Oleh :
Dian Andini
NIM 190111100366
i
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH :
Dian Andini
NIM 190111100366
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UTM
1
Sudikno Mertokusumo, “Teori Hukum”, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka, 2012).
para petugas penegak hukum. Oleh karenanya banyak peraturan hukum yang
tidak dapat terlaksana dengan baik dikarenakan oknum penegak hukum
kurang paham dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya2.
Indonesia merupakan negara hukum adalah salah satu prinsip yang
dimiliki oleh Negara Indonesia serta diatur dalam Undang-Undang Dasar NRI
Tahun 1945. Sebagaimana prinsip tersebut menyatakan bahwa Equality
Before the Law yang merupakan bentuk jaminan hukum serta memberikan
kepastian bahwa setiap orang adalah sama dihadapan hukum tanpa membeda-
bedakan apapun itu, lain dari pada itu adapula hak atas pengakuan dan
perlindungan (Penjelasan UU No.18 Tahun 2008 Tentang Advokat).
Penegakan hukum pidana idealnya dilaksanakan dengan melibatkan
semua komponen atau unsur penegak hukum (Polisi, Jaksa dan Hakimt)
berdasar Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT) / Integrated Criminal
Justice System (ICJS). Penegakan hukum pidana di Indonesia dilakukan
berdasar UURI No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP). Menurut Barda Nawawi Arief 3, Sistem peradilan
pada hakikatnya identik dengan sistem penegakan hukum, karena proses
peradilan pada hakekatnya suatu proses menegakkan hukum.
Apabila SPP dilihat sebagai sistem kekuasaan kehakiman menegakkan
hukum pidana (atau sistem kekuasaan kehakiman di bidang hukum pidana
maka SPP merupakan serangkaian perwujudan dari kekuasaan menegakkan
hukum pidana yang terdiri dari 4 (empat) sub sistem, yaitu : (1) kekuasaan
penyidikan oleh lembaga penyidik; (2) kekuasaan penuntutan oleh lembaga
penuntut umum; (3) kekuasaan mengadili/menjatuhkan putusan oleh badan
peradilan; dan (4) kekuasaan pelaksanan hukum pidana oleh aparat pelaksana
eksekusi. Keempat subsistem itu merupakan satu kesatuan sistem penegakan
hukum pidana yang integral atau sering disebut dengan istilah Sistem
Peradilan Pidana terpadu atau SPP terpadu atau Integrated Criminal Justice
2
Abdurrahman, “Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum di Indonesia”,
(Bandung: Penerbit Alumni, 1980).
3
Barda Nawawi Arief, “Reformasi Sistem Peradilan (Sistem Penegakan Hukum Di
Indonesia)”, (Semarang: Badan Penerbit Univ. Diponegoro, 2017), hlm 2, 3, 7.
System. Patut dicatat bahwa didalam ke-4 sub-sistem itu, tentunya termasuk
juga profesi Advokat sebagai salah satu penegak hukum Rusli Muhammad
menjelaskan bahwa posisi Advokat sebagai bagian atau sub sistem Sistem
Peradilan Pidana Indonesia masih diperdebatkan, hal ini disebabkan karena
belum adanya kejelasan wadah dan sturktur organisasi yang menyatu dan
mengendalikan bekerjanya lembaga Advokat itu4.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menyatakan
bahwa advokat ialah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan undang-undang ini5. Jasa yang diberikan Advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,
mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien (jasa hukum). Advokat adalah pengacara yang
diangkat oleh Menteri Kehakiman setelah mendapat nasihat dari Mahkamah
Agung. Batas wilayah hukum tugas dari seorang advokat adalah seluruh
propinsi di Indonesia.
Pendampingan hukum serta pemberian bantuan hukum secara Cuma –
Cuma merupakan bentuk tanggung jawab seorang advokat terhadap klien
sesaat setelah bersepakat menggunakan jasanya. Dengan menepatkan diri
sebagai pelayan hukum, peran advokat dalam mendampingi klien di muka
penadilan haruslah berupa pelayanan yang mengacu dan mengedepankan
keadilan, wajib membela kepentingan klien dan mendapatkan serta
memperjuangkan hak – haknya.
Untuk itulah keberadaan advokat sebagai bagian dalam pelaksanaan
proses penyelesain perkara adalah penting. Keberadaan, kehadiran serta
bantuan hukum yang diberikan oleh advokat dapat memberikan peluang serta
kesempatan bagi masyarakat dalam memenuhi hak – haknya serta
mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum terkait masalah yang sedang
dihadapinya
4
Rusli Muhamad, “Sistem Peradilan Pidana Indonesia : Dilengkapi Dengan 4 Undan-
undang di Bidang Sistem Peradilan Pidana”, (Yogyakarta: UII Press, 2012), hlm. 31.
5
Pasal 1 Butir 1 UU Nomor 8 Tahun 2003 tentang Advokat.
Ketua Pengadilan menunjuk advokat untuk menjalankan kuasa yakni
mewakili, mendampingi, membela dan meakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan Pemohon Bantuan Hukum yang memenuhi syarat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugasnya Advokat dapat
menerima biaya pendampingan sesuai standart yang ditentukan oleh negara
(Pasal 9 SEMA No. 10 Tahun 2010).
Kantor Advokat yang terdapat di Kabupaten Bangkalan cukup
banyak, salah satunya adalah Kantor Advokat dan Konsultasi Hukum
“BAHIRUDDIN, S.H AND PARTNERS” yang bertempat di Jalan Halim
Perdana Kusuma Perumahan Griya Abadi Blok Q No. 10 Kabupaten
Bangkalan. Magang di kantor advokat tersebut merupakan wadah bagi kami
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura untuk menggali
segala potensi dan pengalaman serta mencoba mengenal lingkungan kerja
secara nyata sebagai lulusan Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura
dalam mengabdi kepada masyarakat serta mengaplikasikan segala teori yang
telah diajarkan di bangku perkuliahan.
Dengan demikian, harapan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapang
di Kantor Advokat dan Konsultasi Hukum “BAHIRUDDIN, S.H AND
PARTNERS” adalah agar dapat mempelajari lebih dalam mengenai tugas dan
peran advokat dalam memberikan jasa hukum, konsultasi hukum, dan
melakukan pendampingan terhadap klien.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari terlaksananya Praktik Kerja Lapang ini untuk
mendapatkan pengalaman belajar yang cukup dan pembelajaran langsung di
Kantor Advokat dan Konsultasi Hukum “BAHIRUDDIN, S.H AND
PARTNERS”. Termasuk mendapatkan pembelajaran mengenai managerial di
kantor avokat, pendampingan dengan klien, dan pemberian konsultasi
terhadap klien, membuat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penyelesaian perkara secara litigasi.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang jelas mengenai bagaimana
penyelesaian perkara litigasi dan non litigasi di kantor advokat. Sehingga,
Praktik Kerja Lapang kali ini bertujuan agar mahasiswa bukan hanya mampu
secara teori yang didapatkan di bangku perkuliahan namun juga mampu secara
praktik di lapangan melalui pelaksanaan magang ini.
1.3 Manfaat dan Dampak
a. Bagi mahasiswa : Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan,
pemahaman, dan ilmu praktik beracara menyelesaikan perkara secara
litigasi maupun non litigasi
b. Bagi Universitas : Terselenggaranya salah satu program universitas
untuk meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa melalui program
Praktik Kerja Lapang, sebagai sarana untuk memperoleh informasi
mengenai mekanisme pembuatan seluruh dokumen hukum yang berkaitan
dengan penyelesaian perkara secara litigasi serta terciptanya hubungan
kerja sama yang saling menguntungkan antara pihak universitas dengan
pihak instansi magang.
c. Bagi Instansi Magang : Terbantukan oleh mahasiswa dalam
menyelesaikan perkara yang dihadapi klien mengenai kasus yang
diselesaikan secara litigasi atau non litigasi dan menjadi sarana yang
menjembatani antara instansi atau lembaga untuk bekerjasama baik dalam
hal akademik maupun non akademik.2
b. Alat Bukti
Kode Alat Bukti Keterangan
Alat Bukti
B.2 Aktifitas menyusun Berkas-
Berkas untuk Persidangan di
PN ataupun PA
Luaran Poster
sertifiktat HKI
BAB IV
PENUTUP
Advokat memiliki posisi penting dalam sistem peradilan pidana. Salah
satunya untuk menjaga keseimbangan antara besarnya peran penegak hukum
seperti Polisi dan Jaksa dengan keadaan tersangka/terdakwa yang lemah. Oleh
karena itu, dibutuhkan advokat yang bebas, kendati dalam praktik penegakan
hukum, para advokat kurang mendapatkan tempat pada perannya tersebut.
Advokat berperan membantu tersangka dan terdakwa untuk memahami
proses hukum yang dijalaninya, meliputi tahap pra-ajudikasi, ajudikasi, dan
purna-ajudikasi. Selain itu, advokat juga ikut mengawasi dan membantu penyidik
serta penuntut umum untuk menjalani proses menjaga keseimbangan antara
kepentingan publik dan semua hak serta jaminan yang diberikan hukum pada
tersangka dan terdakwa.
Saya berharap Kantor Advokat “BAHIRUDDIN, S.H AND PARTNERS”
bukan hanya memberikan pengetahun dan pengalaman terhadap saya peribadi,
melainkan juga dapat mendukung mahasiswa lain dalam melaksanakan kegiatan
magang selanjutnya untuk memperoleh ilmu pengetahn dan praktik langsung di
lapangan, mengingat saya dan kawan-kawan merupakan mahaasiswa pertama kali
yang melaksanakan magang di tempat kantor ini. Pun juga saya berharap agar
Kantor Advokat dan Konsultasi Hukum “BAHIRUDDIN, S.H AND
PARTNERS” bukan hanya dapat memberikan ilmu pengetahuan dan praktik saja
melainkan juga dapat memberikan sertifikasi/piagam atau sejenisnya yang
dikeluarkan oleh instansi/profesional hukum terhadap mahasiswa yang sudah
melakukan praktik kerja.
Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada seluruh staff dan karyawan Kantor Advokat dan Konsultasi Hukum
“BAHIRUDDIN, S.H AND PARTNERS” karena sudah bersedia menerima kami
dan memberikan ilmu serta pengalaman kepada kami. Semoga Kantor Advokat
dan Konsultasi Hukum “BAHIRUDDIN, S.H AND PARTNERS” dapat
memberikan manfaat lebih luas terhadap mesyarakat dan tentunya semakin maju.
Amiin…
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Advokat.
Buku :
Abdurrahman, “Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum di Indonesia”,
(Bandung: Penerbit Alumni, 1980).
Barda Nawawi Arief, “Reformasi Sistem Peradilan (Sistem Penegakan Hukum Di
Indonesia)”, (Semarang: Badan Penerbit Univ. Diponegoro, 2017).
Rusli Muhamad, “Sistem Peradilan Pidana Indonesia : Dilengkapi Dengan 4
Undan-undang di Bidang Sistem Peradilan Pidana”, (Yogyakarta: UII
Press, 2012).
Sudikno Mertokusumo, “Teori Hukum”, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka,
2012).