Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia antara
lain :
7 Fructus Buah
9 Lignum Kayu
10 Akar
Radix
11 Rhizome Rimpang
12 Semen
Biji
Thallus Bagian dari tanaman
13
rendah
14 Tubera
Umbi
dibudidayakan atau dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman yang
tumbuh dengan sendirinya di hutan-hutan atau di tempat lain di luar hutan atau
tanaman yang sengaja ditanam tetapi bukan untuk tujuan memperoleh simplisia
untuk obat (misalnya tanaman hias, tanaman pagar).
Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang
ditanam secara sengaja untuk tujuan mendapatkan simplisia. Tanaman budidaya
dapat berupa perkebunan luas, usaha pertanian kecil-kecilan atau berupa tanaman
halaman dengan jenis tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh
simplisia tetapi juga berfungsi sebagai tanaman hias.
Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber
simplisia mempunyai beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplisia
dengan mutu yang memenuhi standar tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan
karena :
a. Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit
atau tidak dapat ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam
suatu simplisia sering dipengaruhi oleh umur tanaman pada waktu
pengumpulan simplisia yang bersangkutan. Ini berarti aktivitas biologis yang
dikehendaki dari suatu simplisia sering berubah apabila umur tanamn dari
suatu pengumpulan ke waktu pengumpulan lain tidak sama.
b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tetap dari satu waktu
pengumpulan ke waktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan
akan jenis tanaman yang dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga
kadang mempunyai bentuk morfologi yang sama dari pengamatan seseorang
(pengumpul) yang sering bukan seorang ahli / seorang yang berpengalaman
dalam mengenal jenis tanaman yang dikehendaki sebagai sumber simplisia.
Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti perbedaan kandungan senyawa
aktif.
c. Perbedaan lingkungan tempat tumbuh jenis tanaman yang dikehendaki. Satu
jenis tanaman liar sering tumbuh pada tempat tumbuh dan lingkungan yang
berbeda (ketinggian, keadaan tanah, cuaca yang berbeda). Simplisia yang
diperoleh dari satu jenis tanaman sama tetapi berasal dari dua lingkungan
dapat mengandung senyawa aktif dominan yang berbeda. Misalnya tanaman
D. Myoporoides di daerah Australia utara kandungan skopolamina yang
dominan, sedangkan di Australia selatan kandungan hiosiamina yang
dominan.
Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa
panen dan galur tanaman dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada
kerugiannya. Pemeliharaan rutin menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah
terserang hama sehingga pemeliharaan ekstra diperlukan untuk mencegah serangan
parasit. Penggunaan pestisida untuk ini membawa konsekuensi tercemarnya simplisia
dengan residu pestisida (sehingga perlu pemeriksaan residu pestisida).
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :
Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau,
dan rasa, dari simplisia tersebut.
Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang
atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang
digunakan untuk simplisia.
Berikut adalah beberapa penjabaran dari tanaman yang digunakan untuk
simplisisa pada praktikum ini:
Rhizoma
1. Curcumae domesticae Rhizoma
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri, zat warna kurkumin, pati, dammar
2. Languatis Rhizoma
3. Kaempferiae Rhizoma
Keluarga : Zingiberaceae
4. Curcumae Rhizoma
Keluarga : Zingiberaceae
5. Zingiberis Rhizoma
Keluarga : Zingiberaceae
Fructus
1. Capsici Fructus
Keluarga : Solanaceae
Penggunaan : Stomakikum
2. Ammomi Fructus
Keluarga : Zingiberaceae
Keluarga : Piperaceae
Penggunaan : Karminativa
4. Koffeae Semen
Keluarga : Rubbbiaceae
Keluarga : Myrtaceae
6. Retrofracti Fructus
Keluarga : Piperaceae
7. Myristicae Semen
Keluarga : Myristaceae
Keluarga :
Penggunaan :
2. Abri Folium
Keluarga : Papilionaceae
3. Polyantae Folium
Keluarga :
Penggunaan :
4. Apii graveolentis Folium
Keluarga : Apiaceae
5. Orthosiphonis Folium
Keluarga : Lamiaceae
Penggunaan : Diureika
6. Andrographidis Herba
Keluarga : Acanthaceae
2.1 BAHAN :
Praktikum Minggu I :
Praktikum Minggu II :
DAFTAR SIMPLISIA
1. Curcumae Rhizoma Rhizoma (Rimpang Temulawak)
2. Curcumae domestica Rhizoma (Rimpang kunyit)
3. Languatis Rhizoma (Rimpang Lengkuas)
4. Zingiberis Rhizoma (Rimpang Jahe)
5. Kaempferiae Rhizoma (Rimpang Kencur)
6. Sonchi Folium (Daun Tempuyung)
7. Apii graveolens Folium (Daun Seledri)
8. Andrographidis Herba (Daun Sambiloto)
9. Phaleria macrocarpha Folium ( Daun mahkota dewa )
10. Ammomi Fructus (Buah Kapulaga)
11. Caryophylli Flos (Bunga Cengkeh)
12. Piperis alba Fructus (Buah lada putih)
13. Coffeae Semen (Biji Kopi)
14. Myristicae Semen (Biji Pala)
BAB III
3.1 HASIL :
o Organolepis :
kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit.
o Makroskopik:
Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian luar, bentuknya
bulat dan agak besar.
o Organolepis :
Warna kecoklatan, tidak berbau, rasanya hambar
o Makroskopik:
Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong
o Organolepis :
Warna coklat kemerahan, bau khas aromatik, rasa hambar
o Makroskopik :
Rimpang bulat sembarang, kulit coklat dan bagian dalam berwarna putih
pucat.
o Organolepis :
kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit.
o Makroskopik:
Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian luar, bentuknya
bulat dan agak besar.
o Organolepis :
Warna coklat muda dengan bau aromatik dan rasa pedas.
o Makroskopik:
Warna kuning pucat pada bagian dalam dan berserat, coklat pucat pada
bagian luar, bentuknya bulat agak lonjong
o Organolepis :
Warna coklat muda dengan bau aromatik dan rasa pedas.
o Makroskopik:
Warna kuning pucat pada bagian dalam dan berserat, coklat pucat pada
bagian luar, bentuknya bulat agak lonjong
o Organolepis :
Warna putih abu kecoklatan, bau aromatik, rasa agak pedas.
o Makroskopik :
Buahnya bulat, terdapat tonjolan garis membujur berwarna putih
mengelilingi buah.
o Organolepis :
Warna putih, bau khas, rasa pedas.
o Makroskopik :
Bulat kecil berwarna putih.
9. Coffea Semen (Biji Kopi)
o Organolepis :
Warna coklat tua-hitam, bau harum khas aromatik, rasa pahit.
o Makroskopik :
biji bulat lonjong, berbentuk bulir, berwarna coklat kehitaman, bagian
tengah terdapat belahan.
o Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa.
o Makroskopik :
Bunga berbentuk silinder dengan ujung tajam, dan ujung yang lain, terdapat
kelopak, berwarna coklat tua.
o Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas aromatik pedas, rasa pedas.
o Makroskopik :
Buah berbentuk silinder panjang bergerigi, berwarna coklat tua.
o Organolepis :
Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa.
o Makroskopik :
Biji bulat lonjong, berwarna coklat muda bergelombang.
o Organolepis :
Warna hijau muda, bau khas daun, rasa tidak berasa.
o Makroskopik :
Daun kering panjang, berwarna hijau muda bergelombang.
14. Abri Folium ( Daun Saga )
o Organolepis :
Warna hijau muda, bau khas daun, rasa manis.
o Makroskopik :
Daun kering oval kecil, berwarna hijau muda.
o Organolepis :
Warna hijau kehitaman, bau seperti jambu air, rasa tidak berasa.
o Makroskopik :
Daun kering panjang lebar besar, berwarna hijau kehitaman.
o Organolepis :
Warna coklat kehijauan , bau aromatik, dan rasa asin sedikit pedas, lama
lama timbul rasa tebal di lidah.
o Makroskopik :
Daun coklat kehijauan, berbentuk seperti kipas dan tepi daun bergerigi.
o Organolepis :
Warna hijau pekat, bau seperti tanah, rasa agak pahit.
o Makroskopik :
Daun kering bergerigi oval, berwarna hijau pekat.
o Organolepis :
Warna coklat kehijauan, bau agak menyengat, rasa sangat pahit.
o Makroskopik :
Daun kecil berwarna hijau tua berserat.
3.2 KESIMPULAN
1. Serbuk merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa
daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan sudah
diserbukan, tidak dapat dibedakan bentuknya
2. Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa
daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan belum
diserbukan
Anonim, 1975 . Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta