Anda di halaman 1dari 4

SEMINAR 2

Terms of Reference

Tema : Pemberlakuan PERMA No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak
Pidana oleh Korporasi
Judul : Menyikapi Pemberlakuan Perma No. 13 Tahun 2006 dalam Penegakan Hukum di
Lingkungan Korporasi
Jenis diskusi : Seminar
Jumlah peserta : 150 orang
Tempat : Y15 UNIKA Atmajaya
Tanggal : 12 Mei 2017
Waktu : 12.30-15.00

Latar belakang:

Walaupun beberapa pihak seperti Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengaku optimis bahwa Peraturan Mahkama Agung (PERMA) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi sudah diterapkan secara efektif namun diperkirakan masih ada
beberapa pihak yang merasa bahwa PERMA No. 13 Tahun 2016 ini justru menimbulkan persoalan dalam
praktik. Hal ini yang mengakibatkan keefektifan PERMA No. 13 Tahun 2016 masih dipertanyakan.
Walaupun PERMA No. 13 Tahun 2016 sudah mengatur tata cara menjerat korporasi yang diduga
melakukan tindak pidana, namun selama ini aparat penegak hukum yang menerapkan peraturan tersebut
belum memiliki visi, pemahaman, dan pedoman yang sama dengan masyarakat yang melakukan kegiatan
usaha dalam hal ini adalah pelaku bisnis. Apabila belum tercipta kesamaan visi, pemahaman, maupun
pedoman yang sama antara penegak hukum dan pelaku bisnis dampaknya akan secara langsung dirasakan
oleh masyarakat yang melakukan kegiatan usaha yaitu pelaku bisnis itu sendiri.

Tidak dapat dipungkiri, PERMA No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak
Pidana oleh Korporasi tengah menjadi pembicaraan yang hangat di kalangan dunia usaha. Pelaku bisnis
khawatir PERMA No. 13 Tahun 2016 ini dijadikan sebagai alat untuk mengkriminalisasi korporasi.
Kekhawatiran semacam sangat wajar apabila kita melihat dari perspektif pelaku bisnis yang menjalankan
sebuah korporasi.
Secara substansi, materi PERMA No. 13 Tahun 2016 memang dinilai sudah cukup baik untuk menutupi
celah yang belum diatur di dalam KUHAP. Dan pada hakekatnya sasaran penerapan PERMA No. 13
Tahun 2016 tersebut adalah untuk menindak korporasi dengan tata kelola yang buruk atau bad corporate
governance. Akan tetapi, efektivitas PERMA No. 13 Tahun 2016 tersebut dalam praktik dirasa akan
menemui kesulitan apabila tidak diimbangi dengan adanya batasan atau ketentuan yang jelas di dalam
korporasi yang bersangkutan. Bila pengaturan batasan-batasan tersebut tidak disempurnakan, akibatnya
penerapan PERMA No. 13 Tahun 2016 ini akan membingungkan dalam praktik penegakan hukumnya
dan tentunya akan merugikan pelaku bisnis itu sendiri.

Dibutuhkan komitmen dan pemahaman bersama bagi aparat penegak hukum maupun pelaku bisnis terkait
efektivitas pelaksanaan PERMA No. 13 Tahun 2016 ini. Untuk mencapai keefektifan dari PERMA No.
13 Tahun 2016 ini, maka perlu adanya sosialisasi agar ada pemahaman atau kesamaan persepsi antar
aparat penegak hukum dan juga pelaku bisnis yang bersangkutan. Untuk mencapai kesamaan persepsi
tersebut, baik dari penegak hukum maupun pelaku bisnis harus dapat meningkatkan kualitas internalnya
misalnya dengan diadakan pelatihan bagi penegak hukum untuk menerapkan peraturan PERMA No. 13
Tahun 2016 tersebut ataupun pembuatan SOP (Standard Operating Procedure) oleh pelaku bisnis sebagai
batasan bagi korporasi sehingga terhindar dari perilaku koruptif.

Rundown:
Waktu Agenda PIC

12.30- Open Registration Yosita


12.45

12.45- Peserta dan pembicara memasuki ruangan seminar Ardo dan


13.00 Dani

13.00- Opening (Doa , kata sambutan ketua Lepo, Ketua Senat , ketua BPM, Dekan MC dan
13.15 FH, Wakil rektor III Dita

13.15- Pembawaan materi oleh pembicara Tama


15.00

15.00- Pemberian Merchandise oleh panitia Legal Expo Dita


15.05

15.05- Penutup
15.20
Tujuan:

Memberikan wadah diskusi bagi masyarakat dan narasumber terkait pemberlakuan PERMA No. 13 Tahun
2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi di dalam praktik nyata dengan tujuan
agar masyarakat dapat memahami sejauh mana keefektivitasan PERMA No. 13 Tahun 2016 sudah
diterapkan.

Manfaat:

Masyarakat dapat mengetahui prosedur hukum mana yang sesuai untuk menyelesaikan proses
hukum tindak pidana korporasi.
Masyarakat dapat mengerti sejauh mana batasan-batasan yang diatur di dalam PERMA No. 13
Tahun 2016 sehingga masyarakat dapat memperoleh asas kemanfaatan, kepastian hukum, dan
keadilan.

Teknis Acara:

Moderator : Surya Tjandra, S.H., L.L.M.


Pembicara : Perspektif pihak yang menerapkan aturan tersebut
- Bobby R. Manalu, S.H., M.H. (Lawyer)
- Paku Utama, S.H., LL.M., Ph.D. (Firm and Data Analytic in Indonesia)

Teknis Registrasi:
- IDR 20.000 (termasuk makanan ringan dan sertifikat untuk online)
- IDR 25.000 (termasuk makanan ringan dan sertifikat untuk on the spot)

Contact Person:
- Anindita Indriyanti (HP. 081381386881)

- Kris Lihardo Aksana Sijabat (HP. 081282398232)


Butir Pembahasan:

1. Apa yang dilakukan penegak hukum (ditinjau baik dari perspektif KPK maupun Lawyer) dalam
menerapkan PERMA No. 13 Tahun 2016 tersebut di dalam kasus tindak pidana korporasi?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan yang dirasakan oleh penegak hukum (ditinjau baik
dari perspektif KPK maupun Lawyer) sebelum dan sesuadah adanya PERMA No. 13 Tahun 2016
tersebut?
3. Apakah akibat dari pemberlakuan aturan ini? Semakin berkurangkah tindak pidana korporasi
sendiri atau justru bertambah?
4. Apa dampak yang dirasakan oleh pelaku bisnis dari dikeluarkan dan diberlakukannya PERMA
No. 13 Tahun 2016 tersebut?
5. Apakah PERMA No. 13 Tahun 2016 tersebut sudah diberlakukan secara efektif dalam dunia
praktik ditinjau dari masing-masing perspektif KPK, Lawyer, maupun pelaku bisnis?

Anda mungkin juga menyukai