CHOLESISTOLITHIASIS
Pembimbing:
dr. Radian Tunjung Baroto, MSi. Med, SpB
Disusun oleh:
Gindy Aulia M.
30101206632
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu
syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Semarang periode 17 Oktober 2016 17 Desember 2016
.
NIM : 30101206632
Fakultas : Kedokteran
Pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Bedah
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 14 November 2016 pukul 15.15
WIB di bangsal Nakula 2 didukung oleh rekam medik pasien.
A. Keluhan Utama
Nyeri pada perut sampai pinggang
B. Keluhan Tambahan
Mual (+), Muntah (+)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri pada perut sejak 2 minggu SMRS. Nyeri
dirasakan pada mulanya di perut bagian atas yang menjalar sampai ke
pinggang. Namun sekarang nyeri dirasakan sampai kanan dan kiri
bawah perut, nyeri pada bahu kanan disangkal. Nyeri dirasakan sangat
menggangu aktivitas. Pasien juga mengeluh demam, mual dan sempat
muntah makanan 2x sebelum masuk RS. Pasien tadinya melakukan
berobat rawat jalan pada tanggal 8 November 2016 dan dianjurkan
kembali seminggu kemudian (14 November 2016). Namun pada
tanggal 12 November pasien merasakan nyeri hebat yang mendorong
pasien ke rumah sakit. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien
mengatakan kondisi membaik setelah dirawat namun pagi tadi (14
November 2016) mengeluh muntah 1x dan nyeri pada perut setelah
makan nasi kuning karena bosan makan makanan rumah sakit.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya sempat dirawat 3 hari di RSUD Brebes dengan
keluhan yang sama 3 minggu SMRS. Riwayat darah tinggi dan DM
disangkal.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien sering memakan makanan berlemak. Pasien jarang melakukan
olahraga.
G. Riwayat KB
Pasien pernah menggunakan KB oral selama 1 tahun dan suntik selama
4 tahun.
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang Ibu rumah tangga dan biaya pengobatan ditanggung
ASKES GAKIN.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Compos Mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 82 kali/menit
- Suhu : 36,7C
- Pernapasan : 19 kali/menit
Berat Badan :58 kg
Tinggi Badan :150 cm
IMT(BB/TB2) : 25,78kg/m2 (Pre Obese)
Kepala
Mesocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak ada kelainan.
Mata
Bentuk simetris, pupil ODS bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks
cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
Bentuk normal, sekret (-/-), deviasi septum (-).
Telinga
Normotia, discharge (-/-).
Mulut
Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis,
tonsil T1/T1.
Thorax
a. Paru
o Inspeksi: bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,
o Palpasi: stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
b. Jantung
o Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
o Palpasi: iktus kordis teraba
o Perkusi :
Batas atas jantung di ICS II midclavicula line sinistra
Batas kanan jantung sejajar ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri jantung di ICS V midclavicula line sinistra .
o Auskultasi : bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
V. RESUME
Telah diperiksa seorang wanita Ny. S usia 57 th dengan keluhan nyeri pada
perut sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan pada mulanya di perut bagian atas
yang menjalar sampai ke pinggang. Namun sekarang nyeri dirasakan sampai
kanan dan kiri bawah perut, nyeri pada bahu kanan disangkal. Nyeri dirasakan
sangat menggangu aktivitas. Pasien juga mengeluh demam, mual dan sempat
muntah makanan 2x sebelum masuk RS. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien mengatakan kondisi membaik setelah dirawat namun pagi tadi (14
November 2016) mengeluh muntah 1x dan nyeri pada perut setelah makan nasi
kuning karena bosan makan makanan rumah sakit. Pasien sebelumnya sempat
dirawat 3 hari di RSUD Brebes dengan keluhan yang sama 3 minggu SMRS.
Riwayat darah tinggi dan DM disangkal. Riwayat keluarga disangkal. Pasien
sering memakan makanan berlemak. Pasien jarang melakukan olahraga. Pasien
seorang Ibu rumah tangga dan biaya pengobatan ditanggung ASKES GAKIN.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri
bawah. Hasil USG 8 November ditemukan batu empedu dengan ukuran 1,5cm.
dari hasil lab di dapatkan SGOT dan SGPT yang meningkat.
Diagnosa Kerja
Kolik bilier e.c Cholesistolithiasis
Diagnosis Banding
1. Kolesistisis
2. Gallbladder tumor
Komplikasi
- Kolesistisis akut dan kronik
- Icterus obstruktif
- Kolangitis
- Hidrops kandung empedu
Tatalaksana
Non medikamentosa
- Laparatomi cholesistelektomi
Medikamentosa pre operasi
- Tramadol 1 Amp/ 8 jam drip
- Inj cefaperazon 1gr
Prognosis
- Ad vaitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonamn
PR
oleh kandung empedu 30 60 mililiter. Meskipun demikian, sekresi empedu selama 12 jam
(450ml) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air , natrium, klorida dan elektrolit
lain secara terus menerus diabsorbsi oleh mukosa kandung empedu, memekatkan sisa sisa
zat empedu yang mengandung garam empedu , kolesterol, lesitin, dan bilirubin.
Kandung empedu mengosokan simpanan empedu pekatnya kedalam duodenum
pencernaan lemak
(Guyton,2007, Fisiologi Gastrointestinal ., Hal.845 -846)
2. Kolangitis
kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu. Charcot ditahun
1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai trias, yaitu demam, ikterus dan
nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal dengan Charcot triad. Charcot
perkembangan kolangitis. Obstruksi juga dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran
empedu, yang membawa empedu dari hepar ke kandung empedu dan usus. Bakteri yang sering
dikultur pada empedu adalah Eschericia Coli, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterococcus,
Clostridium perfiringens,Bacteroides fragilis. Bakteri anaerob yang dikultur hanya sekitar 15%
kasus. Patofisiologi kolangitis sekarang ini dimengerti sebagai akibat kombinasi 2 faktor,
yaitu cairan empedu yang terinfeksi dan obstruksi biliaris. Peningkatan tekanan intraduktal
yang terjadi menyebabkan refluks bakteri ke dalam vena hepatik dan sistem limfatik perihepatik
yang menyebabkan bakterimia. Pada tahun 1959, Reynolds dan Dargon menggambarkan keadaan
yang berat pada penyakitini dengan menambahkan komponen syok sepsis dan gangguan
kesadaran.
Gejala klinik bervariasi dari yang ringan yang memberikan respons dengan
penatalaksanaan konservatif sehingga memungkinkan intervensi aktif sampai bentuk berat yang
refrakter terhadap terapi medik dan bisa berakibat fatal) Hampir selalu pada pasien kolangitis akut
didapatkan ikterus dan disertai demam, kadang-kadang menggigil. Pada sebagian kecil kasus ini
batu koledokus tidak didapatkan ikterus, hal ini dapat diterangkan karena batu di dalam
duktus koledokus tersebut masih mudah bergerak sehingga kadang-kadang aliran cairan
empedu lancar, sehingga bilirubin normal atau sedikit saja meningkat. Kadang-kadang tidak
jelas adanya demam, tetapi ditemukan lekositosis. Fungsi hati menunjukkan tanda-tanda obstruksi
yakni peningkatan yang menyolok dari GGT atau fosfatase alkali. SGOT/SGPT dapat meningkat,
pada beberapa pasien bahkan dapat meningkat secara menyolok menyerupai hepatitis virus akut.
Seringkali didapatkan nyeri hebat di epigastrium atau perut kanan atas karena adanya batu
koledokus. Nyeri ini bersifat kolik, menjalar ke belakang atau ke skapula kanan, kadang-
kadang nyeri bersifat konstan. Trias dari Charcot (demam, nyeri perut bagian atas
untuk memperbaiki fungsi hati, dan pemberian antibiotika yang adekuat. Melancarkan aliran
bilier bisa dilakukan secara operatif atau non operatif yakni per endoskopi atau perkutan bilamana
memiliki fasilitas tersebut. Ekstraksi batu dengan endoskopi sesudah dilakukan sfingterotomi
dilakukan langsung sesudah dilakukan kolangiografi. Bilamana usaha pengeluaran batu
empedu gagal, mutlak pula dipasang pipa nasobilier untuk sementara sambil menunggu
Coli dan Klebsiella, diikuti oleh Streptococcus faecalis. (1) Pseudomonas aeroginosa lebih jarang
ditemukan kecuali pada infeksi iatrogenik, walaupun demikian antibiotika yang dipilih perlu yang
dapat mencakup kuman ini. Walaupun kuman anaerob lebih jarang, kemungkinan bahwa kuman ini
bertindak sinergis dengan kuman aerob menyebabkan bahwa pada pasien yang sakitnya sangat
berat, perlu diikutsertakan antibiotika yang efektif terhadapnya. Tidak ada antibiotika tunggal yang
mampu mencakup semua mikroorganisme, walaupun beberapa antibiotika yang baru seperti
dan ampisilin pada waktu yang lalu telah direkomendasikan karena dapat mencakup kuman
tersebut di atas selain harganya tidak mahal. Kerugian kombinasi adalah bahwa aminoglikosida
bersifat nefrotoksik. Generasi ketiga sefalosporin telah dipakai dengan berhasil pada
kolangitis akut karena dieksresikan melalui empedu. Terapi tunggal dengan cefoperazon
telah terbukti lebih baik daripada kombinasi ampisilin dan tobramisin, juga septasidin.
Golongan karbapenem yang baru yakni imipenem yang memiliki spektrum luas juga berpotensi
baik. Obat ini diberikan bersama dengan silastatin. Siprofloksasin dari golongan kuinolon telah
digunakan pada sepsis bilier dan memiliki spektrum yang luas; obat ini diekskresi melalui ginjal
dan juga penetrasi ke empedu. Bilamana dikombinasi dengan metronidasol untuk mencakup flora
anaerob, akan sangat efektif. Untuk pencegahan secara oral terhadap kolangitis rekuren dapat
dipilih terapi tunggal dengan ampisilin, trimetoprin atau sefalosporin oral seperti sefaleksin.
3. Cholangiokarsinoma
Kanker ini kelima tersering disaluran cerna. Sedikit lebih sering pada perempuan dan
paling sering timbul pada usia 70an. Kanker ini jarang ditemukan pada stadium yang masih
direseksi dan angka ketahanan hidup 5 tahun masih hanya sekitar 1%. Pola cholangiokarsinoma
memperlihatkan pola pertumbuhan eksofilik atau infiltrative. Pola infiltrative lebih sering terjadi
biasanya tampak sebagai daerah penebalan dan indurasi difus dinding kandung empedu yang
mungkin berukuran luas beberapa sentimeter persegi atau mengenai seluruh kandung empedu.
Tumor ini bersifat scirrhous dam sangat padat. Tumor dengan pola eksofilik tumbuh ke dalam
lumen massa irregular mirip kembang kol pada saat yang sama juga menginvasi dinding
dibawahnya.
Gambaran klinis, kanker kandung empedu jarang didiagnosis praoperasi. Gejala awal tidak jelas
dan biasanya sulit dibedakan dengan gejala yang berkaitan dengan kolelitiasis : nyeri abdomen,
anoreksia, ikticterus serta mual muntah. Beberapa pasien beruntung mengalami obstruksi secara
dini dan kolesistitis akut sebelum tumor meluas ke struktur disekitarnya atau menjalani
kolesistektomi atas indikasi adanya batu empedu simtomatik.(Robbin kumar hal 708)