Sap Toilet Training (Didah Rosidah)
Sap Toilet Training (Didah Rosidah)
A. Pengeertian
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang besar. Toilet
training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan 2
tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan
persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan
tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau kecil secara
mandiri.
Pada toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air besar
atau kecil juga dapay bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan
kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta
fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau
rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil
dan perlu diketahui bahwa buang air besar suatu alat pemuasan untuk melepaskan
ketegangan dengan latihan ini anak diharapkan dapat melukan usaha penundaan
kepuasan.
Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah
mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet training tergantung
pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga, seperti kesipan fisik dimana
kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu. Hal ini dapat ditunjukan anak
mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air besar
dan kecil, demikian juga kasiapan psikologis di mana anak membutuhkan suasana
yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam meragsang untuk buang
air besar atau kecil. Persaipan intelektual pada anak juga dapat membantu dalam
proses buang air besar dan kecil. Hal ini data ditunjukkan apabila anak memahami
arti buang air besar atau kecil sangat memudahkan proses dalam pengontrolan, anak
dapat mengetahui kapan saatnya buang air kecil dan kapan saatnya buang air besar,
kesiapan tersebut akan menjadikan diri anak selalu mempunyai kamandirian dalam
mengontrol khususnya buang air kecil dan buang air besar (toilet training). Pelaksaan
toilet training dapat dimulai sejak dini untuk melatih respons terhadap kemampuan
untuk buang air kecil dan buang air besar.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta dapat menambah pengetahuan
tentang toilet training pada anak
D. Metode
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
E. Media
a. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
2 Pemaparan Materi
a. Menyampaikan materi tentang Menyimak
pengertian toilet training
b. Menjelaskan cara toilet training
pada anak
Memperhatikan
c. Menjelaskan masalah toilet training
25 menit
bb
yang terjadi pada anak
d. Menjelaskan kesiapan anak dalam
toilet training
3 Penutup
a. Menyimpulkan materi Memperhatikan
penyuluhan bersama 5 menit
keluarga Menjawab
b. Memberikan evaluasi secara lisan Menjawab salam
6. Jawaban soal
a. Pengertian Atelektasis
TEORI
TOILET TRAINING
A. Pengertian
Menurut Wong (1999), toilet training merupakan tugas utama pada usia
toodler, yaitu berupa kemampuan dalam mengontrol spincter anal maupun uretra
dan biasanya dapat dikerjakan setelah anak bisa berjalan dan mungkin pada usia
18 24 bulan
Toilet Training merupakan latihan moral pertama yang bisa diterima oleh
anak, dan hal ini mungkin akan tetap berlangsung sampai akhir usia toodler
(Rifai, 1993)
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak
untuk buang air besar dan kecil, diantaranya :
1. Teknik lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak
dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar.cara ini
kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua akan
tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang
cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air besar dimana
dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan
akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan
buang air besar.
2. Teknik modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara
meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat
dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air kecil dan besar benar.
Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah
sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai
kebiasaan yang salah.
1. Pengkajian fisik
2. Pengkajian psikologis
3. Pengkajian intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air besar dan kecil antara lain
kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil atau besar, kemampuan
menkomunikasikan buang air kecil dan besar, anak menyadari timbulnya
buang air besar danbuang air kecil, mempunyai kemampuan kognitif untuk
meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil dan besar pada tempatnya
serta etika dalam buang air besar dan kecil. Dalam melakukan pengkajian
kebutuhan buang air kecil dan besar, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama toilet training, di antaranya :
a) Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper di mana anak akan merasa
aman
a. Mampu mengontrol reflek spincter anal dan uretra, biasanya pada usia
18-24 bulan
b. Mampu menahan buang air kecil selama 2 jam, berkurangnya
frekuensi mengompol
c. Kebiasaan buang air besar sudah rutin
d. Gerakan motorik halus: mampu untuk duduk dan berjalan, mampu
melepas baju sendiri.
2. Kesiapan Mental
3. Kesiapan Psikologis
d. Tidak betah bila celana basah, dan bila basah minta segera diganti
4. Kesiapan Orang Tua
Perilaku anak :
c. Menaiki Kursi
a. Kaji perilaku dan aspek psikologis yang menunjukkan kesiapan anak dalam
Toilet Training.
b. Ajarkan pada anak untuk b.a.k pada waktu yang rutin (pada saat bangun,
setelah makan, sebelum tidur)
Perilaku anak :
a. Ajarkan pada anak laki-laki untuk berkemih sambil berdiri terutama oleh
ayahnya
Perilaku anak :
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya
perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat
mengganggu kepridian anak atau cendrung bersifat retentive di mana anak cendrung
bersikap keras kepala bahkan kikir,. Hal ini dapat dlakukan oleh orang tua apabila
sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat
berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training
maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega,
cendrung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.