A. Pendahuluan
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum (the rule of law).
Implikasi sebagai negara hukum adalah adanya jaminan hak asasi manusia (HAM) yang
dituangkan di dalam Konstitusi (UUD NRI Tahun 1945). Di dalam UUD NRI Tahun
1945, terdapat 2 (dua) hak konstitusional warga negara yang saling bersinggungan dan
saling terkait yaitu hak diperlakukan sama di depan hukum (equality before the law) dan
hak atas akses pada keadilan (acess to justice). Implementasi dari 2 (dua) hak dasar
tersebut adalah pemenuhan hak atas bantuan hukum (legal aid) yang di antaranya
ditujukan kepada kelompok/komunitas perempuan dan inklusi sosial lainnya termasuk di
dalamnya adalah komunitas
Pemenuhan hak atas bantuan hukum (legal aid) untuk tercapainya hak atas akses pada
keadilan (acess to justice) dijamin dan dilindungi dengan beberapa regulasi dan kebijakan
di Indonesia. Regulasi dan Kebijakan untuk menjamin hak atas akses pada keadilan dan
hak bantuan hukum adalah sebagai berikut: Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
Selanjutnya, tepat di tahun 2012, di Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terdapat beberapa
regulasi sebagai payung hukum diberikannya layanan bantuan hukum kepada masyarakat
tidak mampu dan tidak beruntung (marjinal) di antaranya Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Masyarakat Miskin di Jawa
Timur yang diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2015. Beberapa daerah
Kabupaten/Kota juga sudah memiliki Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum, di
antaranya Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten
Banyuwangi, dan Kabupaten Pasuruan, serta akan disusul oleh beberapa Kabupaten/Kota
lain yang sedang menginisiasi Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum, di antaranya
Kabupaten dan Kota Malang, serta Kabupaten Jember yang sudah masuk dalam Program
Legislasi Daerah.
Dua peraturan hukum di atas telah memberikan jaminan untuk akses pada keadilan
bagi masyarakat miskin dan kurang beruntung di Indonesia. UU Bantuan Hukum
memberikan amanat kepada Organisasi Bantuan Hukum dapat merekrut Advokat,
Mahasiswa, Dosen dan Paralegal sebagai penyelenggara bantuan hukum di komunitas
masyarkatnya. Paralegal ada dengan maskud untuk membantu kerja-kerja Advokat dan
dapat mengorganisir di komunitas masyarkatnya. Dari empat elemen tersebut, Paralegal-
lah yang kemapuannya, kapasitasnya, dan aksesbilitasnya paling rendah dibandingkan
tiga elemen yang lain. Oleh karena itu, sudah menjadi kebutuhan adanya peningkatan
kapasitas paralegal sebagai salah satu elemen organisasi bantuan hukum di Jawa Timur
yang nantinya diperkuat utnutk memberikan pembelaan dalam kasus-kasus yang terjadi
dimasyarakat .
Oleh karena itu dalam rangka Dies Natalis Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo
Madura ke 41, Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura bekerjasama YLBHI-
LBH Surabaya dan PCNU Sampang menyelenggarakan kegiatan “MOU dan Pelatihan
Paralegal di PC NU Sampang” adapun tema kegiatan ini adalah “Mewujudkan
Paralegal yang siap dan mampu memberikan Pendampingan Hukum bagi Masyarakat
di Kabupaten Sampang”. Keluaran (out put) dari kegiatan ini adalah peningkatan
kapasitas peserta yang lebih dalam rangka mewujudkan akses pada keadilan, terutama
memberikan layanan bantuan hukum bagi masyarakat yang mengalami ketidakadilan.
F. SUSUNAN PANITIA
Panitia Pelaksana (Organizing Commitee)
a. Ketua : Moh. Soleh ., S.H.,M.H.
b. Anggota : Zilda , SH., MH.
c. Anggota : Ahmad Arifandi
d. Anggota : Betantyo, S. Kom
G. Susunan Acara
H. PENUTUP
Demikian kerangka acuan kerja yang kami yang kami buat, atas perhatiannya kami
sampaikan terima kasih.