Anda di halaman 1dari 51

Analisis Fisiko Kimia

SPEKTROSKOPI

Oleh : Dr. Harmita


PENDAHULUAN
Spektroskopi molekuler adalah ilmu yang
mempelajari interaksi antara gelombang elektro
magnetik dengan benda.
Gelombang elektromagnetik atau sering pula
disebut radiasi elektromagnetik (REM) adalah
sejenis energi yang disebarkan oleh suatu
sumber cahaya dan bergerak lurus ke depan
(kecuali kalau dibiaskan atau dipantulkan)
dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Gelombang elektromagnetik dapat berupa cahaya
tampak, panas radiasi, sinar X, sinar UV,
gelombang mikro, gelombang radio, dsb.
Cond

= wavelength (one cycle)


= frequency = no. of cycles in unit time

Frekuensi () : Banyaknya pola putaran (efek) per detik hertz (Hz)


Panjang gelombang () : Jarak yang ditempuh untuk menyelesaikan
satu pola putaran (cycle)
. = c ; = c meter

Cond
cm/mm = gelombang mikro
m = 10-6 m ir
nm = 10-9 m 10 UV- Vis
Bilangan gelombang : Banyaknya putaran yang
terdapat dalam setiap satu cm radiasi.
= c . c = 3.1010 cm s-1
= 1

Aspek dari REM adalah bahwa REM merupakan
partikel yang bertenaga yang disebut foton.
Cond
Besarnya tenaga foton berbanding lurus dengan
frekuensi dari REM yang bersangkutan.
E = h .
Dimana : E = tenaga
h (tetapan Planck) = 6,63 . 1027 erg . s . molekul-1
= 6,63 . 1034 joule . s . molekul-1

Molekul dapat memiliki berbagai jenis energi, antara lain :


1. Energi rotasional , yang disebabkan oleh perputaran molekul
tersebut pada pusat gaya beratnya.
2. Energi vibrasional, energi yang disebabkan perpindahan periodik
atom-atomnya dari posisi keseimbangannya.
3. Energi elektronik, karena elektron-elektron yang berhubungan
dengan masing-masing atom atau ikatan yang selalu dalam
keadaan bergerak.
4. Energi translasi, energi kinetik atom atau molekul yang dimiliki
untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

Etranslasi < Erotasional < Evibrasional < Eelektronik


Cond
Dalam suatu molekul,suatu elektron dapat berada
dalam salah satu dari beberapa tingkat energi
yang berbeda; dikatakan bahwa energi itu
merupakan sesuatu yang quantized.
Demikian pula energi-energi yang rotasional,
vibrasional dan energi lainnya dari suatu molekul
adalah quantized. Sehingga suatu molekul
tertentu dapat berada dalam berbagai tingkatan
energi rotasional, vibrasional dan energi lainnya
dan hanya dapat pindah dari tingkatan yang satu
ke tingkatan yang lain apabila ada suatu loncatan
yang melibatkan sejumlah energi tertentu

E2

E = (E2 E1)
E1
Cond
Misal dua tingkatan energi rotasional dalam suatu molekul
yaitu E1 dan E2. Transisi dapat terjadi antara tingkatan E1
dan E2 asalkan sejumlah energi yang sesuai, yaitu E =
E1 E2, dapat diserap atau dipancarkan oleh sistem
tersebut. Energi tersebut dapat berupa REM yang
frekuensinya dapat ditentukan dari persamaan :
= E Hz
h

Apabila digunakan seberkas radiasi yang terdiri dari


berbagai frekuensi (radiasi atau sinar putih),
maka yang
diserap hanyalah energi yang berfrekuensi =
E Hz,
h
sedang semua energi yang berfrekuensi lain tidak
berkurang intensitasnya.
Daerah Spektrum Elektromagnetik
No Nama Mekanisme dasar penyerapan

1 Sinar Gamma < 0,1 nm Transisi inti

2 Sinar X 0,1 - 1,0 nm Transisi elektron kulit dalam

3 UV 190 - 380 nm Transisi e- valensi

4 Sinar tampak 380 900 nm Transisi e- valensi

5 IR 2,5 25 m Vibrasi intermolekuler

6 Gelombang mikro 0,04 25 cm Rotasi intra dan


intermolekuler
7 Gelombang radio 0,25 18,5 m Reorientasi inti dan e-
pendek
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Spektrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi
elektromagnetik (REM) dengan molekul. REM merupakan bentuk
energi radiasi yang mempunyai sifat gelombang dan partikel
(foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa
parameter perlu diketahui, misalnya panjang geombang (),
frekuensi ( ), bilangan gelombang ( ) dan serapan (A).
REM mempunyai vektor listrik dan vektor magnit yang bergetar
dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masng-
masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi.

Foton :
Besarnya tenaga foton berbanding lurus dengan frekuensi dari
REM,
E=h.
Dimana E = Energi
h = tetapan Planck = 6,63 . 1027 erg . s . molekul -1
6,63 . 1034 joule . s . molekul -1
Daerah Spektrum Elektromagnetik
No. Jenis Spektroskopi (cm) Jenis radiasi
1. Emisi Sinar X 3 . 10-11 Sinar

2. Serapan, Emisi Sinar X 3 . 10-9 Sinar X

3. Serapan Uv-Vis 3 . 10-5 UV-Vis

4. Serapan IR 3 . 10-3 IR

5. Serapan gelombang mikro 3 . 10-1 3 . 10 Gelombang mikro

6. Resonansi magnit inti 3 . 103 Radio


1. Spektrum absorbsi.
Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur
besarnya energi yang diabsorbsi/diteruskan. Jika radiasi
yang monokromatik melewati larutan yang mengandung
zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan
dipantulkan, diabsorbsi oleh zatnya dan sisanya
ditransmisikan.
Io = Ir + Ia + It
Pengaruh Ir dapat dihilangkan dengan menggunakan
blanko/kontrol, sehingga :
Io = Ia + It

Lambert dan Beer telah menurunkan secara empirik


hubungan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan
dengan tebalnya larutan dan hubungan antara intensitas
tadi dengan konsentrasi zat.
Cond
Hukum Lambert-Beer : 1
It
Io
A = log = .b.c = a.b.c
It
dimana : A = serapan
Io = Intensitas sinar yang datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
= absorbtivitas 1
molekuler
I
(mol.cm. t ) 1
It
a = daya serap (g.cm. )
b = tebal larutan/kuvet
1
I
c = konsentrasi (g. t .mg.ml-1)
Istilah
Kromofor = gugus fungsional yang mengabsorpsi radiasi
ultraviolet dan tampak, jika mereka diikat oleh senyawa-
senyawa bukan pengabsorbsi (auksokrom).
Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap
berkonjugasi (diena (C=C-C=C), dienon (C=C-C=O),
benzen dan lain-lain.

Auksokrom = Gugus fungsional seperti OH, -NH2, NO2, -X,


yaitu gugus yang mempunyai elektron nonbonding dan
tidak mengabsorbso radiasi UV jauh (n *)
Pergeseran batokromik = Pergeseran ke arah frekuensi
rendah / lebih panjang (red shift)
Pergeseranhipsokromik = Pergerseran ke lebih pendek
(blue shift)
Contoh kromofor tunggal
Kromofor ikatan maks(nm). maks.
Asetilen -CC- 175 -180 6 000
Aldehid -C=O 210 Sangat besar
280 300 11-18
Amin -NH2 195 2 800
Azo -N=N- 285 400 3 - 25
Bromida - Br 208 300
Karbonil C= O 195 1 000
270 285 18 - 30
Karboksil - COOH 200 - 210 50 - 70
Disulfida - SS- 194 5 500
255 400
Ester - COOR 205 50
Etilen -C=C- 190 8 000
Iodida -I 260 400
Nitrat - NO2 270 12
Nitroso - NO 302 100
Sulfon - SO2 - 180 .........
Sulfoksida S=O 210 1 500
Benzen 184 46 700
204 6 900
Jenis Spektrofotometer UV-Vis
a. Single Beam

1). Celah keluar sinar monokromatis hanya satu.


2). Wadah atau kuvet yang dapat dilalui sinar hanya satu.
3). Setiap perubahan panjang gelombang, alat harus dinolkan.
Cond
b. Double Beam

1). Celah keluar sinar monokromatis ada dua.


2). Wadah melalui dua kuvet sekaligus.
3). Alat cukup satu kali dinolkan dengan cara mengisi kedua kuvet dengan larutan blanko.
Penggunaan Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis digunakan
terutama untuk analisa kuantitatif, tetapi
dapat juga untuk analisa kualitatif.
Untuk analisis kualitatif yang diperhatikan
adalah :
a. Membandingkan maksimum.
b. Membandingkan serapan (A), daya serap
(a),
c. Membandingkan spektrum serapannya.
Cond
Cond
Transisi elektronik pada senyawa organik:
Elektron-elektron yang mengalami transisi energi elekronik pada
waktu terjadi penyerapan cahaya dapat dibagi menjadi :
a. elektron.
Elektron-elektron ini membentuk ikatan tunggal pada senyawa
jenuh, misalnya alkana. Transisi elektronik yang terjadi yaitu transisi -
*, memerlukan energi yang tinggi yaitu terjadi pada daerah ultraviolet
vakum (dibawah 210 nm)
b. n elektron.
Elektron valensi ini tidak membentuk ikatan kimia berupa pasangan
elektron sunyi (lone pairs), misalnya pada O, N, S atau halogen.
Transisi elektronik yang terjadi yaitu transisi n *, ditandai oleh
intensitas serapan yang rendah.
c. elektron
Elektron-elektron ini membentuk ikatan rangkap yang
merupakan pertautan (overlap) orbit p (p orbital) yang sejajar dari
dua aton. Posisi serapan adalah sekitar 180-200 nm, dan
disebabkan oleh transisi * yang ditandai dengan untensitas
serapan yang kuat.
Transisi elektron pada senyawa anorganik :
Senyawa anorganik yang memiliki gugus kromoforik
umumnya melibat kan beberapa atom misalnya MnO4-
dan CrO7 2- atau dapat juga melibatkan hanya atom
tunggal yang memiliki d elektron terluar yang tidak
lengkap, tingkat energi yang tidak terduduki tersedia
seperti misalnya pada unsur tanah jarang (Ce) dan
beberapa unsur transisi yang membentuk senyawa
komplek koordinasi (Ni-dimetilglioksim,Fe(CNS)3,
Fe(III)Fenol at, dll). Spektrum serapan untuk senyawa ini
merupakan hasil dari proses transfer muatan dimana
suatu elektron dipindahkan dari ion negatip ke ion
positip. Spektrum serapan itu akan mengalamai
perubahan dengan perubahan gugus pengompleks.
Penambahan kemudahan suatu atom terpolarisasi
menghasilkan efek yang mirip dengan efek perpanjangan
ikatan rangkap berkonjugasi pada senyawa organik.
Sebagai contoh FeCl3 berwarna kuning dan FeBr3
berwarna jingga, disertai peningkatan daya serap molar
dari klorida ke bromida.
Cond
Faktor-faktor yang mempengaruhi spektrum serapan :
a. Jenis pelarut (polar, non polar).
b. pH larutan.
c. Kadar larutan, jika konsentrasi tinggi akan terjadi
polimerisasi yang menyebabkan maksimum berubah
sama sekali atau harga Io < Ia
d. Tebal larutan, jika digunakan kuvet dengan tebal
berbeda akan memberikan spektrum serapan yang
berbeda.
e. Lebar celah.
Makin lebar celah (slit width) maka makin lebar pula
serapan (band width), cahaya makin polikromatis,
resolusi dan puncak-puncak kurva tidak sempurna.
Analisa Kuantitatif
Untuk analisa kuantitatif dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut : Dari zat murni/standar
a. Pembuatan spektrum serapan. Dari zat
murni/standar
b. Pembuatan kurva kalibrasi.
Diukur pada maks
1). Pembuatan larutan standar. Diukur pada
maks
2). Pengenceran sampel.
Pembuatan spektrum serapan bertujuan untuk memperoleh
panjang gelombang maksimum dari senyawa tersebut dari
konsentrasi yang biasa digunakan antara 5-10 ppm
(g/ml).
Panjang gelombang maksimum perlu kita cari, karena akan
digunakan untuk penetapan kadar.
Perhitungan kadar
Analisa zat tunggal.
Pergunakan rumus sebagai berikut :
a. A = a.b.c = log I o
I1
Dimana :
A = serapan
a = daya serap; serapan yang disebabkan oleh
zat dengan konsentrasi g/l.
b = tebal kuvet, jika tidak dinyatakan apa-apa berarti 1
cm.
c = konsentrasi zat, mg/ml, g/l.
1
A = log = - log T
T

%T = 100 x T
Cond
b. A1 C1
=
A 2 C2

Dimana : A1 = Serapan standard


A2 = Serapan sampel
C1 = Konsentrasi standard
C2 = Konsentrasi sampel
1 cm = A1 cm = Serapan yang disebabkan oleh zat dengan
E1% 1%

konsentrasi 1 g/100ml, tebal 1 cm.


E1%
1 cm = 10 a.

= daya serap molar, serapan yang disebabkan


oleh zat dengan konsentrasi mol/l, tebal 1 cm.
Cond
Analisa dua zat.

Pada
1

1
2

Pada 1( maksimum zat 1), zat 2 juga mempunyai serapan.


Pada 2( maksimum zat 2), zat 1 juga mempunyai serapan.
Spektrum campuran zat 1 dan zat 2 adalah merupakan jumlah dari dua kurva individu.
Analisis dengan spektrofotometri
UV-Vis multikomponen (campuran)
Untuk suatu larutan yang mengandung dua komponen
yang menyerap, x dan y, serapan diukur pada dua panjang
gelombang. Ketelitian yang tinggi didapatkan dengan
memilih panjang gelombang di mana panjang gelombang
pengukuran merupakan panjang gelombang di mana
serapannya maksimal, karena dengan pergeseran sedikit
pada kurva serapan tidak menyebabkan perubahan
serapan yang terlampau jauh.
Jumlah komponen dalam campuran dapat mencapai 8
kompoen dengan syarat selisih panjang gelombang
maksimum antara komponen minimal 5 nm. Jika jumlah
komponen dalam sampel lebih dari 3 maka untuk
menghitung kadar digunakan software multikomponen
yang terdapat pada alat spektrofotometer uv-vis.
Metode analisis yang digunakan pada analisis
multikomponen juga harus divalidasi seperti metode
analisis zat tunggal
SPEKTROSKOPI INFRA MERAH
Daerah IR dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu :
1. Sub daerah ir dekat ( = 780 nm 2,5 m atau = 14290 4000 cm-1)
= 1 cm-1 1 = 1
2,5m 2,5 . 10-4 cm-1
= 10.000 = 4.000 cm-1
2,5 cm
2. Sub daerah ir sedang ( = 2,5 m 15 m atau = 4.000 666 cm-1)
3. Sub daerah ir jauh ( = 15 m 50 m atau = 666 200 cm-1)
Dari ketiga sub daerah tersebut, hanya sub daerah ir sedang yang lazim
digunakan untuk elusidasi struktur senyawa organik.
Penggunaan spektrum ir
Dua molekul senyawa yang berbeda
struktur kimianya akan berbeda pula
spektrum ir-nya. Hal ini dapat dimengerti,
karena macam ikatan yang berbeda,
frekuensi vibrasinya tidak sama, serta
walaupun macam ikatan sama, tetapi
mereka berada dalam dua senyawa yang
berbeda, frekuensi vibrasinya juga
berbeda (karena kedua ikatan yang sama
tersebut berada dalam lingkungan yang
berbeda)
Jumlah vibrasi fundamental (pokok) dan
simetrinya suatu molekul
Sebagai contoh : Suatu molekul yang tersusun
oleh banyak atom (misal N atom). Setiap atom
mempunyai 3 koordinat, yaitu X, Y, dan Z.
Sehingga jumlah koordinat dalam molekul adalah
3 N, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
molekul tersebut mempunyai 3N derajat
kebebasan. Dari 3N derajat kebebasan, gerakan
translasional menggunakan 3 derajat kebebasan,
sedang gerakan rotasional untuk molekul non-
linier juga menggunakan 3 derajat kebebasan,
dan molekul linier menggunakan 2 derajat
kebebasan.
Cond
Jadi untuk molekul non-linier yang
mengandung N atom dapat mempunyai
(3N 6) vibrasi pokok. Untuk molekul
linier yang terdiri dari N atom mempunyai
(3N 5) vibrasi pokok.
Karena suatu molekul yang mengandung
N atom mempunyai (N 1) ikatan (untuk
molekul siklis) antara atom-atomnya
maka (N 1) vibrasinya merupakan
gerakan ulur dan lainnya yaitu (2N 5)
merupakan gerak tekuk (non-linier) atau
(2N 4) merupakan gerak tekuk (linier).
Berbagai vibrasi yang dikemukakan di atas
disebut vibrasi pokok (fundamental).
Vibrasi pokok ini terjadi karena eksitasi
dari ground state ke excited state yang
berenergi paling rendah. Biasanya dalam
spektrum ir terdapat banyak peak, artinya
peak yang ada jauh lebih banyak daripada
jumlah peak yang diharapkan dari vibrasi
pokok. Hal ini disebabkan karena
munculnya :
Cond
1. Peak overtone
Terjadi karena eksitasi dari ground state ke excited state yang
berenergi lebih tinggi. Pita overtone muncul pada frekuensi
sebesar kelipatan dari frekuensi pita vibrasi pokok. Jadi,
misalnya dalam spektrum ir ada pita vibrasi pokok pada 800 cm-1
kemungkinan besar akan dapat dilihat pita overtone pada 2 x 800
cm-1, dengan intensitas yang lebih lemah.
2. Peak kombinasi
Pita kombinasi terjadi apabila dua vibrasi pokok dalam suatu
molekul mengalami coupling. Pita kombinasi ini akan muncul pada
frekuensi sebesar jumlah dari frekuensi vibrasi pokok masing-
masing. Jadi misalnya dua vibrasi pokok pada 500 dan 800 cm-1
mengalami coupling, maka pita kombinasinya akan muncul pada
(500 + 800) cm-1.
3. Peak selisih
Terjadinya pita selisih, sama dengan terjadinya pita kombinasi.
Hanya saja, pada pita selisih ia muncul pada frekuensi sebesar
selisih dari kedua vibrasi pokok yang mengalami coupling. Jadi
misalnya kedua vibrasi pokok tersebut pada 1500 dan 400 cm-1,
maka pita selisih akan muncul pada (1500 400) cm-1.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Frekuensi Vibrasi
Coupling Vibrasional
Ikatan C-H pada gugus metilen saling mengalami
coupling sehingga mempunyai dua pita vibrasi ulur,
yaitu simetris dan asimetris. Frekuensi kedua pita ini
berbeda.
Hidrogen Bounding
Hidrogen bounding pada gugus karbonil dalam asam
salisilat misalnya, akan memperpanjang ikatan C=O.
Akibatnya kekuatan ikatan C=O berkurang, sehingga pita
vibrasinya akan muncul pada frekuensi yang lebih
rendah.
Efek Induksi
Unsur yang bersifat elektronegatif cenderung untuk
menarik elektron ke dalam antara atom karbon dan
oksigen dalam ikatan C=O, sehinggan ikatan tersebut
menjadi lebih kuat. Akibatnya pita vibrasi ikatan C=O
muncul pada frekuensi yang lebih tinggi.
Cond
Efek Resonansi (Mesomeri)
Adanya ikatan C=C yang bertetangga
dengan gugus karbonil menyebabkan
terjadinya delokalisasi elektron pada
ikatan C=O dan ikatan rangkap.
Akibatnya ikatan C=O akan lebih bersifat
sebagai ikatan tunggal, kekuatan
ikatannya melemah, sehingga pita
vibrasinya akan muncul pada frekuensi
yang lebih rendah
Cond
Sudut Ikatan
Cincin beranggotakan enam (six-membered rings) dengan
gugus karbonil tidak begitu tegang, sehingga pita vibrasi ikatan
C=O muncul seperti ikatan C=O dalam keton normal.
Penurunan ukuran cincin akan menaikkan frekuensi vibrasi
ikatan C=O. Pada ukuran cincin yang lebih kecil, ikatan C-C
lebih menggunakan karakter p nya untuk memenuhi
persyaratan sudut yang lebih kecil. Akibatnya karakter p
dialihkan dari ikatan sigma, dan karakter s diberikan kepada
ikatan sigma, sehingga menambah kekuatan ikatan C=O.
Efek Medan
Dua gugus sering kali saling mempengaruhi frekuensi vibrasi
masing-masing karena terjadi interaksi ruang, yang sifatnya
bisa elektrostatik dan atau sterik. Misalnya pada
-kloroketon turunan steroid bisa terjadi interaksi antara gugus
karbonil dengan atom klor. Frekuensi vibrasi ikatan C=O akan
lebih besar apabila kedudukan atom klor ekuatorial daripada
jika kedudukannya aksial.
Konfigurasi dan Instrumentasi
Spektrofotometer Infra Merah
Pada dasarnya konfigurasi spektrofotometer infra merah
ada dua macam yaitu:
1. Spektrofotometer infra merah dipersive, seperti yang
tampak berikut ini, terdiri dari sumber energi, tempat
contoh, sistem utuk pemilihan panjang gelombang,
detektor serta alat pembaca atau pencatat (recorder).
Cond
2. Spektrofotometer jenis Fourier Transform Infra Red (FTIR).

Spektrofotometer jenis ini mempunyai konfigurasi serta


komponen-komponen yang sangat berbeda dengan
spektrofotometer infra merah dispersive, seperti yang tampak
pada gambar berikut ini. FTIR menggunakan interferometer
sebagai komponen pemisah panjang gelombang (dalam alat infra
merah dispersive lazim digunakan grating monokromator).
Sedangkan detektor yang digunakan terbuat dari bahan tertentu
yang mampu menerima sinyal yang sangat cepat, seperti detektor
pyroelectric litium tantalat (LiTaO3) atau detektor mercury
cadmium telluric (MCT). Tidak dapat digunakan detektor seperti
pada spektrofotometer dispersive yang mempunyai tanggapan
lambat.
FTIR mengenal dua macam konfigurasi optik yaitu, FTIR sinar
tunggal (single beam) dan FTIR sinar ganda (double beam).
Berikut ini tampak blok diagram FTIR sinar tunggal serta
penjelasan mekanisme kerjanya.
Macam-macam Gugus Fungsi
Gugus fungsi
a. Karbonil (C=O) : 1640 1810 cm-1, intensitas kuat
1). Aldehid : 1720 1740 cm-1 ( -C-H : 2750 dan 2850 cm-1)
2). Keton : 1705 1725 cm-1
3). Asam Karboksilat: 1700 1725 cm-1 ( O-H : 2400 - 3400 cm-1)
4). Ester : 1730 1750 cm-1 ( -C-O : 1000 dan 1300 cm-1)
5). Amida : 1640 1670 cm-1 ( -N-H : 3100 - 3500 cm-1 ; 1550 1640
cm-1)
6). Anhidrida : 1810 dan 1760 cm-1
7). Asil halida : 1800 cm-1 ( C-F : 1000 - 1400 cm-1) kuat
( -C-Cl : 600 - 800 cm-1) kuat
( -C-Br/C-I < 667 cm-1) kuat
Cond

Energi yang dikeluarkan dari sumbernya (special coated heating element) akan
melewati bagian interferometer (Michelson type) sebelum melewati bagian contoh
dan dilanjutkan ke detektor, komputer serta bagian pembacaan.
Sumber radiasi di dalam inferometer akan dibagi dua oleh beam splitter menuju ke
arah cermin diam dan cermin bergerak. Kedua cahaya tersebut kemudian
digabungkan kembali oleh beam splitter. Gelombang dari cahaya-cahaya tersebut
akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya sehingga memperlihatkan variasi-
variasi intensitas sesuai dengan pergerakan cermin.
Cond
Pada gambar di bawah ini diperlihatkan suatu gejala yang saling
berpengaruh dari cahaya dengan panjang gelombang sama
dengan 2,5 m (bilangan gelombang 4000 cm-1).
Penerapan Spektrofotometri Infra Merah
dalam Analisis Kuantitatif
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan hal
ini , yaitu:
Pemilihan panjang gelombang
Tidak semua bilangan gelombang dalam spektrum infra merah
dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, pita regangan karbonil
(regangan C=O) pada bilangan gelombang sekitar 1700 cm-1
paling sering digunakan karena mempunyai pita resapan yang
kuat serta relatif bebas dari pengaruh pita resapan dari gugus
fungsi yang lain. Untuk proses analisis dapat dilakukan sesuai
dengan spektrum resapan awal atau dapat pula melalui spektrum
turunan (derivatif).
Harga resapan optimum dan batas konsentrasi
Harga resapan yang sering digunakan adalah antara 0,3-0,6
karena pada harga tersebut diperoleh linearitas yang baik (sesuai
dengan perumusan Lambert-Beer) dan besarnya konsentrasi zat
harus disesuaikan dengan batas tersebut.
Penyiapan contoh
Dalam analisis kuantitatif teknik pelarutan dalam pelarut organik
umumnya lebih baik dibanding teknik yang lain karena kesalahan
yang mungkin terjadi sebagai akibat dari ketidakhomogenan serta
ketebalan yang tidak sama dari contoh dapat dihindari.
Penerapan Spektrofotometri Infra Merah dalam
Analisis Permukaan (Surface Analysis)
Selain diterapkan dalam analisis kualitatif dan
kuantitatif, metode spektrofotmetri infra merah
terutama FTIR dapat pula digunakan untuk
analisis permukaan (surface analysis). Informasi
yang akan diperoleh dapat merupakan
karakteristik bahan pada suatu permukaan atau
bahan-bahan apa saja yang mungkin terserap
oleh suatu permukaan.
Untuk melaksanakan maksud tersebut umumnya
dilakukan melalui beberapa peralatan tambahan
dengan metode, yaitu ATR (Attenuated Total
Reflectance), RAS (Reflection Absorption
Spectrometry), DRS (Diffuse Reflection
Spectrometry). Metode-metode tersebut sering
digunakan dalam analisis bahan semi konduktor,
polimer, analisis permukaan logam atau analisis
katalis.
Cond
a). Prinsip ATR (Attenuated Total Reflectance)

b). Prinsip RAS (Reflection Absorption Spectrometry)


Cond
c). DRS (Diffuse Reflectance Attachment)
Cond
Bagaimana Menganalisa Data Spektrum
Dalam usaha untuk menganalisa spektrum dari
suatu zat yang belum dikenal, kita sebaiknya
mengutamakan untuk mengetahui keberadaan
(atau tidaknya) dari beberapa gugus fungsi. C=O,
O-H, N-H, C-O, C=C, C=C, C=N, dan NO2
merupakan puncak yang paling sering
memberikan informasi yang singkat tentang
struktur senyawa jika terdapat gugus-gugus
tersebut. Hindari membuat analisis yang
mendalam dari absorpsi CH di daerah 3000 cm-1
(3,33 ), hampir semua senyawa memiliki
absorpsi ini. Tidak perlu khawatir terhadap
kondisi ideal dimana gugus-gugus tersebut
ditemukan
Macam-macam Gugus Fungsi
a. Karbonil (C=O) : 1640 1810 cm-1, intensitas kuat
1). Aldehid : 1720 1740 cm-1 ( -C-H : 2750 dan 2850 cm-1)
2). Keton: 1705 1725 cm-1
3). Asam Karboksilat : 1700 1725 cm-1 ( O-H : 2400 - 3400 cm-1)
4). Ester : 1730 1750 cm-1 ( -C-O : 1000 dan 1300 cm-1)
5). Amida : 1640 1670 cm-1 ( -N-H : 3100 - 3500 cm-1 ; 1550 1640 cm-1)
6). Anhidrida : 1810 dan 1760 cm-1
7). Asil halida : 1800 cm-1 ( C-F : 1000 - 1400 cm-1) kuat
( -C-Cl : 600 - 800 cm-1) kuat
( -C-Br/C-I < 667 cm-1) kuat
b. O-H (hidroksil)
1). Bebas : 3600 3650 cm-1 sedang
2). Ikatan hidrogen : 3200 3600 cm-1 sedang
3). Dalam asam karboksilat : 2400 3400 cm-1 sedang

c. N-H : amin primer, amin sekunder, dan amida : 3100 3500 cm-1 sedang
: 1550 1640 cm-1 sedang
: (C-N : 1000 - 1350 cm-1 sedang, kuat)

d. N=O : 1550 dan 1350 cm-1 kuat


Cond
e. S=O : Sulfoksida : 1050 cm-1
Sulfon, sulfonil klorida, sulfat, dan sulfonamida : 1300 1375 cm-1 dan 1140
1200 cm-1 kuat

f. alkana : C-H : 2850 3000 cm-1, kuat


: 1375 dan 1450 cm-1 sedang
: 1465 cm-1 sedang
C-C :-
g. alkena : =C-H : 3000 3100 cm-1 sedang
: 650 1000 cm-1 kuat
C=C : 1600 1680 cm-1 lemah, sedang

h. aromatis : C-H : 3050 3150 cm-1 kuat


C=C : 1475 dan 1600 cm-1 sedang

Substitusi : 1). monosubstitusi : 690 cm-1 kuat dan 750 cm-1 kuat
2). disubstitusi : orto : 690 cm-1
meta : 690 dan 780 cm-1 kuat
para : 800 - 850 cm-1 kuat
SPEKTROSKOPI FLUORESENSI
Energi yang diserap dapat dilepas kembali
melalui beberapa cara. Tabrakan dengan molekul
lain (molekul pelarut) menyebabkan kehilangan
energi tersebut dalam bentuk panas. Kehilangan
ini mungkin hanya sebagian, ke tingkat vibrasi
terendah pada excited state, dan sisanya dilepas
dalam bentuk radiasi dengan energi yang lebih
kecil atau panjang gelombang lebih tinggi. Inilah
yang dikenal sebagai fluoresensi, yang pada
molekul yang mempunyai sifat ini berlangsung
dalam waktu 10-8 detik setelah eksitasi. Pada
molekul tertentu, khususnya dalam keadaan
padat dan suhu sangat rendah, mungkin terjadi
peristiwa fosforensi dalam waktu 10-2 100
detik setelah eksitasi
Fluoresensi dan Struktur Molekul
Supaya terjadi fluoresensi, harus terjadi
peresapan cahaya yang kuat oleh suatu
molekul. Hal ini dapat terjadi pada
senyawa aromatik, senyawa heterosiklik
dan molekul dengan sistim konjugasi.
Senyawa dengan transisi elektronik
*, mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk berfluoresensi daripada
transisi n *. Misalnya, benzen dapat
berfluoresensi sedangkan piridina tidak.

Anda mungkin juga menyukai