Anda di halaman 1dari 3

Lutfiana Fiqry Ichvani

12020114120034
Review Anti Monopoli Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Monopoli menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat seseorang atau sekelompok


orang yang menguasai suatu bidang tertentu secara mutlak, tanpa memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk ikut ambil bagian. Monopoli diartikan sebagai suatu hak istimewa
(previlege), yang menghapuskan persaingan bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan
menciptakan penguasaan pasar. Menurut Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat definisi Monopoli adalah penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku
usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan secara umum
terhadap segala tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan persaingan dalam setiap bentuk
transaksi atau bentuk perdagangan dan komersial. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan
lahirnya perusahaan-perusahaan yang mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan
pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan paling kaya.
Akibat dari monopoli adalah dapat menguntungkan satu pihak saja dan dapat mematikan
usaha-usaha kecil yang bergerak dalam bidang yang sama. Namun, hal tersebut tetap dilakukan
oleh para pelaku usaha demi mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan
dampak yang terjadi pada masyarakat. Dibeberapa negara, hukum persaingan dikenal dengan
istilah, Antitrust Laws atau antimonopoli. Di Indonesia istilah yang sering digunakan adalah
hukum persaingan atau anti monopoli. Di Indonesia hukum anti monopoli diatur dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan prakek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat. Undang-undang ini merupakan pengaturan secara khusus dan komprehensif yang
berkaitan dengan persaingan antar pelaku usaha.
Beberapa hal yang diatur di dalam UU No. 5 Tahun 1999 atau juga disebut sebagai UU
Antimonopoli antara lain:

1. Perjanjian yang dilarang, misalnya praktek oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah,
pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, dan sebagainya. (pasal 4 sampai pasal 16 UU No.5 Tahun
1999)
Lutfiana Fiqry Ichvani
12020114120034
2. Kegiatan yang dilarang, misalnya praktek monopoli, praktek monopsoni, persekongkolan, dan
sebagainya. (pasal 17 sampai pasal 24 UU No 5 Tahun 1999)

3. Penyalahgunaan posisi dominan. Posisi dominan yang dimaksud adalah keadaan di


mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan
dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan
akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau
permintaan barang atau jasa tertentu. Adapun penyalahgunaan posisi dominan misalnya jabatan
rangkap, pemilikan saham, dan lain-lain sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan pasal
27 UU No 5 Tahun 1999.

Berdasarkan UU No 5 Tahun 1999 dapat disimpulkan bahwa praktek monopoli memang


sangat dilarang. Namun dalam dunia usaha persaingan adalah hal yang wajar terjadi, setiap
perusahaan akan terus berusaha untuk menguasai pasar. Dalam Teori Ilmu Ekonomi, persaingan
yang sempurna adalah suatu kondisi pasar yang ideal. Paling tidak ada empat asumsi yang
melandasi agar terjadinya persaingan yang sempurna pada suatu pasar tertentu. Asumsi tersebut
adalah:

1. Pelaku usaha tidak dapat menentukan secara sepihak harga produk atau jasa
2. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha mempunyai kebebasan untuk masuk
ataupun keluar dari pasar
3. Pelaku usaha mempunyai kebebasan untuk masuk atau keluar dari pasar perfect mobility
of resource.
4. Konsumen dan pelaku pasar memiliki informasi yang sempurna tentang berbagai hal.
5. Persaingan memberikan keuntungan kepada para pelaku usaha maupun kepada
konsumen. Dengan adanya persaingan maka pelaku usaha akan berlomba-lomba untuk
terus memperbaiki produk ataupun jasa yang dihasilkan sehingga pelaku usaha terus
menerus melakukan inovasi dan berupaya keras memberi produk atau jasa yang terbaik
bagi konsumen. Disisi lain dengan adanya persaingan maka konsumen sangat
diuntungkan karena mereka mempunyai pilihan dalam membeli produk atau jasa tertentu
dengan harga yang murah dan kualitas baik.
Lutfiana Fiqry Ichvani
12020114120034
Jeremy Bentham (1748-1832)
Menurut Jeremy Bentham yang menyatakan bahwa hukum itu sebagai rangkaian
perintah dan larangan yang disampaikan oleh badan atau lembaga yang memiliki wewenang
yang sah untuk membentuk hukum yang disertai sanksi atas pelanggaran terhadap perintah dan
larangan tersebut.
Teori Jeremy Bentham lebih kepada utility-nya, yaitu :
1. Agar masyarakat dapat bersaing dengan para pelaku usaha dengan adil dan luas. Contoh
Kasus : Temasek, yang memiliki kedua provider besar di Indonesia yaitu Telkomsel dan
Indosat.
2. Semakin banyak masyarakat yang diberikan kebahagiaan maka akan terbebas dari
kesusahan. Contoh Kasus : Pada saat sekarang sudah banyak provider yang menjadi
pilihan masyarakat dalam hal telekomunikasi. Bermunculan perusahaan-perusahaan
raksasa yang mengimbangi Telkomsel dan Indosat.
3. Lebih mengenyampingkan kepentingan minoritas daripada mayoritas.
Contoh Kasus : Dibukanya pasar untuk bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia,
dengan sudah dibenarkannya seluruh perusahaan perminyakan dan pertambangan untuk
membuka kantor perwakilan dan Pom Bensin Petronas maupun Pom Bensin Shell.
Marshall C. Howard
Marshall C. Howard berpendapat bahwa persaingan merupakan istilah umum yang dapat
digunakan untuk segala sumber daya yang ada. Persaingan adalah jantungnya ekonomi pasar
bebas. Menurut teori, suatu sistem ekonomi pasar bebas memiliki ciri : adanya persaingan, bebas
dari segala hambatan, tersedianya sumber daya yang optimal. Dengan adanya persaingan, pelaku
usaha dipaksa untuk menghasilkan produk-produk berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai