Seorang pendidik atau guru merupakan salah satu pekerjaan
dari banyak sekali pekerjaan yang ada di Negara tercinta, yaitu Negara Indonesia. Salah satu pekerjaan yang ada di Indonesia selain menjadi seorang guru adalah dokter, seniman, penyanyi, musisi, wirausahawan, peneliti, jaksa, pengamen, pendakwah, Cheff, photographer, bahkan seorang pengemis menjadi suatu pekerjaan yang cukup diminati oleh masyarakat saat ini, dan masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dapat dijumpai di Indonesia. Dari pekerjaan yang diperbolehkan oleh agama sampai pekerjaan yang dilarang oleh agama misalnya pengemis dan pencuri.
Berkembangnya ilmu teknologi akibat proses globalisasi,
diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam mencari informasi mengenai suatu pekerjaan yang inovatif dan kreatif. Apabila pada zaman yang modern ini masyarakat masih belum inovatif pemikirannya maka akan sangat memalukan bagi diri sendiri dan Negara tentunya. Memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai sumber referensi mengembangkan diri sendiri, entah itu mengembangkan pengetahuan maupun skill (keterampilan) yang dimiliki agar lebih berguna dalam hidup bermasyarakat.
Sebelum membahas hal yang lebih mendalam mengenai
profesi guru yang ada di Indonesia, mari membuka wawasan kembali mengenai pengertian dari globalisasi agar pembaca dan penulis menyamakan pandangan yaitu Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. (wikipedia, 2016). Pengaruh dari globalisasi luar biasa dahsyat hingga ke segala aspek kehidupan yang meliputi aspek politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, hukum, teknologi dan lain sebagainya. Sehingga, menyebabkan pergeseran bahkan perubahan pada cara berpikir dan bertingkah laku masing-masing individu yang berorientasi atau berfokus pada perihal keuntungan. Terlepas dari perihal keuntungan, akan lebih baik apabila mengembalikan pembahasan kali ini agar sesuai dengan konteks judul dan tidak melenceng jauh dari pembahasan yang semestinya. Pembaca pasti bertanya-tanya akan hubungan dari globalisasi dengan profesi guru masa kini yang ada di Indonesia, tentu ada apabila menengok peristiwa atau menarik peristiwa kebelakang.
Sadar maupun tidak sadar bahwa kehidupan sosial budaya
masyarakat tidak selamanya permanen. Perubahan sosial dan budaya pada masyarakat di Indonesia juga sebagai akibat dari globalisasi. Seiring perkembangan waktu kebutuhan masyarakat, cara berinteraksi, cara hidup dan nilai-nilai sosial budaya yang sudah lama dipegang teguh masyarakat dapat berubah. Sebenarnya, perubahan sosial dan budaya merupakan proses wajar dan akan berlangsung terus-menerus. Akan tetapi perlu diketahui bahwa perubahan sosial budaya tidak selamanya mengarah ke hal yang positif, sewaktu waktu juga dapat mengarah ke hal yang negatif.
Perubahan sosial budaya di Indonesia merupakan suatu
fenomena akibat dari satu kata tetapi bermakna luas dan dampaknya begitu luar biasa yaitu Globalisasi. Salah satu contoh perubahan sosial budayaa yang mengarah ke hal yang positif ialah kemajuan teknologi yang dimanfaatkan oleh setiap individu. Handoyo, dkk dalam bukunya yang berjudul Studi Masyarakat Indonesia menyebutkan bahwa Krisis yang melanda Indonesia sampai saat ini, tidak hanya krisi ekonomi, tetapi sudah multikrisis, yaitu meliputi multikrisis sosial, politik, budaya, hukum, keamanan dan sebagainya (Handoyo,dkk, 2015: 94). Krisis-krisis tersebut merupakan dampak dari proses globalisasi.
Pemerintah atau Individu yang harus bertanggung jawab
untuk meminimalisir atau mengurangi terjadinya krisis-krisis diatas yaitu diantaranya melalui Pendidikan. Arti pendidikan sangat luas. Selama ini pasti yang ada dibenak kita bahwa pendidikan itu apabila kita sekolah, memiliki status sebagai siswa atau pelajar disekolah. Padahal Pendidikan tidak hanya bisa diperoleh melalui sekolah akan tetapi keluarga adalah pendidikan yang pertama kali didapat dan selanjutnya pendidikan dari lingkungan sosialnya. Jenis pendidikan sendiri dibagi menjadi pendidikan formal, informal dan norformal. Kita harus merubah mindset yang selama ini kita budayakan bahwa pendidikan itu didapat dari lingkungan sekolah saja. Sebelumnya, akan lebih baik kalau menyamakan pandangan mengenai pendidikan. Agar tidak salah mengartikan ketika mendengar atau melihat istilah pendidikan. penulis akan mengambil salah satu ahli yang mendefinisikan mengenai pendidikan yaitu dalam buku pengantar ilmu pendidikan, Crow and Crow menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses yang berisi bermacam kegiatan yang cocok bagi Individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi (Munib,dkk, 2016: 32) dalam penjelasan Crow and crow telah dipaparkan bahwa pendidikan itu berisi berbagai macam kegiatan yang kegiatan tersebut tidak dijelaskan harus di sekolah. Artinya suatu pendidikan dapat diperoleh dimana saja, dengan siapa saja dan kapan saja karena jenis pendidikan saja dibagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan formal, informal dan nonfromal.
Kemajuan suatu negara diukur dari kemajuan pendidikan
yang dilaksanakan. Indonesia ditingkat global masih menuju ke proses tersebut artinya masih banyak perbaikan sistem pendidikan dan fasilitas penunjang serta pendidik yang harus mengalami perbaikan. Sebenernya masyarakat Indonesia cerdas-cerdas, banyak mereka yang bersekolah ke luar negeri dengan beasiswa, menjuarai olimpiade tingkat internasional, diambil oleh negara lain karena memiliki potensi yang bagus, banyak juga seorang profesor, akan tetapi mengapa pendidikan Indonesia masih belum maju? Bisa jadi karena sistem kurikulum yang berlaku sering mengalami perubahan, akhirnya orang yang terlibat untuk melaksanakan kurikulum tersebut harus memulai dan belajar lagi dari awal, bisa juga karena sarana dan prasaran yang kurang menunjang dan masih banyak yang perlu diperbaiki terutama mereka masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman (luar Jawa) karena pusat pendidikan di Indonesia berada di Jawa, maka wilayah-wilayah Indoensia yang ebrada diluar Jawa sangat harus diperhatikan dan diperbaiki agar mereka anak-anak yang disana tidak kehilangan masa depannya.
Pembangunan pendidikan bukanlah hal sederhana yang bisa
diselesaikan satu tahun atau dua tahun, membutuhkan waktu yang lama karena melibatkan semua pihak dan berbagai aspek serta dimensi yang sifatnya luas, mendalam, kompleks dan dinamis. Pemerintah telah menetapkan peraturan sistem pendidikan nasional Undang-undang nomor 20 tahun 2003. Standar pendidikan nasional telah ditetapkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2004, mencakup standar : (1) isi, (2) proses (3) kompetensi lulusan (4) pendidik dan tenaga kependidikan (5) sarana dan prasarana (6) pengelolaan (7) pembiayaan (8) standar penilaian kependidikan.kedelapan standar tersebut bobotnya sama pentingnya dalam proses pembangunan pendidikan. Seperti hal nya pendidik atau seorang guru. Dalam pendidikan di sekolah, guru merupakan pusat dari segala dunia pendidikan yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar. Kemajuan zaman dan tantangan yang harus dihadapi oleh seorang guru saat ini tidak mudah meskipun kemajuan IPTEK sudah bisa dirasakan. Banyak sekali lulusan guru atau pendidikan yang ada di Indonesia, dari mulai Fresh Graduated sampai ke guru senior.
Pendidik idealnya harus tetap belajar, kreatif dan
mengembangkan diri dengan penemuan baru dalam dunia pendidikan, akan tetapi pada kenyataan sekarang ini harapan tersebut menjadi semu bahkan kabur akibat beberapa faktor. Entah faktor yang diakibatkan oleh luar (kebijakan, sarana-prasarana, gaji dan lain sebagainya) atau faktor yang ada dalam dirinya yaitu tidak memiliki semangat untuk memajukan diri dan tidak banyak ang terus belajar. Dalam masalah ini siapa yang harus disalahkan? Pemerintah atau guru? Tetapi menurut saya antara pemerintah dengan guru atau pendidik wajib berintrospeksi diri dan memperbaiki niat awal yang baik agar tidak melakukan pekerjaan yang sifatnya setengah-setengah. Pemerintah sebagai fasilitator terhadap guru dan guru sebagai penerima fasilitas.
Selain sarana-prasarana terdapat masalah krusial atau
penting dalam pengembangan system pendidikan di Indonesia selain sarana-prasarana, masalah ini terkait dengan hal mendasar yaitu gaji yang diberikan untuk seorang pendidik. Pada kenyataan yang terjadi dilapangan gaji seorang guru yang belum bersetfiikasi atau belum PNS hanya sedikit, berkisar RP 200.000 hingga RP 300.000 perbulan bahkan menurut beberapa informan ada yang kurang dari angka tersebut. Tentu gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakoni. Terlebih lagi fresh graduated selalu dipekerjaan dengan pekerjaan dua kali lipat dari pekerjaan pokok. Senioritas berlaku disini. Melihat beberapa tantangan yang harus dilakoni, lalu mengapa saat ini menjadi seorang guru atau pendidik begitu dinikmati atau menjadi pilihan ? jurusan-jurusan dengan cetakan kependidikan selalu menjadi tujuan utama bagi mayoritas ,masyarakat? Apakah jalur kependidikan ini sebuah pilihan atau menjadi tuntutan yang mau tidak mau harus dikerjakan? Jawabannya mungkin bergantung pada sudut pandang mana kita melihat.
Bisa menjadi sebuah pilihan ketika memang kita ingin menjadi
seorang guru, ingin membantu berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, ingin ikut mencerdaskan generas-generasi muda atau bahkan menjadi sebuah pilihan karena beranggapan menjadi seorang guru itu enak, mendapatkan gaji tinggi, melakukan pekerjaan yang santai. Dan akan menjadi sebuah tuntutan ketika di Negara Indonesia membutuhkan banyak tenaga pendidik terutama mereka yang mau mengajar ke daerah-daerah pedalaman, dengan tantangan dua kali lipat lebih besar daripada pendidik yang mengajar di Jawa. Selain itu akan menjadi sebuah tuntutan lagi apabila lingkungan sosial memiliki nilai-nilai terutama untuk perempuan bahwa menjadi PNS itu pekerjaan yang mulia dan digaji dengan jumlah lumayan besar. Pada bulan Januari 2016 ,Forum guru honorer K2 mengadakan Rakornas di Palembang yang menghasilkan sebuah keputusan agar pemerintah menerbitkan paying hukum yang digunakan untuk mengangkat golongan honorer K2 menjadi PNS. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Menteri Pendidikan Anies Baswedan tentang polemic guru honorer , kalau mau diangkat menjadi PNS di daerah yang kekurangan guru maka akan langsung diangkat menjadi PNS
Tugas guru kapan dan dimanapun selalu berat.ia harus
memiliki sejumlah kemampuan akademis sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang. Salah satu factor penting yang relevan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru adalah kecerdasan emosi. Sumber :
Munid,Akhmad, dkk. 2016. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Semarang : UNNES PRESS.
Puspitasari, Yolanda Ariska. 2006. Peran Guru Dalam