Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH RADIOLOGI

KANKER PAYUDARA

oleh:
Imamurahman Taslim 1306405843
Manya Lay 1606957661
Noni Apreleani 1306386762
Novitasari Suryaning Jati 1306376143
Raditya Dewangga 1306374503

Pembimbing:
dr. Rahmi Afifi, Sp.Rad (K)

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU KESEHATAN PEREMPUAN 2016-2017


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan
Data Kanker di Indonesia pada tahun 2010, menurut data Histopatologik dari Badan Registrasi
Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI) Pathological Based Registration di Indonesia, kanker payudara menempati urutan
pertama dengan frekuensi relative sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia
adalah 12/100.000 wanita, dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari
kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki laki dengan
frekuensi sekitar 1%.1
Pada tahun 2012, berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on
Cancer (IARC), insiden kanker pada perempuan di Indonesia 134 per 100.000 penduduk dengan
insidensi tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara, sebesar 40 per 100.000. Estimasi
Globocan angka kematian di Indonesia untuk kanker payudara adalah 16,6 kematian per 100.000
penduduk.2
Pada tahun 2013, prevalensi KPD yaitu sebesar 0,5% dengan prevalensi kanker payudara
tertinggi terdapat di DI Yogyakarta yaitu sebesar 2,4%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita
kanker payudara terbanyak terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.3
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana
upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan,
diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.1
Pembiayaan penanganan kanker di Indonesia cukup tinggi. Pembiayaan kanker pada
Jamkesmas tahun 2012, pengobatan kanker menempati urutan ke-2 setelah hemodialisa yaitu
sebanyak Rp. 144,7miliar. Pembiayaan ini makin meningkat tahun 2014 menjadi 905 milyar
rupiah. Biaya penatalaksanaan kanker relatif mahal atatu tinggi, mulai dari diagnosis hingga
pengobatan. Untuk pengobatan pasien kanker harus menyediakan dana yang cukup besar untuk
tindakan kemoterapi, radioterapi, dan lainnya.2
Meskipun kanker merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti,
namun dipengaruhi oleh banyak faktor seperti merokok atau terkena paparan asap rokok,

2
mengkonsumsi alkohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas dan diet tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, dan infeksi yang berhubungan dengan kanker. Para ahli memperkirakan bahwa
40% kanker dapat dicegah dengan mengurangi faktor risiko terjadinya kanker tersebut. Untuk itu
diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencegah faktor risiko tersebut dan
peningkatan program pencegahan dan penanggulangan yang tepat.2

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara


Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang
terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki payudara yang memiliki
sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara
wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk memproduksi
susu sebagai nutrisi bagi bayi.4
Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi lateral sternum menuju garis
mid-aksilaris di lateral. Secara umum payudara di bagian atas korpus, areola dan puting. Korpus
adalah bagian yang membesar. Didalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan
lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Puting
(papilla) merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. 4
Tiap payudara terdiri atas 15-30 lobus. Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa fibrosa
yang berjalan dari fasia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk struktur payudara. Dari
tiap lobus keluar duktus laktiferus dan menyatu pada puting. Areola, yaitu bagian yang
kecoklatan atau kehitaman di sekitar puting susu. Pada bagian terminal duktus laktiferus terdapat
sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke puting susu dimana ASI dikeluarkan. 4

Gambar 1. Anatomi Payudara4

4
2.2 Terminologi dan Jenis-jenis Kanker Payudara
Klasifikasi Histologik
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologik berdasarkan WHO Histological
Classification of Tumours of the Breast 2012.1
Karsinoma in situ:5
Ductal carcinoma in situ (DCIS) lesi prekursor untuk kanker payudara invasive
Lobular carcinoma in situ (LCIS) -- lebih invasive daripada Atypical Lobular
Hyperplasia (ALH)
Karsinoma invasive:
Invasive carcinoma of no special type (NST): jenis paling umum dari kanker payudara,
terdiri dari semua jenis tumor payudara tanpa gambaran pembeda spesifik.5
o Subtipe :
Pleomorphic carcinoma
Carcinoma with osteoclast-like stromal giantcells
Carcinoma withchoriocarcinomatous features
Carcinoma withmelanocytic features.
Invasive Lobular carcinoma (ILC): E-cadherin membantu membedakan ILC dari NST.5
o Subtipe :
Klasik
Padat
Alveolar
Pleomorfik
Tubulolobular
Mixed lobular
Karsinoma tubular: memiliki prognosis yang baik dan memiliki gambaran nukleus yang
mirip dengan low-grade tumor.5
Cribriform carcinoma: memiliki prognosis yang baik dan memiliki gambaran nukleus
yang mirip dengan low-grade tumor.5
Karsinoma musinosum
Carcinoma with medullary features: memiliki gambaran medullary.5

5
o Subtipe :
Karsinoma medullary
Medullary atipik
Invasive carcinoma with medullary features.
Carcinoma with apocrine differentiation
Carcinoma with signet ring cell differentiation
Karsinoma mikropapiler invasive
Metaplastic carcinoma of no special type: kelompok kanker payudara yang
menunjukkan diferensiasi sel tumor menjadi skuamosa atau mesenchymal-looking
elements.5
o Subtipe :
Karsinoma adenoskuamosa derajat rendah
Fibromatosis-like metaplastic carcinoma
Karsinoma sel skuamosa
Spindle cell carcinoma
Karsinoma metaplastik dengan diferensiasi mesenkimal
Mixed metaplastic carcinoma
Karsinoma mioepitelial
Tipe yang jarang
o Karsinoma dengan gambaran neuroendokrin
o Karsinoma sekretori
o Karsinoma papillar invasive
o Karsinoma sel asinik
o Karsinoma mukoepidermoid
o Karsinoma polimorfik
o Karsinoma onkositik
o Lipid-rich carcinoma
o Glicogen-rich clear cell carcinoma
o Karsinoma sebasea
o Salivary gland/skin adnexal type tumours

6
Tumor mioepitelial-epitelial
o Subtipe :
Adenomyoepithelioma dengan carcinoma
Adenoid cystic carcinoma
Karsinoma papillary intraductal
Karsinoma papillary berkapsul
Karsinoma papillary padat
o Subtipe :
In situ
Invasive
Pagets disease of the nipple

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara


Penyebab utama dari kanker payudara belum sepenuhnya diketahui dengan jelas, namun
dalam beberapa penelitian menunjukan adanya beberapa faktor yang dapat meningkatkan atau
menurunkan kemungkinan terjadinya kanker payudara yang disebut dengan faktor risiko. Kanker
payudara dapat disebabkan oleh beberapa kombinasi dari faktor risiko baik yang dapat di kontrol
ataupun tidak dapat dikontrol. Tabel berikut menunjukan beberapa faktor yang dapat berperan
sebagai faktor risiko terjadinya kanker payudara:6
Tabel 1. Faktor risiko kanker payudara.6

7
a. Geografi
Angka mortalitas dan morbiditas dari kanker payudara menunjukan angka yang
berbeda pada beberapa negara. Adanya perbedaan ini dapat terjadi karena adanya
perbedaan pada lingkungan serta beberapa faktor yang dipengaruhi lainnya seperti diet,
pola reproduksi, kebiasaan menyusui ASI. 6
b. Ras/ Etnis
Kanker panyudara paling tinggi ditemukan pada selain non hispanic white women.
Perbedaan antara etnis dan area ini memunculkan anggapan adanya kombinasi antara
perbedaan genetik dan faktor sosial seperti pilihan dan akses terhadap fasilitas kesehatan
terhadap terjadinya kanker payudara.6
c. Usia
Risiko terjadinya keganasan payudara meningkat setelah seorang wanita mengalami
menopause. Paling tinggi pada usia 80 tahun, usia lebih dari 50 tahun sebanyak 75%, dan
usia kurang dari 40 tahun sebanyak 5%.6
Kanker payudara jarang ditemui pada usia kurang dari 20 tahun, namun insiden
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia hingga usia 90 tahun. Penelitian
lain juga menunjukan pada usia kurang dari 25 tahun terdapat 10 kasus dari 100.000
wanita dan meningkat 100 kali lipat pada usia wanita lebih dari 45 tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa hormon reproduksi yang diproduksi ovarium dan kelenjar
adrenal tidak termasuk dalam patogenesis kanker payudara, sejak kanker tidak respon
terhadap hormon maka tidak akan menunjukan perubahan yang bermakna pada insiden
selama periode reproduksi.7
Selain itu ada yang menyatakan bahwa usia menarche dan menopause berperan
dalam durasi efek karsionogenik dari hormon sex. Hal ini terjadi karena menarche lebih
awal dan menopause lebih lama dapat meningkatkan durasi paparan estrogen selama
masa reproduktif.
d. Riwayat keluarga & Genetik
Kanker payudara sering ditemukan pada wanita dengan riwayat keluarga
dibandingkan dengan populasi umumnya. Penelitian menunjukan bahwa wanita dengan
riwayat keluarga generasi pertama yang memiliki riwayat kanker payudara memiliki
risiko lebih tinggi dibanding yang tidak memiliki riwayat sebelumnya.6

8
BRCA1, BRCA 2. Amplifikasi ERBB2 atau HER2/NEU ditemukan pada 20%
kanker payudara. Gen yang mengkode reseptor HER2/NEU (ERBB2) diamplifikasi
dalam 25-30% pada kanker payudara. Keberadaan tumor yang sensitif terhadap efek
mitogenik dari jumlah growth factor dan tingginya kadar HER2/NEU protein pada
kanker payudara menunjukan adanya prognosis yang buruk. 6
Bukti peran dari DNA repair gene pada kanker juga muncul pada kanker payudara
yang diturunkan/ herediter. Mutasi 2 gen BRCA1 dan BRCA2 ditemukan pada 50%
kasus familiar breast cancer. Wanita dengan mutasi BRCA1 memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena kanker ovarium, sementara pada mutasi BRCA2 akan meningkatkan risiko
kanker payudara baik pada laki-laki ataupun perempuan.6
e. Diet dan Alkohol
Konsumsi daging well-cooked dan tinggi lemak dapat meningkatkan insiden dari
kanker payudara. Hal ini terjadi karena konsumsi tinggi lemak yang menganduk
kolesterol merupakan prekusor dalam sintesi estrogen dan hormon steroid sehingga
paparan payudara terhadap jumlah estrogen yang lebih banyak akan menstimulasi
munculnya kanker payudara.7
f. Obesitas Lifestyle & Aktivitas fisik
Diet dan aktivitas dapat mempengaruhi kadar hormon dalam plasma yang dapat
mempengaruhi adanya kanker payudara.
g. Faktor Risiko Lain
Paparan estrogen eksogen lebih lama setelah masa menopause yang terjadi pada
terapi pergantian hormon telah terbukti dapat mencegah osteoporosis. Penggunaan terapi
hormon progestin dan estrogen dalam kombinasi dapat dihubungkan dengan peningkatan
kanker payudara. Kontrasepsi oral tidak menunjukan risiko kanker payudara pada wanita
yang menggunakan pil dengan riwayat adanya kanker payudara. Radiasi ion pada dada
meningkatkan risika kanker payudara. Tingkat risiko yang muncul dari radiasi tergantung
pada dosis radiasi, lamanya paparan dan usia.6
Selain itu ada juga beberapa faktor risiko lain seperti obesitas, konsumsi alkohol, diet
tinggi lemak yang dapat mempengaruhi adanya kanker payudara. Pada risiko obesitas
terjadi karena adanya paparan payudara terhadap estrogen yang diproduksi oleh jaringan
adiposa.6

9
2.4 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Kanker Payudara
Sel kanker merupakan sel yang berasal dari sel normal yang memiliki regulasi yang
abnormal.8 Sebenarnya penyebab terjadinya kanker payudara masih belum jeas diketahui namun
terdapat beberapa hal yang dianggap memiliki pengaruh penting terhadap terjadinya kanker
payudara yaitu perubahan genetik, pengaruh hormonal dan faktor lingkungan. 6
a. Perubahan Genetik
Seperti pada jenis kanker lainnya, mutasi terjadi pada gen proto-onkogen dan gen
tumor supresor pada epitel payudara yang mendasari adanya onkogenesis. Overekspresi
HER2/NEU proto-onkogen yang terjadi amplifikasi lebih dari 30% kanker payudara
invasif. Gen ini merupakan bagian dari epidermal growth factor reseptor dan adanya
overekspresi dapat dihubungkan dengan adanya prognosis yang buruk. Amplifikasi gen
RAS dan MYC juga dilaporkan ditemukan pada sebagian besar kasus kanker payudara.
Mutasi tumor supresor gen RB dan TP5 juga dapat terjadi. Pada sebagian besar gem yang
meliputi gen reseptor estrogen dapat di inaktivasi oleh promoter hipermetilasi.6
Profil ekspresi gen dapat membedakan kanker payudara menjadi empat subtipe
yaitu:1 Luminal A (Reseptor estrogen positif HER/NEU negatif), luminal B ( estrogen
reseptor positif dan overekspresi HER2/NEU ), HER2/NEU positif (HER2/NEU
overekspresi, estrogen reseptor negatif), dan HER2/NEU- negatif.
Sekitar 10% dari kanker payudara dapat dihubungkan dengan adanya mutasi genetik
yang diturunkan. Satu dari tiga wanita dengan riwayat herediter kanker payudara
memiliki mutasi pada BRCA1 atau BRCA2. Secara genetik, BRCA1 dan BRCA2
merupakan gen tumor supresor klasik.6
b. Pengaruh Hormonal
Estrogen endogen berlebih atau adanya ketidakseimbangan hormonal secara jelas
memiliki pengaruh yang signifikasn. Pada faktor risiko yang dijelaskan seperti lamanya
waktu masa reproduksi nullipara dan umur dari anak pertama, dapat meningkatkan
paparan estrogen. Estrogen menstimulasi growth factor yang dapat memicu
perkembangan tumor melalui mekanisme parakrin dan autokrin. 6
c. Variabel Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi insiden kanker payudara pada kelompok dengan
genetik yang homogen.6

10
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul akan merefleksikan tempat munculnya karsinoma. Selain itu
kanker juga dapat memunculkan manifestasi general berupa fatigue, anoreksia, cachexia,
anemia, penurunan resistensi infeksi, dan gejala yang tidak berhubungan dengan lokasi tumor
(paraneoplastic syndrome).9
Peau dorange (orange peel) adalah salah satu manifestasi keganasan yang berupa
penampakan berbintik-bintik di kulit yang disebabkan oleh adanya infiltrasi dan obstruksi limfa
superfisial oleh kanker payudara yang dapat menyebabkan edema yang melapisi kulit.6
Kanker mengganggu integritas jaringan karena adanya kompresi dan erosi pada pembuluh
darah yang dapat menyebabkan ulserasi dan nekrosis dengan kadang disertai perdarahan. Sel
kanker juga dapat menghasilkan enzin dan toksin metabolik yang merusak jaringan sekitarnya. 9
Selain itu ada juga manifestasi klinis yang muncul secara sistemik yang muncul bukan
akibat langsung dari adanya masa tumor atau kanker namun karena adanya gangguan
metabolisme dengan adanya sitokin dan mediator lain yang bersirkulasi. Anoreksia dan cachexia
terjadi akibat adanya cancer anorexia-cachexia syndrome. Untuk anoreksia muncul karena
adanya abnormalitas pada taste yang umumnya muncul pada penderita kanker. Cachexia kanker
disebabkan oleh adanya kondisi hipermetabolik untuk menyesuaikan kebutuhan nutrisi dari sel
kanker yang ada. Tumor tersebut mengkonsumsi banyak glukosa dan kondisi ini akan
meningkatkan pembentukan laktat karena level oksigen tumor terlalu rendah untuk proses
normalnya. Laktat yang diproduksi akan dialirkan ke hati dan diubah kembali menjadi glukosa.
Kondisi ini membuat adanya penggunaan energi yang tidak efisien. Sebenarnya mekanisme
cancer anorexia-cachexia syndrome ini masih belum diketahui secara jelas namun kemungkinan
terjadi karena multifaktorial.9
Fatigue dan gangguan tidur dapat terjadi karena adanya rasa lemas akibat kekurangan energi
dan tidak membaik ketika istirahat. Hal ini dapat terjadi akibat dari keberadaan kanker tersebut
ataupun karena treatment yang dilakukan. Penyebab secara umum masih belum diketahui dengan
jelas namun kemungkinan disebabkan oleh multifaktorial seperti adanya disregulasi beberapa
kondisi fisiologis, biokimia dan psikologis. Untuk dasar terjadinya fatigue dikategorikan menjadi
dua komponen yaitu perifer dan sentral. Perifer fatigue terjadi karena adanya ketidakmampuan
perifer uscularjunction untuk melakukan respon dari stimulasi sentral. 9

11
2.5 Diagnosis Kanker Payudara
Diagnosis karsinoma payudara invasif dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis1012
Keluhan dan gejala seperti benjolan pada payudara, retraksi kulit atau puting, nyeri payudara,
keluarnya cairan abnormal dari puting, benjolan pada ketiak serta edema, limfangitis
karsinoma yang tampak sebagai inflamasi infeksius (bengkak, nyeri, demam, malaise, merah)
perlu ditelusuri lebih lanjut. Limfangitis karsinoma dapat menyebabkan obstruksi limfe kulit
dan jaringan subkutan mengalami retraksi dan menyebabkan gambaran peau dorange.
Faktor risiko yang dimiliki seperti usia menarche, paritas, menyusui, usia menopause, hormon
eksogen, berat badan dan IMT, serta pola makan dan gaya hidup.
Gejala dan tanda metastasis ke organ lain seperti otak, hati, tulang, paru dengan menanyakan
gejalanya seperti adanya nyeri tulang, sesak napas, nyeri hati, dan sebagainya.
Pemeriksaan Fisik12,13
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan payudara dan kelenjar getah bening.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah hari pertama haid. Pemeriksaan fisik
payudara dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, dan berbaring.
Pada posisi duduk dan berdiri, lakukan inspeksi pada saat kedua tangan pasien jatuh ke
bawah, lihat simetrisitas payudara, letak payudara, bentuk papilla, retraksi puting, retraksi kulit,
ulserasi, tanda-tanda inflamasi. Kemudian, minta angkat kedua tangan pasien lurus ke atas, lihat
apakah terdapat bayangan tumor yang ikut bergerak atau tertinggal. Lakukan hal tersebut pada
posisi tangan di samping badan, tangan di atas, tangan bertolak pinggang, serta badan menunduk
(ditambah dengan melihat apakah payudara menggantung secara seimbang). 12
Pada posisi berbaring pada kasur/meja periksa, punggung di belakang payudara diganjal
dengan bantal sesuai dengan sisi yang akan diperiksa. Palpasi payudara mulai dari area luar
memutar hingga ke dalam. Jika teraba tumor tetapkan lokasi, ukuran, batas, mobilitas,
konsistensi. Pada puting payudara, lakukan pula penilaian apakah ada cairan yang keluar. 12
Kemudian, lakukan pemeriksaan kelenjar getah bening. Pemeriksaan ini dilakukan dalam
posisi duduk dari depan pasien dan kedua lengan di kedua sisi tubuh. Periksa KGB aksilaris,
supraklavikula, dan infraklavikula. Pada KGB aksilaris, ada 4 kelompok nodus yang harus
dipalpasi, yaitu nodus aksilaris sentral, nodus pektoralis, nodus brakial, dan nodus subskapular. 12

12
Pemeriksaan fisik pada kanker payudara memiliki hasil yang bermacam-macam sesuai
dengan tahapan kanker tersebut. Biasanya jika sudah tahap neoplasma ganas (dalam hal ini
padat), pemeriksaannya dapat memperlihatkan hasil batas yang tidak jelas, kapsul tidak jelas,
infiltrasi, ulserasi dan nekrosis, struktur jaringan atipik, perbesaran KGB, dan tanda metastasis
lainnya.12

2.5.1 Pemeriksaan Radiologi pada Kanker Payudara


2.5.1.1 Gambaran Radiologis Mammografi pada Kanker Payudara
Mamografi merupakan salah satu modalitas pilihan untuk skrining dan deteksi dini
kanker payudara terutama pada kasus kecurigaan keganasan payudara yang tidak terpalpasi pada
perempuan di atas 35 tahun. Indikasi pemeriksaan mamografi, yaitu evaluasi payudara yang
tampak seperti massa, penebalan kulit, deformitas, retraksi puting, cairan yang keluar dari
puting, serta eksem puting; skrining kanker payudara; follow-up pasien yang sebelumnya di tata
laksana kanker, serta membantu biopsi atau lokalisasi lesi yang tidak terlihat oleh USG. 14
Mamografi memiliki dua proyeksi standar, yaitu mediolateral oblik (MLO) dan
kraniokaudal (C). Pada proyeksi MLO, payudara pasien diposisikan untuk mendapat sinar X
yang diradiasikan dari superomedial ke arah inferolateral dengan kompresi payudara dilakukan
secara oblik. Pada proyeksi CC, payudara pasien diposisikan untuk mendapat sinar X dari
superior ke inferior dengan kompresi payudara dilakukan dari atas. Proyeksi tambahan lain dapat
dilakukan tergantung kebutuhan.14
Salah satu prosedur pada mamografi adalah kompresi payudara. Hal ini penting
dilakukan untuk mengurangi ketidaktajaman geometri, menurunkan hamburan, menurunkan
pergerakan payudara saat pengambilan foto, menurunkan dosis radiasi, gambar lebih uniform
densitasnya, mencapai tingkat keakuratan yang lebih tinggi dalam hal densitas, serta
memisahkan jaringan payudara yang superimposed sehingga lebih baik untuk dilihat.14
Mamografi yang dilakukan pada perempuan usia di bawah 35 tahun sulit diinterpretasi
karena jaringan kelenjar payudaranya masih padat. Temuan pada mamografi yang mengarah
pada keganasan (karsinoma) antara lain tumor berbentuk spikula (akibat reaksi desmoplastik
pada stroma sekitar), iregularitas atau distorsi, mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), massa
yang tidak berbatas tegas (tetapi tumor derajat tinggi yang pertumbuhannya cepat dapat tampak
berbatas tegas), serta pembesaran KGB.14

13
Gambar 2. Mamogram Proyeksi A) Mediolateral (MLO) dan B) Kraniokaudal (CC). 14

Gambar 3. A) Terdapat massa yang batasnya tidak tegas pada tengah payudara serta memiliki
beberapa mikrokalsifikasi. B) Spikula C) Beberapa tumor derajat tinggi memiliki batas yang
tegas.14

2.5.1.2 Gambaran Radiologis USG pada Kanker Payudara


USG pada payudara dapat digunakan untuk melihat dan membedakan lesi kistik/solid,
ukuran, tepi, adanya kalsifikasi, dan adanya vaskularisasi intralesi. USG juga dapat digunakan
jika ada massa yang teraba pada pemeriksaan fisik, evaluasi suspek lesi payudara pada
perempuan <35 tahun, dan evaluasi abnormalitas yang ada pada mammogram. Selain itu, USG
pada payudara dapat bermanfaat untuk membantu prosedur biopsi dan terapetik. 15

14
Payudara
Payudara merupakan kelenjar keringat termodifikasi yang menggantung pada lapisan
superfisial dan dalam dari fascia pectoralis superfisialis. Struktur anatomi payudara dapat dilihat
menggunakan USG, dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: kulit, lemak subkutan,
ligamentum Cooper, fascia mammaria superfisialis, parenkim payudara (duktus dan lobulus),
jaringan ikat lemak interlobar, fascia mammaria profunda, lemak retromammaria, fascia otot,
otot pektoralis mayor dan minor, iga, sela iga, serta pleura dan paru-paru. Komposisi payudara
bergantung pada umur, hormon, dan perubahan struktural (degeneratif, patologis, dan
kongenital). Masing-masing komponen tersebut memiliki ekogenisitas yang berbeda sehingga
dapat dibedakan pada gambar USG.15,16
Tabel 2. Ekogenisitas Jaringan Penyusun Payudara 12

Gambar 4. Payudara remaja Transverse scan pada bagian tengah payudara.12

15
Gambar 5. Payudara pada Perempuan Tua Bidang midsagittal. Payudara didominasi oleh
lemak, jaringan ikat, dan residu parenkim12
Regio Parasternal
Regio ini penting untuk dievaluasi karena terdapat nodus limfe dari parasternal chain yang
biasanya merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara yang terdapat pada kuadran
medial.
Tabel 3. Ekogenisitas Struktur Parasternal12

Gambar 6. Scan dari regioparasternal dengan bidang sagittal. Tiga buah iga (R) terlihat pada
potongan dan diantara iga terdapat sela iga yang berisi nodus limfe (LN) yang terdapat
metastasis. Kedua nodus limfe tersebut membentuk impresio (penekanan) pada pleura (Pl). 12

16
Regio Axilla
Regio ini juga penting untuk dievaluasi karena terdapat nodus limfe yang biasanya
merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Tabel 4. Ekogenisitas Struktur Aksila12

Gambar 7. Kiri: Nodus limfe metastasis yang terlihat hipoekoik. Kanan: Nodus limfe reaktif
dengan penebalan korteks yang konsentrik (bukan malignansi) 12

USG Karsinoma Payudara


Karsinoma payudara memiliki berbagai tipe, sebagian besar merupakan tipe duktal atau
lobular, sisanya merupakan bentuk atipik. Tipe karsinoma payudara tadi juga memiliki berbagai
subtipe juga berdasarkan pola pertumbuhannya. 12
Karsinoma memiliki variasi gambaran USG yang cukup luas. Sama seperti pada mamografi,
tumor maligna terlihat seperti massa yang ireguler dengan batas yang tidak tegas. Lesi yang
terlihat dapat berupa salah satu atau semua karakteristik ini, yaitu tidak berbatas tegas, lobulus
kecil, dan spikulasi.16,17
Ekogenisitas dari berbagai karsinoma berbeda-beda, mulai dari hampir anekoik sampai
hampir semua hiperekoik. Pada karsinoma ductal, biasanya gambarannya adalah hipoekoik
heterogen. Sekitar 60% karsinoma memiliki bayangan akustik. Hal ini terjadi akibat desmoplasia
yang merupakan respon fibrostromal terhadap adanya tumor. Spikula marginal mungkin dapat

17
berhubungan respon fibrous ini dan berhubungan dengan adanya karsinoma invasif. Jika
orientasi tumor paralel terhadap kulit, berbatas tegas, dan tidak ada tanda-tanda malignansi
lainnya. Lesinya kemungkinan adalah jinak. Jika orientasi tumor vertikal, kemungkinan lesinya
ganas.16,17
Infiltrasi karsinoma pada jaringan sekitarnya dapat menggambarkan gejala yang dapat
membantu mengidentifikasi lesi maligna. Tanda-tanda tersebut antara lain adalah retraksi,
penebalan, disrupsi ligamentum Cooper, parenkim, dan kulit, dan dilatasi dari duktus yang
ireguler. Infiltrasi inflamasi pada jaringan sekitar tumor merupakan akibat dari respon imun
terhadap tumor.16,17
Tabel 5. Gambaran USG yang Meningkatkan Kecurigaan Malignansi13

Tabel 6. Kriteria untuk Mengevaluasi Gambaran yang Mengarah pada Karsinoma Payudara
Tipikal16

18
Berikut ini adalah contoh-contoh lesi kanker payudara

Gambar 8. Karsinoma Payudara tipe Duktal tipikal. Tumor digambarkan dengan gambar yang
hampir anekoik di antara parenkim payudara dan lemak. Kiri: tampak sagital, Kanan: tampak
transversal16

Gambar 9. Karsinoma Payudara tipe duktal invasif isoekoik. Gambaran ini merupakan gambaran
malignansi yang cukup jarang. Tumor dan parenkim hiperekoik. 16

19
Gambar 10. Karsinoma duktal invasif dengan batas hiperekoik. Tumor yang hipoekoik dibatasi
oleh tepi yang hiperekoik, namun ligamen yang ada disitu memanjang ke area ini. Dari
pemeriksaan histologi, terdapat reaksi limfosit di sekitar tumor tersebut. 16

Selain itu, terdapat morfologi tumor maligna yang lebih difus dan hiperekoik akibat
memiliki permukaan yang reflektif dan sulit untuk diidentifikasi. Morfologi yang jarang ini dapat
terjadi pada beberapa karsinoma invasif tipe lobular yang biasanya menginfiltrasi secara difus.
Biasanya morfologi ini disebut sebagai karsinoma payudara atipik. 16

Tabel 7. Kriteria untuk Mengevaluasi Gambaran yang Mengarah pada Karsinoma Payudara
Atipikal16

20
2.5.1.3 Gambaran Radiologis MRI pada Kanker Payudara
Selain USG dan mamografi yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi kelainan pada
payudara, MRI dengan kontras juga merupakan modalitas yang menjadi pilihan karena
sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi kanker payudara ganas (sekitar 100%). 14
Terdapat dua pendekatan ketika kita ingin menilai gambaran MRI. Pertama, pendekatan
terkait morfologi lesi. Kedua, pendekatan terkait pemeriksaan dari enhancement kinetics.
Morfologi les yang ditemukan pada MRI sama dengan yang ditemukan pada USG dan
mamografi. Lesi jinak cenderung berbatas tegas dengan batas yang halus, sedangkan lesi yang
ganas cenderung menunjukkan batas lesi yang tidak tegas serta terdapat spikulasi atau deformitas
parenkim.14
Indikasi penggunaan MRI adalah untuk pengukuran derajat kanker payudara primer. MRI
merupakan modalitas yang akurat untuk menilai besarnya karsinoma invasif dan melihat bagian
payudara lain yang tidak kita curiga terjadi keganasan. Pada karsinoma lobular, MRI sangat
membantu penentuan derajat kanker karena karsinoma lobular seringkali multifocal
dibandingkan duktal. MRI juga membantu untuk menilai respon terapi pada perempuan yang
mendapakan kemoterapi neoadjuvan.14

Gambar 11. Karsinoma lobular. Terdapat spikula yang menunjukkan keganasan. 14

21
Gambar 12. Karsinoma lobular (pasien yang sama dengan gambar sebelumnya). Terdapat tumor
lain yang jauh dari situs primer karsinoma. 14

2.5.2 Pemeriksaan Immunohistokimia pada Kanker Payudara


Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk melihat jenis kanker dan sensitivitasnya
terhadap terapi hormonal. Komponen yang diperiksa pada pemeriksaan ini meliputi reseptor
estrogen (ER), reseptor progesteron (PR), dan c-erbB-2 (HER-2/NEU). Pasien dengan ER (+)
dan PR (+) diperkirakan dapat berespon terhadap terapi hormonal. Pasien dengan HER-2 (+)
berespon terhadap terapi target dengan trastuzumab. Pasien yang memiliki ER (-), PR (-), dan
HER-2 (-) atau tripel negatif biasanya memiliki prognosis buruk. 12,13,18

Gambar 13. Pewarnaan imunohistokimia spesifik pada reseptor estrogen pada karsinoma
payudara invasif.18

22
2.5.3 Pemeriksaan Histopatologi pada Kanker Payudara
Biopsi dilakukan untuk melihat histopatologi karsinoma dan memastikan keganasannya.
Salah satu biopsi yang dapat dilakukan adalah biopsi aspirasi jarum halus. Pada prosedur ini,
hasil yang didapat adalah sel. Prosedur ini cukup mudah dilakukan, walaupun tidak memberiksan
diagnosis yang jelas karena spesimen yang terambil sedikit. Biosip inti (core biopsy) yang
menggunakan jarum lebih besar daripada FNAB dapat dilakukan untuk membedakan tumor
noninvasif dan invasif serta gradenya. Biopsi terbuka dilakukan jika anamnesis, PF, dan
pemeriksaan lainnya memberikan hasil yang meragukan. Biopsi eksisional mengangkat seluruh
massa tumor, sedangkan biopsi insisional mengangkat sebagian massa. 12,13
Berikut ini adalah gambaran histolpatologi dari masing-masing tipe karsinoma payudara.

Gambar 14. A: Mamogram. Terlihat massa padat irregular diantara lemak B: Spesimen
mastektomi. Terlihat massa putih irregular di tengah diantara jaringan. C: Gambaran karsinoma
duktal invasif.11

Gambar 15. A: Karsinoma lobular invasif. Sel dari karsinoma lobular cenderung membentuk
rantai tunggal yang menginvasi serat-serat kolagen dengan pola yang tunggal.11

23
Gambar 16. A: Karsinoma tubular. Terlihat kelenjar ganas yang tersebar antara lobulus normal
dan terlihat adanya ekstensi ke jaringan lemak. 11

Gambar 17. B: Karsinoma koloid (musin). Terlihat kluster dari sel ganas mengapung diantara
kolam musin ekstraseluler.11

Gambar 18. C: Karsinoma medular. Sel ganas terlihat pleomorfik dan tumbuh pada lapisan padat
dan membentuk batas yang tumpul.11

24
Gambar 19. D: Karsinoma mikropapilar. Terlihat pola seperti spons dengan ruangan kosong
yang terisi oleh kelenjar dan kluster kecil dari epitel ganas.11

Gambar 20. E: Karsinoma metaplastik. Terlihat matriks tulang rawan dan sejati. Terlihat pula
fokus dari poorly differentiated adenocarcinoma.11

2.5.4 Derajat Keganasan Kanker Payudara


Derajat kanker dapat ditentukan dengan sistem TNM dan dikelompokkan dengan sistem
derajat yang sudah awam. T adalah tumor primer, N adalah nodus limfe regional, dan M adalah
metastasis jauh. Derajat kanker ini sangat berhubungan dengan prognosis pasien. 11,19,20
Kriteria untuk tumor primer (T) adalah sebagai berikut

25
Gambar 21. Contoh penilaian dari derajat kanker payudara19

Kriteria untuk nodus limfe regional adalah sebagai berikut

26
Kriteria untuk metastasis jauh adalah sebagai berikut

Selanjutnya, berikut ini adalah kriteria TNM yang disesuaikan dengan stadium kanker payudara.

27
2.6 Diagnosis Banding Kanker Payudara
Lesi berbatas tegas Benign breast disease (fibroadenomas and cysts), kanker payudara,
limfoma, payudara dan metastasis ke payudara dari jaringan lain(neuroendocrine atau
ekstramedular AML)21
Penebalan kulit Inflammatory carcinoma dan mastitis21
Lesi menyebar Breast cancer, traumatic fat necrosis, radial scar, dan hyalinized
fibroadenoma21
Dilatasi duktus dengan atau tanpa sekret Papilloma, ductal carcinoma, duct ectasia, dan
fibrokistik21

2.7 Tatalaksana Kanker Payudara


Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
(termasuk penetapan stadium). Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah dilakukan
dengan pendekatan humanis dan komprehensif.
Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi
dari agen biomolekuler atau biomolekuler-signaling. Terapi pada kanker payudara selain
mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan
(adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya
dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan
mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri
pengobatan sistemik termasuk end of life issues.22
A.Pembedahan
Jenis pembedahan pada kanker payudara:22
Mastektomi22
- Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM). MRM adalah tindakan pengangkatan
tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai
diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi:
Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb,
dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.22
- Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy). Mastektomi radikal
adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-areola, otot pektoralis

28
mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en
bloc. Indikasi:22
Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
- Mastektomi dengan teknik onkoplasti22
- Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog seperti
latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis myocutaneous
(TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat
dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue
expander sebelumnya.
- Mastektomi Simpel. Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara
beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. 22
Indikasi:
Tumor phyllodes besar
Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan
tumor.
Penyakit Paget tanpa massa tumor
DCIS
o Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy). Mastektomi subkutan
adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan preservasi kulit dan
kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:22
Mastektomi profilaktik
Prosedur onkoplasti
Breast Conserving Therapy (BCT). BCT adalah pembedahan atas tumor payudara dengan
mempertahankan bentuk (kosmetik) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai
diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah
eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. Tambahan radioterapi pada BCT dikatakan memberikan hasil yang lebih baik.22

29
o Indikasi :
Kanker payudara stadium I dan II.
Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
o Kontra indikasi :
Kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1
kwadran dari payudara.
Kanker payudara dengan kehamilan
Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
Tumor di kuadran sentral (relatifasda
Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB). Salfingo ovariektomi bilateral adalah
pengangkatan kedua ovarium dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan
secara terbuka ataupun per-laparaskopi.22
o Indikasi :
Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif
Metastasektomi. Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker
payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang bila
memenuhi indikasi dan syarat tertentu. Tindakan ini dilakukan pada kanker payudara
dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral. Pada metastasis otak,
metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih kontroversi. 22
o Indikasi:
Tumor metastasis tunggal pada satu organ
Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
o Syarat:
Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
Masa bebas penyakit > 36 bulan

30
B.Terapi sistemik
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi, biasanya diberikan secara bertahap sebanyak 6 8 siklus
agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima.22
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif, dan diberikan
selama 5-10 tahuna.Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada
kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah
hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi. 22
Terapi Target: Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK
yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu tahun:
tiap 3 minggu).22
C.Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif
ajuvan dan paliatif.22
Radioterapi seluruh payudara diberikan pada pasca BCS kecuali pada pasien berusia > 70
tahun dengan syarat Reseptor Estrogen (+), klinis N0, dan T1 yang mendapat terapi
hormonal ( Rekomendasi A ).22
Radioterapi dinding dada pada pasca MRM diberikan pada :22
- Tumor T3-T4 (Rekomendasi A)
- KGB aksilla yang diangkat 4 yang mengandung sel tumor dari sediaan diseksi
aksilla yang adekuat (Rekomendasi B)
- Batas sayatan positif atau dekat dengan tumor
- KGB aksilla yang diangkat 1-3 yang mengandung sel tumor dari sediaan diseksi
aksilla yang adekuat dengan faktor resiko kekambuhan, antara lain derajat tinggi
atau invasi limfovaskuler
Radioterapi regional adalah radiasi supraklavikula dan infraklavikula yang diberikan
apabila pada diseksi KGB aksilla yang adekuat ditemukan KGB aksilla yang
mengandung massa tumor >/= 4 (Rekomendasi A). Sedangkan radiasi aksilla diberikan

31
hanya pada KGB aksilla yang positif dengan perluasan ekstra kapsular serta terdapat
massa tumor pada daerah aksilla.22
Radioterapi paliatif diberikan pada kanker payudara yang:22
- bermetastasis ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri.
- metastasis otak.
- kanker payudara inoperable yang disertai ulkus berdarah dan berbau.
- kanker payudara inoperable setelah kemoterapi dosis penuh

Gambar 22. Algoritma Radioterapi Kanker Payudara

D.Tatalaksana Menurut Stadium22


Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
o Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II)
o Dilakukan tindakan operasi :
Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
o Terapi adjuvan operasi.

32
Kemoterapi adjuvant bila :
Grade III
TNBC
Ki 67 bertambah kuat
Usia muda
Emboli lymphatic dan vascular
KGB > 3
o Radiasi bila :
Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
Tumor sentral / medial
KGB (+) >3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.
Indikasi BCT :
o Tumor tidak lebih dari 3 cm
o Atas permintaan pasien
o Memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral
Ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan kosmetik
Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in situ
(LCIS)
o Belum pernah diradiasi dibagian dada
o Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma
o Memiliki alat radiasi yang adekuat
Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
o Operabel (III A)
Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa
hormonal, dengan/tanpa terapi target
Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant,
dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target

33
Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target
o Inoperabel (III B)
Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi +
radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa
radiasi adjuvan dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50
Gy.Kemudian diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10
Gy.

Gambar 23. Algoritma Terapi Kanker Payudara menurut Stadium

E. Kanker payudara stadium lanjut 22


Prinsip :
Sifat terapi paliatif
Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)

34
Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan
Home care

Gambar 24. Algoritma Terap Kanker Payudara Stadium Lanjut

2.8 Prognosis dan Komplikasi Kanker Payudara


Tingkat Kesintasan/Prognosis 5 tahun berdasarkan stadium yaitu22,23
Stadium I (100%),
Stadium II (92%),
Stadium III (72%),
Stadium IV (22%)
Faktor prognostik adalah karakteristik tumor yang terkait dengan risiko kekambuhan kanker
payudara dan kematian, dan faktor prediktif adalah mereka yang memberikan perkiraan
kemungkinan manfaat dari terapi spesifik.22,23

35
Komplikasi24
Limfedema24
o terutama dibagian tangan dekat sumber asal kanker, akan terlihat membengkak,
nyeri dan terjadi keterbatasan gerak.
Keletihan terkait kanker
Kerusakan lokal
o bisa terjadi ulserasi pada kulit dan infeksi sekunder
Metastasis ke otak
o menyebabkan gangguan neurologis
Metastasis ke tulang24
o menyebabkan resiko fraktur lebih tinggi dan nyeri kronik
Komplikasi karena pembedahan
o Infeksi luka
o Hematoma
o Seroma
o Nyeri kronik

36
Komplikasi karena kemoterapi
o Leukemia akut
o Mielodisplasia
o Osteopenia dan osteoporosis
o Gangguan jantung

37
BAB III
ILUSTRASI KASUS

Identitas
Nama : Ny. E
No. RM : 400-56-15
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 3 Juni 1971
Umur : 46 tahun
Alamat : KP Raden no. 18 RT 003 RW 006 Jatiraden Jati Sampurna Bekasi
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 26 Agustus 2015

Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri yang semakin membesar dan nyeri.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien mengalami cacar air saat berusia 11 tahun. Sejak saat itu ada bekas luka seukuran ujung
jari. Lama kelamaan benjolan membesar dan pada tahun 2011 benjolan sempat terinfeksi
sehingga menjadi abses. Sejak 2 minggu SMRS benjolan mulai terasa nyeri dan terasa menarik
bahu dan lehernya. Pasien tidak dapat mengangkat secara penuh lengan kirinya. Suara pasien
juga menjadi berubah.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat hipertensi ada, namun pasien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Riwayat
diabetes mellitus dan penyakit jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung di keluarga disangkal.

38
Riwayat sosial-ekonomi
Pasien menggunakan jaminan BPJS.
Pasien berkerja sebagai ibu rumah tangga.

Pemeriksaan Fisik (12/01/16)


Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/ menit, regular, isi cukup, teraba kuat
Pernapasan : 20x/menit, kedalaman cukup, regular
Suhu : 37oC
Indeks massa tubuh : 30,2 kg/m2 (BB: 68kg; TB: 150cm)
Kepala dan Leher : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Paru : suara napas vesikuler, ronkhi dan mengi negatif
Jantung : bunyi jantung I dan II normal, gallop dan murmur negatif
Payudara : terdapat massa berbagai ukuran 2x1x1 cm, berwarna kemerahan,
payudara tertarik ke arah benjolan, terfiksir, batas tidak tegas, permukaan
kasar, konsistensi padat, nyeri tekan negatif
Abdomen : supel
Esktremitas : akral hangat, CRT <2 detik

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (09/01/2017)
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin L 11,8 g/dL 12.0 - 14.0
Hematokrit L 34,7 % 37.0 - 43.0
Eritrosit 3,96 10^6/L 4.00 - 5.00
MCV/VER 87,6 fL 82.0 - 92.0
MCH/HER 29,8 pg 27.0 - 31.0
MCHC/KHER 34,0 g/dL 32.0 - 36.0

39
Jumlah Leukosit 9,81 10^3/L 5.00 - 10.00
Jumlah Trombosit 354 10^3/L 150 400
Elektrolit
Natrium (Na) Darah 144 mEq/L 132 147
Kalium (K) Darah L 3.19 mEq/L 3.30 - 5.40
Klorida (Cl) Darah 99,0 mEq/L 94.0 - 111.0
Kreatinin Darah 0.70 mg/dL 0.60 - 1.20
Kalsium (Ca) Darah 8,8 mg/dL 8,4-10,2
Ion Kalsium (Ca2+) 1,06 mmol/L 1,01-1,31
Hitung Jenis
Basofil 0,5 % 0-1
Eosinofil 2,1 % 1-3
Neutrofil 59,5 % 52,0-76,0
Limfosit 29,8 % 20-40
Monosit H 8,1 % 2-8
Laju Endap Darah H 55 mm 0-20

AST H 48 U/L <31


ALT 28 U/L <33
Kreatinin Darah H 1,60 mg/dL 0,60-1,20

Ultrasonografi (19/05/2015)
Teknik: Ultrasonografi mammae bilateral menggunakan transduser linear 12 MHz
Deskripsi:
1. Mammae kanan
Kutis dan subkutis tidak menebal.
Struktur fibroglandular tidak memperlihatkan kelainan.
Tak tampak lesi fokal patologis maupun dilatasi duktus.
Tak tampak kalsifikasi.
Tampak multiple kelenjar limfe aksila dengan sentral hilus berukuran aksis terpendek
0,8 cm.

40
2. Mammae kiri
Tampak retraksi papilla mammae dan kutis subkutis.
Tampak lesi berdensitas heterogen disertai kalsifikasi dengan batas tidak jelas, ukuran
melebihi probe pada periulkus terutama di kuadran superomedial hingga suprasternal.
Tampak multiple pembesaran kelenjar limfe aksila dengan sentral hilus yang mulai
menipis berukuran aksis terpendek 1,3 cm.
Kesimpulan:
- Massa solid berkalsifikasi pada mammae sinistra sugestif maligna.
- Limfadenopati aksila kiri.
- Retraksi papilla mammae dan kutis subkutis.

Core Biopsy (28/05/2015)


Deskripsi:
Sediaan core biopsy mammae sinistra terdiri atas keeping-keping kecil jaringan yang
mengandung massa tumor ganas epithelial yang tersusun trabekular, glandular/tubular <10%
area tumor, dan infiltrative diantara jaringan ikat dan jaringan lemak. Sel tumor berinti
pleiomorfik sedang hingga berat, hiperkromatik, vesikuler, dengan sebagian anak inti nyata.
Sitoplasma eosinofilik. Mitosis ditemukan 6/10 LPB.
Kesimpulan:
Invasive carcinoma of no special type mammae sinistra, grade 2
(skor tubul: 3; skor inti: 3; skor mitosis: 1; total skor: 7)

Bone Scan (26/01/2016)


Teknik: Whole body bone scan menggunakan radiofarmaka Tc-99mMDP
Deskripsi:
- Tampak peningkatan aktifitas patologis pada os sternum
- Tampak deformitas disertai peningkatan aktifitas patologis di distal os femur kiri sesuai
lokasi fraktur
- Tampak tangkapan aktifitas ringan di os costae IV posterior kiri
- Tampak tangkapan aktifitas di maksilla dan mandibula kanan-kiri sugestif dental problem

41
Kesimpulan:
- Proses aktif pada sternum sugestif metastasis
- Proses aktif disertai deformitas pada distal os femur distal kiri, DD/ fraktur, metastasis
- Curiga proses aktif pada os costae IV posterior kiri, DD/ metastasis

Diagnosis Klinis
Tumor mammae sinistra suspek maligna T4cN0Mx

42
BAB IV
PEMBAHASAN

1 1
2 2
3 3
4 4

6
5 5

Interpretasi :
Gambar kiri
No. Struktur Ekogenisitas
1 Kulit Hiperekoik
2 Lemak subkutan Hipoekoik
3 Ligamen cooper Hiperekoik
4 Fasia mammary superficial Hiperekoik
5 Parenkim mammae Hiperekoik
Gambar kanan
No Struktur Ekogenisitas
1 Kulit Hiperekoik

43
2 Lemak subkutan Hipoekoik
3 Ligamen cooper Hiperekoik
4 Fasia mammary superficial Hiperekoik
5 Parenkim mammae Hiperekoik
6 Tampak struktur berbentuk ovoid, berbatas tidak tegas, hipoekoik, berukuran 1,2x0,7 cm
Kesan: pembesaran kelenjar getah bening di regio axilla kanan

Interpretasi :
Tampak area hiperekoik, berkalsifikasi, berbatas difus, berbentuk irregular, berukuran 2,8x1,6
cm.

44
1 1
2 2
5 5
3 3

4 4

Interpretasi :
No. Struktur Ekogenisitas
1 Kulit Hiperekoik
2 Lemak subkutan Hipoekoik
3 Ligamen cooper Hiperekoik
4 Parenkim mammae Hiperekoik

45
1 1

2 2

Interpretasi :
No. Struktur Ekogenisitas
1 Lemak subkutan Hipoekoik
2 Parenkim mammae Hiperekoik
3 Tampak area hipoekoik, berbatas difus, berbentuk irregular, berukuran 1,1x0,6 cm

46
Interpretasi:
Tampak area hipoeikoik, berbentuk ovoid, berbatas tegas, bertepi regular, dengan ukuran
1,55x0,69 cm.
Kesan: pembesaran kelenjar getah bening di regio axilla kiri

47
Pemeriksaan: Ultrasonografi mammae bilateral menggunakan transduser linear 10 MHz.
Perbandingan: USG mammae bilateral tanggal 29 Juli 2016
Deskripsi:
1. Mammae kanan
Kutis dan subkutis tidak menebal.
Struktur fibroglandular tidak memperlihatkan kelainan.
Tak tampak lesi fokal patologis maupun dilatasi duktus.
Tak tampak kalsifikasi
Tampak pembesaran kelenjar limfe berbentuk ovoid dengan sentral hilus di axillary tail
dengan ukuran 1,2x0,7 cm.
2. Mammae kiri
Tampak retraksi papilla mammae dan kutis subkutis terutama region superomedial.
Kutis subkutis di mammae kiri tampak menebal, terutama di daerah retraksi.
Tampak lesi iso-hiperekoik dengan komponen kalsifikasi di daerah retraksi/sikatriks,
berspikulasi, berbatas tidak tegas, estimasi ukuran 2,76x1,58 cm (ukuran sebelumnya
3,6x3,6 cm).
Kelenjar limfe multiple berbentuk ovoid, dengan sentral hilus, berbatas tegas, tepi
reguller di region aksila kiri, estimasi short axis terbesar 1,55x0,69 cm.
Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe di region subklavikula kanan kiri.
Kesimpulan:
Status follow up Ca mammae kiri dibandingkan dengan USG mammae bilateral sebelumnya, saat
ini:
- Massa padat mammae kiri dengan karakteristik maligna ukuran relatif mengecil dan
limfadenopati aksila kiri.
- Penebalan kutis subkutis di seluruh kuadran mammae kiri relatif.
- Mammae kanan tidak tampak kelainan.

48
BAB V
KESIMPULAN

Pasien terdiagnosis Ca payudara sesuai dengan gambaran radiologi yang menunjukkan adanya
area hiperekoik, berkalsifikasi, berbatas difus, berbentuk irregular, berukuran 2,8x1,6 cm di
payudara kiri, disertai adanya gambaran pembesaran kelenjar getah bening di regio axilla kiri
dan kanan.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Panduan nasional penanganan kanker: Kanker payudara 2015.
Jakarta: Komite Nasional Penanggulangan Kanker; 2015.
2. Kementerian Kesehatan RI. Panduan program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini
kanker leher rahim dan kanker payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2015.
3. Kementerian Kesehatan RI. Bulan peduli kanker payudara- Oktober 2016. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2016.
4. Faiz O, Moffat D, editors. Anatomy at a glance. Jakarta: Erlangga; 2004.
5. Sinn H, Kreipe H. A brief overview of the WHO classification of breast tumors. Breast Care.
2013;8:14954.
6. Kumar V, Abbas A, Aster J, Mayes A, Bender D. Robbins basic pathology. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc.; 2013. 681-714 p.
7. Abdulkareen I. A review on aetio-patogenesis of breast cancer. J Genet Syndr Gene Ther.
2013;4(5).
8. Allen J, Burrell C, Caplice C, Collins D, McGreal P, Purcell J. Oncology: Breast cancer.
2013.
9. Porth C, Matfin G. Pathophysiology: Concepts of altered health states. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
10. Kumar V, Abbas A, Aster J, editors. Female genital system and breast. In: Robbins basic
pathology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013. p. 70814.
11. Mulligan A, OMalley F. The breast. In: Rubin R, Strayer D, Rubin E, editors. Rubins
pathology: CLinicopathologic foundations of medicine. 6th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2012. p. 9325.
12. Gaol H, Briani F. Kanker payudara. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta E, editors.
Kapita selekta kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. p. 2306.
13. Ferri F. Breast cancer. In: Ferri F, editor. Ferris clinical advisor 2016. Philadelphia:
Elsevier; 2016. p. 24651.
14. James J, Wilson A, Evans A. The breast. In: Andreas A, editor. Grainger & Allisons
diagnostic radiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. p. 166489.e2.

50
15. Fisher P. Ultrasonography in breast cancer [Internet]. 2017 [cited 2017 Mar 12]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/346725-overview
16. Madjar H, Mendelso E. The practice of breast ultrasound. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2008.
17. Gokhale S. Ultrasound characterization of breast masses. Indian Journal of Radiology and
Imaging. 2009;19(3):2427.
18. Rosai J. Breast. In: Rosai J, editor. Rosai & Ackermans surgical pathology. Philadelphia:
Elsevier; 2011. p. 1659770.
19. Edge S, Byrd D, Compton C, Fritz A, Greene F, Trotti A. Breast. In: AJCC cancer staging
manual. 7th ed. New York: Springer; 2010. p. 34776.
20. National Breast Cancer Foundation. Breast cancer facts [Internet]. [cited 2017 Mar 12].
Available from: http://www.nationalbreastcancer.org/breast-cancer-facts
21. Neal L. Breast health and common breast problems: A practical approach. Mayo Clinic
Proceedings 79. 2004;79(11):1474.
22. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan penatalaksanaan kanker payudara.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
23. Kurian A, Carlson R. Principles of breast cancer therapy. In: Breast cancer epidemiology.
USA: Springer science; 2009. p. 37188.
24. Advanced breast cancer. 1st ed. Wales: National Collaborating Centre for Cancer; 2009.

51

Anda mungkin juga menyukai