula dengan ukuran kolom, ukuran sentimeter (cm),
skala perbandingan dan sebagainya.
5. Penentuan sumber. Anda harus menentukan
sumber ilustrasi Anda misalnya ilustrasi nomor
sekian dibuat sendiri, dan ilustrasi nomor sekian
dibuat oleh ilustrator, sedangkan ilustrasi nomor
sekian diambil dari sumber pustaka yaitu Buku A
dan seterusnya.
6. Perancangan keterangan. Akhirnya masih pada
tahap identifikasi ini Anda harus menentukan setiap
keterangan, kata-kata atau kalimat yang diperlukan
pada setiap ilustrasi.

121
Disain dan Pengembangan
7. Pembuatan ilustrasi. Anda atau ilustrator
mewujudkan ilustrasi sesuai dengan hasil identifikasi
yang telah dilakukan. Pembuatan ilustrasi ini harus
sesuai dengan isi pesan dan sesuai dengan daftar
yang telah dibuat.
8. Pemilihan dan seleksi. Dalam hal ilustrasi diperoleh
dari sumber lain, maka Anda harus memilih dan
menyeleksi ilustrasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan. Anda harus melihat satu-persatu secara
cermat jangan lupa membubuhkan sumbernya
bilamana diperlukan.
9. Modifikasi. Selanjutnya apabila diperlukan Anda
membuat berbagai penyesuaian atas ilustrasi yang
terpilih agar sesuai dengan isi pesan yang akan
Anda sampaikan.
10. Pemberian keterangan. Langkah berikutnya adalah
membubuhkan keterangan (kata-kata atau kalimat
yang berfungsi memperjelas) pada setiap ilustrasi
11. Penyusunan tata letak. Anda sebagai penulis
diminta memberikan saran bagi perancang tata letak
perwajahan tentang penempatan ilustrasi yang
sebaik-baiknya. Apabila ada pesan-pesan khusus
tentang penempatan ini sebaiknya Anda berikan.

Pengembangan
12. Penilaian. Sebagai penulis Anda sebaiknya menilai
ketepatan ilustrasi dengan isi pesan. Kegiatan ini
Anda lakukan setelah semua ilustrasi ditempatkan
sebagai bagian dari penyajian suatu bahan belajar
atau modul.
13. Revisi. Akhirnya Anda harus memperbaiki dan
merevisi kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang
ada pada ilustrasi.

122
Penentuan Keterangan (caption) dalam Ilustrasi
Yang dimaksud dengan keterangan atau caption di
sini adalah judul, nama, penomoran, dan teks tambahan
sebagai bahan tak terpisahkan dari ilustrasi yang
berfungsi memperjelas atau melengkapi ilustrasi.
Lazimnya suatu ilustrasi diberi judul atau nama serta
penomoran yang sistematis. Nama atau judul ini
biasanya diberikan menurut jenis ilustrasinya.
Kemudian diikuti nomor yang diberikan secara
berurutan misalnya Gambar 1. Badak Sumatra. Tabel
1.1. Trend Kenaikan Kurs Dolar. Sketsa 2. Metamorfosa,
dsb. Penempatan judul dan nomor tersebut ada yang
di atas, di bawah, atau di samping ilustrasi, demikian
pula penempatan teks keterangan.

Evaluasi Ilustrasi
Evaluasi ilustrasi pada dasrnya berkaitan dengan aspek-
aspek pokok yaitu kesesuaian dengan kebutuhan, isi
pesan atau informasi, kejelasannya, kemenarikannya
dan kemanfaatannya. Jadi penilaian ilustrasi modul
lebih didasarkan pada fungsinya daripada baik
buruknya ilustrasi dari segi artistiknya.

Berikut ini pedoman yang dapat Anda gunakan untuk


menilai penggunaan ilustrsai pada modul yang Anda
tulis sendiri. Dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini Anda akan bisa mengetahui
seberapa banyak usaha yang telah dilakukan untuk
memanfaatkan ilustrasi. Tentu saja pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat Anda modifikasi untuk
dipertanyakan kepada orang lain apabila Anda ingin
menilainya.
1. Apakah Anda membuat ilustrasi sendiri? Bila ya,
apakah Anda merasa berhasil?
2. Apakah Anda telahberusaha maksimal untuk
mencari dan menemukan ilustrasi yang sesuai?

123
3. Apakah Anda telah menggunakan ilustrasi
berangkaian atau berkaitan satu sama lain?
4. Secara umum tujuan apakah yang hendak Anda
capai dengan ilustrasi yang Anda gunakan?
5. Apakah Anda memodifikasi ilustrasi sehingga sesuai
dengan kebutuhan pembaca?
6. Apakah setiap ilustrasi yang Anda gunakan telah
Anda anggap jelas bagi siswa?
7. Apakah Anda telah menyederhanakan ilustrasi yang
kompleks sehingga nampak jelas fokusnya?
8. Apakah hal-hal yang detil jelas terlihat dalam
ilustrasi yang Anda gunakan?
9. Apakah Anda telah menggunakan petunjuk atau
tanda khusu (pointers) untuk menarik perhatian
siswa?
10. Apakah Anda telah membubuhkan keterangan atau
caption pada setiap ilustrasi? Apakah Anda
memberikan penomoran?
11. Apakah Anda menggunakan kata-kata secara
selektif?
12. Apakah Anda mengujicobakan ilustrasi tersebut?
Kepada siapa saja?
13. Apakah Anda merevisi ilustrasi? Atas dasar apa
revisi tersebut dilakukan?
14. Apakah Anda menggunakan ilustrasi dari sumber
pustaka? Khusus ilustrasi yang dilindungi hak cipta
apakah Anda meminta ijin? Anda mencantumkan
sumbernya?
15. Apakah dalam uraian materi Anda secara eksplisit
ada yang mengacu kepada ilsutasi?
16. Apakah Anda memperhatikan konsistensi
penempatan da penomoran ilustrasi maupun
keterangan?

124
Tugas
Jelaskanlah secara singkat dengan kalimat Anda sendiri
langkah-langkah mengadakan ilustrasi dari sumber
pustaka!

125
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 2

BAHAS
AHASAA MODUL

Tujuan
Setelah Anda mempelajari Kegiatan 2 ini diharapkan dapat
menerapkan penggunaan bahasa yang komunikatif dalam
menulis modul diklat.

Uraian
Gaya Bahasa Percakapan
Aspek ketiga dari keterbacaan sebuah modul adalah
penggunaan bahasa. Ada tiga topik penting yang akan di
ulas. Topik pertama diuraikan adalah penggunaan bahasa
percakapan pada modul. Topik kedua tentang penggunaan
tata bahasa secara sederhana. Sedang topik ketiga adalah
mengenai penyusunan paragraf.

Setelah mempelajari topik pertama, Anda diharapkan akan


mampu menggunakan kata ganti orang, menggugah rasa
ingin tahu, menggunakan kalimat retorik memberi selingan
humor dengan gaya bahasa percakapan pada modul. Topik
ini cukup singkat sehingga dalam waktu 50 menit saja
sudah dapat Anda selesaikan. Mau mencoba? Silahkan ikuti
dengan cermat.

Jangan lupa mengerjakan tugas yang


disediakan untuk Anda.

Gaya bahasa percakapan artinya, gaya bahasa yang


dipergunakan dalam menulis modul seperti gaya seseorang
sedang bercakap-cakap dengan orang lain yang belum

126
saling mengenal dengan baik. Anda seakan-akan
berhadapan dengan pembaca modul pada saat Anda
menulis bahan sajian. Cara ini akan menimbulkan suasana
akrab, dan terkesan tidak formal. Gaya percakapan bahasa
ini tidak akan Anda temui pada buku-buku teks. Pada buku
teks tersebut bahan yang disampaikan bersifat searah. Tidak
ada kesempatan bagi pembaca untuk saling berkomunikasi.
Tidak terjadi komunikasi dua arah.

Misalkan Anda sedang mempelajari diktat sejarah. Isinya


kebanyakan menguraikan berbagai peristiwa sejarah secara
berurutan tanpa ada kesempatan bagi pembaca untuk
berpikir sejenak pun. Buku diktat demikian akan sangat
membosankan, tidak akrab dengan pembaca. Alangkah
baiknya bila sekali-kali ada kalimat seperti ini: Bagaimana,
Anda merasa tercekam mengikuti peristiwa itu? Hanya
dengan kalimat pendek tersebut pembaca sudah merasa
diajak serta mengikuti peristiwa yang dimaksud. Pembaca
merasa disentuh rasa partisipasinya dan menjadi ikut aktif.
Penulis menggunakan kalimat tanya yang perlu dijawab
oleh pembaca walaupun jawaban itu hanya dalam hatinya.
Dalam hal demikian penulis telah menggunakan sedikit
bahasa percakapan.

Gaya bahasa percakapan ini tidak mengurangi keseriusan


Anda menulis modul. Pada waktu Anda bercakap-cakap
dengan orang lain, seringkali menggunakan kata kamu,
engkau, anda, aku, saya, dia, mereka,
kami, kita. Kata-kata tersebut disebut kata ganti or-
ang. Dalam menulis modul pun disarankan sering-sering
menggunakan kata ganti orang. Penggunaan kata-kata
tersebut terkesan akrab, bersahabat, mendekatkan penulis
modul dengan pembacanya. Penulis modul dapat
menggunakan kata ganti orang pertama (aku atau saya),
sedangkan untuk pembacanya dipergunakan kata ganti
orang kedua (kamu, engkau, Anda atau saudara).

127
Contoh:
Pada kegiatan belajar 1 telah kamu pelajari perubahan kekuasaan
yang terjadi. Perang salib telah berakhir...... dan seterusnya.

Anda sebagai pendidik tentu sudah biasa bercakap-cakap


dengan siswa di depan kelas. Nah, dalam menulis modul
suasana seperti itu juga yang perlu Anda terapkan. Pernah
menggunakan komputer? Bahasa yang dipakai untuk
memberi petunjuk-petunjuk adalah bahasa percakapan.
Anda seakan-akan diajak bercakap-cakap dengan pembuat
programnya. Luwes sekali. Tidak membosankan. Bagi yang
sudah jatuh cinta pada komputer, bisa berjam-jam
berdialog di depan layar monitor. Malah banyak sekali
simbol-simbol yang mudah dipahami penggunaannya.
Kalau modul yang Anda tulis seperti itu, tentu pembaca
akan mencintai modul itu.

Ada lagi satu aspek yang menyebabkan siswa Anda terpikat


dengan bahan pelajaran yang Anda tuangkan dalam
modul, yaitu rasa ingin tahu. Seperti kalau kita
menonton film detektif, kita benar-benar diarahkan untuk
selalu ingin tahu adegan apa kiranya yang akan terjadi
berikutnya. Dalam benak kita selalu ada tanda tanya:
Bagaimana sih selanjutnya? Dengan demikian penonton
akan terpikat oleh adegan yang memikat itu. Begitu pula
halnya bila Anda menulis modul. Menggugah rasa ingin
tahu (curiosity) pembaca perlu dibangun dalam tulisan.
Ini juga bisa diutarakan melalui bahasa percakapan.

Contoh:
.... Begitulah kisah suami istri yang malang itu terjadi. Kisah
mereka akan terus berlanjut. Bila Anda ingin tahu, jangan
melepas modul ini dulu. Ikuti terus....

Gaya bahasa percakapan yang dituangkan dalam bahasa


tertulis dapat menggunakan kalimat tanya retorik. Kalimat

128
tanya ini tidak perlu dijawab langsung setelah diungkapkan
oleh penanya. Bila Anda menggunakan kalimat retorik,
Anda bertanya kepada pembaca. Tetapi, sebelum dia
menjawab Anda sendiri langsung memberikan
jawabannya. Fungsinya hanya sebagai pemicu (trigger)
daya persepsi pembaca mengenai jawaban atas pertanyaan
itu. Bila persepsinya benar, maka pembaca akan merasa
bangga bahwa apa yang ia tapsirkan sebagai jawabannya
ternyata tepat. Rasa bangga itu akan selalu teringat olehnya,
sehingga dia terdorong untuk lebih percaya diri pada
kemampuannya. Sebaliknya, bila persepsinya salah, dia
juga akan selalu ingat akan kesalahan serta perbaikan atas
kesalahan itu.

Contoh:
Pertanyaan retorik: Bukankah peristiwa kematian kedua
orangtuanya sangat memukulnya?

Baru saja pertanyaan itu selesai dibaca dalam hati pembaca,


lalu Anda menjawabnya sendiri dengan menulis:
Memang demikianlah. Takdir telah menjemput mereka
begitu mendadak.
Jadi pertanyaan yang Anda lontarkan itu Anda jawab
sendiri. Pada saat pertanyaan itu dibaca oleh pembaca
Anda, dalam benaknya telah tergambar suatu jawaban.
Pada saat pembaca Anda memikirkan apa kira-kira
jawabannya, tahu-tahu jawaban itu sudah Anda
ungkapkan. Jadi, pertanyaan Anda berfungsi sebagai
pelatuk/pemicu, pemancing antisipasi gambaran pembaca.

Namun perlu diingat jangan setiap paragraf memuat satu


pertanyaan menarik. Jangan terlalu sering membuat
pertanyaan retorik. Nanti latah, malah membosankan.
Cukup sekedar memberi stimulasi kepada pembaca. Anda
bisa menempatkan pertanyaan retorik itu di bagian mana
saja dari uraian bahan pelajaran; boleh bagian awal,

129
tengah, atau akhir uraian. Adakalanya pertanyaan retorik
tersebut Anda letakkan pada permulaan paragraf pada
awal suatu uraian, lau jawabannya baru ditemukan pada
paragraf berikutnya.

Coba Anda rubah pertanyaan berikut ke dalam bentuk


yang mengandung pertanyaan retorik.

Agar Anda dapat membedakan kalimat tunggal


dengan kalimat majemuk, perlu dicari terlebih dahulu
induk kalimatnya. Sesudah ditemukan, lalu cari mana
anak kalimatnya.

Bagaimana? Bisa merubahnya? Kalau belum, berikut ini


saya berikan perubahannya.

Bagaimana cara membedakan kalimat tunggal


dengan kalimat majemuk? Pertama-tama, kenali
terlebih dahulu induk kalimatnya. Kemudian, cari
anak kalimatnya.

Jelas ya? Kalimat retorik akan memberi suasana lebih akrab,


merangsang daya pikir untuk mencari jawaban. Begitulah
salah satu cara menulis dengan gaya bahasa percakapan.

Dalam bercakap-cakap kadang-kadang seseorang nyeletuk


dengan gaya bahasa yang cukup membuat orang
tersenyum. Lucu. Dalam menulis modul pun Anda bisa
melakukannya. Buatlah selingan dengan bahasa yang ger-
ger-sang. Segar dan merangsang. Siswa Anda juga bisa
tersenyum simpul bila sangat lucu.....bisa juga membuat
mereka lebih gerrr!!

130
Misalkan Anda menulis begini:

Air yang sehat, tidak berwarna dan tidak berbau.


Betul? Belum tentu. Hukum itu sudah tidak berlaku
sekarang. Kemarin saya membeli minuman dalam
kaleng berwarna merah, baunya menyengat. Enak
sekali. Badan saya tetap sehat.

Selingan bahasa yang lucu tercetus dari karakter penulis


yang humoris juga. Banyak orang mengatakan soal bakat.
Tetapi, dengan latihan yang sering penulis yang tidak
berbakat pun mampu melakukannya. Termasuk Anda
sendiri.

Cara terbaik untuk lebih dekat dengan pembaca dalam


menulis modul ialah modul Anda harus bersahabat, tidak
terkesan menggurui dan tidak formal. Namun itu tidak
berarti Anda boleh mengurangi bobot atau kualitas bahan
yang disajikan. Penyajiannya hendaknya menggunakan
bahasa percakapan.

Kata ganti orang seperti aku, saya, kamu,


anda, engkau, mereka, dia sangat baik
digunakan untuk membangun suasana bersahabat.

Penulisan dengan gaya bahasa percakapan


mengesankan seolah-olah Anda berhadapan langsung
dengan pembaca.

Dengan menggugah rasa ingin tahu pembaca, modul


yang ditulis akan memikat, sehingga pembaca menjadi
terpikat. Bahasa percakapan yang Anda gunakan
langsung menyentuh sudut kemanusiaan
pembacanya.

131
Bahasa percakapan dapat dituangkan dengan
menggunakan kalimat tanya retorik.

Kalimat-kalimat lucu yang berkaitan langsung dengan


bahan pelajaran dapat berfungsi memudahkan
mengingat materi pelajaran dan sekaligus sebagai
selingan.

TUGAS
Petunjuk mengerjakan:
Berikut ini adalah bagian dari uraian bahan pelajaran
pada modul. Panjang uraiannya kurang dari satu
paragraf. Ubahlah uraian tersebut dengan
mencantumkan sebuah kalimat retorik di dalamnya dan
gunakan kata ganti orang tertentu pada kalimat ketiga.
1. Ada tujuh unsur penting penyebab seorang remaja
terlibat dalam narkotika. Ketujuh-tujuhnya meliputi,
1) Keretakan dalam rumah tangga, 2) Paksaan, 3)
Coba-coba, 4) Stres, 5) Pelarian, 6) Penonjolan harga
diri, dan, 7) Pergaulan. Bila keluarga kurang
waspada, ada kemungkinan anggotanya akan
terjerumus.
2. Ada lima faktor yang sangat berkaitan erat dengan
penulisan modul menggunakan bahasa percakapan.
Coba kenali, dan tulis semuanya.

Penerapan Tata Bahasa Secara Sederhana


Dua bagian berikut, akan diuraikan tentang
penggunaan tata bahasa dalam modul. Tata bahasa
tidak disajikan secara ilmiah seperti menentukan subjek,
predikat, imbuhan, awalan ber- per- dan seterusnya.
Kegiatan ini akan menerapkan ilmu-ilmu bahasa
sederhana saja.

Mula-mula akan diuraikan penggunaan struktur


kalimat, kemudian dituntun bagaimana cara
132
menggunakan kalimat sederhana, memilih kata-kata
sampai mengenai fungsi tanda-tanda baca yang sering
digunakan pada waktu menulis modul. Semua masalah
itu disajikan kepada Anda selaku peserta pelatihan.
Mengapa? Agar nanti, setelah mempelajari atau
memahami isi modul ini, Anda mampu menulis modul
dengan menerapkan tata bahasa secara sederhana.

Anda bacalah dengan teliti dan cermat setiap topik


pada uraian kegiatannya. Paling lama akan dapat
diselesaikan dalam waktu, yaaa, katakanlah 40 menit.
Pasti mampu, kan?

Penggunaan Stuktur Kalimat


Mendengar frase struktur kalimat Anda pasti
membayangkan subjek, predikat, objek dan
keterangan. Untuk menulis modul hilangkan bayangan
tersebut untuk sementara. Cukup diingat bahwa modul
perlu ditulis dengan kalimat sederhana. Pakailah kalimat
tunggal; tidak beranak, tidak bercucu. Pendek-pendek
saja. Makin panjang sebuah kalimat makin sukar
memahami isinya. Pernah membaca buku GBHN?
Banyak sekali ditulis dengan kalimat yan panjang-
panjang. Barangkali karena bahasa yang dipergunakan
di sana adalah bahasa hukum, bukan bahasa modul.
Pembaca menjadi teler alias pusing memahaminya.

Coba baca ini:


Dalam rangka makin memeratakan pembangunan ke
seluruh wilayah Indonesia, maka perlu dilanjutkan
dan ditingkatkan pembangunan daerah dan
pembangunan pedesaan yang lebih diarahkan kepada
perluasan kesempatan kerja, pembinaan dan
pengembangan lingkungan pemukiman pedesaan

133
dan perkotaan yang sehat serta peningkatan
kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-
sumber kekayaan alam dan menanggulangi alam dan
menaggulangi masalah-masalah yang mendesak.
(GBHN Tap. MPR-RI No.IV/MPR/1978)

Kalau kalimat itu dijadikan kalimat dalam bahasa


modul, perlu dipotong-potong menjadi beberapa
kalimat tunggal. Untuk memotongnya perhatikan kata
hubung atau koma yang terdapat pada kalimat tersebut.
Barangkali bisa dipotong pada dan, yang, serta
atau anak kalimat dipisah dengan induknya.
Disederhanakan, tetapi tanpa mengurangi maknanya.
Kalimat yang panjang itu dipadati oleh setumpuk pokok
pikiran (ide). Menulis dengan kalimat pendek cukup
diisi dengan satu gagasan saja.

Contoh:
Darah beredar ke seluruh tubuh. Darah bersih di pompa
oleh jantung, sedangkan yang kotor dikembalikan lagi ke
jantung.
Begitu terus sepanjang hayat. Bila darah berhenti mengalir,
kehidupan berakhir, mati.

Kalimat-kalimat yang pendek itu memberi tekanan


pada satu ide yang sangat dominan. Kata Mati
misalnya, memberi kesan peristiwa yang terjadi sangat
mendadak. Hanya terjadi sekejap saja. Jadi kata Mati
disitu sejalan dengan peristiwa kematian sendiri yang
sering datang mendadak.

Uraian diatas bukan berarti melarang Anda


menggunakan kalimat-kalimat panjang. Dalam konteks
tertentu kalimat agak panjang terkadang diperlukan.
Kalimat panjang yang terletak di tengah-tengah sebuah
paragraf lebih mudah dicerna daripada di awal

134
paragraf. Kalimat terpanjang yang dapat digunakan
tidak lebih dari 50 kata.

Kalimat yang baik adalah kalimat yang dirakit secara


logis dan teratur. Susunan kalimat yang teratur
mencerminkan pikiran dan cara berpikir penyusun
kalimat itu teratur pula.

Coba perbaiki kesalahan struktur kalimat berikut ini.


- Di Jakarta akan mengadakan pameran pembangunan.
- Pada bacaan anak-anak harus memberikan teladan yang
baik.

Perbaikan yang dianjurkan adalah,


- Jakarta akan mengadakan pameran pembangunan.
- Bacaan anak-anak harus memberikan teladan yang baik.

Singkatnya, sebuah kalimat hendaklah berisikan suatu


gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide dalam sebuah
kalimat mudah dipahami pembaca, fungsi bagian
kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek dan
keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit).

Ada masalah lain mengenai struktur kalimat yaitu


penggunaan kalimat negatif.

Coba baca kedua kalimat berikut.


- Kalau lampu tidak hijau, jangan menyeberang, kecuali
bila tidak banyak kendaraan lewat.
- Bukannya tidak mungkin bahwa dia tidak menerima
surat undangan itu.

Kedua kalimat negatif tersebut lebih sukar dipahami


dibandingkan dengan kalimat positifnya berikut ini,
- Menyeberanglah pada waktu lampu hijau menyala.
- Mungkin dia tidak menerima surat undangan itu.

135
Dari contoh kedua kalimat negatif diatas Anda
hendaknya mengusahakan untuk menggunakan
kalimat positif lebih banyak dalam penulisan modul.
Kalimat negatif, apalagi bentuk negatif
rangkap,cenderung sulit dipahami. Pembaca
membutuhkan waktu tambahan untuk mengira-ngira
apa maksud yang dikandung kalimat tersebut.

Masih ada satu hal lagi yang perlu kita bicarakan dalam
menerapkan bahasa yang sederhana terutama
menyangkut struktur kalimat. Kita kenal dengan tipe
kalimat tak lengkap. Ketidak-lengkapannya mungkin
disebabkan kalimat tersebut tidak berpredikat,
kekurangan kata hubung seperti jika, apabila, setelah,
sesudah, ketika, karena dan seterusnya.

Perhatikan contoh berikut,


- Bandar udara Soekarno-Hatta yang dibangun
- Membaca surat Anda, saya terkejut

Kalimat pertama merupakan tipe kalimat tak


berpredikat. Mengapa? Penulisnya lupa, padahal kata
yang dicantumkan disitu mengharuskan hadirnya
sebuah predikat. Kata yang pada kalimat tersebut harus
diikuti predikat. Misalnya, Bandar udara Soekarno-Hatta
yang dibangun dengan menggunakan teknik cakar ayam.
Pada kalimat kedua, seakan-akan sudah dianggap
benar. Padahal kalau diubah menjadi: Setelah membaca
surat Anda, saya terkejut, kalimat itu menjadi lengkap.

Uraian diatas memberi peringatan kepada Anda untuk


menggunakan struktur kalimat yang benar dalam
menulis modul.

136
Penggunaan kalimat sederhana
Jika Anda seorang guru Bahasa Indonesia, tentu Anda
mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat
sederhana. Kalimat sederhana merupakan aturan atau
paparan yang paling dasar. Kalimat sederhana adalah
dasar dari semua macam ragam kalimat yang lain.
Secara alamiah kita telah dilatih sejak kecil
menggunakannya. Tiap kali kita berbicara, kalimat
sederhanalah yang seringkali kita ucapkan. Dan tiap
kali kita mendengar orang berbicara, jenis kalimat itu
juga yang sampai ke telinga kita. Oleh karena itu kalimat
sederhana paling populer dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Paling banyak dipahami dan
disenangi orang.

Contoh kalimat sederhana,


- Mata saya mengantuk
- Malam sudah larut
- Udara mulai terasa dingin

Jadi sebuah kalimat sederhana itu memang sederhana,


baik bentuk maupun isinya. Dari segi bentuk, unsur
kata-katanya tidak banyak. Sedangkan dari segi isinya,
ia hanya memberikan satu informasi, satu gagasan atau
ide. Hal itu sudah sering kita singgung pada uraian
terdahulu. Oleh sebab itu, memahaminya sangat mudah
dan bentuk ini lebih disenangi oleh pembaca.
Dianjurkan agar Anda lebih sering menampilkan
kalimat sederhana dalam modul yang Anda tulis.

Pemilihan kata-kata
Berbagai ragam kata dapat Anda pilih untuk menyusun
suatu kalimat. Secara umum, disarankan menghindari
pemilihan kata yang bermakna luas (umum), abstrak
atau kabur. Sebab kata-kata demikian sering
menimbulkan berbagai interpretasi.

137
Contoh:
Sudah lama disadari bahwa model demikian sudah tidak
cocok. Pemilihan kata disadari terkesan bermakna luas.
Siapa yang menyadari? Masyarakat? Tidak jelas. Subjeknya
tidak jelas.

Sebuah kata dasar kadangkala mendapat imbuhan:


Awalan, sisipan atau akhiran. Anda jangan sampai
menghilangkan awalan ber pada kata yang dicetak tebal
berikut ini.
- Sampai jumpa lagi di Ibukota tercinta
- Ketika saya datang, mereka sudah kumpul di rumah
- Silakan saudara bicara terus terang

Ketiga kalimat tersebut hanya sekedar contoh agar Anda


memilih kata yang benar untuk menyusun kalimat.

Sebuah modul akan sulit dipahami apabila Anda


memilih kata-kata dan istilah yang tidak umum
dipergunakan seperti kata-kata asing serta istilah teknis.
Bila Anda terpaksa menggunakannya, sebaiknya diberi
penjelasan artinya. Mungkin juga Anda keliru memilih
kata yang umum dipakai oleh masyarakat, padahal
kata itu salah. Misalnya kata kita dalam kalimat: Kita
setuju saja pada usulmu itu. Yang dimaksud kita disini
adalah saya atau aku atau kami.

Penggunaan struktur kalimat dan pemilihan kata yang


tepat untuk ditempatkan pada waktu menyusun
kalimat, sangat membantu mempermudah memahami
isi pelajaran pada modul yang Anda tulis.

Penggunaan Tanda Baca


Penggunaan tanda baca yang tepat sesuai kaidah
bahasa seringkali dikesampingkan. Padahal, tanda-
tanda baca seperti koma, titik koma, tanda kutip, tanda

138
tanya, tanda seru dan lain-lain, mengandung makna
tertentu bila dipergunakan dalam kalimat.

Tanda baca yang Anda gunakan membantu


memudahkan siswa menangkap makna (meaning)
kalimat bersangkutan. Anda mungkin sudah
mengetahui kapan tanda baca tersebut digunakan.
Hanya, kadang-kadang karena curahan pikiran Anda
begitu lancar, tanda-tanda itu terlupakan.

Berikut ini beberapa persyaratan penggunaan tanda


baca yang sederhana.
- KOMA, memberi peluang kepada pembaca untuk
beristirahat sejenak.
- Bila hendak memberi komentar tambahan yang agak
menyimpang dari topik, gunakan tanda KURUNG
BUKA dan KURUNG TUTUP. Cara lainnya dengan
menggunakan, GARIS HUBUNG PANJANG
(DASH).
- TITIK KOMA, menghubungkan dua kalimat setara;
memberi peluang istirahat lebih lama daripada
KOMA, tetapi lebih singkat daripada TITIK.
- Untuk memberi penekanan atau perhatian, beri
tanda GARIS BAWAH atau dengan huruf
KAPITAL. Kadang-kadang digunakan juga CETAK
TEBAL (BOLD).
- Kalau menyuruh seseorang, beri TANDA SERU
pada akhir kalimat.
- TANDA SERU juga digunakan untuk menekankan
pengertian.
- TANDA ASTERISKN didepan setiap pernyataan
seperti yang digunakan disini, memberi penjelasan
kepada pembaca bahwa pernyataan yang satu saling
berkaitan dengan pernyataan berikutnya.
- Disusun secara berurutan sebagai pengganti nomor
urut.

139
Bila Anda ingin memperdalam fungsi dari setiap tanda
baca yang hanya sepintas lintas diuraikan pada modul
ini, silakan mempelajari ilmu Bahasa Indonesia dengan
Ejaan Yang Disempurnakan.

Ini contohnya:
Tanda Titik (.)
Tanda titik tidak dipakai dibelakang angka suatu
bagan atau ikhtisar jika angka itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka itu.

Misalnya begini:
1. Kalimat
1.1 Kalimat berita
1.2 Kalimat Tanya
1.3 Kalimat Perintah
1.3. 1 Kalimat Larangan
1.3. 2 Kalimat Seruan
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan
jumlah.
Misalnya:
NIP 130121597 bukan: N.I.P. 130121597
Telepon nomor 7863149 bukan: 7.863.149
Masih ada lagi. Tanda titik tidak dipakai diakhir judul.
Misalnya:
Bentuk dan Kedaulatan
Acara Kunjungan Presiden
Siti Nurbaya
Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat surat.
Misalnya:
Yth. Adinda Rusdiyono
Jalan Raya Darmo 98
Surabaya

140
Demikian beberapa peraturan mengenai fungsi tanda
titik dalam Tata Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Silakan menerapkan dalam modul Anda nanti.

Rangkuman
Modul hendaknya ditulis dengan menggunakan kalimat-
kalimat pendek. Pada setiap kalimat memuat gagasan atau
ide. Bila Anda secara tidak sadar membuat kalimat yang
panjang, usahakan memenggal kalimat tersebut menjadi
dua atau lebih kalimat. Biasanya, kalimat terpanjang
sebaiknya terdiri kurang dari 50 kata. Untuk
memenggalnya, dapat dilakukan pada kata-kata hubung,
seperti dan, yang, kemudian dan sebagainya.
Kalimat yang mudah dipahami adalah kalimat yang dirakit
secara logis dan teratur.

Kalimat negatif cenderung untuk lebih sulit dipahami


daripada kalimat positif. Oleh karena itu hindari menulis
modul dengan menggunakan kalimat negatif yang
berlebihan.

Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki subjek,


predikat, objek dan keterangan. Kadangkala Anda menulis
modul, disana-sini terdapat kalimat tak lengkap. Usahakan
memperbaiki kalimat tersebut bila terasa janggal.

Kalimat sederhana seperti Mata saya mengantuk, dilihat


bentuk maupun isinya memang sederhana. Bentuk kalimat
sederhana disenangi pembaca dan mudah memahami
isinya.

Modul akan relatif sulit dipahami bila mengandung kata-


kata asing, istilah teknis yang tidak umum digunakan. Bila
kata-kata demikian terpaksa harus digunakan, berilah
penjelasan artinya.

141
Dalam menulis modul, tidak pernah lepas dari penggunaan
tanda baca. Usahakan menggunakan tanda baca dengan
fungsi yang benar

Tugas
Petunjuk mengerjakan:
a. Berikut ini ada sebuah kalimat yang tidak terlalu
mudah dipahami untuk dapat dipahami. Coba
sederhanakan kalimat tersebut.

Sementara pendapat menyatakan bahwa


kepemimpinan itu adalah sesuatu yang melekat
pada diri si pemimpin, dan oleh karenanya,
kepemimpinan itu lalu dikaitkan dengan sifat
pembawaan (traits), kepribadian (personality),
kemampuan (capability) dan kesanggupan (ability)
yang kesemuanya itu mengarah pada ciri-ciri atau
sifat tertentu.

b. Perbaiki struktur kalimat berikut.


1) Bagi warga DKI yang akan mendirikan
bangunan wajib memiliki IMB.
2) Dengan membangun PLTU Kasmojang akan
memperluas pemakaian listrik di Jawa Barat.
c. Dimanakah letak kesalahan penulisan alamat
surat berikut? Coba Anda perbaiki.
a. P.T. ASRI JAYA
Jln. Tanah Datar 5 Ciledug
Tangerang Jawa Barat
P.O..Box 519/K.B.Y.
Tlp. 5.864.238

142
Penyusunan Paragraf
Tidak banyak yang perlu diuraikan tentang bagaimana
menyusun paragraf. Hal-hal penting adalah menyangkut
panjang, kandungan isi, format atau bentuk sebuah
paragraf dan kaitan antara paragraf sebelum serta
sesudahnya. Semua itu akan dipaparkan dalam uraian.

Tujuannya adalah agar Anda, setelah selesai


mempelajari bagian ini, mampu menyusun paragraf-
paragraf yang benar pada modul yang akan ditulis.

Karena uraiannya relatif singkat, Anda akan dapat


menyelesaikan selama 30 menit saja, termasuk
mengerjakan tugasnya.

Sebuah paragraf merupakan kumpulan dari beberapa


kalimat yang disusun secara teratur dan logis sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh. Perlu diingat
bahwa paragraf yang Anda tulis mengarah kepada satu
uraian yang menuju pada pokok pikiran yang
dikandung oleh kalimat utama. Yang dimaksud kalimat
utama adalah kalimat inti (kunci) pada suatu paragraf.
Kalimat tersebut mengandung kunci gagasan (ide) dari
suatu paragraf. Untuk dapat memahami kunci gagasan
dengan jelas, kalimat-kalimat yang dibuat juga harus
jelas, padat dan biasanya pendek. Kalimat-kalimat pada
paragraf cenderung akan mengaburkan pokok pikiran
yang dikandung oleh paragraf bersangkutan.

Contoh:
Tanda baca pada sebuah kalimat berfungsi untuk membantu
pembaca memahami makna kalimatnya. Tanda koma (,),
misalnya, memberi kesempatan kepada pembacanya untuk
beristirahat sejenak. Tanda seru (!), dapat dipakai untuk
menekankan pokok dari kalimatnya. Karena itu, Anda
hendaknya memakai tanda baca sesuai dengan fungsinya.

143
Setelah membaca paragraf diatas, Anda dapat
mengenali bahwa kalimat-kalimatnya cukup pendek.
Pokok pikiran dari paragraf tersebut terdapat pada
paragraf pertama. Apa kira-kira pokok pikirannya?

Kalimat yang mengandung pokok pikiran dari sebuah


paragraf boleh ditempatkan pada awal, bagian tengah
atau pada akhir paragraf bersangkutan.
Penempatannya tergantung pada selera penulis dan
gaya penulisannya serta bobot atau urgensi
permasalahannya. Kalimat kunci diletakkan pada awal
paragraf akan memberi informasi dini yang kemudian
diikuti oleh uraian penjelasan mengenai ide yang
dibicarakan. Bila kalimat kunci Anda letakkan pada
akhir paragraf, itu menandakan bahwa Anda
menyimpulkan ide yang diuraikan pada keseluruhan
paragraf. Sedangkan posisi kalimat kunci di tengah
paragraf, memberi kesan bahwa pokok idenya bersifat
netral, artinya tidak membutuhkan penekanan khusus.

Ada berbagai macam format atau bentuk paragraf.


Sebenarnya, tidak ada satu aturan khusus yang
mengatur bagaimana sebuah paragraf itu seharusnya
dibentuk. Berikut ini diperkenalkan tiga macam bentuk.
1) Bentuk rata pada bagian kiri sebuah paragraf. Di
antara tiap paragraf diberi spasi. Biasanya antara
satu setengah sampai dua spasi. Kadang-kadang ada
juga yang membuat lebih,
2) Paragraf ditulis atau diketik dengan cetak tebal.
Kadangkala satu atau dua paragraf dicetak tebal,
karena paragraf tersebut membutuhkan perhatian
lebih khusus dibandingkan dengan paragraf-
paragraf lainnya. Tentu saja tidak semua paragraf
pada satu uraian kegiatan belajar harus diketik
dengan cetak tebal.

144
3) Paragraf tertentu diketik dengan cetak miring atau
diberi garis bawah. Maksudnya adalah untuk
memberi informasi khusus mengenai paragraf
bersangkutan. Seperti pada modul ini, semua
paragraf berupa contoh diketik dengan cetak mir-
ing. Dengan demikian, pembaca akan tahu bahwa
kalau ada paragraf bercetak miring, hal itu
menandakan sebuah contoh.

Yang penting perlu Anda perhatikan lagi adalah transisi


antara satu paragraf yang mendahului dengan paragraf
berikutnya. Pokok pikiran dari setiap paragraf pada
suatu uraian, selalu saling berkaitan dan saling
menunjang. Semua pokok pikiran tersebut diikat oleh
topik uraian. Agar topik yang diuraikan lancar, maka
transisi dari satu paragraf ke paragraf berikutnya harus
lancar juga. Dengan kata lain, topik atau judul uraian
hendaknya selalu menjadi pegangan arah dalam
menuangkan ide ke dalam tiap paragraf. Dengan
demikian pertautan antara satu dan lain paragraf
dibangun mulus dan lancar.

Bagaimana membuat pertautan itu menjadi mulus?


Salah satu diantaranya adalah dengan mengulangi
pokok pikiran yang terletak pada akhir paragraf
sebelumnya.

Contoh:
Tingkat keterbacaan modul juga diungkapkan oleh Rob-
ert Gunning dengan mengembangkan suatu cara yang dia
sebut Fog Index. Fog Index berkaitan dengan panjang-
pendeknya suatu kalimat yang dipergunakan dalam
penulisan modul.

145
Pada contoh di atas, frase tingkat keterbacaan
merupakan pokok pikiran yang terdapat pada akhir
paragraf pertama. Pokok pikiran tersebut dikutip
kembali dan diletakkan pada awal paragraf kedua.

Spasi yang ada di sela-sela paragraf berguna untuk


berpikir sejenak untuk memberi kesempatan kepada
Anda menduga-duga apa kira-kira ide yang dikandung
pada paragraf berikutnya. Kalau Anda mampu membuat
paragraf seperti diuraikan diatas, modul Anda menjadi lebih
mudah dipahami.

Rangkuman
Uraian kegiatan 5 ini dapat dirangkum sebagai berikut:
- Paragraf adalah kumpulan kalimat-kalimat yang disusun
dengan sistematik dan logis sehingga merupakan satu
kesatuan yang utuh.
- Anda diharapkan membuat kalimat-kalimat pendek (tidak
lebih dari 50 kata) pada suatu paragraf agar dapat dipahami
isinya dengan mudah.
- Setiap paragraf satu kalimat kunci dan setiap kalimat kunci
mengandung satu pokok pikiran (ide) yang menjadi inti dari
paragraf bersangkutan.
- Anda dapat membuat berbagai bentuk paragraf sesuai
dengan selera atau penekanan informasi yang disampaikan.
- Antara satu paragraf dengan paragraf lain harus terhubung
dengan mulus dan lancar.

146
Tugas
Petunjuk mengerjakan:
a. Sebutkan 3 bentuk pembuatan paragraf agar mudah
dipahami pembacanya.
b. Coba identifikasi di kalimat manakah letak inti
pemikiran (gagasan) yang dikandung oleh paragraf
berikut.

Seringkali pembaca modul menggerutu pada dirinya


sendiri:
Mengapa saya begini bodoh. Tidak mampu menyerap
isi modul! Padahal bukan dirinya yang bodoh, tetapi modul
yang dibaca tidak sesuai dengan kemampuan pembaca dalam
menyerap isinya. Maka modul yang demikianlah yang
dikatakan sukar.

147
Penutup
Bagaimana? Sudah cukup capek sekarang, setelah beberapa
jam menekuni modul ini? Penulis mengucapkan terima kasih
atas jerih payah Anda. Tugas-tugas yang telah Anda kerjakan
dengan sungguh-sungguh, menjadi bukti atas keberhasilan
Anda. Tetapi, bila Anda rasakan masih juga ingin membaca
kembali, tentu saja tidak dihalangi. Mungkin untuk mengingat
kembali yang Anda anggap penting untuk segera diterapkan
dalam kegiatan menulis modul.

Sekali lagi, terima kasih dan silakan membaca modul berikutnya.

148
Daftar Istilah
retorik : tidak membutuhkan jawaban atas sesuatu yang ditanyakan.

Daftar Pustaka
Anonim, 1991. Writing for Distance Education, Samples, Interna-
tional Extension College, Cambridge.
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Jenkins, Janet. 1987. Course Development, A manual for Editors
of Distance Teaching Materials, London: IEC
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for
Manager)
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.

oooOooo

149
150
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

Bab 5
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

PENYUNTIN
PENYUNTINGGAN
DAN REVISI

Pendahuluan

M
odul ini ditujukan bagi Anda yang sedang
mempelajari cara menyunting dan merevisi modul
atau bahan belajar diklat. Modul ini merupakan
bagian dari paket modul pelatihan di bidang penulisan modul.
Cakupan isi modul ini meliputi cara menyunting modul dan
diberikan pula cara memperbaiki bagian modul lainnya.

Setelah mempelajari modul ini Anda akan dapat menyunting


dan meningkatkan kesempurnaan modul yang sedang
dikembangkan. Mempelajari modul ini akan lebih mudah
apabila Anda mau berlatih. Apabila Anda mengalami kesulitan
jangan ragu untuk menanyakannya kepada teman sejawat.
Pengalaman berlatih akan membimbing Anda menjadi orang
yang mampu menilai modul secara cermat dan profesional.

Selamat belajar.

151
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456 Kegiatan Belajar 1

PENYUNTINGAN
MODUL

Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
Menerapkan cara menyunting modul.

Uraian
CARA MENYUNTING MODUL

Bagaimana menyunting modul?


Menyunting merupakan
terjemahan dari kata to
edit yang berarti membenahi
atau memperbaiki naskah
dalam berbagai aspek,
sehingga menjadi naskah
yang siap cetak. Sejalan
dengan pengertian ini, maka
menyunting modul berarti
membenahi atau
memperbaiki berbagai aspek
modul, sampai menjadi modul yang siap untuk dicetak.

Ada tiga aspek yang perlu diberi perhatian modul yaitu:


media atau format, materi, dan bahasa. Oleh karena itu,
penyuntingan modul meliputi tiga aspek, yaitu
penyuntingan media/format, penyuntingan materi, dan
penyuntingan bahasa.

152
Penyuntingan modul dilakukan untuk meyakinkan bahwa
media & format yang digunakan, materi yang disajikan,
dan bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan kriteria
modul yang baik, sehingga layak untuk disebarkan dan
digunakan.

Prinsip Dan Prosedur Menyunting Modul


Agar penyuntingan dapat berlangsung secara sistematis,
langkah kegiatan berikut perlu diikuti.
- Baca/pahami modul dengan cermat
- Fokuskan perhatian Anda pada aspek tertentu dan
carilah rujukan yang relevan dengan aspek yang
disunting (misalnya aspek media/format, aspek bahasa,
atau aspek materi).
- Gunakan daftar isian yang sesuai dengan aspek yang
relevan untuk merekam hasil pemahaman Anda.
(lampiran)
- Isi daftar isian tersebut sesuai dengan hasil penilaian
Anda terhadap aspek yang Anda sunting.
- Perbaiki bagian-bagian sesuai dengan keputusan yang
Anda cantumkan dalam daftar isian penyuntingan
yang tersaji dalam bahan ini.
- Setelah membuat perbaikan, periksa kembali hasil
perbaikan tersebut, apakah sudah sesuai dengan saran
yang Anda tulis dalam format.

Dalam rangka menyunting modul Anda bisa meminta


beberapa orang untuk membaca draft Anda secara cermat
dan mintalah kritik dari mereka, biarkan mereka
memberikan komentar yang konstruktif. Apa sajakah dan
siapa saja yang dapat Anda harapkan menjadi penyunting,
yaitu :

153
Ada tiga kelompok reviewer, yaitu :
Ahli materi/ahli bidang studi,
Ahli media/ahli instruksional,
Teman sejawat/tutor yang sering berhubungan dengan
peserta diklat.

Penyuntingan harus difokuskan kepada salah satu aspek


berikut.

Bidang yang menjadi fokus penyuntingan pada dasarnya


ada tiga, yaitu :
Kebenaran, kecukupan isi materi, dan
penyajian atau efektivitas pengajaran,
kejelasan bahasa yang digunakan

Penyuntingan diarahkan untuk menjawab pertanyaan-


pertanyaan yang menyangkut kecukupan isi materi antara
lain:
Apakah materi sudah cukup memadai untuk mencapai
tujuan ?
Apakah faktor-faktor yang disajikan sudah benar tepat
cakupan dan urutannya?
Apakah materinya up to date dan berguna?
Apakah antar materi saling terkait secara logis ?
Apakah uraian materi sudah didukung dengan contoh,
analogi, ilustrasi dan cara studi ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi tanggung jawab


ahli penyunting materi.

Penyuntingan yang menyangkut penyajian / efektivitas


antara lain :
Apakah peserta diklat-peserta diklat akan memahami
apa yang harus mereka kerjakan ? (Apakah sudah ada
petunjuk belajar yang memadai) ?

154
Apakah menurut Anda peserta diklat akan mengalami
kesulitan mencapai tujuan-tujuan yang telah tertulis ?
Apakah materi memiliki tingkat kesukaran yang sesuai
dengan kemampuan peserta diklat ?
Apakah contoh, analogi, ilustrasi dan studi kasus (case
study) yang diberikan tampaknya sesuai dengan minat
dan keadaan peserta diklat ?
Apakah istilah-istilah baru telah dijelaskan secara baik?
Apakah aktivitas-aktivitasnya berguna dan dapat
dipraktekkan ?
Apakah tugas-tugas saling terkait dengan aktivitas?
Dapatkah Anda memberikan saran untuk contoh,
analogi, ilustrasi, case study, aktivitas, tugas-tugas dan
test untuk perbaikan bahan belajar tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih merupakan


tanggung jawab penyunting media.

Penyuntingan yang menyangkut penggunaan bahasa


antara lain terfokus kepada :
Apakah bahasa modul cukup komunikatif?
Apakah terdapat kata-kata dan kalimat yang terlalu
sulit difahami?
Apakah bahasanya enak dibaca?

Penyuntingan dapat dilakukan melalui ujicoba.


Untuk uji coba ini Anda membutuhkan dua atau tiga
peserta diklat sebagai sampel. Sampel hendaknya dari
peserta diklat yang akan mempelajari bahan belajar ini.
Peserta diklat tersebut diminta untuk mengerjakan/
mempelajari draft modul yang telah diperbaiki berdasarkan
hasil review ahli materi, ahli media dan teman sejawat.

Bagaimana memulai uji coba ? Duduklah bersama peserta


diklat anda dalam tempat yang tidak terlalu jauh sehingga

155
anda dapat mengamatinya selama satu atau dua jam. Teliti
jika perlu melalui test bahwa mereka memiliki kemampuan
untuk memulai pelajaran. Selain itu teliti pula apakah
peserta diklat memiliki pengetahuan awal yang disyaratkan
untuk mempelajari modul Anda ? (Cara ini dapat ditempuh
dangan meminta peserta diklat membaca modul
sebelumnya, yang materinya terkait erat dengan modul
yang akan dipelajari). Jelaskan kepada peserta diklat bahwa
tujuan Anda adalah menguji coba modul bukan menguji
peserta diklat. Mintalah mereka untuk mengerjakannya
secara santai/rilex dan dalam keadaan wajar-wajar saja.

Kemudian mintalah peserta diklat untuk memulai. Amati


bagaimana mereka mempelajari modul Anda. Dari
manakah peserta diklat memulai/apa yang dijadikan
starting point ? Bagaimana reaksi mereka terhadap
aktivitas dalam modul ? apakah ada hal-hal yang membuat
peserta diklat Anda bosan, jenuh atau mengalami kesulitan
? Jika peserta diklat anda telah selesai, berikan test untuk
mengaktifitaskan apakah peserta diklat anda telah belajar
? Informasi yang diperoleh dari hasil uji coba ini, hendaknya
dijadikan dasar untuk perbaikan modul Anda.

Apabila uji coba yang telah Anda lakukan sejauh ini belum
memberikan semua informasi yang Anda butuhkan, Anda
memerlukan suatu uji coba yang lebih realistic yang
disebut uji coba lapangan field trials.

Uji coba bisa dilakukan di lapangan


Dalam uji coba ini anda membutuhkan sampel peserta
diklat lebih banyak, katakan 20 30 orang. Anda dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut. Mintalah peserta diklat
untuk menyelesaikan test dalam pelajaran tersebut, baik
sebelum atau sesudah membaca modul Anda. Koreksilah
hasil mereka. Mintalah mereka untuk mengisi kuesioner/

156
daftar pertanyaan yang meminta komentar mereka
tentang: Berapa waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan bahan belajar tersebut ? Bagaimana
mengenai kemudahan / keterkaitan dan kegunaan bahan
belajar tersebut ? Bagaimana yang mereka sukai dan tidak
mereka sukai ? Interview beberapa peserta diklat dan amati
bagaimana tanggapan umum mereka terhadap bahan
belajar dan bagaimana saran mereka untuk perbaikan
bahan belajar tersebut.

Tujuan diadakannya penyuntingan adalah untuk perbaikan


modul. Bila semua informasi atau komentar yang
didapatkan dari penyuntingan dipakai untuk memperbaiki
bahan belajar, sebenarnya kita telah mendapatkan bahan
belajar yang cukup baik. Dengan telah melakukan
penyuntingan maka diharapkan kita telah mendapatkan
modul yang lebih baik lagi. Dengan demikian modul
tersebut telah siap untuk masuk dalam tahap berikutnya
yaitu tahap finalisasi atau penyelesaian.

Sebagai akibat dari penyuntingan biasanya diikuti dengan


upaya menyempurnakan modul. Penyempurnaan modul
antara lain dengan membuat kelengkapan modul.
Kelengkapan modul yang harus diperhatikan oleh
penyunting antara lain adalah berkaitan dengan daftar
istilah, dan daftar pustaka. Berikut ini diuraikan cara
menyusunnya.

157
CARA MENYUSUN DAFTAR KATA-KATA
SULIT
Bagaimana menyusun daftar kata-kata sulit?

Kata sulit ialah kata yang dianggap sukar dimengerti oleh


pembaca, sehingga perlu diberikan penjelasan tambahan.

Kata-kata sulit meliputi:


1) Istilah teknis bidang studi ilmu tertentu, contoh: suku
bangsa (IPS), basa (IPA), jeda (Bahasa), start-finish
(Olahraga), sinus (Matematika), hal asas (PPKn),
perilaku awal (Pendidikan).
2) Kata-kata serapan baik dari bahasa asing maupun dari
bahasa daerah, contoh: tes, essay, spesies, paruh waktu,
penggal waktu.
3) Kata-kata lama yang dipakai kembali, contoh: mantan,
tuna grahita, tuna daksa.
4) Kata-kata yang sering dipakai oleh media massa, tetapi
kurang diketahui oleh awam, contoh: manajemen,
infrastruktural, inflasi, kliring.

Daftar kata-kata sulit adalah kumpulan kata-kata sulit


berserta penjelasannya yang disusun secara alfabetis.

Prinsip Dan Prosedur Menyusun Daftar Kata-kata Sulit


a. Prinsip
Daftar kata sulit harus memenuhi kriteria berikut.
Disusun secara alfabetis
Penjelasan diberikan sesuai dengan konteks
pemakaian dalam bacaan/modul
Ditempatkan pada awal setiap buku pokok (setelah
daftar isi)

158
b. Prosedur
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menyusun daftar kata-kata sulit adalah:
Identifikasi kata-kata sulit yang perlu diberi
penjelasan,
Urutkan kata-kata tersebut dalam alfabetis, serta
Buat penjelasan setiap kata dengan menggunakan
berbagai sumber.

CARA MENULIS KUTIPAN DAN DAFTAR


KEPUSTAKAAN
Bagaimana menulis kutipan dan daftar
kepustakaan?
Kutipan dapat berupa kata, ungkapan, bagian kalimat,
paragraf, gambar, ilustrasi, peta, yang diambil dari sumber
lain (orang, buku, dokumen, media massa, media elektronik,
dan sebagainya) yang diambil langsung atau disadur.

Daftar kepustakaan adalah kumpulan sumber-sumber


informasi yang digunakan dalam penulisan yang disusun
secara alfabetis.

Prinsip Dan Prosedur Penulisan Daftar


Kepustakaan
1) Kutipan
a. Syarat-syarat kutipan:
Bersifat menegaskan suatu ide yang disajikan,
Berkaitan dengan ide tersebut,
Berasal dari sumber yang mutakhir,
Sahih (valid),
Diusahakan berasal dari sumber pertama, serta
Panjang kutipan tidak lebih halaman. Bila lebih
dari halaman, harus diberi kalimat penyela.

159
b. Prosedur Mengutip
Dalam mengutip hendaknya mengikuti langkah-
langkah berikut.
Tentukan uraian dalam sumber yang berisikan
ide yang sahih yang dapat mendukung,
menegaskan, berkaitan, dan relevan dengan ide
yang disajikan.
Tentukan inti (saripati) ide yang dikemukakan
sumber.
Usahakan menyajikan ide yang dikutip dengan
bahasa sendiri yang memenuhi aturan bahasa
Indonesia yang baik, benar, dan komunikatif.
Pakailah aturan-aturan baku dalam penulisan
kutipan (lihat lampiran).

2. Daftar Kepustakaan
a. Syarat-syarat penulisan daftar kepustakaan:
Sesuai dengan sumber yang dikutip dalam uraian
dan yang mendukung atau dipakai sebagai
acuan,
Informasi tentang sumber yang digunakan ditulis
secara benar dan lengkap, serta
Gunakan aturan baku penulisan daftar
kepustakaan (lihat lampiran)

b. Prosedur penulisan daftar kepustakaan


Daftar kepustakaan hendaknya ditulis dengan
mengikuti langkah-langkah berikut.
Kumpulkan semua sumber yang digunakan
dalam penulisan
Tuliskan identitas setiap sumber sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan
Urutkan sumber secara alfabetis menurut nama
penulis/institusi

160
Tugas
1. Cobalah lakukan penyuntingan terhadap modul yang
sedang Anda susun.
2. Apakah Anda menemukan hal-hal yang perlu revisi?
Apa saja?

Penutup
Selamat Anda telah selesai mempelajari modul tentang
penyuntingan modul.

Dengan demikian kini Anda mampu menyunting modul yang


sedang Anda tulis atau ditulis oleh sejawat.

Sebaiknya Anda segera menindaklanjuti belajar Anda dengan


segera menerapkannya dalam situasi yang nyata. Ingatlah
bahwa apabila pengetahuan Anda tidak segera diterapkan
maka pengetahuan yang telah dengan susah payah Anda
kumpulkan tersebut akan musnah ditelan masa. Mudah-
mudahan apa yang telah Anda pelajari tersebut dapat segera
Anda terapkan dan bermanfaat. Selamat berkarya.

161
Daftar Istilah
retorik : tidak membutuhkan jawaban atas sesuatu yang ditanyakan.

Daftar Pustaka
Anonim, 1991. Writing for Distance Education, Samples, Interna-
tional Extension College, Cambridge.
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Jenkins, Janet. 1987. Course Development, A manual for Editors
of Distance Teaching Materials, London: IEC
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for
Manager)
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.

oooOooo

162
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

Bab 6
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121
1234567890123456789012345678901212 123456789012345678901234567890121

EVAL
EVAL
ALUUASI
MODUL

Pendahuluan

M
odul ini ditujukan bagi Anda yang sedang
mempelajari cara menilai modul atau bahan belajar
diklat. Modul ini merupakan bagian dari paket
modul pelatihan di bidang penulisan modul. Cakupan isi modul
ini meliputi uraian konseptual tentang penilaian modul dan
diberikan pula contoh-contoh praktis serta latihan. Topik yang
dibahas antara lain tentang tujuan menilai modul, menilai
modul secara formatif, dan menilai modul secara sumatif.

Setelah mempelajari modul ini Anda akan dapat menilai


kesempurnaan modul yang sedang dikembangkan, dan menilai
kualitas modul yang ada, sehingga Anda mampu memberikan
masukan untuk pembuatan keputusan apakah modul tersebut
layak digunakan atau tidak.

Mempelajari modul ini akan lebih mudah apabila Anda mau


menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan bersedia
berlatih. Apabila Anda mengalami kesulitan jangan ragu
untuk menanyakannya kepada teman sejawat. Pengalaman
berlatih akan membimbing Anda menjadi orang yang mampu
menilai modul secara cermat dan profesional.

Selamat belajar.

163
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567
1234567890123456789012345678901212345678901234567 Kegiatan Belajar 1

TUJU AN
TUJUAN
MENIL AI MODUL
MENILAI

Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
menjelaskan tujuan menilai modul.

Uraian
Apakah tujuan dari penilaian modul itu?
Modul adalah bahan belajar cetak yang disusun untuk
memudahkan orang dalam mencapai suatu kompetensi
atau tujuan instruksional yang telah ditentukan. Modul
tersebut biasanya ditulis untuk membelajarkan orang secara
efektif dan efisien sehingga seseorang menguasai
kompetensi atau mencapai tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Modul ditulis oleh orang yang berpengalaman
mengajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar
mandiri dan dengan mempertimbangkan karakteristik
pembacanya yang sudah ditentukan. Modul isinya
dikembangkan berdasarkan kurikulum. Jadi modul diklat
isinya harus sesuai dengan kurikulum diklat. Modul yang
baik harus memenuhi berbagai syarat dan kriteria tertentu.

Menilai modul dilakukan dengan dua tujuan. Pertama


menilai modul dengan tujuan untuk menemukan berbagai
kelemahan dan kekurangan yang ada, sehingga dapat
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan seperlunya.
Menilai modul semacam ini merupakan bagian dari proses
pengembangan modul dan dilakukan ketika modul masih
berupa draft atau naskah yang belum final. Contoh;

164
kegiatan menilai modul oleh seorang ahli dari luar (instansi)
yang diminta memberikan masukan untuk
menyempurnakan draft modul pada sebuah lembaga diklat.
Kedua, menilai modul dengan tujuan untuk menentukan
kualitas modul sehingga dapat ditentukan kelayakannya
untuk digunakan. Menilai modul semacam ini seringkali
dilakukan oleh pihak ketiga, atau pihak yang
berkepentingan dengan modul tersebut. Contoh; Lembaga
Administrasi Negara (LAN) menilai modul-modul yang
dikembangkan oleh berbagai lembaga diklat untuk
menentukan layak tidaknya modul tersebut dipergunakan
pada suatu diklat.

Apanya yang dinilai?


Modul disusun dengan beberapa tujuan sebagai berikut.
Pertama, modul disusun untuk memudahkan orang
(peserta diklat) dalam mempelajari bahan belajar sehingga
mencapai tujuan instruksional atau sampai menguasai
pengetahuan atau keterampilan atau kompetensi tertentu.
Kedua, modul isinya disajikan untuk siswa/peserta diklat
atau audience tertentu dengan asumsi mereka dapat
mempelajarinya secara individu atau secara mandiri.
Ketiga, modul ditulis untuk membimbing dan
mengarahkan proses belajar, termasuk proses diklat. Selain
itu, yang keempat, modul disusun agar dapat
meningkatkan kesiapan (readiness) orang yang belajar
(peserta diklat) agar mereka dapat belajar secara lebih
terarah, dan terprogram, sehingga proses belajar (proses
diklat) menjadi lebih efektif dan efisien.

Kecukupan Isi Modul.


Pertanyaan pokok dalam menilai modul adalah apakah
modul telah berfungsi memudahkan orang yang belajar
dalam mencapai kompetensi atau tujuan instruksional yang
telah ditetapkan? Jadi kecukupan isi tersebut standarnya

165
adalah kompetensi atau tujuan instruksional. Kecukupan
isi ini biasanya dicapai dengan cara menguraikan dan
penyajian yang dilengkapi dengan contoh-contoh serta
ilustrasi, maka materi pelajaran dapat dipelajari dengan
lebih mudah. Selanjutnya karena sajian yang lebih konkrit,
maka proses belajar akan lebih mudah, lebih menarik.
Kecukupan isi modul juga dapat dicapai oleh karena adanya
pengulangan atau kesempatan mengulang untuk bagian-
bagian tertentu yang diperlukan, yang memungkinkan
siswa mempelajarinya sampai tuntas.

Oleh karena bertujuan memudahkan orang yang belajar


tersebut maka bisa saja atau dimungkinkan isi modul
memuat sebagian dari materi media lain (program siaran,
bila ada). Bila hal ini ditempuh maka yang perlu diingat
bahwa materi yang disajikan dalam modul tersebut
merupakan penegasan dari apa yang telah dicantumkan
dalam media lain. Jangan sampai terjadi isi modul terlalu
merinci materi program lain atau pengulangan secara
bulat-bulat isi program media lain tersebut.

Isi Modul harus cukup lengkap. Isi modul juga dituntut


bersifat self contained, artinya memuat secara lengkap segala
sesuatu yang diperlukan untuk membantu pencapaian
kompetensi atau tujuan instruksional yang telah
ditentukan. Hal-hal yang merupakan bahan belajar yang
penting, tetapi karena sulit untuk disajikan melalui pro-
gram siaran, biasanya disajikan sebagai suplemen atau
lampiran dalam modul. Contoh isi modul yang bersifat
melengkapi ini antara lain berupa; tabel, data, gambar, dan
rumus-rumus. Materi modul yang bersifat melengkapi
tersebut bisa berasal atau diambil dari buku-buku sumber
atau modul, materi siaran, atau bacaan lainnya atau
kombinasi dari sumber-sumber tersebut, tetapi sudah
dirancang menjadi suatu keutuhan dengan media yang
lainnya. Jadi modul harus lengkap isinya sehingga dalam

166
mempelajarinya, audience tidak tergantung kepada sumber
lain. Perlu diingat bahwa modul isinya harus bisa berdiri
sendiri atau dapat dipelajari begitu saja tanpa mengikuti
program media yang lainnya. Mempelajari modul akan
memungkinkan seseorang mampu mencapai kompetensi
atau tujuan instruksional dengan bantuan seminimal
mungkin dari orang lain.

Modul merupakan bagian utama atau yang terlengkap dari


suatu paket instruksional yang dilaksanakan secara jarak
jauh, karena itu isinya pastilah paling komprehensif jika
dibandingkan dengan media lainnya. Secara mendasar
modul mengambil peran dan fungsi yang paling dominan
dibanding program media yang lainnya. Modul sebagai
materi pokok, isinya harus benar-benar memperjelas,
mempermudah audien/siswa dalam belajar. Modul
memberikan uraian informasi yang lebih detil, lebih rinci
dan lebih lengkap. Fungsi ini ditunjukkan melalui pemberian
penjelasan lebih lanjut, baik berupa gambar maupun kata-
kata, pemberian latihan, tugas-tugas, contoh-contoh, serta
non contoh dan sebagainya.

Menilai kecukupan isi ini harus mempergunakan expert


judgement, artinya harus didasarkan kepada pengetahuan
dan keahlian seorang profesional di bidangnya atau ahli
bidang studi (subject matter expert).

Ketepatan Isi Modul


Mempelajari modul memerlukan keterampilan membaca
(reading skill) dan kesanggupan intelektual (intellectual effort)
yang memadai. Oleh karena itu perlu dipertanyakan apakah
modul dinilai telah disusun sesuai dengan tingkat kemampuan
membaca penggunanya atau peserta diklat? Apakah modul
menciptakan kondisi yang kondusif untuk belajar atau proses
diklat? Apakah pemilihan kata, pemilihan konteksnya tepat
dengan tingkat kemampuan pembacanya?
167
Modul berfungsi membimbing dan mengarahkan proses
belajar. Dengan membaca modul maka siswa/audience
akan memperoleh petunjuk belajar, terutama mengenai apa
yang dipelajari, mengapa sesuatu topik itu dipelajari, dan
bagaimana ia harus mempelajarinya, serta tindak lanjut
apa yang harus dilakukan untuk memantapkan hasil
belajar. Modul sebagai guide juga memandu belajar
audien atau peserta dalam mempelajari materi belajar yang
ada dalam program media dan sumber belajar lainnya.
Dalam modul ada bagian yang berfungsi membimbing
peserta atau siswa melakukan kegiatan atau aktivitas yang
dipersyaratkan atau dituntut oleh program diklat atau pro-
gram belajar jarak jauh. Modul memiliki fungsi sebagai
sumber belajar dan memberi bimbingan bagi peserta/audien
dalam mempelajari isi program diklat atau program belajar
jarak jauh. Fungsi ini dilakukan dengan dituliskannya
keterangan-keterangan tentang hal-hal yang harus
dilakukan (aktivitas) oleh audience agar dapat menguasai
kompetensi yang diberikan. Modul berfungsi sebagai tutor
yang memberikan bimbingan dan arahan dalam melakukan
banyak hal. Modul juga memberikan sentuhan humanis
yang dapat mengisi aspek afektif emosional yang kurang
dimiliki oleh program media lain, caranya dengan
memberikan respons tertulis berupa pujian atau sapaan.

Modul berfungsi meningkatkan kesiapan peserta dalam


mengikuti diklat atau melakukan kegiatan belajar
mandiri, termasuk kesiapan untuk mengikuti program
siaran. Dengan membaca modul sebelum mengikuti diklat,
melakukan kegiatan belajar mandiri atau mengikuti pro-
gram siaran, maka peserta/audien tersebut telah siap
secara mental untuk menerima, memahami dan berusaha
mencapai kompetensi atau tujuan instruksional dari pro-
gram diklat atau siaran yang bersangkutan. Membangun
kesiapan peserta ini merupakan syarat untuk terjadinya
proses belajar (terutama belajar mandiri) yang optimal.

168
Modul juga memberikan petunjuk yang bersifat praktis.
Dalam modul tergambar alur proses atau kegiatan yang
harus diikuti oleh peserta diklat dalam melaksanakan proses
belajar termasuk belajar mandiri, sejak dari persiapan,
selama pelaksanaan sampai tindak lanjutnya. Dengan
demikian peserta diklat sudah mengetahui apa saja yang
harus disiapkannya, dan siap dalam menyelesaikan tugas
belajarnya secara mandiri. Kesiapan ini juga
dimungkinkan, oleh karena dalam modul ditunjukkan
tentang posisi materi yang akan dipelajari dalam kaitannya
dengan materi sebelumnya atau yang mendasari, serta
materi berikutnya yang menjadi kelanjutannya. Dalam
modul juga diingatkan kembali hal-hal yang merupakan
pengetahuan prasyarat (pre-requisite) yang mutlak dikuasai
sebelum memulai mempelajari modul berikutnya.

Kemenarikan Isi Modul


Menilai daya tarik modul ini standarnya adalah kualitas
fisik penyajian modul dan isi yang memenuhi minat siswa.
Secara fisik modul harus menarik bagi siswa, isinya harus
berkaitan dengan bidang interest. Dalam menilai
kemenarikan isi ini pertanyaan pokoknya adalah apakah
modul tersebut isinya mampu menarik perhatian dan minat
siswa untuk mempelajarinya?

169
Secara ringkas hal-hal yang berkaitan dengan penilaian
modul dapat Anda lihat pada tabel berikut.

ASPEK YANG
PERTANYAANNYA
DINILAI

- Kecukupan 1. Apakah modul telah berfungsi memudah-


Isi kan orang (peserta diklat) mencapai
kompetensi atau tujuan instruksional?
2. Apakah uraian disertai contoh, dan
ilustrasi?
3. Sudahkah ada pengulangan untuk materi
esensial dan sulit dan penegasan lebih
rinci, detil, lengkap, serta pemberian
latihan & tugas?
- Ketepatan 1. Apakah modul telah disusun sesuai
Isi dengan tingkat kemampuan membaca
penggunanya (peserta diklat)?
2. Apakah modul menciptakan kondisi yang
kondusif untuk belajar?
3. Apakah pemilihan kata, konteksnya tepat
dengan tingkat kemampuan pembacanya?
- Kemenarikan 1. Apakah modul isinya mampu menarik
Isi perhatian dan minat peserta diklat/siswa
untuk mempelajarinya?
2. Apakah isi modul menarik karena
mutakhir?
- Kualitas 1. Apakah modul sesuai dengan peserta
Keseluruhan diklat/siswa yang dituju?
2. Apakah modul sesuai dengan kompetensi
atau tujuan instruksional?
3. Apakah modul telah ditulis dan disajikan
dengan baik?

170
Tugas
- Cobalah adakan pengamatan terhadap berbagai macam
jenis modul yang ada. Bandingkanlah kesamaan dan
perbedaan diantara modul tersebut!
- Jelaskan apa kelemahan/kekurangan dan kelebihan
dari modul-modul tersebut?

171
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456 Kegiatan Belajar 2

MENIL AI MODUL
MENILAI
SEC ARA F
SECARA ORMA
FORMA TIF
ORMATIF

Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
menjelaskan prosedur menilai modul secara formatif.

Uraian
Ada berbagai hal yang perlu Anda perhatikan sebelum Anda
menilai modul yang sedang dikembangkan. Berikut ini akan
diuraikan tentang beberapa prinsip penilaian modul secara
formatif.

Prinsip Penilaian Modul secara Formatif


Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa modul ditulis agar pesan
atau informasi dapat dipelajari secara efektif dan efisien
sehingga mencapai tujuan instruksional. Selain itu modul
harus memberikan bimbingan dan bantuan agar proses
belajar mandiri menjadi lebih menarik dan mampu
memotivasi siswa untuk memahami pesan. Oleh karena itu
ada beberapa prinsip dalam penilaian modul secara
formatif yang dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Penilaian dilakukan Tim Pengembang Modul


Orang yang pertama kali menilai modul adalah
pengembang modul itu sendiri, yaitu orang yang menulis
dan mereka yang bertindak sebagai pengkaji atau reviewer.
Merekalah yang dianggap paling tahu mengenai kekuatan
dan kelemahan dari modul yang mereka kembangkan.

172
Penilaian Bersifat Korektif atau
Menyempurnakan
Menilai modul secara formatif bersifat korektif, artinya
berusaha menemukan berbagai kesalahan, kelemahan dan
kekurangan yang ada untuk segera diadakan
penyempurnaan, koreksi dan perbaikan.

Penilaian dilakukan Selama Tahap


Pengembangan
Menilai modul secara formatif dilakukan ketika modul
masih dalam tahap pengembangan. Penilaian modul secara
formatif dilakukan ketika modul masih belum diterbitkan.

Prosedur Penilaian Modul secara Formatif


Penilaian modul untuk tujuan formatif dapat dilakukan
melalui berbagai cara. Prosedur yang ditempuh dalam
penilaian formatif tersebut adalah:
1. Pengkajian oleh Ahli
Pengkajian dilakukan oleh ahli yang memiliki
kompetensi di bidang substansi isi (ahli bidang studi),
maupun di bidang media pendidikan (ahli media).

Berikut ini contoh seperangkat pertanyaan-pertanyaan


untuk mengkaji modul yang biasa digunakan oleh para
ahli dbidang studi maupun ahli media.
1) Apakah tujuan-tujuan khusus merupakan
penjabaran dan mendukung pencapaian tujuan
umum?
2) Apakah tujuan (TPK) menyebutkan sasaran?
3) Apakah tujuan (TPK) menggunakan kata kerja
operasional?
4) Apakah jumlah TPK memadai untuk satu unit
pembahasan BP?
5) Apakah ada TPK yang perlu dikurangi atau
ditambah?

173
6) Apakah TPK disusun urutannya?
7) Apakah telah digambarkan kedudukan antar TPK
(peta konsepnya?
8) Apakah dalam petunjuk belajar telah memuat:
- Pokok materi yang akan dibahas?
- Perilaku masukan (entry behavior/pre-requisite)?
- Kaitan dengan materi sebelumnya?
- Manfaat mempelajari materi tersebut bagi
audien?
- Aktivitas yang harus dilakukan oleh audien/
peserta? (percobaan, pengamatan, latihan dsb.)
9) Apakah petunjuk belajar secara umum telah jelas
bagi audience?
10) Apakah dalam uraian materi telah ada pemberian
tanda (signposting) untuk mengacu kepada program
siaran, atau hal-hal lain?
11 Apakah uarian materi yang disajikan sudah benar,
tepat dan up todate?
12) Apakah modul telah menggunakan petunjuk atau
tanda khusus (pointers) untuk menarik perhatian
siswa?
13) Apakah uraian materi telah didukung dengan
contoh, analogi dan ilustrasi yang tepat?
14) Apakah telah dibubuhkan keterangan atau caption
pada setiap ilustrasi? Apakah Anda memberikan
penomoran?
15) Apakah telah digunakan kalimat sederhana, mudah
difahami dan komunikatif?
16) Apakah urutan penyajian dan kaitan antar materi
telah tersusun secara logis?
17) Apakah uraian materi telah dilengkapi dengan
latihan?
18) Apakah materi telah cukup memadai untuk
mencapai tujuan?
19) Apakah sudah tertulis petunjuk penyelesaian soal
tes?

174
20) Apakah soal tes mengukur TPK yang akan dicapai?
21) Apakah soal tes telah mengukur tujuan yang
seharusnya diukur?
22) Apakah ada kunci tes?
23) Apakah kunci tes telah sesuai dengan soal?

2. Pengkajian oleh Sejawat


Pengkajian atau penilaian ini dilakukan oleh sesama
penulis atau orang yang memiliki kesamaan kompetensi
dalam substansi isi. Sejawat dianggap memiliki
pengalaman yang berguna untuk menyempurnakan
dan menambah lengkapnya modul. Pengkajian oleh
sejawat ini bertujuan memperoleh kritik, masukan dan
saran-saran yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk penyempurnaan.

Saran dalam Pengkajian Modul Sejawat


Apabila Anda berperan sebagai pengkaji atas modul
yang ditulis oleh teman sejawat, sebaiknya Anda
berpedoman kepada hal-hal sebagai berikut.
a. Lihatlah secara cermat. Adakan pengamatan
terhadap modul yang ada untuk mengetahui
kekutan dan kelemahannya. Setelah itu catatlah hal-
hal yang menjadi kekuatan tersebut. Kemudian
jangan lupa berikan saran pemecahan untuk
menyempurnakan kelemahan yang masih ada.
b. Berpikirlah positif. Maksudnya Anda harus
berusaha memberikan sumbangan pemikiran yang
positif dan konstruktif untuk menyempurnakan
modul tersebut, bukan mencari kesalahan dan
kelemahannya.
c. Kemukakanlah pikiran Anda secara lugas.
Gunakanlah kata-kata yang tepat sehingga kritik
dan saran Anda dapat diterima oleh penulis modul
yang bersangkutan.

175
3. Penilaian melalui Ujicoba Terbatas
Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang
ada pada modul, dapat dilakukan ujicoba secara
terbatas untuk memperoleh masukan dari calon
pengguna. Modul perlu diujicobakan, yaitu digunakan
oleh guru untuk membelajarkan siswa dan digunakan
oleh siswa untuk belajar. Selama modul tersebut
digunakan pengembang modul dapat melakukan
pengamatan untuk mengetahui efektivitas modul
tersebut. Melalui ujicoba pengembang dapat
memperoleh masukan dari guru dan siswa tentang
tingkat kesulitan, kejelasan, ketepatan, kemenarikan
modul dan sebagainya. Semua informasi tersebut sangat
berguna bagi pengembang dalam tahap
penyempurnaan modul.

Ujicoba modul secara terbatas ini, dapat dilakukan


melalui ujicoba secara individual, dalam kelompok kecil
atau dapat situasi nyata di lapangan.

Hasil akhir dari Penilaian Modul secara Formatif


Penilaian modul untuk tujuan formatif hasil akhirnya
adalah:
1) Informasi berupa temuan-temuan tentang
kekurangan dan kelemahan yang ada pada modul,
2) Daftar kesalahan yang ada pada modul, baik
kesalahan konsep atau kesalahan cetak dan lain lain
disertai pembetulannya, dan
3) Saran-saran perbaikan yang dapat dilakukan untuk
me-nyempurnakan modul tersebut.

176
Tugas
a) Ambilah sebuah modul apa saja kemudian
perhatikanlah format yang digunakan, kemudian
buatlah daftar kelemahannya, serta berikan saran
perbaikannya!
b) Cobalah lakukanlah suatu ujicoba modul kepada siswa
dan rumuskan hasilnya!
c) Menurut Anda bagian mana yang paling penting
diperhatikan dalam menilai modul secara formatif?

177
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456
123456789012345678901234567890121234567890123456 Kegiatan Belajar 3

MENIL AI MODUL
MENILAI
SEC ARA SUMA
SECARA TIF
SUMATIF

Tujuan
Setelah membaca kegiatan belajar 1 ini anda diharapkan dapat:
melaksanakan evaluasi sumatif modul,
menjelaskan pertanyaan pokok dalam menilai modul.

Uraian
Bagaimana Cara Mengevaluasi Sumatif Modul?
Evaluasi sumatif modul berbeda dengan evaluasi formatif,
terutama berbeda dalam tujuannya, yaitu untukmembuat
keputusan yang berkaitan dengan modul tersebut.
Meskipun aspek yang dinilai dan cara menilai modul bisa
sama antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, namun
hasil akhir yang diperoleh atau informasi yang diperoleh
berbeda dalam pemanfaatannya.

Penilaian tentang Kecukupan Materi/Isi Modul


Sebenarnya ketika seseorang sedang menulis modul,
segala sesuatu yang berkaitan dengan pokok-pokok
isinya sudah ada dan sudah ditetapkan dalam garis-
garis besar program pendidikan/pelatihan atau GBPP.
Tetapi pokok-pokok isi tersebut biasanya belum
dijabarkan dan belum memberikan arahan bagi penulis
modul tentang penekanan isi materi yang memerlukan
elaborasi, contoh, non contoh dan aktivitas yang
diperlukan. Oleh karena itu dalam menilai kecukupan
isi materi modul tersebut Anda harus mempertanyakan;

178
Apakah elaborasi dan perincian penjelasan atas konsep-
konsep tertentu telah cukup rinci? Apakah contoh-
contoh diberikan dan cukup membantu menjelaskan
konsep yang bersangkutan? Apakah telah digunakan
pula non contoh?

Penilaian mengenai Kecukupan Uraian, Contoh,


dan Latihan
Pada bagian uraian materi modul, apakah isinya telah
secara tepat mencakup seluruh tujuan instruksional
yang hendak dicapai, dan apakah diberikan contoh-
contoh untuk memperjelas uraian, dan sudahkah
dibuatkan latihannya. Apakah untuk materi yang
tergolong sulit telah dijelaskan dengan contoh-contoh
yang gamblang. Apakah latihan mengenai materi-
materi yang esensial dan penting telah diberikan.

Jadi menilai kecukupan isi modul dimulai dengan


membandingkan bagian uraian dengan tujuan
instruksional dan GBPP, kemudian dengan mengukur
kecukupan dan kejelasannya bagi siswa yang akan
mempelajarinya.

Apa Saja yang Perlu Diperhatikan dalam Menilai


Sumatif Modul?
Sebelum memulai menilai modul perlu Anda ketahui
terlebih dahulu tentang prinsip-prinsip penilaian modul
yang baik dan benar. Ada beberapa prinsip penilaian
yang harus diperhatikan, yaitu
- Penilaian modul harus menggunakan standar
penilaian yang jelas, telah disepakati bersama.
- Penilaian modul harus dilakukan mengikuti
prosedur yang benar.
- Penilaian modul harus dilaksanakan dengan
berdasarkan tujuan yang jelas.
- Penilaian modul harus dilaksanakan secara obyektif.

179
Implikasi dari penerapan prinsip-prinsip tersebut di atas
maka penilaian modul akan menghasilkan modul yang
memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut.
- Cocok dengan tujuan instruksional
- lebih menarik perhatian audien
- lebih simpel dan enak dipelajari
- kaya dengan variasi penyajian
- mudah diikuti dan dikenali identitasnya

Menilai Modul dengan Perasaan Empati kepada


Calon Pemakainya
Dalam menilai modul pada dasarnya Anda harus
memiliki empati kepada calon pemakai modul tersebut.
Ketika Anda membaca modul yang Anda nilai, Anda
harus membayangkan audien yang akan mempelajari
modul tersebut. Pertanyaan yang harus Anda ajukan
adalah; Apakah penyajian telah diurut secara
sistematis, dan disajikan langkah demi langkah? Apakah
modul telah diuraikan mulai dari hal-hal yang mudah
menuju yang lebih sulit, dari yang sederhana menuju
yang kompleks?

Menilai Bahasa dalam Modul


Penggunaan bahasa dalam modul harus memperhatikan
kaidah-kaidah ejaan yang baik dan benar.

Meskipun demikian untuk memudahkan komunikasi


hendaknya digunakan bahasa yang tidak terlalu formal.

Apakah modul telah menggunakan dialog sehingga terjadi


komunikasi yang baik? Apakah seolah-olah terjadi kotak
personal antara penulis modul dengan audien/
pembacanya? Apakah dengan modul tersebut proses
belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan,
sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipelajari?

180
Apakah bahasa yang digunakan dalam modul telah
disesuaikan dengan siswa atau audience, terutama mengenai
tingkat kesulitannya? Apakah selalu digunakan bahasa
yang sederhana, jelas dan komunikatif? Apakah kalimat
yang terlalu panjang yang beranak dan bercucu telah
dihindari?

Apakah komunikasi telah dapat ditingkatkan melalui


adanya interaksi timbal balik antara penulis modul dengan
audien karena telah memanfaatkan bahasa yang tidak
terlalu formal?

Apakah bahasa simbol telah pula digunakan untuk


menghemat halaman yang digunakan dan menghemat
waktu untuk memahaminya?

Menilai Ilustrasi dalam Modul


Berbagai pertanyaan yang perlu dijawab dalam menilai
modul adalah; Apakah Ilustrasi yang digunakan cocok
untuk uraiannya? Apakah banyaknya ilustrasi cukup
memadai? Apakah ukuran dan penempatannya tepat?

Apakah ilustrasi fungsinya tepat, terutama untuk


memperjelas pesan?

Kriteria Menilai Modul


Apa saja Kriteria yang Dipergunakan untuk Menilai Baik-
Buruknya Modul?

Ada tujuh kategori kriteria untuk menilai modul yang telah


dicetak dan dipublikasikan.

Pertama, dan yang utama adalah Kriteria Isi. Dalam


menilai isi modul ada enam pertanyaan pokok yaitu 1)
Apakah isi modul secara jelas berhubungan dengan tujuan

181
instruksional?, 2) Apakah isi modul akurat?, 3) Apakah isi
modul up to date atau tidak ketinggalan jaman?, 4) Apakah
cakupan isinya cukup komprehensif?, 5) Apakah telah ada
keseimbangan perlakuan mengenai jenis kelamin, ras, dan
agama?, 6) Apakah isinya telah dilengkapi dengan daftar
pustaka, daftar istilah dan hal-hal lain untuk memperjelas
penggunaan?

Kedua, Kriteria Penyajian. Penilaian modul atas dasar


kriteria ini peduli akan cara penyajian informasi.
Pertanyaan pokoknya adalah; 1) Apakah penyajiannya
(kaver, judul, dan ilustrasi) menarik dan mengundang
perhatian? 2) Apakah susunan teksnya sistematis? Disajikan
dari yang sederhana menuju yang kompleks atau
menggunakan urutan logis atau urutan kronologis, secara
spatial atau geografis? 3) Apakah diberikan kunci-kunci
untuk pemahaman secara komprehensif, meliputi tujuan-
tujuan, contoh-contoh, ilustrasi, judul dan catatan kaki? 4)
Apakah dibuat acuan untuk penggunaan bahan belajar
audio atau visual? 5) Apakah pembaca telah diundang
untuk merespons pertanyaan, melihat jawaban, atau
aktivitas lain? Adakah arahan untuk mengkaji teks lain
berdasarkan minat pembaca? 6) Apakah pembaca tergiring
untuk berkonsentrasi dan tekun? 7) Apakah telah
digunakan ruang kosong, ukuran, warna, garis dan tanda-
tanda lain untuk memusatkan perhatian? 8) Apakah pilihan
kata, tata bahasa dan gaya penulisannya sesuai dengan
tingkat kemampuan siswanya?

Ketiga, Kriteria Ilustrasi. Hal-hal yang dipertanyakan


berkaitan dengan penggunaan peta, grafik, gambar dan
lain-lain, adalah; 1) Apakah ilustrasinya cocok dengan
isinya? 2) Seberapa bagus ilustrasi telah memperjelas atau
melengkapi isi teks? 3) Apakah secara visual tampaknya
telah ada keseimbangan mengenai garis, warna, proporsi?

182
Keempat, Kriteria Bahan Pelengkap. Pertanyaannya
berkaitan dengan 1) Apakah dalam modul telah ada
bimbingan belajar? 2) Apakah pertanyaan yang diberikan
mencerminkan kedalaman keluasan cakupannya? 3)
Apakah ada penguatan diberikan?

Kelima, Kriteria Kualitas Teknis. Kriteria ini untuk


menilai apakah secara teknis modul telah memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut; 1) Apakah ukuran dan kualitas
cetakan bagus dan mudah dibaca? 2) Apakah kualitas
kertas cukup bagus? 3) Apakah penjilidannya bagus?

Keenam, Kriteria Efektivitas. Pertanyaan-pertanyaan


pokoknya adalah; 1) Untuk maksud apa teks telah menarik
minat siswa? 2) Seberapa baik siswa telah belajar apa yang
seharusnya dipelajari? 3) Apakah siswa responsif?

Ketujuh, Kriteria Daya Tarik Secara Menyeluruh.


Pertanyaannya adalah apakah secara keseluruhan modul
cukup berbobot dan kerkualitas? Berilah kesempatan
kepada penilai untuk mengekspresikan penilaiannya secara
menyeluruh dalam bentuk opini, komentar secara bebas
dan terbuka mengenai kesannya tentang modul tersebut.

Selanjutnya dalam pelaksanaannya, seluruh kriteria


penilaian formatif modul tersebut di atas dituangkan dalam
bentuk instrumen yang dapat diisi dengan mudah dan
cepat. Instrumen format evaluasi modul tersebut diperlukan
terutama karena alasan praktis.

183
Berikut ini sebuah format evaluasi sumatif modul.

Judul Modul: Penulis:


Penerbit: Tahun terbit:
Harga: Bidang studi:
Sekolah: Kelas:
Tujuan: Prasyarat:
Kriteria Penilaian Skor Rating Komentar
(1=rendah s.d. 10=tinggi)
1. Kualitas Isi
a. Kesesuaian isi dengan tujuan
b. Ketepatan isi (accuracy) dg. Siswa
c. Kemutakhiran isi
d. Kecukupan cakupan (sufficiency)
2. Kualitas Metode Penyajian
a. Penggunaan contoh
b. Sistematika
c. Strategi pembelajaran
d. Integrasi
e. Interaktivitas
f. Motivasi
3. Penggunaan Bahasa
a. Kesulitan
b. Kaitannya dengan teks
c. Keterbacaan
4. Penggunaan Ilustrasi
a. Ketepatan jenis ilustrasi
c. Kaitannya dengan teks
d. Penempatan
e. Pemberian keterangan/caption
f. Kualitas teknis grafika
g. Keindahan
5. Kualitas Kelengkapan/Bahan Penunjang
a. Petunjuk guru
b. Tes akhir modul
c. Pemanfaatan & kaitan dg. Media lain
6. Kualitas Fisik Modul
a. Kejelasan cetakan
b. Kualitas kertas
c. Penjilidan
7. Efektivitas Penggunaannya
a. Minat Siswa terhadap Modul
b. Hasil Belajar Siswa dengan Modul
c. Penilaian Siswa terhadap Modul
8. Kualitas Modul Secara Keseluruhan



* Format ini disusun berdasarkan atas berbagai format penilain
modul dari berbagai sumber

184
Hasil akhir dari Penilaian Modul secara Sumatif
Penilaian modul untuk tujuan evaluasi sumatif hasil
akhirnya adalah berupa nilai tentang kualitas modul dan
rekomendasi bagi pembuat keputusan untuk menentukan
kelayakan, atau pemilihan, pembelian dan lain-lain
keputusan tentang modul tersebut.

Apabila dalam melakukan penilaian sumatif modul Anda


menggunakan format seperti dicontohkan di atas untuk
menilia beberapa buah modul yang berbeda-beda, maka
hasil akhir yang diperoleh adalah daftar rating beberapa
modul. Kemudian berdasarkan rating modul tersebut dapat
dijadikan dasar untuk pembuatan keputusan, misalnya
untuk menetapkan modul yang akan dibeli atau dipilih
untuk dipergunakan.

Tugas
- Jelaskanlah secara singkat dengan kalimat Anda sendiri
langkah-langkah menilai modul.
- Ambilah dua naskah modul tentang hal yang sama.
Modul 1 ditulis dengan kalimat yang ringkas dengan
ilustrasi. Modul 2 ditulis dengan sedikit ilustrasi dan
kalimat yang lebih panjang. Kemudian tentukan modul
manakah yang terbaik menurut Anda.

185
Penutup
Selamat Anda telah selesai mempelajari modul tentang evaluasi
atau penilaian modul.

Hal-hal penting yang telah Anda pelajari adalah:


Menilai modul memiliki dua tujuan yaitu; 1) untuk
menemukan kekurangan-kekurangan dari modul tersebut
untuk kemudian dijadikan dasar untuk melakukan
penyempurnaan, dan 2) untuk membuat keputusan tentang
kualitas modul; misalnya menentukan modul yang baik dan
yang buruk atau untuk memilih modul yang baik.
Menilai modul secara formatif berbeda tujuannya dengan
menilai modul secara sumatif.
Penilaian modul secara sumatif harus didasarkan pada
kriteria-kriteria yang jelas. Ada tujuh kategori kriteria untuk
menilai modul yang telah dicetak dan dipublikasikan, yaitu;
Kualitas Isi, Kualitas Metode Penyajian, Penggunaan
Bahasa, Penggunaan Ilustrasi, Kualitas Kelengkapan/
Bahan Penunjang, Kualitas Fisik Modul, dan Efektivitas
Penggunaannya.
Penilaian modul dapat dilakukan oleh seorang ahli dan bisa
juga oleh teman sejawat.

Dengan demikian kini Anda mampu: menilai modul sesuai


dengan prosedur dan kriteria yang ditetapkan.

Sebaiknya Anda segera menindaklanjuti belajar Anda dengan


segera menerapkannya dalam situasi yang nyata. Ingatlah
bahwa apabila pengetahuan Anda tidak segera diterapkan
maka pengetahuan yang telah dengan susah payah Anda
kumpulkan tersebut akan musnah ditelan masa. Mudah-
mudahan apa yang telah Anda pelajari tersebut dapat segera
Anda terapkan dan bermanfaat. Selamat berkarya.

186
Daftar Istilah
Evaluasi formatif modul; penilaian yang dilakukan selama proses
pengembangan modul
Evaluasi sumatif modul; penilaian yang dilakukan pada akhir
proses pengembangan modul atau penilaian terhadap
modul yang sudah ada untuk menentukan kelayakan atau
kualitas modul yang bersangkutan untuk diputuskan
digunakan atau tidak, diputuskan dipilih atau tidak, dibeli
atau tidak.
Pengkajian modul oleh sejawat; penilaian modul yang dilakukan
oleh teman sesama penulis, untuk mendapatkan kritik,
masukan dan saran penyempurnaan.
Self contained; isinya serba lengkap tanpa harus mengandalkan
sumber lain
Accuracy; ketepatan isinya
Adequacy; kecukupan isinya

187
Daftar Pustaka
Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta.
Rowntree, Derek. 1990. Teaching Through Self-Instruction, Kogan
Page, London.
Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students,
McGraw-Hill.
Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Dis-
tance Education Materials, DSE, Bonn.
Lewis, Roger, and Paine, Nigel, 1985. How to Communicate with
the Learner (open Learning Guide 6), Council for Educational
Technology, London.
Anonim, 1991. Writing for Distance Education, Samples, Inter-
national Extension College, Cambridge.
Pat Heim, Ph.D, Elwood, N, Chapman. Learning to Lead, An
Action Plan for Succes, (A Self-Improvement Program for
Manager)
oooOooo

188

Anda mungkin juga menyukai