Anda di halaman 1dari 4

3 jurnal nasional

ARTRITIS GOUT METAKARPAL DENGAN PERILAKU MAKAN TINGGI


PURIN DIPERBERAT OLEH AKTIFITAS MEKANIK PADA KEPALA
KELUARGA DENGAN POSISI MENGGENGGAM STATIS
Zahara, R.1)
1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Pendahuluan: Artritis gout merupakan penyakit peradangan sendi yang dipengaruhi oleh
asupan makanan yang tinggi purin. Perilaku makan tinggi purin yang dimiliki pasien
tidak dapat diselesaikan tanpa mengikutsertakan anggota keluarga yang lain, sehingga
peran serta istri sebagai pelaku rawat sangat dibutuhkan pada kasus ini. Kasus: Pasien
laki-laki usia 38 tahun dengan keluhan nyeri pada sendi ibu jari tangan kanan. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran sendi MKP dekstra, keterbatasan ROM MKP
dekstra. Faktor internal: jenis kelamin, usia, perilaku makan tinggi purin, pajanan
mekanik kerja dengan total brief survey 3. Faktor eksternal: provider sebelumnya tidak
informatif mengenai penyakit penyebab, faktor yang memperberat serta terapi nutrisi
pada artritis gout. Simpulan: Berbagai makanan yang mengandung tinggi purin serta
tinggi protein menjadi faktor risiko utama terjadinya gout. Hal ini berkaitan dengan
perilaku makan tinggi purin pada kasus ini, diperberat oleh aktifitas mekaniknya dan
menu makanan yang tidak terkontrol di tempat kerja. Terapi dengan intervensi perilaku
makan dan manajemen nyeri yang tidak bergantung pada aspek farmakologis mampu
menyelesaikan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. [Medula
Unila.2013;1(3):67-76]
Kata kunci: artritis gout, okupasi, tinggi purin

https://scholar.google.co.id/scholar?q=peradangan+sendi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA DAUN KOPI (Coffea arabica) DENGAN VARIASI


LAMA WAKTU FERMENTASI DAN KONSENTRASI EKSTRAK
Agustin Wulandari. A420100020. Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 72 Halaman

ABSTRAK
Kombucha adalah teh yang telah difermentasikan melalui penambahan kultur khamir dan bakteri.
Kombucha dikenal sebagai salah satu minuman yang memiliki aktivitas antioksidan. Daun kopi
merupakan salah satu bagian dari tanaman kopi yang dianggap limbah dan belum banyak dimanfaatkan.
Daun kopi mengandung alkaloida, kafein, saponin, flavonoid, dan polifenol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui aktivitas antioksidan kombucha daun kopi, tingkat keasaman (pH), dan daya terima
masyarakat pada kombucha daun kopi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor, faktor pertama yaitu lama waktu fermentasi
yaitu 4 hari (L1), 8 hari (L2), 12 hari (L3), dan faktor kedua yaitu konsentrasi ekstrak yaitu 20 g/ 300 mL
(K1), 40 g/ 300 mL (K2), 60 g/ 300 mL (K3), dengan 2 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi pengaruh nyata dan interaksi antara lama waktu fermentasi dan konsentrasi ekstrak
terhadap aktivitas antioksidan kombucha daun kopi. Hasil uji pH menunjukkan ada pengaruh nyata pada
lama waktu fermentasi tetapi, tidak ada pengaruh nyata pada konsentrasi ekstrak. Daya terima
masyarakat memiliki presentase tertinggi yaitu 95% kesukaan terhadap kombucha daun kopi.
Kata Kunci : kombucha, antioksidan, daun kopi, fermentasi.

https://scholar.google.co.id/scholar?q=peradangan+sendi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5
GOUT AND HYPERURICEMIA

Abstrak Gout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit
yang berkaitan dengan hiperurisemia, sedangkan hiperurisemia adalah kadar asam urat serum
lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dl pada wanita. Tahapan gout terdiri dari 4
fase
FAKTOR-FAKTOR YANG yaitu
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT ARTHRITIS RHEUMATOID DI
315005100 PUSKESMAS PELITAKAN KABUPATEN
28 MAYANTI 25 POLEWALI MANDAR

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TINGGINYA KEJADIAN
ANDRI 3.15005E+ ATRITIS RHEUMATOID DI PUSKESMAS
44 WARDANA 11 MAMBI KEC. MAMBI KAB MAMASA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN


PERAN KEPALA KELUARGA PADA
LANSIA YANG MENDERITA ATRITIS
315005100 RHEUMATHOID DESA SUMARRANG
79 RABANIAH 40 KEC.CAMPALAGIAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK


ROM TERHADAP PENURUNANA NYERI
PADA LANSIA PENDERITA ATRITIS
REUMATHOID DI DESA SIDEREJO
315020113 KECAMATAN WONOMULYO KAB
17 MOCH ISMAIL 098 POLMAN
tanpa gejala, gout akut, interkritikal dan kronis. Faktor yang mempengaruhi hiperurisemia
diantaranya nutrisi, obat-obatan, obesitas, riwayat keluarga, usia. Penatalaksanaan gout terdiri
dari obat penurun asam urat, obat profilaxis, dan obat untuk mengurangi nyeri.
Kata kunci: asam urat, faktor yang mempengaruhi, gout, hiperurisemia

https://scholar.google.co.id/scholar?start=10&q=peradangan+sendi&hl=en&as_sdt=0,5

5 judul skripsi kaka kelasnya (peneliti terdahulu)


1 jurnal internasional

DEVELOPMENT AND VALIDATION OF THE EUROPEAN LEAGUE


AGAINST RHEUMATISM RESPONSE CRITERIA FOR
RHEUMATOID ARTHRITIS
Comparison with the Preliminary American College of Rheumatology and the
World Health Organization/International League Against Rheumatism Criteria
A. M. VAN GESTEL, M. L. L. PREVOO, M. A. VAN 'T HOF, M. H. VAN RLTSWIJK,
L. B. A. VAN DE PUTTE, and P. L. C. M. VAN RIEL

Objective. To validate the European League Against Rheumatism (EULAR), the American
Collegeof Rheumatology (ACR), and the World Health Organization (WH0)hnternational
League Against Rheumatism (ILAR) response criteria for rheumatoid arthritis
(RA).
Methods. EULAR response criteria were developed combining change from baseline and level of
disease activity attained during followup. In a trial comparing hydroxychloroquine and
sulfasalazine, we studied construct (radiographic progression), criterion
(functional capacity), and discriminant validity.
Results. EULAR response criteria had good construct, criterion, and discriminant validity. ACR
andmWHO/ILAR criteria showed only good criterion validity.
Conclusion. EULAR response criteria showedmbetter construct and discriminant validity than
did the
ACR and the WHOIILAR response criteria for RA.

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/art.1780390105/pdf

Anda mungkin juga menyukai