SPEKTROSKOPI
E2
E = (E2 E1)
E1
Cond
Misal dua tingkatan energi rotasional dalam suatu molekul
yaitu E1 dan E2. Transisi dapat terjadi antara tingkatan E1
dan E2 asalkan sejumlah energi yang sesuai, yaitu E =
E1 E2, dapat diserap atau dipancarkan oleh sistem
tersebut. Energi tersebut dapat berupa REM yang
frekuensinya dapat ditentukan dari persamaan :
= E Hz
h
Foton :
Besarnya tenaga foton berbanding lurus dengan frekuensi dari
REM,
E=h.
Dimana E = Energi
h = tetapan Planck = 6,63 . 1027 erg . s . molekul -1
6,63 . 1034 joule . s . molekul -1
Daerah Spektrum Elektromagnetik
No. Jenis Spektroskopi (cm) Jenis radiasi
1. Emisi Sinar X 3 . 10-11 Sinar
4. Serapan IR 3 . 10-3 IR
%T = 100 x T
Cond
b. A1 C1
=
A 2 C2
Pada
1
1
2
Energi yang dikeluarkan dari sumbernya (special coated heating element) akan
melewati bagian interferometer (Michelson type) sebelum melewati bagian contoh
dan dilanjutkan ke detektor, komputer serta bagian pembacaan.
Sumber radiasi di dalam inferometer akan dibagi dua oleh beam splitter menuju ke
arah cermin diam dan cermin bergerak. Kedua cahaya tersebut kemudian
digabungkan kembali oleh beam splitter. Gelombang dari cahaya-cahaya tersebut
akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya sehingga memperlihatkan variasi-
variasi intensitas sesuai dengan pergerakan cermin.
Cond
Pada gambar di bawah ini diperlihatkan suatu gejala yang saling
berpengaruh dari cahaya dengan panjang gelombang sama
dengan 2,5 m (bilangan gelombang 4000 cm-1).
Penerapan Spektrofotometri Infra Merah
dalam Analisis Kuantitatif
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan hal
ini , yaitu:
Pemilihan panjang gelombang
Tidak semua bilangan gelombang dalam spektrum infra merah
dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, pita regangan karbonil
(regangan C=O) pada bilangan gelombang sekitar 1700 cm-1
paling sering digunakan karena mempunyai pita resapan yang
kuat serta relatif bebas dari pengaruh pita resapan dari gugus
fungsi yang lain. Untuk proses analisis dapat dilakukan sesuai
dengan spektrum resapan awal atau dapat pula melalui spektrum
turunan (derivatif).
Harga resapan optimum dan batas konsentrasi
Harga resapan yang sering digunakan adalah antara 0,3-0,6
karena pada harga tersebut diperoleh linearitas yang baik (sesuai
dengan perumusan Lambert-Beer) dan besarnya konsentrasi zat
harus disesuaikan dengan batas tersebut.
Penyiapan contoh
Dalam analisis kuantitatif teknik pelarutan dalam pelarut organik
umumnya lebih baik dibanding teknik yang lain karena kesalahan
yang mungkin terjadi sebagai akibat dari ketidakhomogenan serta
ketebalan yang tidak sama dari contoh dapat dihindari.
Penerapan Spektrofotometri Infra Merah dalam
Analisis Permukaan (Surface Analysis)
Selain diterapkan dalam analisis kualitatif dan
kuantitatif, metode spektrofotmetri infra merah
terutama FTIR dapat pula digunakan untuk
analisis permukaan (surface analysis). Informasi
yang akan diperoleh dapat merupakan
karakteristik bahan pada suatu permukaan atau
bahan-bahan apa saja yang mungkin terserap
oleh suatu permukaan.
Untuk melaksanakan maksud tersebut umumnya
dilakukan melalui beberapa peralatan tambahan
dengan metode, yaitu ATR (Attenuated Total
Reflectance), RAS (Reflection Absorption
Spectrometry), DRS (Diffuse Reflection
Spectrometry). Metode-metode tersebut sering
digunakan dalam analisis bahan semi konduktor,
polimer, analisis permukaan logam atau analisis
katalis.
Cond
a). Prinsip ATR (Attenuated Total Reflectance)
c. N-H : amin primer, amin sekunder, dan amida : 3100 3500 cm-1 sedang
: 1550 1640 cm-1 sedang
: (C-N : 1000 - 1350 cm-1 sedang, kuat)
Substitusi : 1). monosubstitusi : 690 cm-1 kuat dan 750 cm-1 kuat
2). disubstitusi : orto : 690 cm-1
meta : 690 dan 780 cm-1 kuat
para : 800 - 850 cm-1 kuat
SPEKTROSKOPI FLUORESENSI
Energi yang diserap dapat dilepas kembali
melalui beberapa cara. Tabrakan dengan molekul
lain (molekul pelarut) menyebabkan kehilangan
energi tersebut dalam bentuk panas. Kehilangan
ini mungkin hanya sebagian, ke tingkat vibrasi
terendah pada excited state, dan sisanya dilepas
dalam bentuk radiasi dengan energi yang lebih
kecil atau panjang gelombang lebih tinggi. Inilah
yang dikenal sebagai fluoresensi, yang pada
molekul yang mempunyai sifat ini berlangsung
dalam waktu 10-8 detik setelah eksitasi. Pada
molekul tertentu, khususnya dalam keadaan
padat dan suhu sangat rendah, mungkin terjadi
peristiwa fosforensi dalam waktu 10-2 100
detik setelah eksitasi
Fluoresensi dan Struktur Molekul
Supaya terjadi fluoresensi, harus terjadi
peresapan cahaya yang kuat oleh suatu
molekul. Hal ini dapat terjadi pada
senyawa aromatik, senyawa heterosiklik
dan molekul dengan sistim konjugasi.
Senyawa dengan transisi elektronik
*, mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk berfluoresensi daripada
transisi n *. Misalnya, benzen dapat
berfluoresensi sedangkan piridina tidak.