Anda di halaman 1dari 35

PENGERUKAN

1. PENDAHULUAN

Apa yang dimaksud pengerukan?

adalah pekerjaan mengambil tanah (sedimen) dasar laut atau dasar sungai secara
mekanis (atau hidrolis, atau mekanis-hidrolis) dari perairan laut atau sungai.
Apa pula yang dimaksud dengan Reklamasi?
adalah pengurukan daerah perairan laut atau sungai baik ditepi pantai/sungai atau
di laut lepas.

Mengapa diperlukan adanya pekerjaan Pengerukan?


1. Mendapatkan dasar laut atau sungai yang lebih dalam untuk keperluan navigasi
kapal (alur pelayaran niaga), untuk Olah raga (Ski air), dan Pariwisata.
2. Memelihara alur pada kedalaman konstan yang diinginkan.
3. Mengambil tanah dasar laut untuk material urugan, umumnya pada areal
reklamasi. Pengambilan pasir dari laut biasanya lebih murah dan tidak
mengganggu lalu lintas di darat.
4. Penjagaan kebersihan perairan.

Mengapa diperlukan pekerjaan Reklamasi?

1. Makin mahalnya lahan darat di Kota-kota besar, dan lebih murah mendapatkan
lahan dengan cara reklamasi.
2. Banyak permasalahan sosial pembebasan lahan di darat.

1
3. Untuk melengkapi fasilitas yang dibangun di sepanjang tepi laut atau tepi
pantai, misalnya Pelabuhan, atau Dermaga khusus, Lapangan terbang dan lain
sebagainya.
4. Pembuatan daerah buangan hasil material kerukan yang terkontaminasi
menjadi pulau-pulau khusus yang hanya dihuni habitat hewan dan tumbuhan.

Bagaimana prinsip urutan pekerjaan pengerukan?

1. Memecah struktur tanah


2. Mengangkut material secara Vertical
3. Mengangkut material secara horizontal
4. Membuang material khasil kerukan.

Untuk dapat melaksanakan proses pengerukan pengetahuan secara mendalam


mengenai detil masing-masing urutan sangat penting. Hal ini khususnya akan
mempengaruhi pemilihan peralatan yang tepat, lama waktu penyelesaian
pekerjaan, dan total biaya yang dibutuhkan.

2. MACAM PERALATAN PENGERUKAN

Pengetahuan mengenai macam dredger sangat diperlukan sebelum


menentukan/memilih peralatan yang akan dipakai dan sesuai untuk suatu proyek.
Pada pekerjaan reklamasi disamping Pemilihan peralatan yang sesuai, maka
metode dumping material, kualitas material dan metode perbaikan tanahnya
merupakan faktor yang menentukan biaya reklamasi.
Sedang pada pekerjaan pengerukan murni, pemilihan peralatan yang benar
menentukan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, penghematan biaya, dan dapat
mencapai batas toleransi kesalahan pengerukan yang disyaratkan.

Dewasa ini, tersedia berbagai jenis alat keruk dalam variasi kombinasi yang luas
untuk disesuaikan terhadap kebutuhan dan optimasi operasional.

2
Dari berbagai jenis dan kombinasi assesoris yang ada saat ini, secara garis besar
dapat diklasifikasikan dalam 3 type dredger, yaitu :
Mechanical dredgers (mekanis)
Hydraulical dredgers (hydraulis)
Kombinasi mekanik-hydraulic dredgers (kombinasi)

Gambar 1., menunjukkan diagram jenis-jenis kapal keruk (dredgers) yang


termasuk dalam masing-masing kategori tersebut.

Diluar jenis-jenis kapal tersebut masih banyak lagi, tetapi sebenarnya dapat
tetap diklasifikasi dalam jenis-jenis tersebut, hanya asesori atau pelengkapnya saja
yang ditambah-kurangi.

Peralatan tambahan penting untuk pengerukan adalah SURVEY BOAT yaitu


kapal untuk "hydrographic survey". Kapal ini dibutuhkan agar akurasi hasil kerukan
dapat dimonitor dalam waktu sesingkatnya setelah suatu area selesai dikeruk.
Pada peralatan keruk modern sebagian besar dilengkapi peralatan pemetaan dan
positioning yang menyatu pada ruang kemudi, peralatan positioningnya
menggunakan sistem Satelit.

Kapal bantu lain yang sering dibutuhkan pada operasional kapal keruk besar
adalah Kapal Pelayanan (Service Vessel = Help Vessel), yang berfungsi membantu
penggantian kepala keruk (Cutter Head), dan banyak pekerjaan lain yang hanya
dapat dilakukan dari arah luar kapal keruk.

Klasifikasi lain dari dredger didasarkan pada metode transportasi material


hasil kerukan, yaitu :
a. Self-Propelled :
Kapal memiliki mesin penggerak sehingga dapat berjalan ke berbagai arah yang
diinginkan.
Dredger memiliki palka/ruang dalam kapal untuk menampung material hasil
kerukan dan membawa buangan ini ketempatnya.
b. Non Self-Propelled / Stationary :
Kapal tidak bermesin, untuk pergerakannya dibantu Tug boat atau Service
vessel.

3
Buangan diisikan ke palka / barge lain untuk dibawa ketempat pembuangan.

MECHANICAL HYDRAULIC MECHANICAL


HYDRAULIC
GRAB/CLAMSHELL/DRA PLAIN SUCTION CUTTER - HEAD
GLINE

BUCKET - LADER DUSTPAN BUCKET - WHEEL

BACKHOE WATER INJECTION TRAILING HOPPER

DIPPER

Gambar 1 Dredger types

Alat Keruk Mekanikal

2.1. GRAB / CLAMSHELL / DRAGLINE

Memiliki kedua type metode transportasi material yaitu bisa Self-Propelled,


gambar 2. Bekerja mengandalkan sistem grab (cangkeram) yang terdiri dari kran
untuk menurunkan dan mengangkat grab dari dalam air.

Cangkeram / cengkran dibedakan dalam 2 jenis lihat Gambar 3 yaitu :


Clamshell type grab bucket
Cactus type grab bucket

4
Gambar 2. Kapal Keruk type Grab

5
Gambar 3. Kedua Jenis Grab

Ada 2 jenis wires / kabel untuk menggantung grab dan menutupnya, dan untuk
mengangkat dan menutup bawah air yaitu closing wire dan hoisting wire.

Metode atau proses penggalian dalam 1 Cylus :


Menurunkan.
Grab yang berisi diturunkan ke palka atau ke barge, demikian juga bucketnya,
bergantung pada closing cables / wires
Membuka
Berat grab dialihkan ke hanging wires selagi grab membuka dan isinya
dituangkan ke palka atau hopper.
Berputar / Swinging
Lengan crane ( jib ) berputar kembali ke tempat penggalian, closing wire
sepenuhnya mengendur sehingga bucket terbuka seluruhnya sebelum masuk
kedalam air.
Menurunkan
Bucket / grab yang terbuka jatuh bebas dengan mengendurkan hanging wires.
Menutup
Pada saat bucket sampai di dasar laut, hoisting wire ditarik,.jadi bucket
menutup dengan gaya yang tidak bisa melebihi grab + isinya.
Mengangkat
Saat bucket tertutup, pengangkat di mulai dengan terus menarik hoisting wire.
Berputar / Swinging
Setelah grab ada diats air, jib berputar diatas hopper.

Karena sistem operasional mengandalkan berat sendiri grab (jatuh bebas ), maka
berat grab baja dan volume grab mempengaruhi kemampuan menangani jenis
tanah.
Untuk tanah jenis lumpur atau Mud (=loose soil) membutuhkan bucket besar yang
ringan. Sedang untuk Hard soil membutuhkan bucket kecil yang berat.

Spud dan angker digunakan untuk menambat dredger, Tagline dibutuhkan untuk
mengendalikan grab.

6
Pergerakan kapal / dredger dilakukan dengan mengangkat spud dan bergerak
mundur khusunya pada stationary dredgers. Untuk self propelled pergerakan
dengan mudah dilakukan pada posisi searah yang sama, yaitu denga
menghidupkan mesin dan bergerak maju.

Pada stationary dredger, hanya dapat dipasang satu crane dengan grab sehingga
dredger harus sering pindah. Pada self propelled dredger dapat dipasang beberapa
crane sekaligus yang mempercepat dan mempertinggi kapasitas.

Produktivitas

Dalam sekali angkut jarang dapat diharapkan grab terisi penuh, beberapa faktor
yang mempengaruhi diantaranya pengalaman operator, jenis tanahnya dan type
grab.
Dibawah ini adalah faktor yang harus dikalikan untuk menentukan volume 1 grab per sekali angkat :
Type tanah Lumpur Lempung Pasir Pasir Kerikil Kerikil
halus kasar ( kecil ) ( besar )
% isi grab Variasi 40 - 80 20 - 50 60 - 90 70 - 100 20 - 30

Disamping secara keseluruhan produktivitas pengerukan dipengaruhi oleh


kedalaman dasar laut dan sudut 'slewing'. Kecepatan pengerukan sekitar 70 m /
menit dan kecepatan 'slewing' : 1,8 - 2,0 rpm yang bekerja bergantian atau
bersamaan untuk sudut slewing 45o butuh 60 detik sampai 3 menit.
bebanbucketx3600
Produksi per jam dapat dihitung =
cycletime( sekon)

2.2. BUCKET / LADDER

Ditemukan pertama kali tahun 1589 di Belanda. Dredger ini umumnya non self
propelled, dengan cara membuang hasil kerukan ke arah barge disampingnya
menggunakan 'shutes' ( =jembatan dari ban berjalan atau semacam talang ),
sedang ujung keruknya berbentuk timba (bucket), lihat Gambar 4.

7
Gambar 4. - BUCKET DREDGER

8
Sebutan Bucket dredger digunakan diseluruh dunia kecuali USA, sedang Ladder
dredger digunakan di USA.
Alat ini bekerja berdasar 'bucket' yang diikat pada rantai dan ditarik atau
dikerek keatas melalui semacam tangga ( ladder ) dengan ujung atas berupa
penggulung (=tumbler ). Selanjutnya isi bucket tertuang pada saat posisi-posisi
bucket terbalik, dan pada keadaan kosong bucket turun menggantung kembali lagi
ke bawah. Di ujung bawah juga terdapat tumbler dengan sisi-sisi datar ( biasanya
6). Ladder ini berada dalam celukan yang biasa disebut 'Well' (=sumur) dari kapal
yang berbentuk U.
Cara Kerja
Kedalaman pengerukan dapat diatur dengan menaikturunkan penyangga (=gantry).
Untuk gerak kekiri atau kanan dan maju mundur dikendalikan dengan komposisi 6
tali angker yang dapat digulung atau diulur sesuai arah pergeseran yang
diinginkan.

Produksi
Kapasitas satu bucket rata-rata 0,8 m 3, maximum 1,2 m3 . Kecepatan rantai
bervariasi antara 8 sampai 30 bucket per menit, bergantung jenis tanah yang
dikeruk.
Koreksi harus diberikan dengan faktor = 0,30 - 0,45.
Catatan : Faktor koreksi berasal dari :
f swing = faktor untuk waktu swing = 0,7
f fill = isi bucket tidak penuh = 0,6 - 0,8
f anchor = delay untuk mengganti / memindah angker = 0,70,8
f total = 0.7 x ( 0.6 0,8 ) x ( 0,7 0,8 )
= 0,30 0,45
Jadi, misal kapasitas bucket 0,8 m3, kecepatan rantai 25 bucket / menit, produksi
teoritis 1200 m3 / jam. Produksi Realistis = 400 - 500 m3/jam untuk tanah baik.
Efficiency harus diterapkan untuk menghitung kapasitas dalam jangka lebih
panjang yaitu 60 sampai dengan 70 %. Jadi kapasitas produksi secara garis besar :
40000 m3 / minggu Untuk tanah baik sampai lempung
80000 m3 / minggu Untuk tanah lumpur.

9
25000 m3 / minggu -- 30000 m 3 / minggu Untuk tanah berpasir
6000 m3 / minggu Untuk batuan pecah
4000-5000 m3 / minggu Untuk batuan lembek

2.3. BACK HOE

Alat ini semakin sering digunakan akhir-akhir ini, dan merupakan mesin yang
berguna dan penuh tenaga lihat Gambar 5.
Umumnya digunakan untuk mengeruk material keras, batuan yang lunak, lempung
keras, kerikil ( gravel, boulders, cobbles ) yang tertimbun material lain.
Sebagian besar berupa non self propelled dredger bekerjanya dari arah yang
dalam ke dangkal jadi kapal selalu berada di perairan yang belum di keruk, dengan
lengan yang pendek dan kuat untuk mengeruk.
Banyak kapal keruk ini memanfaatkan excavator untuk darat lalu dipasang
ke atas ponton, lengannya bekerja secara hidrolis. Untuk Excavator besar,
umumnya yang dipasang ke atas ponton adalah bagian kepalanya saja sehingga
dapat mengurangi bebannya. Dan juga unit yang bisa dibongkar ini (dismountable
unit) memudahkan penggunaannya untuk berbagai keperluan sehingga biaya
penggunaan alat relatif lebih murah.
Spud berfungsi sebagai stabilisator dan mengurangi pengaruh gelombang serta
didesain khusus untuk menahan daya angkat lengan back hoe. Kedalaman
pengerukan bervariasi antara 4 m sampai 25 m dibawah muka air, dengan daya
penetrasi mencapai 125 ton.
Pergerakan mundur peralatan dapat dibantu oleh lengan back hoe dan dengan tali
dan jangkar, atau dengan memindahkan spud yang berada pada area yang belum
dikeruk.
Produktivitas alat telah dibuat berdasarkan spesifikasi kemampuan mesin
dan keseluruhan bagian perlatan. Dengan kapasitas bucket mencapai 8 m3, tetapi
yang terbanyak berkapasitas 2 m3. Cycle time mencapai 1,5 sampai 2 menit, atau
40 sampai 60 gerakan per menit. Kedalaman pengerukan bervaariasi berdasar
kemampuan mesinnya.

10
Gambar 5. - SMALL RANGE BACKHOE DREDGER

11
2.4. DIPPER

Merupakan alat keruk dengan bucket penggali bekerja ke arah depan,


berlawanan dengan backhoe dan alat ini lebih dulu diperkenalkan, serta
merupakan perbaikan dari Bucket dredger khususnya dalam menghadapi jenis
tanah batuan (rock), lihat Gambar 6.

Pinggir depan dari bucket dipper terdapat gigi untuk memperkuat daya pukul
dan gali. Pada titik-titik tertentu sepanjang gigi, terutama berguna pada tanah
keras. Kekuatan menggali tersebut berpangkal pada lengan, dan kerasnya gaya
untuk menancapkan dapat menyebabkan barge oleng atau terangkat, untuk itu
diperlukan spud atau jangkar. Bucket sering digunakan juga untuk tumpuan
melangkah ke depan. Pada Dipper dredger ini konsentrasi kegiatan adalah dalam
memecah tanah atau batuan. Bila batuan cukup keras seluruh badan kapal dapat
ditumpukan diatas lengan dipper sedemikian hingga kekuatan untuk menembus
batuan bertambah, hal ini dilakukan dengan melepas spud pole lalu menggunakan
lengan untuk mengangkat kapal.

Bucket memiliki engsel untuk menumpahkan isinya ke dalam Barge, bukaan pintu
buangan dikendalikan oleh kabel yang digerakkan dari ruangan operator. Volume
bucket mencapai 15 - 20 m 3, sehingga dapat mengangkat / memindahkan batuan
besar dimana seringkali untuk itu ditambahkan kran / crane pembantu.

Alat ini cocok untuk batuan berat, misal pengerukan hasil peledakan batuan laut
atau pemindahan bangunan bawah air, untuk alat keruk lain sering jadi masalah.

Cycletime : 60 sampai 90 detik, dengan siklus berikut : menggali, mengangkat


bucket, mengayun, membuang, mengayun kembali, menurunkan bucket.

Pada saat panjang pencapaian optimal / maximal, ponton berpindah dengan


mengangkat spud. Kedalaman jangkauan dan lebar kerukan sangat bervariasi,
umumnya jauh lebih lebar dan dalam daripada back hoe, untuk itu, diperlukan
spesifikasi alat.

12
Gambar 6. - DIPPER DREDGER

13
Alat Keruk Hidraulis

2.5. PLAIN SUCTION

Dredger yang cocok untuk pasir, dengan total volume besar dan lokasi yang
dalam.

Saat ini suction dredger ini sudah dikembangkan untuk dapat beroperasi mengeruk
pada kedalaman 30 m sampai 85 m di bawah muka air, dikenal juga sebagai deep
dredger.

Untuk itu juga dikembangkan ukuran-ukuran kapal yang besar, tenaga besar, dan
adanya sistem pompa hisap bawah air.
Bagaimana alat ini bekerja ?
Proses pengadukan ( disintegrasi ) tanah berlangsung dalam kesetimbangan
lereng tanah, setelah tanah keruh lalu dihisap. Batas keruntuhan lereng terjadi
bergantung parameter tanah yakni ukuran butiran, density, permeabilitas, dsb.
Pada gambar :
a. tampak garis runtuhan lereng pengerukan saat posisi pipa masih dangkal
dengan jarak pendek / dekat permukaan dasar laut.
b. tampak garis runtuhan berbentuk silindris dan garis runtuhan kritis terbentuk
dimana pasir mulai bercampur air dan longsor, hal ini akan berlangsung meluas /
melebar dan pengenceran pasir terbentuk terus dapat mencapai slope 1 10 1
30 ( bergantung ukuran butiran ). Tepian ini jarak longsornya makin melebar /
jauh bergantung posisi pusat hisapan dan makin dalam sesuai garis keruntuhan
lereng.

Pencampuran pasir dengan air secara kebetulan menguntungkan karena pompa


tidak bisa menghisap material yang pekat, densitas mencapai 1600 sampai 1900
kg/m3. Untuk menjaga hal itu, pompa harus ditempatkan beberapa sentimeter
diatas arus ' campuran pasir + air '. Dibutuhkan operator yang ahli untuk bisa
mendapat pasir sebanyak-banyaknya, dan hal ini memang sulit.
Kapasitas produksi alat bergantung kekuatan pompa, dan kedalaman keruk

14
Gambar 5 Operasional Dipper

15
2.6. Dustpan
Dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan navigasi alur pelayaran sungai
pada saat air rendah. Tahun 1930, US Army Corp of Engineers membangun 4 buah
dredger dan selama 50 tahun bekerja secara memuaskan dalam perawatan alur
navigasi sungai-sungai di USA, lihat gambar 6.
Dustpan ini bekerja saat musim kemarau, sehingga survey kondisi musiman sungai
pada waktu akhir musim banjir berguna untuk menentukan posisi bar sekaligus
rencana operasi pengerukan. Untuk operasi pengerukan di posisi manapun, tanda
batas harus dipasang pada batas arah hulu tepat di C.L. ( Centre Line ) dari alur
agar alinemennya terjaga.
Dustpan memiliki kepala ( dustpan heads ) yang melebar seperti ujung pembersih
debu, bisa digerakkan turun naik atas bantuan ' crane ' pengangkat. Agar terjadi
campuran air + material pada ujung pipa penghisap, sebelumnya disemprotkan air
dari ' water jet ' lalu campuran kental ini dihisap melalui pipa hisap.
Material kerukan langsung dibuang ke daerah tepi alur (=sungai) melalui pipa yang
diapungkan di atas drum / poontoon. Gangguan terhadap alur tidak dapat dielakkan
dengan sistem ini. Juga keterbatasan gerak pengerukan terjadi, karena itu ada
tambahan sistem pada pipa dan pontoon agar pipa dapat berayun.
Pada kepala dustpan mampu menghisap densitas tertentu, jadi kualitas dasar alur
yang kotor menghambat operasi.
Urutan sub siklus adalah sbb :
bergerak ke ujung hilir, menurunkan kepala hisap, mengeruk sepanjang strip,
menaikkan kepala hisap.
Urutan siklus utama adalah sbb :
menambat jangkar
mengulang sub siklus
mengangkat jangkar
bergerak ke posisi baru
Frekwensi siklus utama tergantung dari :
lebar daerah yang dikeruk
tebal material
panjang dan posisi dari pipa buang

16
Lebar satu kali strip 9,1 m sampai dengan 12,5 m.
Kapasitas pompa = 12.000 m3 /j.

Gambar 6. Alat Keruk Dustpan

17
2.7. Water Injection Dredger

Dredger dengan kepala keruk yang dapat menginjeksi sediment dengan air
dan membentuk campuran yang berkekentalan rendah. Adanya kekentalan yang
relatif lebih tinggi dari sekitarnya ini, mendorong adanya arus densitas yang
membawa pergi material tersebut. Perilaku alamiah ini yang penting perannya, lihat
Gambar 7.
Salah satu water injection dredger yang terkenal adalah jetsed ( jetting
sediment ) terdiri dari catamaran ( barge ) dengan ukuran panjang 28 m dan lebar
total 14 m. Terdapat pipa yang menggantung di tengah kedua catamaran dengan
ujung bawah adalah kepala keruk dengan lebar 14 m dilengkapi saluran-saluran
penyemprot ( jet nozzle ) dan menggantung persis di atas sea bed. Terdapat pula 2
nozzle yang dapat ditutup di ujung-ujung dari kepala keruk. Kemampuan pompa
adalah 12000 m3/jam, dengan tekanan 1.5 bar.
Alat ini merupakan satu dari sekian dredger yang khusus dikembangkan untuk
mengeruk estuary sebagai pengerukan perawatan ( maintenance dredging ).
Dredger ini tidak butuh anchor sehingga tidak mengganggu alur pelayaran, dan
untuk pergerakannya menggunakan sistem self propelled.
Posisinya diketahui oleh alat positioning system yang terhubung dengan satelit,
disamping itu kedalaman pengerukan, rencana kerja dan peta lokasi juga dapat
dilihat.
Kapasitas produksi pada kondisi tidak ada gangguan arus turbiditas dari laut
adalah 4000 m3/jam, bila ada gangguan yang menyebabkan jarak pergerakan
material terhambat adalah 1500 : 3000 m3/jam.

18
Gambar 7. Water Injection Dredger

19
2.8. TRAILING SUCTION HOPPER DREDGER ( TSHD )

a. Perkembangan
Dikembangkan pertama kali tahun 1878 oleh Belanda. Tahun 1898,
German menyempurnakan dengan Draghead dan dipakai sampai sekarang
dikenal dengan TSHD.

TSHD pertama adalah 'java' dibuat atau diluncurkan dari galangan kapal
IHC Holland tahun 1912.

Tahun1928, 'Pierre Lefort' TSHD milik Prancis merupakan dredger pertama


yang dapat beroperasi pada kondisi gelombang.

Tahun 1959, 'Batavus' milik Belanda dibangun dan merupakan stationary


suction hopper dredger yang dikembangkan jadi TSHD dan sukses.

Sejak saat itu TSHD berkembang pesat terutama kapasitasnya ( kapasitas


palka / hopper ), tetapi draft dari kapal-kapal juga makin dalam dengan
kecepatan saat bermuatan penuh juga meningkat mencapai 17 knots,
kedalaman pengerukan turut meningkat.
b. Peralatan
Ciri-ciri umumnya : Self Propelled, Self Loading dan Self Disharging
dengan satu atau lebih pipa hisap dengan kepala hisap khusus.
Karakteristik utama dari satu TSHD adalah :
Kapasitas hopper dalam m3
Kapasitas pemuatan dalam ton ( dwt )
Kedalaman pengerukan
Jumlah dan diameter pipa hisap
Daya dari produksi kapal ( hp atau kw )
Daya dari pompa hisap ( hp atau kw )
Peralatan tambahan
c. Siklus Pengerukan

20
Gambar 8. Trailling Hopper Dredger

21
Siklus pengerukan dapat dibagi dalam 4 fase :
1. Pengerukan
Ekskavasi dengan bantuan draghead atau ripper blade mekanis.
Pada awal fase, hopper dikosongkan sedapat mungkin, kepala hisap ( drag
head ) diturunkan dengan kapal bergerak lambat maju.
Material yang akan dikeruk dihisap dengan pompa dan dituang / disimpan
dalam hopper. Beberapa saat kemudian material dengan mengendap dan bila
diisi terus akan terjadi 'overflow'. Silt dan sejenisnya umumnya ikut terbuang
bersama 'overflow', karena itu pemuatan harus dihentikan begitu penuh.
2. Horinzontal transport
Material dibawa dalam hopper kapal menuju dumping area.
3. Discharge
Material yang dikeluarkan / disemprotkan dengan sistem yang ada ke dasar laut
yang merupakan areal buangan, umumnya melalui pintu-pintu bawah.
4. Kembali ke daerah pengerukan
Kapal yang sudah kosong kembali ke daerah pengerukan.

Subsiklus selama pengerukan : menurunkan draghead, mengeruk atau memuat,


mengangkat draghead, dan kembali.

2.7. Bucket Wheel

Bucket-Wheel Suction system sering disebut-sebut sebagai dredger yang


efisien. Pemotongan ( pada material keras ) dapat dilakukan dari 2 arah dan
densitas dari 'slurry' ( bubur ) bisa tinggi. Dan jarak antar bucket bisa mengukur
material-material yang oversize hingga pompa hisap dapat bekerja normal, cocok
untuk penambangan.

Alat ini mengkombinasi keunggulan dari Bucket dredger dan suction dredger.
Dibanding bucket dredger, alat ini berkurang cecerannya dengan tidak perlu ada
'swing'. Terhadap suction dredger type cutter head, harganya lebih murah,
perawatan murah dan kebutuhan biaya tenaga / BBM rendah, tidak perlu ladder
dan cutter, serta kemungkinan jangkauan lebih dalam, tidak mengganggu alur.

22
Berbagai macam Bucket Wheel diantaranya dari :
Ellicott Machine Corporation International dengan Wheel Dragon dengan
diameter pipa mulai 254 mm kedalaman keruk 8m, kapasitas 76 sampai 535
m3/jam.
Humphreys Mineral Industries Inc. ( HMI )
IHC Holland, ada beberapa type dredger : scorpio, gemini, beaver yang mampu
menghisap sampai 14 m.
Neumann Group, dibuat untuk penambangan zircon dan dikembangkan untuk
'gravel'.
Orrenstein dan Koppel ( O & K )

2.8. CUTTER SUCTION DREDGER


Alat ini cocok untuk menggali semua jenis material alluvial dan deposit yang
keras seperti clay. Alat yang lebih besar bisa untuk batuan seperti karang dan
batuan yang lebih lunak lagi.
Komponen utama dari peralatan ini adalah 'cutter heads' ( kepala keruk ) dan
'dredging pump'. Cutter head terletak di kepala pipa untuk memecah tanah dan
batuan secara mekanis dan dihisap melalui transport vertical oleh pompa keruk
(dredging pump ). Cutter head dipasang pada lengan / ladder.
Pergerakan kapal dibantu angker bawah dan atas serta 'spud'. Ada spud depan
( stern spud ) yang membantu posisinya tetap terdiri dari spud kerja dan spud
tambahan.

Kepala Keruk ( cutter head )


Cutter dapat digunakan dengan / tanpa gigi bergantung kekerasan dan
kekompakan material. Dan giginya biasanya bisa diganti. Penggunaan gigi ini bisa
amat tinggi kalau cutter bekerja pada material keras atau batuan yaitu perlu diganti
tiap 2 jam.
Gigi ini dipasang pada adaptor dengan sistem penguncian yang sederhana pada
pin kunci dari karet. Gigi ini seringkali materialnya masih 90% tapi sudah tidak bisa
dipakai. Pemasangan gigi pada posisi yang tepat dapat memberi hasil yang
optimal. Berbagai kepala keruk dapat dilihat pada gambar berikut.

23
24
a b c d

g
e f

25
26
aa ba ca d

f g
ea

27
3. PROSES OPERASI PEKERJAAN PENGERUKAN

Proses secara urut operasional pekerjaan pengerukan dapat diuraikan


sebagai berikut:
a. Memecah struktur tanah
b. Transport arah Vertikal
c. Transport arah Horizontal
d. Pembuangan

a. Memecah struktur tanah


Agar dapat melakukan pekerjaan secara baik, perlu mengenal kondisi lapisan
tanah. Untuk kebutuhan pengerukan, tanah diklasifikasikan secara Internasional
sehingga seragam, berdasar klasifikasi tanah dari PIANC report No. 47, secara
garis besar adalah seperti berikut:

Tabel 9-1
Jenis Batuan Ukuran Butiran (mm)
Boulders > 200
Cobbles 60 - 200
Gravel 2 - 60
Sand 0,06 - 2
Silt 0,002 - 0,06
Clay <0,002

Disamping tolok ukur diatas, juga perlu diketahui karakteristik lainnya diantaranya:
Kadar air (insitu), bentuk butiran dan kekerasannya, densitas butiran (
porositas, plastisitas dari lanau dan lempung, Kadar organisnya, campuran air-
butiran pada cairan non-Newtonian. Sedang untuk batuan (rocks) ditest berdasar
kemampuan tekannya menggunakan test Unconfined compressive strength (UCS).
Ukuran butiran ditest menggunakan analisa ayakan, pada partikel kecil umumnya
menggunakan test hydrometri dengan mengukur kecepatan jatuh partikel didalam
air berdasarkan hukum Stokes dan Bilangan Reynolds.
Kadar air dan porositas serta berat jenis berhubungan satu sama lain, disebabkan
tanah granular terdiri dari campuran butiran, udara dan air. Untuk keperluan
pengerukan penting diketahui BERAT JENIS KERING TANAH (Bulk Density)
sebagai ukuran perhitungan volume pengerukan. Adanya BJK Tanah ini

28
memudahkan menentukan total volume tanah yang akan terangkut dalam Barge
atau tanah jadi yang mengering di areal reklamasi.
Cara perhitungannya, misal Berat Jenis Tanah Asli = 2650 kg/cm 3, dan porositas
(n) = 40 %, maka BJK tanah = (0,6 * 2650) = 1590 kg/cm 3 .
Jadi BJK tanah ditentuka oleh Bulking Factor (B):
B = Vk/Vt = ta / kt= (Wc Gs + 100)/ (Wi Gs + 100)
Vk = Volume tanah kering
Vt = Volume asli tanah
ta = Berat jenis kering tanah asli
tk = Berat jenis tanah kering
Wc = Kadar air tanah setelah terbuang/kering
Wi = Kadar air tanah asli
Gs = Specific gravity dari tanah.
Selanjutnya, BJK tanah ini yang akan selalu digunakan untuk perhitungan volume
kerukan.
Pengambilan sample tanah dari dasar laut dilakukan dengan mengebor tanah dan
test SPT, Test CPT juga dapat dipakai. Jumlah titik sampling dapat dihitung
menggunakan rumusan berikut:
A0,5 . d0,35
N=3+
50
N = jumlah titik lubang bor ( dapat juga digunakan patokan jarak antar titik
50 - 200 m)
A= Luas areal pengerukan
d= Kedalaman rata-rata yang dikeruk

Deformasi
Tanah yang terlepas dari kondisi aslinya akan mengalami perubahan volume,
disebabkan perubahan kekompakan tanah. Makin rapat kondisi kekompakan tanah
pada waktu terpendam dibawah, akan makin keras tanahnya. Bila tekanan yang
terjadi dibawah dilepas/ berkurang, tidak menyebabkan tanah menjadi kendur atau
tidak kompak. Sedang bila tekanan dinaikkan kembali ke kondisi semula, tanah
menjadi keras. Bila tekanannya dinaikkan melebihi dari tekanan tanah asli akan
dengan mudah melembek/mengendur kekompakkannya.

29
Deformasi juga dapat terjadi akibat pengaruh tegangan geser. Jika butiran
terikat/terbungkus dalam keadaan padat, maka butiran harus terlepas dulu satu
sama lain sebelum terjadi sliding. Sedang kalau butirannya terikat secara kendur
akan dengan mudah mengalami sliding. Pada tanah padat yang jenuh/saturated,
berarti air harus masuk pada bidang longsornya. k tanah yang permeabilitasnya
rendah maka tekanan yang terjadi di bidang longsor akan lebih rendah dari
tekanan hydrostatis atau tekanan aslinya. Hal ini mendorong meningkatnya
tekanan efektif dan tegangan geser yang lebih besar. Efek ini disebut DILATANSI,
dimana banyak terjadi pada proses pengerukan.

STABILITAS LERENG
Perhitungan kestabilan lereng dapat digunakan theori dari Fellenius dan Bishop

PENGHISAPAN
Bila Plain Suction yang digunakan untuk menghisap, maka tanah dipindahkan dari
keadaan aslinya saat pipa hisap menunjam masuk ke lapisan dibawahnya. Material
akan mengalami longsor sampai stabilitas lereng tercapai. Bila produksi harus
dilanjutkan, pipa harus didorong kedepan agar ketidakstabilan berlanjut dan
menghasilkan material yang terhisap kedalam pipa. Dalam banyak kasus, sliding
menyebabkan dilatansi yang artinya pasir didepan pipa mengalami tekanan rendah
(underpressure) dan menjadi sekeras beton. Sedikit demi sedikit bila air telah
melewati pori, maka tekanan pompa akan menurun sedikit demi sedikit dan pipa
dapat maju. Jadi kecepatan kerja dibatasi oleh kemampuan maju dari biba yang
merupakan fungsi dari permeabilitas. Cara lain adalah dengan memperdalam
hunjaman ujung pipa ke dalam tanah. Karena itu plain suction dredger biasa
bekerja pada kedalaman 60 - 70 m.

MENYEMPROTKAN AIR (JETS)


Dengan kekuatannya air mampu memecah gumpalan tanah, lalu dibawa pergi
arus. Air akan bercampur dengan tanah secara otomatis. Bila akan dihisap area
yang dapat dihisap amat terbatas, sehingga cara ini tidak banyak dipakai lagi. Alat
jenis penyemprot air adalah jenis Dustpan dan WID.

KEKUATAN MEKANIS

30
Alat yang paling efektif digunakan adalah Bilah Baja.
Cara pemakaiannnya dengan menekan ke dalam tanah seperti mencangkul atau
mentatah. Jadi prinsip kerjanya juga dapat dianalogikan seperti untuk mentatah
perlu tatah yang tajam.
Kemampuan untuk menenbus tanah dipengaruhi oleh kekuatan ayng bekerja
dalam hal ini dapat dari berat peralatan atau kekuatan mesin penggerak.`
Permalahan dilatansi masih timbul pada TSHD dan CSD, dimana kecepatan bisa
mencapai 1 sampai 2 m/s bahkan 3 m/s yang menyebabkan air tidak sempat
mengalir melalui pori antar material dan menyebabkan dilatansi terjadi. Terutama
pasir impermeable bisa menimbulkan masalah dilatansi. Hal ini dapat diatas
dengan menghitung besar energi dan gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan
bilah (blade), kemudian menyetel mesin atau pompa pada tingkat energi hasil
perhitungan tersebut.
Besar energi yang dibutuhkan untuk memotong satu unit volume tanah dapat
dihitung sbb:
F h * vc Fh
E = ----------------- = ----------
hi * b * v c hi * b

Bila tidak ada cavitasi E = Egc = c1 * w * g * vc * hi * e/km


Bila ada cavitasi E = Eca = d1 * w * g * (z + 10)
c1 , d 1 = koefisien
vc = kecepatan propagasi dari bilah
hi = kedalaman potongan
z = kedalaman posisi blade
e = pengembangan volume
km = permeabilitas efektif

b. Transport arah vertikal

Fenomena transport arah vertikal dari material hasil kerukan banyak dipengaruhi
kondisi hydraulis air. Mari kita perhatikan pompa yang ada dalam air sejarak Z p dari
permukaan terhubung dengan ujung pipa sejarak Z s dari muka air, pompa mampu
menggerakkan tekanan hisap sebesar p* [mwc = 10 kPa = 10 kN/m2].

31
Bila diperhatikan keseimbangan kolom air dalam pipa hisap, dapat terjadi oleh dua
gaya yaitu gaya keatas dan gaya kebawah.
Gaya ke atas terjadi akibat pengaruh :
- Tekanan pada mulut pipa hisap : Zs * w
- Hisapan dari pompa : p* * w
Sedang gaya ke bawah dipengaruhi :
- Berat cairan dalam pipa hisap : (Zs - Zp ) * m
- Friksi dan hydraulic losses yang lain : (f * U 2 / 2g) * m
Keseimbangan terjadi bila :
U2
(p* + Zs) * w = (Zs - Zp + f ----- ) m
2g
Kemampuan maksimum dari vakum p* menghisap sebesar 7,5 mwc. Rumusan
diatas umumnya digunakan untuk mencari kecepatan optimum cairan dalam pipa
atau U yang juga merupakan kecepatan penghisapan dan baru dapat diperoleh
dengan cara coba-coba.

C. Transport arah Horizontal


Peralatan yang digunakan untuk transport arah horizontal adalah Pipa dan Barge
(tongkang).

PIPA
Transport material dalam pipa mengikuti teori Aliran dalam pipa tertutup dan
Transport sedimen dalam pipa tertutup.

Aliran dalam pipa tertutup, perilakunya mengikuti rumusan berikut :


L U2
Hv = ---- -----
D 2g
Hv = Penurunan ketinggian energi oleh panjang pipa (L) [m]
= Koefisien friksi = 8g/C2, gunakan diagram Moody
L = Panjang pipa yang ditinjau [ m]
D = Diameter pipa [m]
U = Kecepatan rata-rata [m/s]

32
Disamping kehilanga-kehilangan (losses) sebagaimana diperhitungkan diatas,
terdapat kehilangan lain sebagai akibat kondisi sepanjang pipa, misal adanya
tekukan pada sampungan, adanya katup-katup pengatur, dsb yang selanjutnya
disebut pula sebagai Extra resistance besarnya :
U2
Hi = i ----- sehingga persamaan berubah menjadi :
2g

U LU
2 2
n

Htotal = i Hstatic
i 1
2g D2g

Berdasar rumusan diatas dapat dibuat grafik hubungan Q - H, dimana Q adalah
debit cairan dalam pipa .

Transport sedimen dalam pipa tertutup


Bila ada sedimen masuk dalam cairan yang mengalir dalam pipa, kondisi agak
berubah oleh adanya consentrasi sedimen dalam cairan (C T).
CT = Qpasir/ Qtotal dimana Qpasir hanya memperhitungkan volume pasir saja sering
digunakan istilah CV untuk menunjukkan kosentrasi pasir tersbut. Karena sering
terjadi pergesekan antara air dan pasir maka C v harus lebih besar dari C T dengan
perbandingan T = CT/CV 1.
Untuk menghitung CV seringkali digunakan CB atau consentrasi dalam kondisi
kering (Bulk concentration), CB = CT/ 1- n.
Contoh, bila ta = 2650 kg/m3 , n = 40 % , buktikan bahwa Bulk Concentration
dalam campuran adalah 20 %?
Misal CB = 20 %, berarti kandungan airnya = 80 %. Sisanya yang berupa Bulk
concentration terdiri dari tanah dan air yaitu 40 % air (sesuai harga n), dan 60 %
tanah atau bulk. Sehingga berat 1 m3 campuran terdiri dari :
Air asli = 0,8 m3 , w = 1000 kg/m3 = 800 kg
Air dalam pori-pori tanah = 40 % dari 20 % dari 1 m3
= 0,08 m3 , w = 1000 kg/m3 = 80 kg
Butiran tanah = 60 % dari 20 % dari 1 m3
= 0,12 , ta = 2650 kg/m3 = 318 kg

33
-----------------------
Total = 1198 kg
Dibulatkan 1200 kg

Berarti Bulk Concentration20 % lebih besar berat jenis Air, atau kandungan tanah
hanya 20 % dengan w = 1200 kg/m3( terbukti).
Dengan teknologi yang berkembang saat ini berbagai material bisa dihisap. Bila
konsentrasi clay atau silt yang terpompa adalah tinggi akan mempengaruhi
viskositas (kekentalan cairan) sehingga teori aliran turbulen biasa tidak berlaku.
Bila dipompakan pasir halus dimana kecepatan mengendapnya jauh lebih kecil
dibanding kecepatan aliran, dalam hal ini sebesar 0,02 m/s. Maka kecepatan aliran
cukup sebesar 4 m/s (lebih dari 100 kalinya) untuk bisa mengalirkan butir pasir
halus berdiameter 0,06 sampai 0,15 mm tanpa ada yang mengendap di dasar pipa.
Untuk Pasir kasar, kecepatan pengendapannya (fall velocity) mencapai 0,2 m/s
atau hanya sekitas 1/20 dari kecepatan aliran. Sehingga pada material diatas
ukuran 2 mm akan mengendap pada dasar pipa, sedang butiran ukuran 0,15
sampai 2 mm akan melayang agak lambat dalam pipa.
Berdasar kondisi ini bisa diperkirakan bahwa pasir kasar yang mengendap dalam
pipa sedikit demi sedikit akan menyebabkan pipa tersumbat. Atau bila akan
menggelontorkan endapan pasir tersebut, kecepatan aliran harus ditingkatkan
mencapai kecepatan maksimum pipa atau disebut juga kecepatan kritis ( U crit).
Besar Ucrit diperoleh dari test laboratorium, dimana U crit mencapai sebesar 4,3 m/s
untuk pasir diamter 0,2 mm.
Pengaruh dari memperbesar kecepatan aliran ini adalah pada penggerusan bagian
dalam pipa. Pipa mengalami keadaan seperti diamplas pasir akibat kecepatan pasir
dan terus menerusnya kejadian tersebut.
Disamping itu kehilangan energi dalam pipa juga makin besar (Hv) akibat
meningkatnya hambatan pada pipa oleh pasir.
Pengaruh pasir terjadi juga pada perilaku pompa yang mengalami penurunan daya
angkatnya menjadi H sebesar H m/w.
Sekarang ini sudah tersedia kurva untuk berbagai ukuran pipa terhadap berbagai
kecepatan dan variasi berat jenis campuran, dan ada juga kurva pompa dikoreksi
terhadap kekuatan putaran dan pengaruh campuran.

34
POMPA, dapat bekerja berdasar teori pompa centrifugal dari EULER yaitu:
d ( mv * r ) md ( v * r )
M
dt dt

Maksudnya untuk mendorong momen luar sama dengan perbedaan antara


momentum cairan yang masuk ke diameter dalamnya impeler dan meninggalkan
pompa pada kondisi yang sama. Perhatikan pula Aliran air melalui impeler pada
putaran 0 ditambah efek dari putaran impeler pada kecepatan 0. Hal ini
menyebabkan hubungan anatara Q(debit) dan H(tinggi hisapan) dapat terjadi.
Besar debit yang dapat dihasilkan pompa(Q) sebanding dengan jumlah bilah pada
pompa (n), sedang tinggi hisap (H) = n 2, sedang tenaga untuk menggerakan bilah
yang dibutuhkan (N) = n3, lihat gambar.

D. Pembuangan
Lokasi pembuangan dapat berada di tengah laut atau di tepi pantai., pemilihan
lokasinya tergantung kondisi buangan dan rencana pemanfaatannya serta biaya
yang ditimbulkan.
Posisi buangan di laut harus berada pada lokasi yang tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan maupun gangguan bagi lalu lintas laut, disamping itu harus
dicari tempat yang tidak memungkinkan material kembali lokasi kerukan. Untuk itu
biasanya lokasi berada pada kedalaman minimal 25 m LWS dan sejarak minimal
10 km dari lokasi kerukan.
Posisi buang di pantai atau di darat dipilih untuk memanfaatkan hasil kerukan
menjadi material reklamasi. Pelaksanaan harus hati-hati supaya limbah material
yang tercecer atau tumpah tidak merusak ekosistem sekitarnya. Dan metode
pelaksanaan dengan membuat petak-petak kolam dibatasi tanggul-tanggul dapat
menjadikan timbunan tidak terpisah antara lapisan materail halus dengan yang
lebih kasar.

35

Anda mungkin juga menyukai