Anda di halaman 1dari 16

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No.

3, Maret 2012 201

Opini Mahasiswa Terhadap Citra Polisi Republik Indonesia


(POLRI)
Wahyuni Pudjiastuti1*, Soraya Fadhal2
1
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia, Depok, 16424
2
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta, 12110
*
Penulis untuk Korespondensi: yuniiqbal@yahoo.com

Abstrak Opini publik terbentuk karena adanya dimensions rank point by the university student.
persepsi dari publik tentang sesuatu yang The image of Police moral has the lower score of
mereka peroleh lewat aktivitas komunikasinya public.
(media massa dan kontak personal). Disisi lain
publik juga punya sikap dan tingkat Keywords Image, public opinion, POLRI
kepercayaan tertentu yang sudah inherent
dalam dirinya yang kemudian juga akan
menentukan opini mereka terhadap sesuatu I. PENDAHULUAN
tersebut. Seperti halnya opini publik mahasiswa
terhadap citra POLRI. Hasil penelitian 1.1 Latar Belakang Masalah
menunjukkan bahwa dari sepuluh dimensi citra
yang diteliti, yaitu kualitas layanan,
profesionalisme SDM, sikap SDM, moral SDM,
disiplin, tanggung jawab, sistem prosedur,
P enangkapan terhadap seseorang yang diduga
telah melakukan pelanggaran hukum memang
menjadi wewenang kepolisian. Namun
birokrasi, aturan main dan kinerja POLRI, penangkapan dan penahanan dua pimpinan Komisi
semuanya dinilai kurang baik oleh mahasiswa, Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit dan Chandra
artinya opini mahasiswa terhadap citra POLRI dalam kasus dugaan penyalahgunaan wewenang
secara keseluruhan negatif. Dimensi yang dinilai dan penyuapan telah menimbulkan kontroversial di
paling baik adalah dimensi kedisiplinan POLRI, kalangan publik. Sejumlah publik melalui facebook
terutama kedisiplinan dalam berpakaian dan mengatakan bahwa kepolisian salah menangkap
yang dinilai paling buruk adalah dimensi Moral dan menahan Bibit dan Chandra.
SDM POLRI, khususnya pada indikator anti
KKN dan menerima tip. Untuk menangani kasus ini Presiden kemudian
membentuk Tim 8 yang terdiri dari para pakar
hukum. Tim 8 kemudian mengeluarkan
Abstract Public Opinion could not be separated rekomendasi yang isinya antara lain Bibit dan
from the public perception. It is constructed by Chandra harus dibebaskan dan pejabat yang
the media and personal contact. The public terlibat, termasuk POLRI harus ditindak.
experience and references also influence the
public opinion. This research tried to find out Belakangan muncul berita adanya korupsi di tubuh
the public opinion of university student about POLRI dan makelar kasus, hal ini ditunjukkan
the Indonesian Polices image (POLRI). The dengan ditangkapnya mantap Kabareskrim Susno
result found that the public opinion of Duaji. Majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli 2010
Indonesian polices image is still not positive yet mengungkap secara rinci tentang rekening gendut
based on few dimension of image (Service, perwira polisi. Sejumlah petinggi kepolisian
professionalism, attitude, moral, discipline, dilaporkan melakukan transaksi keuangan
responsibility, procedural system, bureaucracy, mencurigakan. Rekening mereka diguyur uang
code of conduct and productivity dimensions). puluhan milyar rupiah yang akan sangat sulit
The police discipline has the best score of the diperoleh hanya dari gaji resminya saja (Tempo
202 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

edisi 28 Juni-4 Juli 2010). Kesemuanya membuat citra POLRI saat ini, khususnya di kalangan publik
POLRI menjadi fokus perhatian dan kritikan mahasiswa.
masyarakat. Pemberitaan media menjadi hal yang
sangat dominan dan krusial saat ini dalam 1.4 Manfaat Penelitian
menentukan citra suatu organisasi atau perusahaan.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
Kondisi di atas menyebabkan semakin 1) Manfaat Akademis
berkurangnya tingkat kepercayaan publik terhadap a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan
kemampuan POLRI dalam menjalankan fungsi dan kontribusi bagi pengembangan kajian lintas
tugasnya. Apabila sudah terjadi iklim disiplin (interdisipliner) mengenai lembaga
ketidakpercayaan publik maka konsekuensinya negara, Opini Publik, dan Government PR.
dukungan publik terhadap POLRI menjadi Penelitian ini juga diharapkan memperkaya
berkurang. kajian mengenai pencitraan dari perspektif
Komunikasi khususnya Public Relations.
Bagaimana publik akan mendukung POLRI b. Penelitian ini diharapkan dapat
tentunya akan sangat berkaitan dengan pesan-pesan menghasilkan artikel ilmiah/scientific
yang disampaikan sehubungan dengan berita paper untuk dimuat pada jurnal ilmiah
tentang kinerja POLRI lewat aktivitas berdasarkan hasil yang diperoleh pada dan
komunikasinya. Apabila pesan atau informasi dari penelitian ini.
tentang lembaga ini sesuai dengan keinginan, 2) Manfaat Praktis
harapan dan kebutuhannya maka diharapkan akan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
muncul dukungan yang berupa tindakan. masukan atau rekomendasi kepada pihak
kepolisian (POLRI) mengenai respon publik
POLRI perlu membangun dan memelihara iklim terhadap lembaga ini, terutama yang terkait
yang baik dan hubungan yang harmonis dengan dengan pencitraan mereka. Masukan ini
semua elemen masyarakat, media, LSM, lembaga tentunya sangat penting mengingat POLRI
pemerintah lain dan unsur publik lainnya. tidak bisa mengabaikan begitu saja suara publik
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu atau masyarakat, sebab masyarakat adalah
disusun suatu program komunikasi yang terencana pendukung utama bagi terciptanya kinerja
dengan baik yang berdasarkan pada realita yang kepolisian secara optimal. Temuan penelitian
ada di masyarakat untuk membangun kembali citra juga bisa menjadi evaluasi yang dapat
POLRI. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan sumbangan pemikiran bagi
menganalisis situasi, mencari data dan fakta untuk pengembangan program komunikasi kepolisian
mendukung perencanaan untuk membangun serta peningkatan kinerja kepolisian.
kembali opini publik terhadap citra POLRI. 3) Manfaat Sosial
Penelitian ini bisa memberikan gambaran
1.2 Perumusan Masalah kepada masyarakat luas mengenai opini
mahasiswa atas situasi yang terjadi di negara
Opini publik terbentuk karena adanya persepsi dari ini, khususnya yang terkait dengan pencitraan
publik tentang sesuatu yang mereka peroleh lewat kepolisian sebagai salah satu institusi penegak
aktivitas komunikasinya (media massa dan kontak hukum. Sehingga masyarakat bisa lebih
personal). Disisi lain publik juga punya sikap dan membuka diri dan bersikap objektif terhadap
tingkat kepercayaan tertentu yang sudah inherent keberadaan lembaga kepolisian RI.
dalam dirinya yang kemudian juga akan
menentukan opini mereka terhadap sesuatu
tersebut. Maka permasalahan yang akan dikaji II. TINJAUAN PUSTAKA
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana opini
terhadap citra POLRI saat ini di kalangan Kegiatan mengkaji opini publik terhadap citra harus
mahasiswa? dilakukan dengan mengacu pada konsep-konsep
yang relevan. Pada penelitian ini konsep yang
1.3 Tujuan Penelitian digunakan adalah konsep citra dan opini publik.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui dan menganalisis opini publik terhadap
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 203

2.1 Citra 6) Konsistensi


Program PR/Humas harus dijalankan secara
Citra yang baik dan positif akan membentuk konsisten karena menyangkut sejauh mana
kepercayaan masyarakat selama masih dapat kemampuan PR untuk mengubah citra. Hasil
dipertahankan. Namun sebaliknya citra dapat kerja PR/Humas sangatlah sederhana, yaitu
berubah menjadi buruk dan negatif bila dikemudian ketika PR/Humas mampu menciptakan dan
hari ternyata tidak didukung kemampuan dan mengubah citra perusahaan dan untuk berhasil
keadaan yang sebenarnya. Misalnya pada beberapa memerlukan waktu yang tidak singkat.
kasus pengeboman yang terjadi di Indonesia.
Ketika POLRI berhasil menangkap dan Citra terbentuk dari akumulasi unsur citra yang
mengeksekusi pelaku pengeboman di beberapa saling terkait satu dengan yang lain, yaitu citra
lokasi di Jakarta dan Bali kepercayaan masyarakat produk, citra SDM, citra budaya, citra sistem dan
pada POLRI membaik. Namun kecurigaan salah citra kinerja. Berikut ini disajikan lebih mendalam
tangkap terhadap pimpinan KPK beberapa waktu mengenai citra-citra yang membentuk citra karena
yang lalu mampu menurunkan kepercayaan publik pada dasarnya citra terbentuk dari akumulasi unsur
pada POLRI, artinya citra POLRI dimata publik citra yang saling terkait satu dengan yang lain,
menurun. yaitu seperti pada gambar 1 berikut ini
(http://Pertamina, 8 September 2008, 12.30).
Ada enam panduan umum yang dapat dilakukan
dalam membangun citra, yaitu (Silih Agung
Wasesa, 2006:264): CITRA
1) Memetakan persepsi PRODUK
Pada tahap ini seorang Humas harus mampu
mengaudit citra organisasi dalam masyarakat.
CITRA CITRA
Dari hasil audit kita dapat mengetahui berada KINERJA SDM
dimana posisi organisasi kita dalam persepsi CITRA
masyarakat. Jika kita ingin mengambil langkah LEMBAGA
berikutnya, kita harus berangkat dari titik ini.
Kemudian titik ini disinkronkan dengan visi
manajemen. Disini kita mencoba untuk CITRA CITRA
meyakinkan manajemen tentang perlunya SISTEM BUDAYA

program ini.
2) Menyesuaikan dengan misi manajemen
Kesesuaian dengan aktivitas manajemen Gambar 1. Unsur-Unsur Pembentuk Citra
tingkat atas merupakan hal yang mutlak perlu.
Oleh karena itu kita harus meyakinkan mereka
terlebih dahulu tentang pentingnya program Penjelasannya:
PR/Humas. a. Citra Produk
3) Pahami stakeholder Citra produk merupakan persepsi masyarakat
Seorang PR/Humas harus mengetahui secara terhadap produk yang dihasilkan perusahaan.
persis stakeholders yang menjadi target Citra produk dibangun agar menjadi positif
program yang akan dibuat. Program harus dimata publik yang telah menggunakan produk
berdasarkan kebutuhan stakeholders, bukan tersebut. Manakala citra suatu merk produk
sebaliknya. telah menancap dalam pikiran konsumen maka
4) Fokus pada saat dia mempunyai rencana untuk
Fokus pada titik pengembangan tertentu membeli barang sejenis dari produk tersebut
merupakan hal penting dalam melaksanakan yang pertama kali muncul dalam ingatan adalah
suatu program. Fokus juga yang akan merek produk yang telah tertancap di
menentukan bagaimana mengkomunikasikan pikirannya sehingga secara reflek mereka
program tersebut. membelinya.
5) Kreativitas b. Citra Sumber Daya Manusia (SDM)
Seorang PR/Humas dalam melaksanakan setiap Citra SDM meliputi profesionalisme, attitude
kegiatan komunikasi memerlukan daya dan moral. Profesionalisme berarti pegawai
kreativitas yang sangat tinggi. pada instansi dimaksud memiliki keahlian dan
204 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

keterampilan yang didapat dari pendidikan


formal dan pelatihan. Sedangkan moral dan Opini publik tidak bisa lepas dari beberapa hal,
attitude dapat dilihat dari sejauh mana seperti kepercayaan, sikap, persepsi publik akan
penerapan kode etik dalam suatu instansi/ suatu issue dan atas institusi. Kepercayaan tidak
organisasi. Kode etik ini mengacu pada norma muncul tiba-tiba, selain pengalaman pribadi,
kebenaran dan etika moral yang berlaku pada pemberitaan media massa berpengaruh besar pada
masyarakat. Perilaku pegawai yang pembentukan kepercayaan publik (Ward & Smith,
bertentangan dengan norma kebenaran dapat 2003:12)
menurunkan citra suatu instansi.
c. Citra Budaya Membangun kepercayaan publik merupakan satu
Citra budaya ditentukan sejauh mana suatu hal yang sangat sulit, namun ketika kepercayaan
instansi dapat mengembangkan budaya publik terhadap sesuatu sudah terbentuk maka akan
positifnya. Misalnya sebuah perusahaan sangat sulit pula untuk dilunturkan. Menurut Tony
menyepakati untuk membangun budaya bersih Cram (2001:119) dalam bukunya Consumers That
dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) Count ada tiga faktor yang menyebabkan lunturnya
budaya kepuasan pelanggan, dan budaya kepercayaan publik terhadap perusahaan.
menindaklanjuti aspirasi, kebutuhan, harapan, 1) Membeberkan Rahasia/data
dan keluhan masyarakat dan sebagainya. 2) Tidak Menepati Janji
d. Citra Sistem 3) Masalah yang Terkait dengan Uang
Sistem adalah susunan satu kesatuan yang
masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri Pada prakteknya konsep di atas nampaknya dapat
namun membentuk satu kesatuan secara dilihat dalam konteks lembaga pemerintah seperti
keseluruhan. Citra sistem ini terdiri dari POLRI. Lembaga pemerintah dibentuk antara lain
prosedur, birokrasi dan aturan main. Dalam hal untuk memberikan pelayanan kepada publik,
ini bagaimana stakeholders mempersepsikan artinya ada produk yang berupa jasa yang harus
sistem atau aturan main pelayanan yang disampaikan kepada khalayak, hanya bedanya
diberikan suatu instansi. Dalam konteks ini konsumen perusahaan harus mengeluarkan biaya
adalah bagaimana pencitraan sistem POLRI untuk produk yang diperoleh sedangkan lembaga
yang digambarkan oleh media direspon oleh pemerintah dibayar oleh Negara untuk memberikan
publiknya. pelayanan pada publik. Artinya lembaga Negara
e. Citra Kinerja seperti POLRI untuk menjaga kepercayaan publik
Citra kerja terbentuk dari sejauh mana juga harus mampu menjaga rahasia/data, selalu
keberhasilan suatu perusahaan dalam menepati janji dan tidak terlibat dalam masalah
menjalankan bisnisnya. Sebagai contoh kinerja uang. Apabila ketiga hal tersebut dilanggar maka
yang dapat dilihat dari seberapa tinggi harga kepercayaan publik kepada POLRI akan luntur.
saham, maka semakin tinggi harga saham
semakin baik kinerja sebuah perusahaan yang
sudah go public. Namun bagi perusahaan yang III. METODOLOGI
belum go public dapat dilihat dari hasil audit
kinerja. 3.1 Pendekatan Penelitian

2.2 Opini Publik Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan


penelitian kuantitatif. Secara kuantitatif semua
Menurut R.P Abelson memahami opini publik variabel yang diuji dalam penelitian ini diukur
bukanlah pekerjaan yang mudah karena di secara kuantitatif dengan memberikan bobot angka
dalamnya menyangkut tiga hal penting, yaitu untuk setiap kasusnya (Neuman, 2000). Setiap
(Ruslan,1999): variabel memiliki bobot masing-masing yang
1) Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) kemudian dihitung untuk dikelompokkan ke dalam
2) Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi kategori-kategori tertentu dari setiap variabel secara
sikapnya (attitude) keseluruhan.
3) Persepsi (perception), yaitu suatu proses
pemberian makna yang berakar dari berbagai Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan
faktor seperti latar belakang, pengalaman masa dengan cross sectional sample survey (Bailey:
lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita atau 1994), yaitu penelitian survei yang dilakukan dalam
pendapat yang berkembang. satu jangka waktu tertentu. Pengumpulan data
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 205

primer dilakukan melalui penelitian lapangan Operasionalisasi Konsep dalam penelitian ini
dengan metode survei dengan menggunakan diuraikan dalam tabel 1 berikut:
kuesioner sebagai instrumen penelitian. Tipe Tabel 1. Operasionalisasi Konsep Citra
penelitian ini adalah deskriptif yang berusaha
menggali lebih dalam setiap fakta dan data yang DIMENSI INDIKATOR SKALA
diperoleh untuk menjawab berbagai permasalahan Produk Kualitas Interval
penelitian. Kuisioner menggunakan pertanyaan Layanan
SDM Profesionalisme Interval
yang bersifat tertutup untuk memudahkan
Sikap
responden menjawab pertanyaan dan sudah diuji Moral
validitas dan reliabilitasnya. Budaya Disiplin Interval
Tanggungjawab
3.2 Populasi Dan Sampel Anti KKN
Sistem Prosedur Interval
Sebagai salah satu bagian dari kelompok Birokrasi
intelektual, mahasiswa adalah salah satu kelompok Aturan Main
komponen bangsa yang memiliki kepedulian dan Kinerja Keberhasilan Interval
kritisme yang tinggi atas berbagai issue sosial
politik yang berkembang. Pemikiran dan kritisme
mereka atas kondisi yanga berkembang di 3.4 Teknik Analisis
masyarakat dibutuhkan dalam konteks perbaikan
sistem dan kehidupan bernegara. Dalam konteks Data dan fakta yang dihasilkan dari survei
ini, memahami bagaimana opini publik mahasiswa kemudian dianalisis secara univariat dengan
atas suatu issue juga menjadi suatu hal yang menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis
diperlukan, termasuk bagaimana mereka univariat diperlukan untuk menggambarkan secara
memandang citra POLRI. Karenanya penelitian ini deskriptif unsur-unsur opini responden terhadap
lebih difokuskan pada mahasiswa. citra POLRI yang disajikan dengan distribusi
frekuensi.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta di Jabodetabek (Jakarta
dan sekitarnya) yang diwakili oleh mahasiswa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Humas Komunikasi Universitas Indonesia
(mewakili PTN) dan mahasiswa Humas 4.1 Karakteristik Responden
Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia
(mewakili PTS). Mahasiswa Humas dipilih sebagai Penelitian yang dilakukan pada Mei-Juli 2011 ini
populasi karena dinilai memiliki pemahaman yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
baik terhadap aspek citra. Universitas Indonesia berusia 21 tahun, yaitu sebanyak 26,7 persen dan
dan Universitas Al Azhar dipilih karena memiliki ini sesuai dengan rata-rata usia mahasiswa sebagai
Kekhususan Humas. Metoda penarikan sampel responden dalam penelitian ini. Ada beberapa
secara probabilitas sehingga diharapkan ada responden yang usianya 24 tahun dan 25 tahun.
kesempatan yang sama bagi setiap anggota Responden tersebut adalah mahasiswa ekstensi
populasi. Hasil penelitian yang menggunakan yang bekerja sekaligus kuliah. Sebagian besar
teknik ini dapat digunakan untuk menyimpulkan responden berjenis kelamin perempuan (80%). Hal
kondisi populasi. ini sesuai dengan karakteristik mahasiswa Program
Ilmu Komunikasi sebagai sampel penelitian, yaitu
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan Cluster sebagian besar mahasiswanya berjenis kelamin
Random Sampling. Mula-mula dipilih secara acak perempuan dengan pengeluaran mereka per bulan
satu angkatan. Kemudian dari tiap angkatan terpilih kurang dari 1 juta atau 1-2 juta Rupiah, yaitu
diambil secara acak satu kelas. Dari kelas terpilih masing-masing sebanyak 39% dan 38%. Namun
diambil secara acak 30 mahasiswa untuk dijadikan demikian ada responden, meskipun hanya 5%, yang
responden. Pengambilan 30 responden ini mengacu pengeluarannya di atas tiga juta Rupiah per bulan.
pada standart limit theorem. Hal ini bisa dijelaskan karena sebagian mahasiswa
juga ada yang kuliah sambil bekerja.
3.3 Operasionalisasi Konsep
206 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

4.2 Temuan: Opini Publik Terhadap Citra 4.2.2 Dimensi Profesionalisme SDM
POLRI Bila dihitung nilai rata-rata opini responden pada
setiap indikator terlihat bahwa nilai kisarannya
Mengukur opini publik terhadap citra POLRI adalah 2,65 sampai 3,08 artinya profesionalisme
dianalisis dari beberapa dimensi yang mencakup SDM POLRI pada setiap indikator belum ada yang
kualitas pelayanan, profesionalisme SDM, sikap nilainya mencapai dua atau baik, opininya
SDM, moral SDM, sistem prosedur, sistem cenderung kurang baik. Apabila POLRI ingin
birokrasi, tanggungjawab, disiplin, aturan main dan membangun citra SDM nya maka indikator-
kinerja POLRI. Opini publik terhadap citra POLRI indikator tersebut perlu diperbaiki dan diharapkan
tersebut kemudian dikategorikan dalam kategori kemudian mampu mengangkat citra POLRI secara
jawaban sebagai berikut: keseluruhan. Pada tabel 3, terlihat bahwa nilai
Sangat Baik : SB :1 paling rendah ada pada indikator keahlian SDM
Baik :B :2 dan yang paling tinggi nilainya adalah indikator
Kurang Baik : KB : 3 ketanggapan dalam pelayanan. Meskipun semua
Tidak Baik : TB : 4 indikator masih perlu diperbaiki namun yang paling
Sangat Tidak Baik : STB : 5 utama adalah perbaikan pada ketanggapan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada
4.2.1 Dimensi Kualitas Layanan dasarnya setiap masyarakat membutuhkan
Dari rata-rata opini responden pada setiap indikator pelayanan yang cepat dan tidak berbelit-belit
kualitas layanan, terlihat bahwa nilainya berkisar karena ini akan berdampak pada biaya, waktu dan
antara 2,57 sampai dengan 3,02 (Pada skala 5). Hal tenaga yang harus dikorbankan.
ini berarti bahwa opini responden terhadap kualitas
layanan POLRI berkisar pada opini kurang baik. Tabel 3. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap
Kondisi demikian tentunya akan berdampak pada Profesionalisme SDM POLRI
citra POLRI secara keseluruhan. Dari tabel 2 juga
terlihat bahwa opini publik terhadap indikator NO INDIKATOR RATA2
1 Ketanggapan dlm pelayanan 3,08
kualitas layanan paling baik pada indikator
2 Kemampuan berkomunikasi 2,88
kecukupan petugas dan paling buruk pada 3 Pengalaman 2,70
kemudahan publik mengakses layanan. Dari tabel 4 Ketrampilan 2,80
dapat dilihat juga bahwa semua indikator tidak ada 5 Keahlian 2,65
yang nilainya dua atau baik, artinya semua 6 Kompetensi 2,75
indikator kualitas layanan POLRI masih dinilai 7 Pengetahuan (D-7) 2,70
kurang baik oleh responden. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa responden menilai citra
POLRI pada dimensi kualitas layanan adalah 4.2.3 Dimensi Sikap SDM
kurang baik. Berikut ini adalah sebaran nilai rata- Bila dilihat nilai rata-rata opini responden terhadap
rata opini responden pada setiap indikator kualitas sikap SDM POLRI pada tabel 4 berikut, terlihat
layanan. bahwa tidak satu pun indikator yang dinilai baik
oleh responden. Umumnya mereka memberikan
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap nilai kurang baik pada semua indikator karena
Kualitas Layanan POLRI angka-angkanya berada pada kisaran 2,87-3,45. Hal
yang kemudian dapat mencerminkan citra POLRI
NO INDIKATOR RATA2 yang terbentuk saat ini, khususnya di mata
1 Kecepatan pelayanan 2,90 responden. Di antara ketujuh indikator sikap SDM
2 Ketepatan pelayanan 2,87
3 Kemampuan petugas 2,72
POLRI yang dinilai, terlihat pada tabel bahwa yang
4 Kesiapan petugas 2,82 paling mendekati angka dua atau baik adalah
5 Kecukupan petugas 2,57 indikator ketegasan petugas. Sedangkan yang
6 Kelengkapan fasilitas layanan 2,90 dinilai paling buruk adalah POLRI sebagai sahabat
7 Kondisi fasilitas layanan 3,00 masyarakat.
8 Kelengkapan sarana komisi 2,85
9 Kemudahan akses layanan 3,02
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 207

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap 4.2.5 Dimensi Disiplin


Sikap SDM POLRI Dalam proses pendidikannya, kedisiplinan POLRI
dikenal sangat ketat, diharapkan juga akan
NO INDIKATOR RATA2 menghasilkan lulusan yang disiplin dalam
1 Ketegasan petugas 2,87 menjalankan berbagai aktivitasnya. Hal ini
2 Keramahan petugas 3,27
kemudian harus ditunjukkan juga dalam
3 Perhatian petugas 3,25
4 Cara menghargai 3,20 melaksanakan pekerjaannya sehari-hari.
5 Kesopanan 3,10
6 Untuk dapat dipercaya 3,37 Dari tiga indikator disiplin yang diteliti, yaitu
7 Sebagai sahabat masyarakat 3,45 disiplin waktu, cara berpakaian dan pekerjaan,
terlihat bahwa disiplin cara berpakaian yang dinilai
paling baik oleh responden, karena angkanya sudah
4.2.4 Dimensi Moral SDM mendekati angka dua. Nilai rata-ratanya berkisar
Bila dilihat nilai rata-ratanya, seperti yang 2,25-2,80, kurang baik sampai baik (tabel 6). Bila
ditampilkan pada tabel 5, terlihat bahwa opini dibandingkan dengan dimensi yang lain, dimensi
responden terhadap moral SDM POLRI paling kedisiplinan petugas dinilai paling baik.
buruk dibandingkan dimensi-dimensi yang telah
dibahas sebelumnya. Rata-rata opini responden Tabel 6. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap
berkisar antara 3,15- 4,29, artinya semua indikator Disiplin POLRI
yang diteliti dinilai kurang baik sampai tidak baik NO INDIKATOR RATA2
oleh sebagian besar responden. Tidak satupun 1 Disiplin waktu 2,76
indikator yang nilainya mendekati dua atau dinilai 2 Disiplin penampilan/ pakaian 2,25
baik oleh responden. Dengan demikian dapat 3 Disiplin pekerjaan 2,80
dikatakan bahwa indikator inilah yang paling
menentukan buruknya citra POLRI saat ini.
4.2.6 Dimensi Tanggung Jawab
Indikator yang dinilai paling buruk adalah pada Tabel 7 berikut menyajikan nilai rata-rata opini
indikator petugas POLRI anti KKN. Hal ini terkait responden terhadap tanggung jawab POLRI pada
dengan banyaknya berita di media massa yang beberapa indikator yang diteliti. Pada tabel terlihat
mengabarkan banyaknya korupsi, kolusi dan bahwa dari indikator yang diamati tidak ada yang
nepotisme ditubuh POLRI. Misalnya kasus perwira angkanya 2 atau kurang, artinya opini responden
gendut atau kasus mantan Bareskrim POLRI serta terhadap indikator-indikator tanggungjawab POLRI
pengalaman langsung responden sendiri. Penilaian yang diamati tidak ada yang dinilai baik. Angkanya
terburuk berikutnya adalah pada indikator tidak cenderung kearah tidak baik. Hal ini menunjukkan
menerima tip. Penilaian ini diperoleh dari bahwa indikator-indikator ini punya andil dalam
pengalaman langsung responden. Pada setiap membentuk citra POLRI yang negatif. Bila dilihat
pelayanan yang diberikan oleh petugas POLRI pasti rata-rata opini responden terhadap indikator-
identik dengan uang tip. Pengurusan SIM, STNK, indikator tanggung jawab POLRI terlihat bahwa
pelanggaran dan sebagainya. Indikator ini tentunya indikator ke tiga yang nilainya mendekati dua, atau
perlu mendapatkan perhatian POLRI dalam sebagai baik. Indikator tersebut adalah tanggung jawab
salah satu aspek yang citra POLRI yang dinilai POLRI dalam memelihara keamanan. Sedangkan
masyarakat. yang nilainya paling tinggi adalah indikator lima,
artinya tanggung jawab POLRI sebagai
Tabel 5. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap pengayom masyarakat dinilai paling buruk
Moral SDM POLRI dibandingkan keempat indikator yang lain.

NO INDIKATOR RATA2 Tabel 7. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap


1 Melayani sama, semua publik 3,50 Tanggung Jawab POLRI
2 Untuk tidak menerima tip 4,22
3 Loyalitas pada profesi 3,15 NO INDIKATOR RATA2
4 Mengutamakan kepentingan publik 3,58 1 Pada pekerjaan 2,92
5 Kemauan memberikan rasa nyaman 3,38 2 Memberikan ketentraman 3,12
6 Kemauan mendengarkan 3,38 3 Memelihara keamanan 2,87
7 Kejujuran 3,90 4 Mengayomi masyarakat 3,23
8 Anti KKN 4,29 5 Melindungi masyarakat 3,05
208 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

4.2.7 Dimensi Sistem Prosedur Sedangkan opini responden yang paling buruk
Tabel 8 berikut menunjukkan nilai rata-rata opini pada indikator keterbukaan informasi.
responden terkait dengan sistem prosedur POLRI.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata Tabel 10. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap
pada semua indikator berada di atas angka tiga, Aturan Main di POLRI
artinya semua indikatornya dinilai tidak baik oleh
responden. Prosedur yang harus dilakukan NO INDIKATOR RATA2
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari 1 Kejelasan aturan main 3,20
2 Kejelasan kepangkatan 2,68
POLRI saat ini cenderung sulit dan berbelit-belit.
3 Peraturan yang berlaku 3,05
Untuk itu perlu adanya kejelasan dan 4 Keterbukaan informasi 3,27
penyederhanaan prosedur. Kalau ini bisa dilakukan 5 Penerapan peraturan 3,15
tentunya akan mendukung pembentukan citra 6 Sanksi pelanggaran profesi 3,25
positif POLRI Dimensi prosedur surat menyurat
angkanya paling tinggi, artinya indikator ini dinilai
paling buruk dibandingkan dengan empat indikator 4.2.10 Dimensi Kinerja POLRI
yang lain. Sedangkan yang dinilai paling baik ada Tabel 11menunjukkan rata-rata opini responden
pada indikator prosedur pelaporan, karena terhadap 10 indikator kinerja/ keberhasilan POLRI.
angkanya paling rendah. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tidak satu
indikatorpun yang nilainya mencapai dua atau baik.
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap Nilainya berkisar antara 2,72 sampai 3,90 artinya
Sistem Prosedur POLRI opini responden terhadap indikator kinerja/
keberhasilan POLRI kurang baik sampai tidak
NO INDIKATOR RATA2
1 Prosedur pelayanan 3,07
baik. Dari 10 indikator kinerja POLRI yang
2 Prosedur pelaporan 3,05 dinilai terbaik oleh responden adalah kinerja
3 Prosedur penangkapan 3,10 POLRI dalam menangani terorisme dan kinerja
4 Prosedur surat menyurat 3,22 yang dinilai paling buruk pada pemberantasan
KKN.

4.2.8 Dimensi Sistem Birokrasi Tabel 11. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap
Kalau dilihat nilai rata-ratanya, kedua indikator, Kinerja/Keberhasilan POLRI
yaitu birokrasi perintah dan pelayanan publik
NO INDIKATOR RATA2
keduanya masih di atas angka tiga, artinya masih
1 Dalam pemberantasan pelanggaran 3,17
dikategorikan kurang baik oleh responden. 2 Dalam penanganan terorisme 2,72
Birokrasi seringkali terkait dengan aturan yang 3 Dalam memberantas kejahatan 2,88
kaku dan prosedural. Disisi lain prosedur 4 Dalam memberantas KKN 3,90
pelayanannya sendiri dinilai kurang baik, sehingga 5 Dalam menjaga keamanan 3,10
semakin buruklah kualitas layanan POLRI pada 6 Dalam melindungi Negara 2,95
masyarakat. 7 Menjaga ketertiban publik 3,08
8 Dalam memberikan ketentraman 3,27
Tabel 9. Nilai Rata-Rata Opini Responden terhadap 9 Dalam menegakkan hukum 3,40
Birokrasi POLRI 10 Dalam memberikan sangsi 3,15

NO INDIKATOR RATA2
1 Birokrasi perintah 3,25 4.3 Pembahasan
2 Birokrasi pelayanan public 3,38
Citra adalah anggapan, perkiraan, impresi dan
gambaran seseorang akibat adanya stimuli yang
4.2.9 Dimensi Aturan Main diperoleh. Apabila stimuli yang diperoleh lengkap
Apabila dilihat dari nilai rata-ratanya, dari enam maka akan menghasilkan anggapan, perkiraan,
indikator yang diamati, opini responden semuanya impresi atau gambaran yang sesuai dengan
cenderung mengarah ke angka 3 atau mengarah ke kenyataan namun sebaliknya bila stimuli yang
kurang baik, bahkan beberapa sudah melebihi diperoleh tidak lengkap dan berasal dari sumber
angka tiga atau mengarah ke tidak baik. Opini yang tidak kredibel maka juga akan menimbulkan
responden terhadap indikator kejelasan anggapan yang salah (Aaker dan Mayer,1991).
kepangkatan di tubuh POLRI yang paling baik.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 209

Mahasiswa mendapatkan informasi tentang Dari sepuluh dimensi yang diteliti yang dinilai
POLRI tidak hanya dari berbagai sumber, tidak paling baik adalah dimensi disiplin POLRI,
hanya dari media massa namun juga dari terutama kedisiplinan dalam berpakaian dan yang
pengalaman dan hasil telaahannya yang kritis. dinilai paling buruk adalah dimensi Moral SDM
Pencitraan menjadi suatu yang terbentuk di POLRI, khususnya pada indikator anti KKN dan
kepala responden mahasiswa, dan akan tidak menerima tip.
menentukan bagaimana mereka memandang,
bertingkah laku dan merespon keberadaan polisi. Dari Sembilan indikator kualitas layanan yang
dinilai paling baik oleh sebagian besar responden
Dari sepuluh dimensi citra POLRI yang diamati, adalah kecukupan jumlah petugas dan yang
yaitu kualitas layanan, profesionalisme SDM, dinilai paling buruk kemudahan dalam
sikap SDM, moral SDM, disiplin, tanggung mengakses layanan. POLRI sebagai lembaga
jawab, sistem prosedur, birokrasi, aturan main pemerintah atau badan publik, produk yang dapat
dan kinerja POLRI tidak ada yang nilainya dua ditawarkan kepada pasar tidak berupa produk
(dengan range nilai 1-5, 1 mendekati sangat nyata (barang) tetapi berupa produk tidak nyata
baik, dan 5 mendekati sangat tidak baik). atau jasa. Produknya berupa layanan kepada
Artinya semua dimensi citra POLRI dinilai masyarakat, semakin baik kualitas layanan yang
kurang baik oleh mahasiswa. Dari temuan ini diberikan maka masyarakat akan semakin puas,
dapat dikatakan bahwa opini mahasiswa terhadap atau sebaliknya. Kualitas layanan ini yang
citra POLRI secara keseluruhan negatif. Hal ini kemudian akan mempengaruhi opini publik
dikarena citra terbentuk dari akumulasi unsur terhadap citra POLRI. Kualitas layanan ini perlu
citra yang saling terkait satu dengan yang lain. terus dibangun untuk mendapatkan citra yang
baik di mata masyarakat.
Tabel 11 berikut ini adalah tabel rekap temuan
penelitian dari sepuluh dimensi yang diteliti. Philip Kotler (1999), menambahkan bahwa citra
yang ada dalam benak khalayak umumnya
Tabel 11. Rekap Nilai Rata-Rata, Indikator Terbaik dan menyangkut penilaian terhadap lembaganya,
Terburuk Dimensi Citra POLRI produk dan jasanya. Ia juga menambahkan
INDIKATOR INDIKATOR bahwa citra dapat terbentuk bukan hanya dari
No DIMENSI RATA
TERBAIK TERBURUK komunikasinya saja. Suatu citra adalah hasil
1 Kualitas Kecukupan Kemudahan 2,85 serangkaian perbuatan baik ditambah dengan
Layanan petugas mengakses
layanan ucapan baik juga. Suatu lembaga harus dengan
2 Profesiona- Keahlian Ketanggapan 2,79 nyata berlaku sesuai dengan citra yang
lisme SDM dalam dikehendakinya, baru kemudian menggunakan
pelayanan komunikasi untuk menceritakan tentang
3 Sikap SDM Ketegasan Sebagai 3,22
petugas sahabat kegiatan-kegiatannya.
masyarakat
4 Moral Loyalitas Anti KKN, 3,68 Artinya untuk membangun citra POLRI tidak
SDM pada profesi tidak
menerima tip
hanya memperbaiki indikator-indikatornya
5 Disiplin Disiplin cara Disiplin 2,60 namun juga harus mengimbanginya dengan
berpakaian pekerjaan informasi yang positif. Setiap kegiatan atau
6 Tanggung Memberikan Mengayomi 3,04 perilaku baik POLRI perlu dikomunikasikan
jawab keamanan masyarakat
7 Sistem Prosedur Prosedur surat 3,11 kepada masyarakat, bukan hanya keburukan atau
prosedur pelaporan menyurat kejelekannya saja. Disini peran Humas sangat
8 Birokrasi Perintah Pelayanan 3,32 dibutuhkan, khususnya dalam mengkonter berita-
publik
9 Aturan Kejelasan Keterbukaan 3,10
berita negative dengan berita-berita yang positif.
main kepangkatan informasi
10 Kinerja Penanganan Memberantas 3,16 Citra SDM meliputi profesionalisme, attitude dan
terorisme KKN moral. Profesionalisme berarti pegawai pada
instansi dimaksud memiliki keahlian dan
keterampilan yang didapat dari pendidikan
formal dan pelatihan. Sedangkan moral dan
210 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

attitude dapat dilihat dari sejauh mana penerapan lalu mampu menurunkan kepercayaan publik
kode etik dalam suatu instansi/ organisasi. Kode pada POLRI. Ini artinya citra POLRI dimata
etik ini mengacu pada norma kebenaran dan etika publik masih turun naik. Tentunya dalam jangka
moral yang berlaku pada masyarakat. Perilaku panjang ini dapat menyebabkan rendahnya
pegawai yang bertentangan dengan norma reputasi POLRI di mata publik. Kepercayaan
kebenaran dapat menurunkan citra suatu instansi. tidak muncul tiba-tiba, selain pengalaman
Dimensi profesionalisme SDM yang diamati pribadi, pemberitaan media massa berpengaruh
dalam penelitian ini adalah ketanggapan dalam besar pada pembentukan kepercayaan publik
pelayanan, kemampuan berkomunikasi, (Ward, 2003: 12). Kepercayaan publik lama
pengalaman, ketrampilan, keahlian, kompetensi kelamaan akan terakumulasi dalam bentuk
dan pengetahuan. Nilai rata-rata yang diperoleh reputasi dari suatu lembaga/organisasi. POLRI
2,79. Angka ini lebih mendekati angka tiga, sebagai lembaga yang harusnya melindungi
artinya penilaian mahasiswa terhadap masyarakat ternyata tidak bersih dari budaya
profesionalisme SDM POLRI kurang baik. Nilai KKN, korupsi, kolusi dan nepotisme. Tidak
terbaik diberikan pada indikator keahlian dan menepati janjinya sebagai lembaga keamanan
terendah pada ketanggapan dalam melayani yang akan selalu melindungi bangsa dan negara.
masyarakat. Bahkan beberapa oknum tidak dapat menjaga
rahasia negara.
Opini responden terhadap sikap SDM POLRI
dianalisis melalui tujuh indikator, yaitu ketegasan Pada dimensi moral SDM POLRI, indikator yang
petugas, keramahan petugas, perhatian petugas, akan diamati adalah petugas melayani sama
cara menghargai, kesopanan petugas, petugas semua publik, tidak menerima tip, loyalitas pada
dapat dipercaya dan petugas sebagai sahabat profesi, mementingkan kepentingan publik,
publik. Nilai rata-ratanya 3,22. Angka ini sudah kemampuan memberikan rasa nyaman pada
melebihi angka tiga, artinya sikap SDM POLRI masyarakat, kemauan mendengarkan, kejujuran
dinilai kurang baik, bahkan cenderung ke arah dan anti KKN. Semua indikator dinilai kurang
tidak baik. Indikator yang dinilai paling baik baik sampai tidak baik oleh sebagian besar
adalah ketegasan petugas dan yang paling buruk responden. Tidak satupun indikator yang nilainya
POLRI sebagai sahabat masyarakat. Sikap adalah di bawah 3 artinya tidak ada satupun indikator
kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir yang dinilai baik oleh responden dari aspek
dan merasa dalam menghadapi objek atau ide. moral SDM POLRI. Artinya rata rata citra
Sikap SDM POLRI menurut mahasiswa tidak petugas POLRI secara moral adalah negatif.
tegas, tidak ramah, tidak perhatian, kurang Rata-rata nilai dimensi adalah 3,68. Nilai ini
menghargai dan kurang sopan terhadap paling tinggi diantara dimensi-dimensi yang
masyarakat. Tidak dapatnya POLRI bersikap diteliti, artinya moral SDM dinilai paling buruk
sebagai sahabat masyarakat membuat oleh mahasiswa. Diantara indikator penilaian
masyarakat cenderung kurang percaya pada aspek moral petugas yang dinilai paling buruk
POLRI. oleh mahasiswa adalah ketidakmampuan POLRI
dalam memberantas KKN, bahkan ini terjadi di
Citra yang baik dan positif akan membentuk tubuh atau internal POLRI sendiri. Indikator lain
kepercayaan masyarakat selama masih dapat yang juga dinilai terburuk adalah kebiasaan
dipertahankan. Namun sebaliknya citra dapat SDM POLRI yang selalu menerima tip, baik
berubah menjadi buruk dan negatif bila pada saat memberikan pelayanan maupun ketika
dikemudian hari ternyata tidak didukung seseorang melanggar peraturan.
kemampuan dan keadaan yang sebenarnya.
Misalnya pada beberapa kasus pengeboman yang Seperti yang diungkapkan oleh Tony Cram
terjadi di Indonesia. Ketika POLRI berhasil (2001), bahwa kepercayaan publik akan luntur
menangkap dan mengeksekusi pelaku bila ada masalah terkait dengan kejujuran,
pengeboman di beberapa lokasi di Jakarta dan kemampuan menyimpan rahasia dan penggunaan
Bali kepercayaan masyarakat pada POLRI uang. Tidak dapat dipungkiri bahwa siapapun
membaik. Namun kecurigaan salah tangkap yang bermasalah dengan oknum polisi, artinya
terhadap pimpinan KPK beberapa waktu yang identik dengan uang. Ketika seseorang melanggar
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 211

tata tertib lalu lintas, maka akan dengan mudah POLRI tidak akan terbangun dengan baik.
terlepas dari jerat tilang kalau damai dengan Tanggungjawab merupakan upaya untuk
petugas. (lihat Virdhani Okezone. Kena Tilang mengatasi berbagai masalah yang muncul dengan
di Depok, Ujung-ujungnya Duit. Jum'at, 21 baik dan benar sesuai dengan tugas dan
Oktober 2011 05:05 wib, diakses dari kewajibannya. Sebagian responden mahasiswa
http://news. okezone.com/read/2011/10/21/338/ menilai tanggungjawab POLRI dalam menjaga
518300/kena-tilang-di-depok-ujung-ujungnya- keamanan sudah baik namun mahasiswa
duit, pada tgl 10 Juli 2012). Artinya pelanggar mengharapkan tanggung jawab POLRI lebih dari
dapat menyelipkan sejumlah uang agar terlepas itu. Sesuai dengan slogan POLRI sebagai
dari masalahnya. Mengurus pembuatan SIM bisa pengayom masyarakat, mahasiswa berharap ini
jadi tidak dapat diselesaikan dengan cepat kalau bisa terwujud dengan baik. Namun kenyataannya
tidak menyelipkan uang tip pada petugas. Belum sebagian besar mahasiswa justru menilai buruk
lagi untuk kasus-kasus yang lebih besar, seperti pada indikator ini. Jadi POLRI harus lebih
pencurian, perampokan dan sebagainya. Kalau bertanggung jawab lagi untuk mewujudkan
mengharapkan lolos dari jerat hukum maka dapat perannya sebagai pengayom masyarakat. Kalau
bernegosiasi dengan petugas dengan cara ini sudah terwujud diharapkan citra POLRI
memberikan imbalan sejumlah uang. Moral sedikit demi sedikit dapat terbangun kembali.
ketidak jujuran dan menerima tip yang sudah
membudaya ini dampaknya hadir sebagai suatu Pada dimensi sistem prosedur, indikator yang
citra POLRI dibenak responden mahasiswa. dianalisis adalah prosedur dalam pelayanan,
pelaporan, penangkapan dan surat menyurat.
Indikator kedisiplinan yang diteliti disini adalah Sama halnya dengan dimensi yang lain, dimensi
kedisiplinan waktu, kedisiplinan dalam inipun masih dinilai buruk oleh mahasiswa. Nilai
berpakaian dan kedisiplinan dalam pekerjaan. rata-ratanya 3,11 artinya dimensi ini dinilai
Dari tiga indikator disiplin yang diteliti, disiplin kurang baik atau cenderung mengarah ke tidak
cara berpakaian yang dinilai paling baik oleh baik. Sistem prosedur merupakan salah satu
responden, karena angkanya sudah mendekati dimensi citra budaya lembaga. Citra budaya
angka dua. Bila dibandingkan dengan dimensi ditentukan sejauh mana suatu instansi dapat
yang lain, dimensi kedisiplinan petugas dinilai mengembangkan budaya positifnya. Misalnya
paling baik. sebuah perusahaan menyepakati untuk
membangun budaya bersih dari KKN (korupsi,
Dalam proses pendidikan sumber daya manusia kolusi dan nepotisme) budaya kepuasan
kepolisian, kedisiplinan POLRI dikenal sangat pelanggan, dan budaya menindaklanjuti aspirasi,
ketat, diharapkan juga akan menghasilkan lulusan kebutuhan, harapan, dan keluhan masyarakat dan
yang disiplin dalam menjalankan berbagai sebagainya.
aktivitasnya. Hal ini kemudian harus ditunjukkan
juga dalam melaksanakan pekerjaannya sehari- Dari temuan penelitian menunjukkan bahwa
hari. Namun dari hasil penelitian kedisiplinan budaya yang dikembangkan di lingkungan
waktu dan kedisiplinan dalam menjalankan POLRI justru cenderung dinilai negatif oleh
pekerjaannya masih dinilai cenderung ke arah mahasiswa. Awalnya sistem ini dibangun tentu
kurang baik oleh responden mahasiswa, dengan tujuan yang baik, namun dalam
meskipun angkanya belum mencapai angka tiga. pelaksanaannya seringkali megalami kendala
atau hambatan. Misalnya dalam sistem surat
Pada dimensi tanggungjawab ini indikator yang menyurat. Alur dan prosedur sudah ditata dengan
dianalisis meliputi tanggungjawab pada baik dan benar. Namun karena perilaku oknum
pekerjaan, dalam memberikan ketentraman, POLRI yang meminta tip pada mereka yang
memelihara keamanan, mengayomi masyarakat meminta surat keterangan membuat sistem ini
dan melindungi masyarakat. Dari lima indikator menjadi tidak sempurna. Apalagi kalau sudah
yang diteliti semuanya cenderung dinilai kurang terkait dengan uang tip maka yang terjadi adalah
baik oleh mahasiswa dan rata-rata nilai yang ketidak percayaan masyarakat pada kemampuan
diperoleh 3,04. Kondisi demikian tentunya harus POLRI dalam menjalankan tanggung jawabnya.
segera diperbaiki karena kalau tidak maka citra Sebagian besar responden mahasiswa justru
212 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

menilai mekanisme pelayanan surat menyurat sangsi terhadap pelanggaran profesi. Semua
dan birokrasi di kepolisian justru dinilai rumit indikator ini oleh mahasiswa dinilai lebih dari
dan kurang baik pelayanannya. tiga, artinya kurang baik dan mengarah ke
indikator yang tidak baik. Kecuali kejelasan
Hal ini tentu harus diperhatikan oleh pihak dalam kepangkatan dinilai kurang dari dua,
POLRI. Alur dan prosedur yang tidak jelas akan meskipun masih cenderung dinilai kurang baik.
membingungkan masyarakat ketika ingin Nilai rata-ratanya 3,10. Sistem atau aturan main
mengakses layanan. Prosedur yang panjang dan adalah susunan satu kesatuan yang masing-
berbelit-belit akan menyulitkan masyarakat untuk masing tidak berdiri sendiri-sendiri namun
mendapatkan pelayanan, memerlukan banyak membentuk satu kesatuan secara keseluruhan.
waktu, biaya dan tenaga. Pada dasarnya Hal lain yang terkait dengan aturan main adalah
masyarakat mengharapkan prosedur yang sistem prosedur dan birokrasi. Ketiga hal ini
sederhana, tidak berbelit-belit sehingga bisa tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
menghemat waktu, biaya dan tenaga. Kondisinya Aturan main yang ada di POLRI sangat
akan lebih parah lagi kalau POLRI tidak tergantung pada SOP nya, sistem prosedur dan
memiliki standar operational prosedur yang baku. siatem birokrasinya. Kalau SOP tidak jelas,
Hal-hal ini perlu diperhatikan dan diperbaiki agar prosedurnya rumit dan birokrasi yang terlalu
citra POLRI menjadi lebih baik di mata panjang maka aturan main yang ada di POLRI
masyarakat. akan dinilai buruk oleh masyarakat. Hal
demikian tentunya harus segera dibenahi untuk
Pada dimensi birokrasi, indikator yang dianalisis membangun citra POLRI. Aturan main juga
adalah indikator birokrasi perintah dan birokrasi terkait dengan konsistensi sikap kepolisian dalam
pelayanan kepada masyarakat. Kedua indikator menangani suatu perkara. Penerapan aturan main
ini masih dinilai kurang baik oleh sebagian besar oleh polisi dinilai mahasiswa masih kurang baik.
responden. Nilai rata-ratanya 3,32 yang berarti
dinilai lebih buruk lagi dibandingkan sistem Pada dimensi kinerja indikator yang dinilai
prosedurnya. paling buruk adalah indikator keterbukaan
informasi publik. Beberapa waktu yang lalu
Sistem birokrasi tidak hanya terkait dengan SOP peneliti menghadiri pemberikan penghargaan
tapi juga terkait dengan kondisi kepemimpinan, kepada POLRI atas kesiapannya dalam
atau dengan kata lain terkait dengan pimpinan menjalankan UU KIP nomor 14 tahun 2008.
sebagai pihak yang harus memberikan ijin atau Namun ternyata siap saja tidak cukup kalau tidak
pengesahan terhadap sesuatu pekerjaan. Misalnya diimplementasikan dengan baik kepada
suatu pelayanan kepada masyarakat harus masyarakat. Hal ini terlihat dari penilaian
mendapatkan persetujuan dari pimpinan. Dalam mahasiswa terhadap keterbukaan informasi
SOP sudah ditetapkan misalnya selesai dalam POLRI. Indikator ini justru dinilai paling buruk
dua hari, namun karena pimpinan tidak berada dibandingkan indikator aturan main yang lain.
ditempat maka pekerjaan ini baru dapat POLRI dinilai mahasiswa kurang bersikap
diselesaikan dalam waktu yang lebih lama. terbuka dalam penyampaian berbagai informasi
Bahkan tidak jarang suatu layanan harus yang terkait dengan penegakan hukum dan
mendapatkan persetujuan secara bertingkat dari pelayanan informasi hukum kepada masyarakat.
satu pimpinan ke pimpinan berikutnya. Hal Ini menunjukkan mahasiswa sebagai bagian dari
demikian ternyata dinilai kurang baik oleh publik menuntut transparansi yang lebih baik dari
mahasiswa. Artinya bagaimana kondisi lembaga kepolisian ini. Transparansi adalah salah
kepemimpinan dinilai mahasiswa berimplikasi satu dari kriteria Good Corporate Governance.
kepada pelayanan yang diberikan oleh kepolisian Aspek ini kiranya perlu mendapatkan perhatian
terhadap masyarakat. POLRI, mengingat bahwa masyarakat kini telah
mendapatkan payung hukum tentang keterbukaan
Indikator yang dianalisis pada dimensi aturan informasi publik yang dilindungi oleh UU
main adalah kejelasan aturan main, kejelasan Keterbukaan Informasi Publik. Di sisi lain
kepangkatan, peraturan yang berlaku, keterbukaan informasi menjadi satu hal yang bisa
keterbukaan informasi, penerapan peraturan dan meningkatkan peningkatan kepercayaan
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 213

masyarakat terhadap kepolisian. Walaupun 1991). Oleh karena itu peran PR/Humas POLRI
kondisi ini bagaimanapun bisa juga dipahami, sebagai komunikator sangat penting dalam
mengingat kepolisian akan menjaga data memberikan gambaran yang sebenarnya tentang
penyidikan atau penyelidikan. Namun demikian perusahaan kepada stakeholders-nya agar
harapan mahasiswa terhadap lembaga ini harus terbentuk citra yang baik sesuai dengan kondisi
tetap menjadi perhatian POLRI. yang sebenarnya. Tentu saja, salah satu langkah
pertama yang dapat ditempuh oleh PR/Humas
Indikator-indikator yang diamati pada dimensi POLRI adalah mencoba melihat lebih jauh citra
kinerja/keberhasilan POLRI adalah kinerja dalam organisasi di kepala publik dan harus
pemberantasan pelanggaran, penanganan teroris- mengetahui secara persis stakeholders atau
me, pemberantasan kejahatan, pemberantasan publik lembaga, termasuk mahasiswa.
KKN, menjaga keamanan, melindungi Negara,
menjaga ketertiban publik, memberikan Jika kita melihat bagaimana citra suatu lembaga
ketentraman pada masyarakat, penegakan hukum terbentuk, maka kita bisa melihat bahwa citra
dan pemberian sangsi. POLRI yang tidak begitu baik, merupakan
akumulasi dari unsur citra yang saling terkait
Ketika suatu perusahaan atau organisasi sukses satu dengan yang lain, yaitu citra produk, citra
menyelenggarakan special event maka SDM, citra budaya, citra sistem dan citra kinerja
dampaknya adalah citra baik, ketika perusahaan kepolisian seperti yang telah terpapar di depan.
menyelenggarakan suatu kegiatan social Seluruh unsur citra ini dinilai kurang baik oleh
responsibility yang mampu memuaskan khalayak mahasiswa. Misalnya bagaimana mahasiswa
maka citra perusahaan akan baik dan seterusnya. melihat bahwa kualitas pelayanan kepolisian
Bahkan seringkali mampu mengeliminasi tidak begitu baik (Citra Produk).
kegiatan negatif yang pernah dilakukan
perusahaan. Kualitas profesional, sikap dan moral anggota
kepolisian yang masih diragukan atau dipertanya-
POLRI dinilai baik oleh masyarakat ketika kan (Citra SDM). Profesionalisme (Keahlian dan
mampu menangani terorisme dengan sukses, keterampilan) SDM POLRI masih dipertanyakan
hampir semua masyarakat Indonesia dan Publik. Isu kode etik dan moral polisi menjadi
internasional mengacungkan jempol untuk pertanyaan penting dibenak responden
POLRI. Dalam hal ini citra POLRI langsung naik mahasiswa. Ini tentunya menjadi hal yang
dan mampu mengeliminir keburukan yang mengkhawatirkan mengingat bahwa polisi
dilakukan POLRI selama ini. Namun citra yang seharusnya justru menjadi salah satu tonggak
baik ini dalam sekejap juga bisa terpuruk karena kebenaran dalam penegakan moral dan etika di
perilaku dari beberapa oknum saja. Misalnya negeri ini.
masih rendahnya komitmen POLRI dalam
memberantas KKN, bahkan ini juga terjadi di Budaya organisasi kepolisian yang dinilai kurang
lingkungan dalam POLRI sendiri. Artinya disiplin, kurang bertanggung jawab dan masih
membangun citra POLRI tidak dapat dilakukan dipenuhi kecurigaan akan adanya KKN terhadap
secara sporadis, harus dilakukan secara perilaku anggota kepolisian (Citra Budaya). Citra
komprehensif pada semua dimensi dan oleh kepolisian juga dinilai kurang baik, karena sistem
siapapun yang terlibat di dalamnya. prosedur, birokrasi dan aturan main yang ada
dianggap tidak memudahkan masyarakat, berbelit
Citra adalah anggapan, perkiraan, impresi dan belit dan tidak memiliki aturan main yang
gambaran seseorang akibat adanya stimuli yang konsisten (Citra Sistem). Keberhasilan POLRI
diperoleh. Apabila stimuli yang diperoleh juga masih belum sepenuhnya diacungi jempol
lengkap maka akan menghasilkan anggapan, oleh responden mahasiswa, kecuali pada aspek
perkiraan, impresi atau gambaran yang sesuai kegiatan memberantas terorisme (Citra Kinerja
dengan kenyataan namun sebaliknya bila stimuli Lembaga).
yang diperoleh tidak lengkap dan berasal dari
sumber yang tidak kredibel maka juga akan Dalam konteks ini, seharusnya kepolisian
menimbulkan anggapan yang salah (Aaker, menjadi salah satu lembaga utama dan pertama
214 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

yang menyepakati untuk membangun budaya V. KESIMPULAN


bersih dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme),
serta benar-benar memiliki budaya 1) Dari sepuluh dimensi citra yang diteliti, yaitu
MELAYANI, seperti slogan yang kualitas layanan, profesionalisme SDM,
disandangnya, serta selalu berupaya untuk sikap SDM, moral SDM, disiplin, tanggung
menindaklanjuti aspirasi, kebutuhan, harapan, jawab, sistem prosedur, birokrasi, aturan
dan keluhan masyarakat dan sebagainya. POLRI main dan kinerja POLRI, dinilai kurang baik
juga dituntut memiliki komitmen yang tidak oleh mahasiswa, artinya opini mahasiswa
pandang bulu dalam penegakan hukum, terhadap citra POLRI secara keseluruhan
sehingga keadilan hukum bisa ditegakkan serta negatif.
menempati janji atau sikap yang telah dilontarkan 2) Dari sepuluh dimensi yang diteliti yang
dalam isue hukum. Apabila hal-hal ini tidak dinilai paling baik adalah dimensi
diperbaiki, maka kepercayaan masyarakat kepada kedisiplinan POLRI, terutama kedisiplinan
POLRI akan luntur. dalam berpakaian dan yang dinilai paling
buruk adalah dimensi Moral SDM POLRI,
Dari temuan yang ada, menunjukkan bahwa opini khususnya pada indikator anti KKN dan
mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini menerima tip.
menunjukkan ekpresi keyakinan mahasiswa 3) Urutan dimensi yang dinilai paling baik
yang tidak cukup tinggi atas lembaga POLRI. sampai paling buruk di mata mahasiswa
Seperti yang diungkapkan oleh Tony Cram adalah sebagai berikut:
(2001:119), ada tiga hal yang membuat a. Kedisiplinan POLRI
lunturnya kepercayaan publik terhadap b. Profesionalisme SDM
organisasi, yaitu: (1) Tidak bisa menjamin c. Kualitas Layanan
keamanan dan membeberkan data; (2) Tidak d. Tanggung jawab
menepati janji; (3) Terkait dengan uang. Dalam e. Aturan Main
konteks ini kepercayaan mahasiswa rata-rata f. Sistem prosedur
tidak begitu baik atas POLRI. Terlihat dari g. Kinerja
temuan, mahasiswa menilai POLRI kurang h. Sikap SDM
memberikan keamanan, kurang mengayomi. i. Birokrasi
POLRI juga dinilai kurang memiliki komitmen j. Moral SDM
moral dan dinilai masih sering terlibat dengan
urusan uang (seperti menerima tip). Rekomendasi:
1) Dengan melihat kepada hasil penelitian ini,
Opini publik ini hadir, mengingat posisi POLRI Humas POLRI dapat menggunakan hasil
sebagai intitusi yang signifikan dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai salah satu bentuk
kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan monitoring citra organisasi dan opini publik.
kehidupan bernegara di Indonesia. Karenanya Tentunya hasil penelitian ini bisa menjadi
pencitraan yang demikian atas POLRIsetelah masukan dalam proses pengambilan
berbagai kontroversi dalam beberapa tahun keputusan dan perencanaan program PR atau
terakhir ini, membuat institusi POLRI harus komunikasi selanjutnya, terutama kepada
berbenah diri. POLRI juga perlu berbenah diri kelompok masyarakat muda seperti
untuk meningkatkan reputasi positifnya melalui mahasiswa
karakter SDM yang baik, budaya organisasi yang 2) Pada dasarnya semua dimensi citra POLRI
mendukung, kepemimpinan yang bertanggung yaitu kualitas layanan, profesionalisme SDM,
jawab, suasana kerja yang kondusif, sikap SDM, moral SDM, disiplin, tanggung
keterbukaaan yang tulus, pelayanan yang jawab, sistem prosedur, birokrasi, aturan
mumpuni, serta kinerja yang bisa dibanggakan. main dan kinerja POLRI perlu segera
Karena tanpa adanya aktivitas berkelanjutan, dibenahi untuk membangun citra POLRI
maka tidak bisa menjamin POLRI bisa memiliki 3) Tiga dimensi utama yang harus mendapatkan
citra yang kuat di mata masyarakat. prioritas penyelesaian adalah sikap SDM,
sistem birokrasi dan moral SDM. Perbaikan
pada SDM POLRI dan
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 215

4) Perbaikan SDM dapat dilakukan dengan [5] Cram, Tony. Consumers That Count. London:
memberikan berbagai pelatihan-pelatihan Pearson Education. 2001
atau ketegasan terhadap sangsi pelanggaran. [6] Daymon, Christine et.al. Qualitative Research
Methods in Public Relations and Marketing
Sistem birokrasi dapat disempurnakan Communication. Printed in Malta. 2001
dengan perbaikan alur dan prosedur layanan [7] Doty, Dorothy I. Publicity and Public Relations.
serta pemotongan jalur birokrasi yang tidak New York, Barrons Business Library. 1990
relevan dan penting. [8] Duncan, Tom. IMC: Using Advertising and
5) Citra negatif ini menjadi pekerjaan rumah Promotion to Build Brands. New York: Mc Graw
dari bagian Humas POLRI. Tugas PR/Humas Hill. 2003
[9] E Denig, A van der Meiden. A Geography of
disini adalah menjaga citra dari suatu
Public Relations Trends. Dordrecht: Martinus
organisasi sehingga tidak terjadi kesalah Nijhoff Publishers. 1985
pahaman dan isu-isu yang dapat merugikan [10] Gregory, Anne, The Art and science of Public
organisasi. Jika mahasiswa menilai negatif Relations: Public Relations in Practice, The
institusi POLRI, maka mereka akan Institute of Public Relations, Crest Publishing
mengabaikan atau tidak menganggap House, New Delhi, 2000
keberadaan dan kredibilitas kepolisian. Ini [11] Harris, Thomas L. The Marketers Guide to Public
Relations. New York. John Wiley & Sons, Inc,
tentunya akan menjadi masalah, mengingat 1991
bahwa penegakan hukum, keamanan, [12] Jefkins, Frank, Public Relations, edisi IV, PT
ketertiban, dan tugas-tugas kepolisian Gelora Aksara Pratama, 1995
lainnya, tidaklah dapat dilakukan sendiri oleh [13] Kotler, Philip, Marketing Management: Planning,
lembaga kepolisian ini. Kemampuan POLRI Analyzing, Implementation and Control, New
terbatas, oleh karena itu, POLRI akan selalu Jersey: Prentice Hall Englewood, 1999
membutuhkan kerjasama dengan masyarakat [14] Lesly, Philip. Public Relations Handbook. New
York Prentice Hall Inc. 1987
dan akan selalu perlu bergandengan tangan [15] Neuman, William Lawrence, Social Research
dengan masyarakat. Kerugian terbesar adalah Methods: Qualitative and Quantitative
apabila terjadi ketidak puasan stakeholders Approaches. (5th ed). USA: Pearson Education, Inc,
yang akan mengakibatkan hilangnya 2003
kepercayaan mereka terhadap organisasi [16] Pieterzak J, Ramlet Et al. Practical Program
yang akan berdampak lebih luas lagi. Evaluation: Examples from Child Abuse
Prevention. (1st ed). London: SAGE Publication,
6) Komunikasi dua arah antara POLRI dengan
1990
masyarakat seharusnya terus dilakukan. [17] Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan
PR/Humas POLRI perlu terus berupaya Media Komunikasi Konsep dan Aplikasi PT Raja
secara terencana untuk dalam mempengaruhi Grafindo Persada, Jakarta.1999
publik dan dalam pembentukan citra [18] Sekaran, Uma. Research Methods for Business-A
organisasi. Kegiatan Public Relations akan Skill Building Approach, Second ed. John Wille &
mendukung managemen strategis POLRI Sons, Inc: New York, 1992
[19] Ward, Aidan and John Smith. Trust and Mistrust.
dengan publiknya. Yaitu untuk membuka UK: John Wiley and Sons. 2003
komunikasi, membangun pemahaman [20] Wasesa Silih Agung. Strategi Public Relations.
bersama, untuk mencapai tujuan organisasi Jakarta: Gramedia, 2006
dan menjamin pelayanan hukum kepada [21] Wells, William. Et al. Advertising: Princople and
publik yang lebih baik. Prantice. 5thed. USA: Prentice Hall. 2000
[22] Wilcox, Dennis L., et.al., Public Relations:
trategies and Tactics, United State: Addison-
Wesley Educational Publisher Inc., 2003
DAFTAR PUSTAKA
Web/Media Massa
[23] Virdhani, Marieska Harya Okezone. Kena Tilang
[1] Aaker, David. Managing Brand Equity. New York:
di Depok, Ujung-ujungnya Duit. Jum'at, 21
The Free Press, 1991
Oktober 2011 05:05 wib, diakses dari
[2] Bailey, Keneth D. Methods of Social Research. 4th
http://news.okezone.com/read/2011/10/21/338/518
ed. The Free Press: New York, 1994
300/kena-tilang-di-depok-ujung-ujungnya-duit,
[3] Blake, Reed H. & Edwin O Haroldsen, A
pada tgl 10 Juli 2012).
Taxonomy of Concepts in Communication
[4] Cutlip, Scott M, et.al., Effective Public Relations,
Eighth Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River,
New Jersey. 2000
216 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 1, No. 3, Maret 2012

Lain-lain: [25] Pudjiastuti, Wahyuni, Analisis Kepuasan Publik


[24] Cristina, Pola Hubungan Elemen-elemen Diffusi Terhadap Produk Sosial Kompor Gas Program
Inovasi yang Mempengaruhi Sikap Khalayak Konversi Minyak Tanah ke Gas (Studi pada
terhadap Program BLT, Skripsi, 2007 Penerima Bantuan Kompor Gas di Depok), Hibah
Penelitian Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI,
2010

Anda mungkin juga menyukai