Anda di halaman 1dari 5

RICHARDANI NAWIPA, S.H.

Advokat and Legal Consultant


Jl. Tembagapura RT 01 RW 01 Kel Kali Harapan Kec Nabire
Kab Nabire.
Telp : 082239637519 e-mail : rnawipa01@gmail.com

Nabire, 11 Januari 2024

DUPLIK
Dalam Perkara No. 61/Pdt.G/2023/PN.Nbr

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire
Perkara No : 61/Pdt.G/2023/PN.Nbr

Dengan Hormat,

Setelah mempelajari dan menganalisa secara seksama materi Replik yang diajukan oleh
PENGGUGAT, maka perkenankan kami atas nama PARA TERGUGAT mengajukan Duplik,
Adapun dalil-dalil Duplik kami terhadap dalil-dalil Replik PENGGUGAT, adalah sebagai
berikut:

A. PENDAHULUAN
1. Bahwa, PARA TERGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil posita maupun
petitum PENGGUGAT di dalam surat gugatan maupun repliknya, kecuali terhadap
hal-hal yang secara tegas diakui kebenarannya oleh PARA TERGUGAT dan dapat
dibuktikan secara hukum;

2. Bahwa, PARA TERGUGAT tetap pada pendiriannya terhadap dalil-dalil sebelumnya


sebagaimana tertuang dalam Jawaban PARA TERGUGAT serta mohon dianggap
termuat kembali dalam Duplik ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan;

3. Bahwa, PARA TERGUGAT tidak akan menanggapi dalil-dalil PENGGUGAT satu per
satu dalam dupliknya. PARA TERGUGAT hanya akan menanggapi dalil-dalil yang
dianggap penting untuk diberikan penegasan, penjelasan, dan/atau keterangan
guna menguatkan dalil-dalil PARA TERGUGAT;

4. Bahwa, PARA TERGUGAT secara tegas menolak terhadap dalil-dalil PENGGUGAT


yang tidak ditanggapi oleh PARA TERGUGAT;

B. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa tidak benar dan harus ditolak dengan tegas dalil PENGGUGAT pada replik
(eksepsi angka 2) yang menyatakan TERGUGAT I, TERGUGAT II menguaraikan
tangkisan berdasarkan materi-materi pokok perkara yang semestinya hal tersebut
menjadi bagian yang terpisahkan dari eksepsi. Bahwa dalil tersebut keliru dan
merupakan pemahaman yang sesat dari PENGGUGAT, untuk itu PARA TERGUGAT
akan mencerahkan pemikiran PENGGUGAT mengenai cacat formil pada gugatan.
1|Duplik
Menurut M. Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata:
tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”
halaman 811 menjelaskan bahwa berbagai macam cacat formil yang mungkin
melekat pada gugatan, antara lain :
a) Gugatan yang ditandatangani kuasa berdasarkan surat kuasa yang tidak
memenuhi syarat yang digariskan Pasal 123 ayat (1) HIR;
b) Gugatan yang tidak memiliki dasar hukum;
c) Gugatan error in persona (Kesalahan pihak dalam pengajuan gugatan
perdata) dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis consortium
(gugatan kurang pihak);
d) Gugatan mengandung cacat osbcuur libel, nebis in idem, atau melanggar
yurisdiksi (kompetensi) absolut atau relatif.

Obscuur libel yang berarti surat gugatan penggugat tidak terang atau isinya
gelap (onduidelijk). Disebut juga, formulasi gugatan yang tidak jelas. Padahal agar
gugatan dianggap memenuhi syarat formil, dalil gugatan harus terang dan jelas atau
tegas (duidelijk).

Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, lebih lanjut menjelaskan bahwa Penggugat harus
merumuskan petitum dengan jelas dan tegas. Tuntutan yang tidak jelas atau
tidak sempurna dapat berakibat tidak diterimanya tuntutan tersebut.
Demikian pula gugatan yang berisi pernyataan-pernyataan yang bertentangan
satu sama lain, yang disebut “obscuur libel” (gugatan yang tidak jelas dan
tidak dapat dijawab dengan mudah oleh pihak Tergugat sehingga
menyebabkan ditolaknya gugatan) berakibat tidak diterimanya gugatan
tersebut;

Mengenai putusan gugatan yang obscuur libel terdapat pada yurisprudensi


sebagaimana berikut :
a) Putusan MA No. 582 K/Sip/1973 tanggal 11 November 1975 yang
menyatakan:

“Petitum gugatan meminta: 1) menetapkan hak penggugat atas tanah


sengketa, 2) menghukum tergugat supaya berhenti melakukan tindakan
apapun atas tanah tersebut. Namun hak apa yang dituntut penggugat tidak
jelas, apakah penggugat ingin ditetapkan sebagai pemilik, pemegang jaminan
atau penyewa. Begitu juga petitum berikutnya, tidak jelas tindakan apa yang
dihentikan tergugat. MA berpendapat, oleh karena petitum gugatan tidak
jelas, gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima.”

b) Putusan MA No. 1149 K/SIP/1979 tanggal 17 April 1979 yang menyatakan:

“Bila tidak jelas batas-batas tanah sengketa, maka gugatan tidak dapat
diterima.”

c) Putusan Ma No. 81 K/SIP/1971 tanggal 9 Juli 1973 yang menyatakan:

“Dipertimbangkan berdasarkan pemeriksaan setempat oleh Pengadilan


Negeri atas perintah Mahkamah Agung, tanah yang dikuasai tergugat
ternyata tidak sama batas-batas dan luasnya dengan yang tercantum dalam
gugatan, oleh karena itu gugatan tidak dapat diterima.”

2|Duplik
2. Bahwa dengan demikian, PARA TERGUGAT sudah tepat dalam menanggapi eksepsi
gugatan PENGGUGAT yang tidak jelas dan tidak rinci sehingga mengakibatkan
gugatan PENGGUGAT tidak jelas dan kabur obscuur libel;

3. Bahwa adapun hal yang menyebabkan gugatan PENGGUGAT tidak jelas dan kabur
adalah karena PENGGUGAT tidak menjelaskan secara rinci perolehan asal usul
atas tanah obyek sengketa dan pula tidak menjelaskan mengenai batas-batas
tanah yang dimaksud. Padahal pada faktanya terdapat bangunan yang berdiri
di atas tanah obyek sengketa yang masuk dalam lingkup Sertifikat Hak Milik
Nomor : 01526-NIB.26.13.01.08.08577 atas nama Alm. Gustap Adolop
Tawaru;

4. Bahwa kekaburan gugatan PENGGUGAT selanjutnya adalah terdapat perbedaan


ukuran obyek sengketa dalam gugatan PENGGUGAT, pada point 4
PENGGUGAT menjelaskan bahwa obyek sengketa yaitu tanah yang tercantum
dalam Sertifikat tanah Hak Milik Nomor: 01526-NIB.26.13.01.08.08577 atas
nama Alm. Gustap Adolop Tawaru seluas 350 M 2, sedangkan pada point 5
gugatan PENGGUGAT menjelaskan bahwa telah ada pembelian tanah garapan
dari Alm. Michael Upuya yang beralamat di Jalan Hanoi, Kelurahan Nabarua,
RT 02 Tanah garapan yang berukuran 368 M 2 tertanggal 02 Agustus 1995.
Sehingga menjadi tidak jelas obyek sengketa dalam gugatan ini berukuran berapa
dan berbatasan dengan apa saja dan berbatasan dengan tanah dan bangunan milik
siapa saja;

5. Bahwa dalil PENGGUGAT pada angka 4 Repliknya adalah bentuk konsistensi


PENGGUGAT dalam kesesatan berfikir tentang cacat formil gugatan. Sebagaimana
telah dijelaskan di atas cacat formil pada gugatan salah satu bentuknya adalah
Gugatan error in persona dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis consortium.
Gugatan Dapat dikatakan error in persona dalam gugatan kurang pihak apabila
Pihak yang bertindak sebagai penggugat atau yang ditarik sebagai tergugat tidak
lengkap, masih ada orang yang harus bertindak sebagai penggugat atau ditarik
tergugat.

Selanjutnya dapat dilihat pada Yurisprudensi sebagaimana Putusan Mahkamah


Agung Nomor 1125 K//Pdt/1984 menyatakan “judex facti salah menerapkan tata
tertib beracara. Semestinya pihak ketiga yang bernama Oji sebagai sumber perolehan
hak Tergugat I, yang kemudian dipindahkan Tergugat I kepada Tergugat II, harus
ikut sebagai Tergugat. Alasannya, dalam kasus ini Oji mempunyai urgensi untuk
membuktikan hak kepemilikannya maupun asal-usul tanah sengketa serta dasar
hukum Oji menghibahkan kepada Tergugat I”.

6. Bahwa pada faktanya masih ada pihak yang mempunyai kepentingan pada obyek
sengeketa yang tidak dimasukkan sebagai TERGUGAT yaitu pemilik bangunan di
atas tanah obyek sengketa bernama Bernard Marisan. Mengingat obyek
sengketa gugatan PENGGUGAT yaitu Sertifikat tanah Hak Milik Nomor 01526-
NIB.26.13.01.08.08577 atas nama Alm. Gustap Adolop Tawar di dalamnya
terdapat bangunan di atas tanah milik Bernard Marisan yang sangat
berkepentingan dalam perkara a quo. Sehingga telah jelas dan terang bahwa
gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT adalah Gugatan kurang pihak (Plurium
Litis Consortium),

3|Duplik
7. Bahwa, dengan demikian dalil-dalil yang dikemukakan oleh PENGGUGAT dalam
repliknya angka 1 s/d angka 5 sudah sepatutnya untuk ditolak;

C. DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa seluruh dalil-dalil yang telah dikemukakan oleh PARA TERGUGAT dalam
Eksepsi/Jawaban PARA TERGUGAT yang lalu, mohon untuk dikemukakan kembali
dan termasuk dalam bagian Pokok Perkara ini;

2. Bahwa pada prinsipnya PARA TERGUGAT menolak seluruh dalil-dalil yang diajukan
oleh PENGGUGAT dalam Repliknya, kecuali hal-hal yang diakui secara tegas oleh
PARA TERGUGAT;

3. Bahwa tidak benar dalil PENGGUGAT pada Replik (Pokok Perkara pada angka 2)
yang menyatakan PARA TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
karena membangun dan tinggal di atas tanah PENGGUGAT. Faktanya PARA
TERGUGAT menguasai sebagian tanah pada obyek sengketa dengan sah secara
hukum melalui jual beli sebagaimana bukti kwitansi jual beli tanah dengan Alm.
Michael Upuya, diantaranya sebagai berikut:
a. TERGUGAT I, berdasarkan jual beli atas tanah antara Alm. Michael Upuya
dengan TERGUGAT I bukti kwitansi pembelian tanah seluas 7 x 7,5 M 2
seharga Rp. 750.000,- (Tujuh Ratus Lima Puluh ribu Rupiah) tertanggal 09
Mei 1998;
b. TERGUGAT II, berdasarkan jual beli tanah antara Alm. Michael Upuya dengan
TERGUGAT II bukti kwitansi pembelian tanah seluas 11 x 12 M 2 seharga Rp.
700.000,- (Tujuh Ratus ribu Rupiah) tertanggal 20 Juni 1999;
c. Bernard Marisan, berdasarkan jual beli tanah antara Alm. Michael Upuya
dengan Bernard Marisan bukti kwitansi pembelian tanah seluas 5 x 19,50 M 2
seharga Rp. 500.000,- (Lima Ratus ribu Rupiah) tertanggal 29 April 1997;

4. Bahwa dengan demikian PARA TERGUGAT tidak menguasai sebagian tanah pada
obyek sengketa secara melawan hukum, karena PARA TERGUGAT telah melakukan
peralihan hak atas tanah pada sebagaian obyek sengketa dengan sah secara hukum
yaitu melalui jual beli;

Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dengan ini PARA TERGUGAT memohon
kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

Dalam Eksepsi

Menerima dan mengabulkan eksepsi PARA TERGUGAT untuk seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara


1. Menolak Gugatan dan Replik PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menolak dalil-dalil PENGGUGAT untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya tidak dapat
diterima;
3. Menerima Jawaban dan Duplik PARA TERGUGAT;
4. Menyatakan PARA TERGUGAT adalah pemilik sah dari objek tanah tersebut;

4|Duplik
5. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar segala biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini;

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain maka mohon putusan seadil-adilnya (ex aequo et
bono).

Hormat Kami,
Kuasa Hukum

RICHARDANI NAWIPA, S.H.

5|Duplik

Anda mungkin juga menyukai