Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

TETANUS
oleh:
dr.Gina Indriana

Pembimbing :

dr. RC Woelly Rieuwpassa, Sp.B


dr. Setiyoko
dr. Ganis Kurniawan

RUMAH SAKIT UMUM DOKTER SOEROTO


NGAWI
2018
DATA PASIEN

• Nama : Tn.S (No.RM : 358459)


• Usia : 59 tahun
• Alamat : Karang Asem 4/5 Geneng, Ngawi
• Masuk IGD : 13 September 2018
• Pekerjaan : Petani
ANAMNESA
• Keluhan utama : Kaku seluruh tubuh
• Keluhan tambahan : Sulit menelan dan mengunyah.
• Riwayat penyakit sekarang : Seluruh badan terasa kaku sejak 4
hari SMRS. Pertama dirasakan sulit membuka mulut, sulit
menoleh, leher terasa kaku, perut terasa keras,dan terakhir
tangan dan kaki sulit digerakkan. Tidak ada demam maupun
sesak. Satu minggu sebelum merasa kaku, pasien pernah
mencungkil gusi menggunakan lidi. Dua hari setelahnya
mulutnya terasa kemeng dan kesemutan dan dua hari kemudian
mulut sulit digerakkan dan terasa kaku
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran : Compos mentis • Kepala : Trismus, wajah risus
• GCS : E4 V5 M6 sardonicus, avulsi molar 2, 3 atas
• TD : 100/70 mmHg dx
• Nadi : 80 x/menit • Thoraks : dalam batas normal
• RR : 20 x/menit • Abdomen : Datar, opistotonus,
bising usus +
• Suhu : 37,3°C
• Ektremitas : akral hangat
• SpO2 : 98%

Status Neurologis
• Motorik : 2/2/2/2
• Reflek patologis (-)
• Reflek fisiologis (+)
13 September 2018, IGD RSUD Soeroto Ngawi
14 September 2018,
Flamboyan
19 September 2018
ASSESTMENT
– Tetanus

PLAN
– O2 3 lpm
– Drip 2 ampul diazepam dalam Nacl 500cc 20 tpm
– Tetagam 12 ampul intramuskular
– Injeksi metronidazole 2x 500mg
– Injeksi ceftriaxone 2x1 gram
– Injeksi antrain 3x1 ampul
– Injeksi ranitidin 2x1 ampul
– Extra injeksi diazepam 1 ampul jika kejang
– Pasang NGT dan DC
DEFINISI TETANUS

Penyakit akut sistem saraf yang disebabkan oleh


eksotoksin dari Clostridium tetani. Ditandai dengan
kekakuan dan kejang otot rangka. Kekakuan otot biasanya
melibatkan rahang (lockjaw), leher dan kemudian menjadi
seluruh tubuh.
EPIDEMIOLOGI

• Tahun 2001-2008, 233 kasus dilaporkan di Amerika


Serikat, terjadi pengurangan sebanyak 95% sejak 1947
(99%). Tingkat kematian kasus adalah 13,2%.

• ATS yang berasal dari serum kuda mengalami kendala


tingginya insiden efek samping serum sickness, yaitu
hingga 10% (6-14%) dan reaksi anafilaksis yang fatal
pada 0,001% (1 per 100.000).
• Kematian pada kasus tetanus yang diberikan ATS adalah
16,1%, sedangkan pada pemberian HTIG hanya 8%.

• Para ahli merekomendasikan sedapat mungkin


menggunakan HTIG, dan hanya menggunakan ATS
apabila tidak ada persediaan HTIG. Dosis HTIG yang
direkomendasikan untuk terapi tetanus 3.000 IU hingga
6.000 IU yang diberikan secara intramuskular.
• Reaksi sistemik pasca penyuntikan ATS 11% berupa adenitis, ruam
artritis, nyeri kepala, menggigil. Selain itu juga dilaporkan dua
kematian akibat reaksi hipersensitif terhadap ATS, yaitu akibat syok
anafilaktik dan acute hemorrhagic leukoencephalitis, serum nerutitis
yang berakibat kelumpuhan dan gangguan sensorik

• 20 kasus tetanus yang diberikan HTIG tidak ada yang mengalami


efek samping hipersensitif sistemik. Efek samping sistemik HTIG
berupa nyeri kepala 17%, lemas 4%, demam 4%, gejala
gastrointestinal 12% dan gejala lain yang tidak spesifik 21%. Tidak
ditemukan terjadinya reaksi anafilaksis.
• Kematian tetanus karena kejang terus menerus atau
kekakuan pada otot laring yang menimbulkan apnea
atau mati lemas. Pengaruh toksin pada saraf otonom
menyebabkan gangguan sirkulasi (gangguan irama
jantung atau kelainan pembuluh darah). Kematian
biasanya disebabkan oleh asfiksia dari laringospasme,
gagal jantung, atau shock, yang dihasilkan dari toksin
pada hipotalamus dan sistem saraf simpatik.

MANIFESTASI KLINIK

• Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya


sekitar 8 hari. Secara umum, semakin pendek masa
inkubasi angka kematian akibat tetanus kesempatan
semakin tinggi.
Jenis Tetanus Berdasarkan Klinis

• Local tetanus
– Kekakuan dan nyeri di otot-otot sekitar luka, diikuti oleh twitchings dan
kejang singkat dari otot yang terkena.
– Trismus
– Gejala dapat bertahan dalam beberapa minggu atau bulan.
– Secara bertahap berkurang dan akhirnya menghilang tanpa residu.
• Cephalic tetanus
– bentuk tetanus lokal pada luka pada wajah dan kepala. Masa inkubasi
pendek, 1 atau 2 hari. Otot yang terkena (paling sering wajah) menjadi
lemah atau lumpuh.
– Bisa terjadi kejang wajah, lidah dan tenggorokan, dengan disartria,
disfonia, dan disfagia.
Jenis Tetanus Berdasarkan Klinis
• Generalized tetanus
– Tetanus lokal --> umum setelah beberapa hari
– Kekakuan otot lokal dan menyebar cepat ke otot bulbar, leher,
batang tubuh, dan anggota badan.
– Timbul gejala kekakuan pada semua bagian seperti trismus,
risus sardonicus (Dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut
mulut tertarik ke luar dan ke bawah), mulut mencucu,
opistotonus.
Interpretasi score:
• <9 : severitas ringan
• 9 - 18 : severitas sedang
• > 18 : severitas berat
Interpretasi score:
• 0-1: severitas ringan,
mortalitas 10%
• 2-3: severitas sedang,
mortalitas 10-20%
• 4: severitas berat,
mortalitas 20-40%
• 5-6: severitas sangat
berat, mortalitas > 50%
DIAGNOSIS

• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik ditemukan risus sardonicus, trismus,
opistotonus dan gangguan motorik dan otonom lainnya.
• Pemeriksaan penunjang
– Lekositosis ringan
– Trombosit sedikit meningkat
– Glukosa dan kalsium darah normal
– Enzim otot serum mungkin meningkat-
TATALAKSANA

• Perawatan luka
• Imunotherapy
• Antibiotik
• Muscle spasm control
• Disfungsi otonom control
• Airway control
Imunotherapy
• HTIG (Human Tetanus Imunoglobulin)
– dosis tunggal HTIG 3000-6000 IU injeksi intramuskular atau
intravena sesegera mungkin ditambah dengan vaksin TT 0,5
cc injeksi intramuskular (imunisasi aktif).
– Kontraindikasi : hipersensitif, trombositopenia berat
• ATS (Anti Tetanus Serum)
– Dosis100.000 IU dengan 50.000 IU intramuskular dan 50.000
IU intravena.
– Pemberian ATS harus berhari-hati akan reaksi anafilaksis.
– Pada tetanus anak pemeberian anti serum dapat disertai
dengan imunisasi aktif DT setelah pulang.
Antibiotik
• Metronidazole
– Dewasa : 500 mg IV/IO per 6 jam selama 7-10 hari.
– Anak-anak : dosis inisial 15 mg/kgBB IV/IO dilanjutkan dengan
dosisi 30 mg/kgBB per enam jam selama 7-10 hari.
• Penisilin G
– 1,2 juta unit/ hari selama 10 hari (100.000-200.000 IU / kg /
hari IV diberikan dalam 2-4 dosis terbagi).
• Tetrasiklin 2 gram/ hari
• Makrolida, klindamisin, sefalosporin dan kloramfenikol
Muscle Spasm Control
• Benzodiazepin
– Dewasa (bisa dinaikkan bertahap dan titrasi)
• Diazepam IV 5mg
• Lorazepam 2mg
– Anak-anak
• Diazepam 0,1-0,2 mg/kg dibagi 2-6 jam
• dosis maksimal 600mg/hari
• Magnesium Sulfat (dosis tunggal atau kombinasi dengan benzodiazepin)
– 5 gram ( 75mg/kg) IV loading dose, kemudian 2-3 gram perjam hingga
spasme terkontrol
– Hindari dosis tinggi
– Monitor reflex patela (areflexia)
Muscle Spasm Control
• Dantrolene 1-2 mg/kg/IV/4 jam

• Barbiturat (short acting : phenobarbital)


–Dewasa: 120-200mg IV/1-4 jam
–Anak-anak: 6-10mg/kg

• Chlorpromazine
–Dewasa: 50-150mg IM dibagi 4-8 jam
–Anak-anak : 4-12mg IM per 4-8 jam
Disfungsi otonom control

• Magnesium sulfat

• Morfin.

• β-blocker seperti propranolol digunakan di masa lalu


tetapi dapat menyebabkan hipotensi dan kematian
mendadak, hanya esmolol saat ini dianjurkan.
Airway control

• Terapi muscle spasm dapat mengakibatkan depresi


pernafasan.
• Butuh ventilasi mekanik.
• Kontrol disfungsi otonom sambil menghindari kegagalan
pernafasan.
• Trakeostomi untuk mencegah terjadinya apneu.
• Cairan yang memadai dan gizi yang baik harus diberikan
juga.
Pencegahan : vaksin tetanus toxoid, 6 dosis ( 3
primer dan 3 booster) WHO.
– 3 primer : dimulai saat usia 6 minggu, minimal interval 4
minggu tiap dosis
– 3 booster : tahun ke dua (12-23 bulan), 4-7 tahun, 9-15
tahun.
THANK YOU..........

Anda mungkin juga menyukai