Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU EKONOMI MIKRO

NAMA : ELPI EVI

NIM : 1306114910

KELAS : AGB B

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN LANJUTAN

A. Kurva indefferent
a. Pengertian dan Sejarah Kurva Indiference

Kurva Indiference adalah serangkaian titik, yang masing-masing mewakili suatu kombinasi

jumlah barang X tertentu dan jumlah barang Y tertentu, yang semuanya menghasilkan jumlah

utilitas total yang sama. Konsumen yang digambarkan disini sama-sama menyukai antara

kombinasi A dan B, B dan C, serta A dan C.

Setiap konsumen memiliki sekelompok kurva indiference yang unik yang disebut dengan

peta preferensi. Kurva Indiference yang lebih tinggi menunjukkan tingkat utilitas total yang lebih

tinggi.

Teori kurva indeference dikembangkan oleh Francis Ysidro Edgeworth, Vilfredo Pareto, dan

kawan-kawan di awal abad ke-20. Teori ini diturunkan dari teori utilitas ordinal, yang

mengasumsikan bahwa setiap orang selalu dapat mengurutkan preferensinya. Dengan kata lain,

seseorang selalu dapat menentukan bahwa ia lebih menyukai barang A dibanding barang B, dan

lebih suka barang B dibanding barang C, lebih suka barang C daripada barang D dan seterusnya.
b. Asumsi

1. Kita mengasumsikan bahwa analisis ini terbatas pada barang yang menghasilkan utilitas

marjinal positif, atau lebih sederhananya, "makin banyak makin baik". Salah satu cara untuk

menjustifikasi asumsi ini adalah mengatakan bahwa jika sesuatu yang lebih banyak benar-

benar membuat anda lebih rugi, anda boleh membuangnya sama sekali. Ini disebut dengan

"asumsi pembuangan gratis".


2. Tingkat substitusi marjinal didefinisikan sebagai MUx/MUy atau rasio dimana rumah tangga

mau mengganti X dengan Y. Jika MUx/MUy sama dengan 4, misalnya, saya bersedia

menukar empat unit Y dengan satu unit tambahan X. Kita mengasumsikan tingkat substitusi

marjinal yang semakin menurun. Yaitu, jika konsumsi X lebih banyak dan Y lebih sedikit,

MUx/MUy akan turun. Apabila anda mengkonsumsi lebih banyak X dan lebih sedikit Y, X

menjadi kurang bernilai dalam hitungan unit Y, atau Y menjadi lebih bernilai dalam hitungan

X. Hal ini hampir, tapi tidak persis, sama dengan mengasumsikan utilitas marjinal yang

semakin menurun
3. Kita mengasumsikan bahwa konsumen memiliki kemampuan untuk memilih antara kombinasi

barang dan jasa yang tersedia. Ketika dihadapkan dengan pilihan antara dua kombinasi barang

dan jasa alternatif, yaitu A dan B, seorang konsumen akan menanggapi dengan salah satu dari

3 cara: (1) ia lebih suka A daripada B, (2) ia lebih suka B daripada A, atau (3) ia sama sukanya

atas A dan B-yaitu, ia sama-sama suka A dan B.


4. Kita mengasumsikan bahwa pilihan konsumen konsisten dengan asumsi sederhana tentang

rasionalitas. Jika seorang konsumen memperlihatkan bahwa ia lebih menyukai A daripada B

dan kemudian memperlihatkan bahwa ia lebih menyukai B daripada alternatif ketiga, C, maka

ia harus lebih menyukai A daripada C jika dihadapkan dengan pilihan di antara keduanya.
c. Peta dan Ciri-Ciri Kurva Indiference
Sebuah grafik dari kurva indiference untuk seorang konsumen dihubungkan dengan tingkat

utilitas/kepuasan berbeda disebut dengan peta indiference. Titik kembalinya tingkat kepuasan

yang berbeda setiap unitnya dihubungkan dengan kurva indiference yang berbeda satu sama lain.

Sebuah kurva indiference menjabarkan sebuah himpunan preferensi pribadi dan bisa berbeda

pada orang satu dan lainnya.

Kurva indiference biasanya dijelaskan menjadi :

1. Dijabarkan hanya pada kuadran positif (+, +) diagram Cartesius dari komoditas berdasarkan

kuantitas.

2. Melengkung secara negatif. Sebagai Kuantitas yang dikonsumsi dari satu barang (x)

meningkat, kepuasan total akan naik jika tidak di kompensasikan oleh sebuah penurunan dalam

kuantitas yang dikonsumsi pada barang lain (y). Sama dengan kekenyangan, dimana lebih dari

barang (atau keduanya) sama derajatnya di prefrensikan untuk tidak ditingkatkan, tidak

diikutsertakan. (jika utilitas U=f(x, y), U, dalam dimensi ke tiga, tidak memiliki sebuah

maksimum lokal untuk semua x dan y.)

3. lengkap, seperti semua titik dalam kurva indiferen dirangking sama besar dalam hal selera

dan dirangking baik lebih atau kurang di sukai dibandingkan titik lainnya yang tidak ada

dalam kurva. Jadi, dengan (2), tidak ada dua kurva yang akan bersilangan (selain non-satiasi

akan dilanggar).

4. Transitif dengan hubungan ke titik dalam kurva indiference yang berbeda. Itu terjadi, jika

tiap titik dalam I2 adalah selera (yang terbatas) pada tiap titik dalam I1, dan tiap titik

dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I2, tiap titik dalam I3 dihubungkan ke tiap titik
dalam I1. Sebuah lengkungan negatif dan transitifitas tidak dimasukan persilangan kurva

indiference, karena garis lurus dari kedua sisi tersebut bersilangan akan memberi

rangking prefrensi yang tidak satu sisi dan intransitif.

5. (secara terbatas) convex (dijatuhkan dari bawah). Dengan preferensi convex menyebabkan

sebuah pemunculan dari asal kurva indiference. Sebagai konsumen menurunkan konsumsi

dari satu barang dalam unit suksesif, jumlah besar dari barang lainnya akan dibutuhkan untuk

mempertahankan kepuasan tidak berubah, efek substitusi.

Sifat-sifat Kurva Indiferensi

1. Semakin jauh kurva indiferensi dan titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya.

Kumpulan kurva indiferensi hanya mengatakan makin kekanan atas tingkat kepuasannya

makin tinggi tapi tidak dapat menyatakan berapa kali lipat.

2. Kurva indiferensi menurun dari kiri atas kekanan bawah. Berarti mempunyai lereng yang

negatif, mempunyai makna supaya konsumen memperoleh kepuasan yang sama seperti

semula. Maka berkurangnya jumlah konsumsi suatu barang harus diimbangi dengan

bertambahnya konsumsi barang lain.

3. Kurva indiferensi cembung terhadap titik origin. Bahwa sebagai akibat tingkat substitusi

marjinal dan barang X2 untuk barang X1 terus menurun dengan meningkatnya konsumsi

barang X1.

4. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan dan merupakan fungsi kontinu. Meskipun kurva

indiferensi tidak perlu sejajar satu dengan yang lainnya, akan tetapi kurva indiferensi tidak

saling berpotongan. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi

konsumsi 2 barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan yang sama.

Karakteristik Kurva Indiferens


Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai berikut:

1. Memiliki kemiringan yang negatif

Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang yang lain harus ditambah agar

dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama. ( konsumen akan mengurangi konsumsi

barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)

2. Tidak dapat berpotongan

Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin terjadi, tidak mungkin diperoleh

kepuasan yang sama pada suatu kurva indifference yang berbeda.

3. Cembung terhadap titik origin

menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk

mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of

substitution).

Kegunaan Kurva Indiferens

Kurva indiferens dapat digunakan setiap saat jika Anda mencoba untuk menganalisis pilihan

antara dua barang. Dengan memberi batasan bahwa suatu barang adalah segala sesuatu, maka

cara ini dapat diterapkan di dalam permasalahan pilihan konsumen yang sangat luas. Misalnya

jika Anda menghadapi suatu permasalahan: Analisis Pengaruh Program XXX Terhadap

Konsumsi Barang Y, Anda seyogyanya memperhatikan penerapan kurva indiferens ini.

Gambar Kurva Indiference


B. Garis Anggaran (Budget Line)

Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan

sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.

Salah satu syarat yang dibutuhkan agar seorang konsumen dapat mengkonsumsi barang dan jasa

adalah memiliki pendapatan untuk dibelanjakan. Daya beli seorang konsumen dalam melakukan

permintaan terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh:

a) pendapatan yang dimiliki

b) harga barang yang diinginkan.

Bila diandaikan bahwa hanya ada 2 barang yang dikonsumsi maka secara matematis persamaan

garis anggaran dapat ditulis sebagai berikut :

PxQx + Py Qy = I

Dimana :

Px = harga barang X

Py = harga barang Y

Qx = jumlah barang X

Qy = jumlah barang Y

I = pendapatan konsumen
Ciri-ciri Garis Anggaran

- Berslope negative

- Berbentuk linier selama harga tidak berubah

- Nilai dari garis anggaran semakin ke kanan semakin besar

- Garis anggaran akan bergeser jika terjadi perubahan anggaran atau harga

Garis Kendala Anggaran ( Budged Line )

Untuk mempelajari budged line, diasumsikan bahwa pendapatan konsumen tetap. Budged line

menunjukkan berbagai kombinasi berbeda dari dua komoditi yang dapat dibeli berdasarkan

sumber daya atau dana yang ia punyai.

Dengan menghubungkan titik M dan titik N, dapat diperoleh garis anggaran MN. Garis anggaran

MN memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari barang x dan y yang dapat dibeli. Mula - mula

dengan pendapatan sebesar MN, konsumen dapat membeli barang y sebanyak 4 dan barang x

sebanyak 1. Pada saat konsumen ingin menambah konsumsi barang x menjadi 3, garis anggaran
mengharuskan adanya pengorbanan barang y sebanyak 2y, sehingga dia hanya bisa

mengkonsumsi y sebanyak 2.

C. Keseimbangan Konsumen

Jika peta diferensiasi dan garis anggaran digambarkan secara bersama pada satu kurva,

akan diperoleh apa yang dalam ekonomi disebut sebagai kurva keseimbangan konsumen. Kurva

ini digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen. Kurva ini menunjukkan pencapaian

maksimum utilitas pada kondisi anggaran pengeluaran konsumen yang terbatas yang merupakan

titik singgung antara kurva indiferensi dan garis anggaran konsumen.

Kondisi keseimbangan secara umum yang memaksimumkan utilitas pada anggaran

pengeluaran tertentu tercapai apabila rasio utilitas marginal terhadap harga dari masing-masing

barang yang dipertimbangkan untuk dikonsumsi adalah sama. Prinsip maksimisasikepuasan yang

menuntut kesamaan nilai marginal utility per harga barang tersebut dalam mengalokasikan

pendapatan konsumen disebut prinsip kesamaan marginal atau equimarginal principle.

Perubahan Harga Barang terhadap Keseimbangan Konsumen

1. Kurva konsumsi harga. Dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik keseimbangan

konsumen pada berbaga8i rasio harga sebagai akibat perubahan harga suatu barang, dimana

pendapatan nominalnya tetap.

2. Kurva permintaan. Secara konseptual kurva permintaan diturunkan dari kurva konsumsi

harga dalam kurva keseimbangan konsumen.

D. Kurva Konsumsi pendapatan dan kurva engel

Income Consumption Curve (ICC)/ Kurva konsumsi pendapatan adalah tempat titik-titik

ekuilibrium konsumen dihasilkan bila hanya pendapatan konsumen yang berubah-ubah.


ICC menggambarkan kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan (utilitas)

maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan(menggambarkan bagaimana

konsumen bereaksi terhadap pendapatan, seandainya harga-harga relatif tetap).

Kenaikan pendapatan di mana rasio harga relatif tetap akan menggeser garis anggaran ke kanan

sejajar dengan garis anggaran sebelumnya. Pergeseran garis anggaran tersebut akan menggeser

titik keseimbangan konsumen. ICC merupakan garis yang menghubungkan berbagai titik

keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat pendapatan.

Kurva Engel adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan kuantitas

yang diminta. Pada barang normal, kurva engel berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan

akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi lebih banyak barang

dan jasa.

Penurunan ICC adalah kurva Engel.

Kurva Engel menunjukkan beragam jumlah barang yang dibeli pada tingkat pendapatan yang

berbeda (hubungan antara jumlah pendapatan konsumen dengan jumlah permintaan barang yang
dikonsumsi). Misalnya kurva Engel barang X -> menunjukkan jumlah barang X per satuan

waktu yang ingin dan sanggup dibeli konsumen pada berbagai pendapatan yang diperolehnya.

Berdasarkan kurva Engel dapat diukur derajad kepekaan perubahan pendapatan yang berakibat

pada derajat kepekaan jumlah barang yang diminta.

E. Kurva Konsumsi Harga dan Kurva Permintaan konsumen

Price Consumption Curve (PCC)/ kurva konsumsi harga

PCC disebut juga Price Expansion Price karena menggambarkan perkembangan harga.

Kurva yang menggambarkan kombinasi produk yang dikonsumsi yang memberikan kepuasan

(utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat harga(menggambarkan bagaimana

konsumen bereaksi terhadap perubahan harga suatu barang, sedangkan harga barang lain dan

pendapatan tidak berubah).

Dengan adanya penurunan harga barang B, garis anggaran bergerak, dan posisi keseimbangan

berpindah. Apabila titik keseimbangan tersebut dihubungkan maka diperoleh garis konsumsi

harga. PCC menghubungkan titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai harga pada suatu

barang, di mana pendapatan dan harga nominal barang lain dianggap tetap.

Kurva permintaan barang dapat diturunkan dari titik-titik pada kurva PPC, menggambarkan

jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Dengan demikian, PCC memiliki

hubungan dengan elastisitas harga -> Membantu menentukan nilai elastisitas harga dari

permintaan, yang menggambarkan tingkat respon konsumen terhadap perubahan harga.

Ketika harga berubah, PCC juga menunjukkan jumlah permintaan barang lain di sumbu vertikal,

sehingga elastisitas silang dari permintaan dapat diketahui.


Secara grafik slope dari PCC menunjukkan nilai elastisitas harga.

Hubungan antara PCC dengan elastisitas harga:

Apabila PCC berslope negatif -> E > 1 (elastis)

Apabila PCC berslope horizontal -> E = 1 (unit elastis)

Apabila PCC berslope positif -> E < 1 (inelastis)

F. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Perubahan harga nominal suatu barang mengakibatkan dua hal terhadap jumlah yang

diminta konsumen. Pertama, adanya perubahan harga relatif, perubahan ini mendorong

konsumen mengubah penggunaan barang yang satu dengan barang yang lain. Jadi perubahan

harga relatif sendiri mendorong efek subtitusi dan kedua perubahan harga nominal suatu barang

mengakibatkan berubahnya pendapatan riil atau jumlah barang yang dapat dipilih konsumen.
a. Efek Pendapatan (Income Effect)
Salah satu bagian dari perubahan kuantitas yang diminta yang disebabkan oleh perubahan

pendapatan riil.
b. Efek Substitusi (Substitution Effect)
Salah satu aspek dari perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat adanya substitusi

satu barang dengan barang lainnya.


1. Efek subtitusi dan efek pendapatan untuk barang normal.
Bila harga suatu barang berubah, harga barang barang lain dan pendapatan nominal

konsumen tetap, maka konsumen bergerak dari satu titik keseimbangan ke titik

keseimbangan yang lain. Dalam keadaan normal, bila harga suatu barang turun maka

akan bertambah jumlah yang dibeli. Sebaliknya, jika harga naik maka jumlah yang dibeli

akan berkurang. Perubahan jumlah yang dimnta dari satu posisi keseimbangan keposisi

keseimbangan yang lain disebut efek total (Total Effect). Efek total dari suatu perubahan

harga adalah seluruh perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai mana

konsumen bergerak dari suatu titik keseimbangan ke titik kesimbangan yang lain.
(a) Efek subtitusi dan efek pendapatan untuk barang normal dalam kasus harga naik.
Efek subtitusi dapat didefenisikan sebagai perubahan jumlah barang diminta sebagai akibat

perubahan harga relatif sesudah perubahan pendapatan ril konsumen dikonpensir. Dengan

kata lain efek subtitusi dapat didefenisikan sebagai perubahan barang yang diminta akibat

adanya perubahan harga, bila perubahan tersebut dibatasi pada pergerakan sepanjang kurva

indiferensi mula-mula. Jadi dalam hal ini pendapatan ril dianggap tetap. Efek pendapatan

adanya perubahan harga suatu barang adalah perubahan suatu barang yang diminta

konsumen akibat adanya perubahan pendapatan ril semata-mata, dimana harga barang lain

dan pendapatan nominal konsumen tetap.

(b) Efek subtitusi dan efek pendapatan untuk barang normal dalam kasus harga turun.

Untuk barang barang normal efek pendapatan memperkuat efek substitusi. Jika harga turun

berarti penghasilan ril konsumen naik dan untuk barang normal, hal ini berarti jumlah barang
yang diminta konsumen akan naik. Tetapi turunnya harga juga menaikan jumlah yang diminta

kerena efek substitusi bekerja dalam arah yang sama. Untuk kasus baranng normal jumlah

barang yang diminta selalu berakibat secara berlawanan arah dengan perubahan harga.

2. Efek subtitusi dan efek pendapatan untuk barang inferior.

Jika yang harganya berubah bukan barang normal melainkan barang inferior maka efek

pendapatanya, secara defenitif, pasti bernilai negatif. Artinya perubahan pendapatan ril akan

menimbulkan perubahan tingkat pembelian tetapi dalam arah yang berlawanan. Dengan kata

lain barang inferior adalah barang yang arah perubahan jumlah permintaannya berlawanan

dengan perubahan pendapatan ril konsumen.

3. Efek subtitusi dan efek pendapatan untuk barang giffen. Barang giffen (Giffen Good)

menunjukan barang yang jumlah permintaanya berubah searah dengan perubahan harga.

Untuk kasus barang giffen ini, turunya harga barang mendorong turunya jumlah barang

yang diminta, dan naiknya harga mendorong bertambahnya jumlah barang yang diminta,

sehingga kurva permintaan konsumennya akan memiliki sudut positif. Efek subtitusi

ternyata selalu mensyaratkan hubungan terbalik antara perubahan harga barang dengan

perubahan jumlah permintaan atas barang tersebut. Sedangkan efek pendapatan bisa

menimbulkan hubungan searah maupun hubungan terbalik antara kedua hal itu,

tergantung pada apakah barang yang bersangkutan merupakan barang normal atau

inferior ayau giffen. Jadi, untuk semua barang normal efek pendapatan dari perubahan

harga memprkuat efek subtitusi.

Respon konsumen untuk pembelian barang normal dapat di perhatikan pada gambar 4.9

sedangkan untuk barang inferior dan giffen dapat di lihat pada gambar 4.10. secara ringkas

respon konsumen dapat di sajikan dalam table berikut:


Sumber:

http://stephenambon.blogspot.com/2011/03/kurva-indiference-2.html

http://naruli-maestro.blogspot.com/2011/09/teori-pemilihan-konsumen.html
http://devisimpuru.blogspot.com/2011/09/teori-perilaku-konsumen.html

http://fransribbet.blogspot.com/2012/03/efek-substitusi-dan-efek-pendapatan-ini.html

Anda mungkin juga menyukai