Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS CORDOVA

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

MAKALAH
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
NEGARA MAJU PEMBERANTAS KORUPSI DAN YANG TERMASUK
NEGARA RENDAH TERJADI KORUPSI
Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Irfan Sani, S.H., M.H

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

MUHAMMAD SAFI’I TPT211003


ZARKI TPT211017
IRWANSYA TPT211023
NURMAN NUGRAHA TPT211001
WAHYU K.D.C TPT211019
MUHAMMAD RIDWAN TPT211002

TALIWANG
2022
KATA PENGANTAR

Ucapan puji dan syukur kita semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya
kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah saya bersyukur, saya
meminta ampunan dan saya meminta pertolongan.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya saya


dapat menyelesaikan makalah saya dengan judul “Negara maju pemberantas
korupsi dan yang termasuk negara rendah terjadi korupsi”. Saya pun
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada makalah saya ini.

Oleh sebab itu, Saya sangat menantikan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi saya mengenai
penulisan makalah berikutnya. Saya juga berharap hal tersebut mampu
dijadikan cambuk untuk saya supaya lebih mengutamakan kualitas makalah di
masa yang selanjutnya.
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................
Kata Pengantar……………………………………………………………........
Daftar Isi………………………………………………………………………...

BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………………………….
C. Tujuan Masalah…………………………………………………….

BAB II : Pembahasan
A.1. Regulasi korupsi………………………………………………….
A.1.1. Pengertian Korupsi………………………………………...
B. Implementasi Regulasi Korupsi di Negara Singapura…………..
C. Solusi Mengatasi Korupsi di Negara Singapura..……………......

BAB III : Penutup


A. Kesimpulan………………………………………………………...
B. Saran……………………………………………………………….

Daftar Pustaka………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Singapura merupakan negara yang terletak di ujung selatan
Semenanjung Malaya tepatnya di Asia Tenggara. Di wilayah Asia Tenggara,
Singapura merupakan satu-satunya negara maju yang ditandai sebagai salah
satu negara yang menjadi pusat keuangan terdepan di dunia dan merupakan
negara kosmopolitan yang sangat sibuk dengan kehidupan perdagangan dan
transaksi keuangan internasional.
Korupsi di Singapura telah terjadi semenjak pemerintahan kolonial
Inggris, namun hal ini tidak terekspos secara luas ke permukaan umum
dikarenakan kebijakan untuk memindahkan bahkan memecat pegawai yang
terbukti melakukan korupsi. Korupsi pada masa ini terjadi diakibatkan
demoralisasi pegawai negara yang bekerja di kantor-kantor pemerintahan,
secara khusus penyebab munculnya korupsi di Singapura dikarenakan adanya
perjudian terlarang yang tumbuh subur di sektor kepolisian dan adanya asumsi
yang menyatakan suap menyuap adalah hal yang wajar.
Tercapainya sistem perekonomian yang maju yang dibarengi dengan
upaya Lee Kuan Yew untuk menjadikan Singapura sebagai negara maju maka
kebijakan utama yang dikeluarkan oleh Lee Kuan Yew adalah memberantas
bersih praktik korupsi yang dapat menganggu cita-cita kemapanan negara
Singapura. Diawali dengan membentuk lembaga antikorupsi di tubuh
kepolisian yang ternyata tidak mampu untuk memerangi korupsi karena
rendahnya gaji polisi menyebabkan mereka juga cenderung terseret praktik
korupsi, hingga akhirnya lahirlah sebuah lembaga antikorupsi yang sangat
independen dan telah terbukti kinerjanya dalam memberantas korupsi yaitu
Corruption Practices Investigation Bureau (CPIB).
CPIB berdiri sekitar tahun 1952 sebagai sebuah lembaga antikorupsi
yang sangat kuat karena lahirnya CPIB dilatarbelakangi oleh kehadiran
Undang-undang Pencegahan Korupsi yaitu Prevention of Corruption Act
(PCA). Keberadaan CPIB semakin populer, dikarenakan selain menangani
kasus-kasus korupsi besar ditubuh pemerintahan, CPIB juga menangani kasus
korupsi kecil serta kasus korupsi di sektor swasta sehingga mendapatkan
apresisasi yang positif dikalangan masyarakat Singapura.
CPIB Singapura berfungsi sebagai lembaga antikorupsi yang menerima
dan berwenang melakukan investigasi terhadap praktik korupsi yang terjadi di
sektor publik maupun swasta. Pejabat-pejabat pemerintahan yang terindikasi
melakukan korupsi akan ditindak secara tegas oleh CPIB, hal ini dapat terjadi
karena semenjak pemerintahan Lee Kuan Yew, political will yang tinggi untuk
memberantas korupsi di Singapura benar-benar dijalankan dan diberlakukan
secara efektif tanpa memandang bulu.
Independensi CPIB terpelihara dengan sangat baik melalui PCA,
sehingga pemberantasan korupsi dari level rendah hingga tinggi, dari jumlah
yang minim hingga jumlah yang fantastis kesemuanya merupakan wewenang
dari CPIB untuk menindaknya. Hal tersebut dapat terjadi juga dikarenakan
adanya sistem informasi mengenai harta kekayaan penduduk Singapura yang
dapat di akses dengan mudah oleh CPIB dan hal tersebut adalah hal yang legal.
Singapura mengaplikasikan langkah-langkah yang diuraikan oleh Klitgaard.
Yaitu pertama mengubah sistem reward and punishment, dengan cara
memberikan surat pujian dan kenaikan pangkat kepada pegawai negara yang
berprestasi sedangkan segi hukuman yang diterapkan yaitu pemberian sanksi
administratif yang berkaitan dengan masa depan dan karir jabatan seorang
pegawai.
Melihat kesuksesan singapura dalam memberantas korupsi, sehingga
mampu menempatkan posisinya sebagai Negara yang bersih dari praktek
korupsi, tidak ada salahnya kalua Indonesia berguru kepada negara tetangga
tersebut sejauh manakah peran kepada negara tetangga tersebut. Sejauh
manakah peran dari lembaga korupsi di Singapura serta sejauh mana
peran pemerintah Singapura dalam memberantas korupsi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini, dimaksudkan agar penelitian tidak melebar
permasalahannya. sehingga mudah untuk memahami hasilnya. Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah praktek pemberantasan korupsi yang digalakkan di Negara
Singapura?
b. Apa tugas dari lembaga pemberantasan korupsi di Singapura?
c. Bagaimana langkah-langkah memberantas korupsi di singapura?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai oleh peneliti dalam tesis ini adalah:
a. Dapat mengetahui langkah-langkah mengatasi korupsi di singapura
b. Sebagai tolak ukur untuk mengatasi korupsi yang ada di Negara Indonesia
c. Mengetahui bagaimana pemberantasan korupsi yang di galakkan oleh
Negara Singapura
BAB II
PEMBAHASAN

A. 1 Regulasi Korupsi
Di Negara Singapura regulasi untuk mengatur mengenai tindak pidana yang
berkaitan dengan korupsi dibagi menjadi 2 regulasi yaitu Prevention of
Corruption Act rumusan delik khusus dikalangan bisnis berupa penyuapan
antara swasta dengan swasta, dan untuk pegawai negeri delik suap diambil dari
KUHP Singapura, hal ini dikarenakan latar belakang negara Singapura adalah
sebuah negara bisnis atau dagang.
Dalam Prevention of Corruption Act, terdapat 2 (dua) pasal, pada Pasal 5
dan Pasal 6 Prevention of Corruption Act yaitu dengan ancaman pidana
maksimal 5 (lima) tahun ditambah dengan klausula Recidive Volume 2 No. 3
Sept.- Desember 2013 Perbandingan Penanganan Tindak… 269 yang
memperberat pidana menjadi 7 (tujuh) tahun. Jika korupsi maupun suap
berkaitan dengan kontrak yang diadakan antara pihak swasta dengan
pemerintah maupun lembaga / badan publik, maka sesuai dalam Pasal 5 dan
Pasal 6 Prevention of Corruption Act, ancaman pidana ditingkatkan menjadi $
100,000 atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan berlaku kumulatif.
Pada Pasal 10 sampai dengan Pasal 12 Prevention of Corruption Act mengatur
mengenai penyuapan dalam hal tender pekerjaan, pelayanan, melakukan atau
pemasokan sesuatu, material atau benda, yang merupakan kontrak dengan
Pemerintah atau departemen atau badan publik.
Dengan demikian, jika menyangkut penyuapan yang berkaitan dengan
kontrak dengan pemerintah, sanksi pidananya ditingkatkan. Jadi di sini ada
delik berkualifikasi, yang unsurnya bertambah karena berkaitan dengan
pemerintah. Namun, ancaman sanksi pidana dalam Prevention of Corruption
Act ini masih jauh lebih rendah dibanding ancaman sanksi pidana yang diatur
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Tindak Pidana Korupsi.
Selain itu dalam Pasal 32 ayat (2) Prevention of Corruption Act juga
mengatur tentang gratifikasi, apabila seorang pejabat publik menerima
pemberian gratifikasi tetapi tidak menangkap si pemberi itu dan membawa ke
kantor polisi terdekat tanpa alasan yang dapat diterima akal, diancam dengan
pidana denda paling banyak $ 5,000 atau pidana penjara paling lama 6 (enam)
bulan atau keduaduanya.
Penuntut umum dapat dengan perintah memberi kuasa kepada direktur
CPIB Singapura atau penyidik khusus CPIB Singapura untuk melaksanakan
penyidikan terhadap setiap delik berdasarkan hukum tertulis, semua atau setiap
wewenang yang berkaitan dengan penyidikan oleh kepolisian berdasarkan
Criminal Prosedure Code. Kewenangan inilah yang tidak dimiliki oleh badan
anti korupsi di negara lain, karena dengan demikian CPIB Singapura dapat
menyidik semua delik termasuk yang tidak masuk sebagai delik korupsi,
asalkan dengan perintah Penuntut Umum (Pasal 19 Prevention of Corruption
Act).
Penuntut umum juga dapat memberi perintah untuk memeriksa pembukuan
bank berdasarkan Pasal 20 Prevention of Corruption Act. Pemeriksaan itu
berkaitan dengan adanya bukti dilakukan delik yang tercantum di dalam Pasal
161 sampai dengan Pasal 165 atau Pasal 213 sampai dengan 215 KUHP
Singapura, termasuk di dalamnya pihak terkait yang membantu seseorang
dalam melakukan delik yang berkaitan dengan jabatannya di pemerintahan atau
setiap departemen atau badan publik yang dapat ditemukan dalam pembukuan
bank mengenai orang itu, istri atau anaknya atau orang dipercayai oleh
Penuntut Umum adalah kepercayaan atau agen orang itu. Dalam hal ini
penyidik khusus CPIB Singapura setiap waktu dapat memasuki bank yang
disebut dalam perintah itu dan memeriksa buku-buku dalam bank itu dan dapat
mengambil salinan pada setiap bagian buku itu beruapa rekening bank, akun
saham, akun pembelian, akun pengeluaran, atau akun apa saja, atau suatu safe
deposit box di suatu bank dan untuk mengungkap atau menyerahkan semua
informasi baik akun, dokumen, maupun benda yang diduga kuat terkait dengan
delik
A.1.1 Pengertian Korupsi
Korupsi secara etimologis berasal dari kata “korup” yang memiliki arti
buruk, rusak, buruk dan dapat disogok. Dalam bahasa asing istilah korupsi
sudah sangat populer seperti Bahasa Latin corrumpere dan corruptio, Bahasa
Inggris yaitu corruption atau corrupt, Bahasa Belanda yaitu corruptie atau
korruptie, dan Bahasa Arab yang menggunakan istilah rishwah yang berarti
penyuapan.
Robert Klitgaard menyatakan bahwa definisi dasar korupsi ialah apabila
seseorang secara tidak halal meletakkan kepentingan pribadinya di atas
kepentingan rakyat serta cita-cita yang menurut sumpah akan
dilayaninya.Definisi yang diuraikan oleh Robert Klitgaard menunjukkan bahwa
praktik korupsi dilakukan oleh individu yang memiliki kekuasaan dan
menyalahgunakan kekuasaan tersebut untuk kepentingan pribadi atau
kelompoknya sehingga merugikan masyarakat.
Korupsi menurut Sarifuddin Sudding diartikan sebagai tindak kejahatan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang tidak memiliki moral
individu, politik, moral kemanusiaan dan moral kultural serta korupsi
merupakan kejahatan maladministrasi, yaitu sebuah tindakan yang dilakukan
oleh pihak yang memiliki kekuasaan untuk mengambil secara melawan hukum
keuangan negara atau daerah untuk kepentingan individu maupun kroni.
Korupsi di berbagai negara memiliki konsep dan arti yang secara umum
sama, namun seringkali praktik korupsi ditangani atau dipandang berbeda
antara satu negara dengan negara lainnya. Hal inilah yang kemudian
menciptakan sudut pandang dan dampak yang berbeda antar negara, terutama
sangat jelas terlihat dari kemunculan praktik korupsi di negara maju.
 Konsekuensi Korupsi menurut Ahli

 Nathaniel H. Leff yaitu: Korupsi birokrasi memberikan dampak positif


terhadap pertumbuhan ekonomi, memberikan insentif untuk memobilisasi
birokrasi, meningkatkan investasi asing, menstimulasi inovasi ekonomi, dan
meningkatkan kompetisi diantara pengusaha.

 Mark Bannister yaitu: Korupsi adalah virus pembunuh karena korupsi


membunuh potensi bagi pembangunan dengan cara menakut-nakuti investor,
menyebabkan marginalisasi internasional, membatasi pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan biaya transaksi ekonomi, penyalahgunaan dana
publik, merongrong kebijakan publik dan melemahkan pemerintahan.

 Mansoor Ahmad yaitu: Korupsi akan memakan semua dana pembangunan

 William K. Black yaitu: Korupsi menyebabkan jutaan kematian yang sia-sia,


padahal uang yang dikorupsi dapat digunakan untuk menjaga dan mengelola
negara-negara miskin yang tidak berkompeten dalam bidang pembangunan.

 Barry Bearak yaitu: Korupsi menyebabkan angka kematian wanita dan anak-
anak di negara miskin meningkat karena munculnya wabah kelaparan,
penutupan pusat pendidikan dan kesehatan terutama meningkatnya wabah
penyakit mematikan di negara miskin yang diakibatkan dari penyalahgunaan
dana public
 Pola Pengendalian Korupsi di beberapa Negara
 Jepang
Penetapan undang-undang dan membentuk tim pemberantasan korupsi
dari tubuh lembaga-lembaga publik yang sifatnya independen.

 India, Philipina dan Taiwan


Penetapan undang-undang dan membentuk lembaga anti korupsi yang
independen serta pembentukan sebuah lembaga khusus yang menangani
sistem pelayanan publik seperti Ombudsman.

 Singapura, Hong Kong, Thailand, Korea Selatan, Indonesia, dan Mongolia


Sangat bergantung kepada undang-undang pemberantasan korupsi dan
melalui undang-undang tersebut dibentuklah lembaga-lembaga anti korupsi
untuk mengimplementasikan amanat dari undangundang pemberantasan
korupsi

 Negara yang rendah terjadinya korupsi


1. Denmark
Posisi Denmark hampir tidak pernah bergeser di ranking pertama IPK setiap
tahunnya. Undang-undang Kriminal Denmark soal larangan menerima suap
dan jenis korupsi lainnya benar-benar bekerja dengan baik dan dipatuhi.
Hasilnya bisa ditebak, Denmark menjadi salah satu negara yang paling
makmur. Kesenjangan pendapatan di Denmark adalah salah satu yang paling
kecil di dunia. Tingkat pengangguran juga sangat kecil, dan mendapatkan
pekerjaan di Denmark mudah.

2. Finlandia
Finlandia juga sangat membanggakan posisinya sebagai negara paling
bebas korupsi di dunia. Perihal korupsi semuanya tercantum dalam UU Pidana
Finlandia dan ditegakkan dengan baik. Bersihnya Finlandia dari korupsi juga
berkat kultur keterbukaan dan transparansi dari penyelenggara negara, sistem
pengendalian internal dan eksternal yang luar biasa, hinga keterlibatan
masyarakat sipil dalam pemberantasan korupsi.

3. Selandia Baru
Di Selandia Baru, prinsip transparansi dikedepankan dan birokrasi
dipangkas. Iklim usaha juga sangat kondusif di negara ini, dengan pengurusan
izin usaha yang bisa beres dalam waktu sehari saja.
Selandia Baru juga sukses menegakkan hukum antikorupsi yang
memiliki ancaman penjara hingga 14 tahun. Pejabat publik dilarang menerima
gratifikasi, yang semuanya diterapkan dengan ketat di seluruh jajaran
pemerintahan.

B. Implementasi Regulasi Korupsi di Negara Singapura


CPIB (Corrupt Practice Investigation Bureau) merupakan lembaga
mandiri yang menangani kasus korupsi di Singapura dan berhak untuk
melakukan investigasi dan penangkapan para koruptor. Kepolisian Singapura
tetap memiliki kewenangan sebagai lembaga penegak hukum, tapi apabila
penyelidikan dan/atau penyidikan yang dilakukan mengarah pada korupsi,
kepolisian Singapura harus menyerahkan kasus tersebut pada CPIB.

A. Wewenang CPIB
Dalam menjalankan tugasnya, CPIB diberi kewenangan sebagai berikut:
1. Memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi, tidak hanya terhadap
tersangka kasus korupsi, tetapi juga keluarga dan orang dekat tersangka.
Kewenangan ini juga meliputi pemeriksaan terhadap keuangan mereka
(tersangka dan keluarganya) dan catatan lainnya. CPIB juga diberi
kewenangan untuk memanggil saksi demi kepentingan penyidikan serta
menyelidiki tindak pidana lain yang diungkapkan dalam proses penyelidikan
korupsi;
2. Memiliki kewenangan untuk melakukan penggeledahan apabila dipandang
perlu dan tersedia cukup alasan untuk mempercayai bahwa di suatu tempat
terdapat dokumen atau bukti lainnya yang berkaitan dengan suatu tindakan
korupsi ataupun persekongkolan/ percobaan untuk melakukan tindak
korupsi;
3. Memiliki kewenangan untuk menangkap atau menahan setiap orang yang
melakukan delik menurut Prevention of Corruption Act atau mereka yang
diadukan atau telah diterima informasi yang dapat dipercaya dengan dugaan
telah melakukan perbuatan tindak pidana korupsi;
4. Memiliki kewenangan untuk melakukan penuntutan terhadap tersangka
kasus korupsi.

Selain adanya struktur yang baik, keberhasilan pemberantasan korupsi


di Singapura juga didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Adanya tekad politik yang tinggi dari pemerintah Singapura untuk
memberantas korupsi;
2. Kuatnya hukum dan peraturan terkait pemberantasan korupsi;
3. Adanya hukuman yang berat bagi koruptor;
4. Adanya pendidikan antikorupsi;
5. Adanya analisis metode kerja;
6. Adanya deklarasi aset dan investasi;
7. Tersedianya akses informasi kekayaan warga Singapura;
8. Ditegakkannya larangan menerima hadiah;
9. Warga dan pemerintah Singapura yang terbiasa tertib dan taat peraturan.
 Contoh korupsi di kalangan masyarakat yang terjadi di Singapura:

 Contoh lainnya terjadi pada Sheith Yusof bin Sheith Ibrahim yang
merupakan pelatih Absolute Kinetics Consultancy Pte Ltd yang melatih peserta
kursus pengelasan. Dia juga disebut membantu penguji pengelasan eksternal
selama tes pengelasan. Setiap peserta pelatihan yang lulus akan menerima
semacam izin dari ministry of manpowernya singapura.
Pada 2012-2013, CPIB melakukan investigasi. Hasilnya, Yusof diduga
memanfaatkan posisinya sebagai pelatih untuk mendapat suap. Nilai suapnya
bisa dibilang kecil yakni SGD 5 hingga SGD 50 atau setara sekitar Rp 54 ribu
hingga Rp 541 ribu. CPIB dalam PACT menyebut suap itu diterima Yusof
sebagai "uang kopi" agar peserta kursusnya bisa lebih santai. Akhirnya, Yusof
mengakui perbuatannya dan pada 2014 dia didenda senilai SGD 8 ribu dan
SGD 199 atau sekitar Rp 88 juta akibat perbuatannya. Para pemberi suap juga
diberihukuman.

Singapura dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi


paling rendah di dunia. Salah satu sebabnya adalah hukuman keras terhadap
pelaku korupsi. Hukum di Singapura tegas terhadap pelaku kejahatan seperti
pembunuhan, penyelundupan obat terlarang dan juga korupsi. Pada kurun
1994-1999 hukuman mati diberikan pada lebih dari seribu orang.
Amnesty Internasional mencatat Singapura sebagai negara yang paling sering
mengeluarkan hukuman mati. 21 orang divonis hukuman mati hanya pada
2001.
C. Solusi untuk mengatasi korupsi di Negara Singapura.
Selain melakukan pemberantasan korupsi, CPIB juga memiliki tugas
untuk melakukan pencegahan korupsi. Berdasarkan penelitian Klitgaard,
langkah-langkah strategis dalam pencegahan korupsi yang dilakukan CPIB
antara lain:
1. Mengubah konsep imbalan dan hukuman
Di Singapura, pemberian imbalan dalam bentuk surat pujian serta masa
depan kenaikan pangkat dan gaji yang baik diberikan kepada mereka yang
menolak suap. Sedangkan bentuk hukuman yang diberikan adalah dalam
sanksi administrative yang depat mempengaruhi masa depan dan karir.
2. Mengumpulkan informasi
CPIB senantiasa mengumpulkan informasi yang mendukung sebelum
melakukan investigasi terhadap aparat yang terduga korup.
3. Menyusun kembali hubungan atasan-pegawai-klien
Dalam waktu tertentu diadakan restrukturisasi dalam departemen atau
organisasi, yaitu dengan memindahkan karyawan atau atasan dari satu
tempat kerja atau divisi ke tempat lain.
4. Mengubah sikap terhadap korupsi
CPIB aktif memberikan pesan-pesan moral kepada perusahaan,
organisasi, dan masyarakat umum untuk menghindari tindak korupsi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMSPULAN
Dari pemamapran yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Bahwa korupsi dapat terjadi di Negara manasaja, termasuk Singapura yang
dikenal sebagai Negara maju.
b. Diperlukan suatu lembaga yang memiliki kekuasaan penuh dalam
pemberantasan korupsi tanpa ada campur tangan dari pemerintah.
c. Dalam pemberantasan korupsi tidak mengenal adanya pandang bulu. Semua
diperlakukan secara sama dan adil. Setiap pihak yang melakukan tindakan
korupsi, wajib diperiksa dan di adili dengan seadil-adilnya.
d. Perlu dukungan dari berbagai pihak dalam pemberantasan korupsi. Adanya
political will dari pemerintah dan juga dukungan dari masyarakat, dapat
membantu proses pemberantasan korupsi. Kesadaran dari berbagai pihak
akan meningkatkan budaya kedisiplinan sehingga tercipta Negara yang
teratur dan bersih dari tindakan korupsi.

B. SARAN
Sebaiknya negara Indonesia mengikuti aturan penaganan korupsi seperti
negara-negara maju salah satu-nya negara Singapura. Dan sebaiknya KPK
lebih di Upgrade lagi, Supaya penanganan korupsi lebih kondusif.
Sebaiknya pemerintah menerapkan atau mengkhususkan pada seluruh
masyarakat tentang penanganan korupsi agar bisa di terapkan oleh selurus
masyarakat Indonesia.
Serta,memberikan pesan-pesan moral kepada perusahaan, organisasi,
dan masyarakat umum untuk menghindari tindak korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.researchgate.net/publication/334959015_KORUPSI_SUATU_
KAJIAN_ANALISIS_DI_NEGARA_MAJU_DAN_NEGARA_BERKEM
BANG. (Diakses 3 November 2022)

2. https://www.academia.edu/8190786/Pemberantasan_Korupsi_di_Singapura
(Diakses 3 November 2022)

3. https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220522-null
(Diakses 3 November 2022)

4. https://www.merdeka.com/dunia/4-negara-ini-beri-hukuman-mati-bagi-
para-koruptor.html (Diakses 3 November 2022)

5. https://news.detik.com/kolom/d-4602380/memberantas-korupsi-sektor-
swasta-berkaca-dari-singapura (Diakses 3 November 2022)

6. https://jurnal.uns.ac.id/recidive/article/view/32712 ( Diakses 3 November


2022).

Anda mungkin juga menyukai