Anda di halaman 1dari 6

Kisah Nabi Zakaria as Singkat Dan Lengkap

Kisah Nabi Zakaria a.s Singkat Dan Lengkap Nabi Zakaria a.s adalah seorang Nabi yang
masih keturunan dari Nabi Sulaiman a.s. Beliau ialah ulama besar di kalangan Bani Israil.
Istrinya bernama Isya, saudara perempuan Hannah, sedangkan Hannah ialah istri Imran seorang
pembesar di kalangan Bani Israil. Hannah dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama
Maryam. Sebelum Hannah melahirkan, Imran suaminya wafat.

Nabi Zakaria lah yang pada akhirnya menjadi bapak asuh dari Maryam wanita suci dan sholehah.
Karena Hannah bernazar jika ia memiliki anak, maka anak itu akan diserahkan ke Baitul Maqdis
(Rumah suci). Nabi Zakaria dan para imam Baitul Maqdis terkejut dan heran melihat Hannah
yang sudah tua memiliki seorang anak. Dengan penjelasannya akhirnya mereka paham dan
mengerti bahwa anak itu adalah kehendak dari Allah SWT.

Kisah Nabi Zakaria as Singkat Dan Lengkap

Nabi Zakaria Memiliki Anak


Usia Nabi Zakaria sudah 100 tahun, namun ia belum juga memiliki anak karena istrinya sejak
muda belum pernah melahirkan anak (mandul). Allah SWT berfirman dalam surat Maryam
ayat 4-6:

Artinya: Ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.
Sesungguhnya aku khawatir terhadap penggantiku sepeninggalku, sedangkan isteriku adalah
seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra, yang akan
mewarisiku dan mewarisi sebagian keluarga Yaqub; dan jadikanlah ia, wahai Tuhanku,
seorang yang diridhai. (QS. Maryam: 4-6)

Akhirnya, Nabi Zakaria a.s memohon kepada Allah SWT agar diberi seorang anak yang akan
melanjutkan keturunan dan ajarannya. Kemudian Allah mengabulkan doanya dengan
memberinya seorang anak yang bernama Yahya, yang kelak juga diangkat menjadi Nabi dan
Rasul Allah. Hal ini telah diabadikan dalam surat Maryam.
Artinya: Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh)
seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang
yang serupa dengan dia. (QS. Maryam: 7)

Mendengar berita itu, beliau sangat kaget dan heran. Bagaimana mungkin ia akan mendapatkan
keturunan dengan usianya yang sudah tua dan istrinya yang mandul. Beliau berkata:

Artinya: Zakaria berkata: Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku
adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang
sangat tua. (QS. Maryam: 8)

Artinya: Tuhan berfirman: Demikianlah. Tuhan berfirman: Hal itu adalah mudah bagi-Ku;
dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada
sama sekali. (QS. Maryam: 9)

Artinya: Zakaria berkata: Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda. Tuhan berfirman: Tanda
bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam,
padahal kamu sehat. (QS. Maryam: 9)

Itulah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Zakaria a.s. Beliau diberikan seorang
anak meskipun usianya sudah sangat tua dan rambutnya sudah dipenuhi uban. Tapi karena Kuasa
Allah, tidak ada yang mustahil.

Nama: Zakaria (Zakariya) bin Dan


Garis Keturunan
Adam as Syits Anusy Qainan Mahlail Yarid Idris as Mutawasylah Lamak
Nuh as Sam Arfakhsyadz Syalih Abir Falij Ra'u Saruj Nahur Azar
Ibrahim as Ishaq as Yahudza Farish Hashrun Aram Aminadab Hasyun
Salmun Bu'az Uwaibid Isya Daud as Sulaiman as Rahab'am Aynaman
Yahfayath Syalum Nahur Bal'athah Barkhiya Shiddiqah Muslim Sulaiman
Daud Hasyban Shaduq Muslim Dan Zakaria as
Usia 122 tahun
Periode sejarah 91 SM - 31 M
Tempat diutus (lokasi) Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) 1
Tempat wafat Halab (Aleppo)
Sebutan kaumnya Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 12 kali

Pengutusan Nabi Zakaria

Nabi Zakaria diutus kepada bani Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan
kerusakan merajalela di kalangan mereka. Selain itu, raja-raja kejam serta zhalim juga berkuasa
di sana dan selalu berbuat kerusakan. Herodes, penguasa Palestina adalah raja yang paling jahat
dan suka melanggar. Dialah yang memerintahkan membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya.

Nabi Zakaria memulai dakwah dengan mengajak kaumnya menyembah Allah dan
memperingatkan mereka tentang akibat buruknya perbuatan mereka jika tidak segera bertaubat.
Meski sudah renta dan rambutnya memutih, dia terus berdakwah menyeru kaumnya. Selain itu,
Nabi Zakaria juga tak pernah letih berdoa kepada Allah agar dikarunia putra yang dapat
menggantikannya dalam memikul tugas dakwah ini setelah dia wafat nanti. Hal ini dikisahkan
dalam firman Allah, "Dia (Zakaria) berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah
dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau,
ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan
mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang
yang diridhai." (QS. Maryam [19]: 4-6).

Allah lantas mengabulkan permohonannya. Sebagaimana firman-Nya, "Hai Zakaria,


sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang
namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan
dia." (QS. Maryam [19]: 7).

Nabi Yahya dilahirkan tiga bulan lebih awal dari kelahiran Nabi Isa. Dia kemudia dibesarkan dan
dididik oleh orang tuanya dengan kebaikan dan ketakwaan, seperti firman Allah, "Wahai Yahya,
ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan, Kami berikan kepadanya
(Yahya) hikmah selagi ia masih kanak-kanak" (QS. Maryam [19]: 12).

Sejak kecil, Allah telah memberinya ilmu dan hikmah dan setelah dewasa dia diangkat menjadi
nabi. Nabi Yahya terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut, penuh kasih saying, bersih, apik,
dan zuhud. Selain itu, dia juga banyak menangis karena takut kepada Allah, senantiasa mengajak
kaumnya bertaubat dan meninggalkan kemaksiatan, serta mengingatkan mereka tentang akibat
dari pelanggaran yang mereka lakukan. Nabi Yahya membaptis umatnya dengan membasuh
dosa-dosa dan kesalahan mereka di sungai Jordan (asy-Syari'ah) dan dia pula yang membaptis
Nabi Isa.
Para sejarawan berbeda pendapat mengenai kematian Nabi Zakaria, apakah beliau wafat biasa
(secara alami) atau karena dibunuh (bersamaan dengan wafatnya Nabi Yahya), wallahu a'lam.
Sementara itu, mengenai Nabi Yahya, mereka sepakat bahwa beliau meninggal karena dibunuh.
Hal ini dikisahkan dalam satu riwayat bahwa pada zaman itu, salah satu raja yang terkenal jahat
dan zhalim, Herodes ingin menikah dengan perempuan yang tidak halal baginya. Perempuan
tersebut bernama Herodia yang tidak lain ialah keponakannya sendiri, anak perempuan saudara
kandungnya.

Wanita itu sangat cantik; memiliki tubuh dan penampilan yang amat menarik. Ketika mendengar
berita tersebut, Nabi Yahya spontan melarang dan menentang pernikahan itu serta
mengumumkan pembatalannya. Sikap Yahya ini pun tersebar ke seluruh penjuru kota. Merasa
tidak senang, wanita itu berencana membunuh Yahya. Untuk memenuhi keinginannya, Herodia
bersolek menemui pamannya yang tidak lain adalah calon suaminya dengan wajah berseri-seri
dan menggoda. Dia lantas menjerat Herodes dengan tipu daya hingga pamannya terlena dengan
ucapannya yang lembut. Pamannya kemudian bertanya, "Apakah yang dapat aku lakukan
untukmu?"

Herodia menjawab, "Jika tuanku berkenan, aku hanya menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."

Sang raja pun mengabulkan permintaan calon istrinya tersebut dengan mengutus seseorang untuk
memenggal kepala Nabi Yahya. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-
orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan
menerima siksa yang pedih." (QS. Ali-'Imran [3]: 21).

Riwayat Singkat Zakaria

Nabi Zakaria diutus pada kaum Bani Israil. Sudah sejak lama Nabi Zakaria mendambakan
seorang anak. Namun keinginannya belum juga terpenuhi walau ia sudah tua.

Suatu hari datanglah janda Imron menyerahkan bayi perempuannya (Maryam) pada Nabi
Zakaria untuk diasuh dan dibesarkan sesuai dengan nazarnya. Nabi Zakaria dan para imam
Baitul Maqdis terkejut akan hal itu, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya tidak mungkin
memperoleh anak. Namun setelah mendapat penjelasan dari janda Imron bahwa kehamilannya
ialah kehendak Allah SWT, mereka pun mengerti.

Setelah itu timbul persoalan, siapakah yang berhak mengurus Maryam. Untuk pemecahannya,
mereka mengundi dengan melemparkan pena ke air. Barangsiapa yang penanya mengapung,
dialah yang berhak mengurus Maryam. Ternyata pena Nabi Zakaria-lah yang mengapung.
Sehingga beliau berhak menjadi ayah asuh Maryam. Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi
Zakaria. Beliau sangat menyayanginya.

Nabi Zakaria, sadar banyak anggota keluarganya dari Bani Israil merupakan orang yang tidak
beradab dan gemar bermaksiat karena kedangkalan iman mereka. Ia khawatir bila tiba ajal dan
tidak mempunyai keturunan yang dapat memimpin kaumnya, sehingga mereka akan semakin
merajalela dan sangat mungkin mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan
menyalahgunakan hukum agama.

Kecemasan itu mengusik pikiran Zakaria, dan ia sedih karena belum juga mempunyai keturunan
walau telah berusia 90 tahun. Ia agak terhibur ketika mengasuh Maryam yang dianggap sebagai
anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya untuk memperoleh
keturunan timbul kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan di mihrab
Maryam. Ia berpikir di dalam hatinya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah yang
telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri dan tidak berdaya. Allah pasti
berkuasa memberinya keturunan bila dengan kehendak-Nya walaupun usianya sudah lanjut dan
rambutnya sudah penuh uban.

Pada suatu malam, Zakaria duduk di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan
bermunajat serta berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut dia
berdoa: "Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi
sebagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani
Israil. Aku cemas sepeninggalku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah
dan imannya bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku. Ya
Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang isteriku adalah
seorang perempuan mandul. Namun kekuasaan-Mu tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau
berkenan mengkaruniakan seorang anak yang shaleh dan Engkau ridhoi padaku.

Kemudian Allah menjawab doa Zakaria dan berfirman : "Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar
gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang shaleh
dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut, menahan diri dari nafsu dan
godaan syaitan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi." Kemudian Zakaria berkata: "Ya Allah,
bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun
sudah lanjut usia." Allah berfirman: "Hal demikian itu adalah mudah bagi-Ku. Tidakkah telah
Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama sekali."

Setelah itu istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki yang diberi nama Yahya. Seperti
ayahnya, Yahya juga seorang nabi.

Pada suatu ketika Nabi Yahya terbunuh karena perintah Raja Herodus. Kaum Bani Israil
berharap pada Nabi Zakaria, hal itu menyebabkan Raja Herodus marah dan memerintahkan
untuk membunuh Nabi Zakaria. Nabi Zakaria sendiri langsung pergi dari kejaran prajurit
Herodus.
Nabi Zakaria dalam Al-Qur'an

Di dalam Al-Quran, nama Zakaria as, disebutkan sebanyak 12 kali, seperti berikut ini.

Referensi

* Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami
Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta,
2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang
Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira
Jakarta, 2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-
Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-
Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha,
2008.
* Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab
Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan
Gema Insani, Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah
al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.

Anda mungkin juga menyukai