Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM SARJANA EKSTENSI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI FISKAL

Makalah Studi Kasus Seminar Perpajakan


Pajak Daerah Ke-2

Oleh:

Kelompok 5

1. Ade Fitri Rizana 1506802425


2. Ali Abdurrahman 1506802431
3. Asti Ningtyas 1506802482
4. Ihwal Arrauf Hata 1506802564
5. Mira Dewi Puspasari 1506802620
6. Muhammad Chaidir 1506802652
7. Rebecca Felicia 1506802734

Depok

0 Universitas Indonesia
2017
BAB 1

GAMBARAN KASUS

1. Sebagaimana diketahui fungsi pemungutan Pajak yaitu fungsi Budgetair


dan Regulerend.

2. Pemprov DKI Jakarta telah memberikan pembebasan PPB-P2 untuk


masyarakat yang memiliki Bumi dan bangunan dengan Ketetapan NJOP
di bawah 1 M dan pembebasan BPHTB 100 % untuk transaksi jual beli
pertama kali, Waris dan Hibah Wasiat sampai dengan 2 M.

3. 4 (empat) Program Prioritas BPRD DKI Jakarta dalam rangka Strategi


Optimalisasi penerimaan Pajak Daerah di DKI Jakarta.

1 Universitas Indonesia
BAB 2
PERMASALAHAN KASUS

Berdasarkan gambaran kasus sebagaimana tercantum pada Bab 1, maka


permasalahan kasus terkait adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk
menyeimbangkan kedua fungsi tersebut dalam kegiatan pemungutan PAT
dan Pajak Reklame, dan berikan Analisys pendapat / usulan tentang
kebijakan apa lagi yang perlu dilakukan agar tujuan kedua fungsi tersebut
dapat tercapai secara maksimal!

2. Jelaskan latar belakang, tujuan dan kriteria Subjek dan Objek apa yang
dapat diberikan pembebasan dengan berprinsip pada azas keadilan bagi
masyarakat , serta apa dampaknya bagi daerah Kabupaten Kota lain di
Indonesia!

3. Uraikan terkait 4 (empat ) Program Prioritas BPRD DKI Jakarta dalam


rangka Strategi Optimalisasi penerimaan Pajak Daerah di DKI Jakarta!

2 Universitas Indonesia
BAB 3
PERATURAN TERKAIT

Dasar hukum yang digunakan untuk membahas kasus dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. - Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah

- Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 27


Tahun 2014 tentang Penetapan Nilai Sewa Reklame sebagai Dasar
Pengenaan Pajak Reklame

2. - Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah

- Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 259


Tahun 2015 tentang Pembebasan PBB-P2 atas Rumah, Rumah Susun
Sederhana Sewa dan Rumah Susun Sederhana Milik dengan Nilai Jual
Objek Pajak Sampai dengan Maksimal Rp 1 M

- Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 193


Tahun 2016 Pembebasan 100% atas BPHTB Karena Jual Beli Pertama
Kali, Waris atau Hibah Wasiat dengan Nilai Jual Objek Pajak Sampai
dengan Rp 2 M

3. ---

3 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN

Soal 1
Pajak Air Tanah (PAT)
PAT adalah salah satu jenis pajak kabupaten/kota, yang dikenakan atas
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Dasar pengenaan PAT adalah Nilai
Perolehan Air Tanah. Sehingga pemungutan PAT lebih ditujukan pada pemenuhan
fungsi regulerend pajak, yaitu membatasi penggunaan air tanah. Potensi PAT
sebenarnya tinggi, terutama di kota-kota besar yang pembangunannya pesat,
namun pada realitanya penerimaan pajak daerah jenis ini tidak terlalu besar,
bahkan kontribusinya terhadap PAD cenderung paling rendah di antara jenis pajak
daerah lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah :
a. Rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Sering ditemukan masyarakat yang sudah melakukan penggunaan
air bawah tanah, namun ia belum terdaftar sebagai Wajib Pajak. Selain itu,
masih ditemukan juga Wajib Pajak yang sudah terdaftar, namun tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan patuh (tidak membayar
ataupun menunggak).

b. Kecurangan terselubung yang dilakukan Fiskus


Bentuk kecurangan yang dilakukan oleh fiskus, misalnya, terdapat
mekanisme pengenaan tarif flat atas penggunaan air tanah di beberapa
daerah. Pada mekanisme ini, fiskus melakukan survey di lokasi untuk
menentukan jumlah besaran pemakaian air rata-rata setiap bulannya
sehingga PAT yang terutang setiap bulannya memiliki besaran yang sama.
Dalam mekanisme ini, terdapat potensi kecurangan fiskus dengan Wajib
Pajak yang saling tawar menawar untuk menentukan besarnya PAT yang
terutang.

4 Universitas Indonesia
c. Harga Dasar Air yang rendah
HAD adalah salah satu faktor penentu besarnya PAT terutang. Di
beberapa daerah, nilai HAD per meter kubiknya masih tergolong rendah
karena nilai HAD tersebut tidak dievaluasi secara berkala dengan
mempertimbangkan pembangunan yang terjadi di daerah tersebut. Hal ini
menyebabkan potensi PAT belum dapat tergali secara maksimal.

Kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk


menyeimbangkan kedua fungsi pemungutan pajak dalam kegiatan
pemungutan PAT

Untuk menyeimbangkan fungsi budgetair dan regulerend dari PAT,


pemerintah daerah telah melakukan kebijakan, seperti :
a. Kenaikan Harga Dasar Air Tanah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD Pasal 70 ayat (1),
tarif PAT ditetapkan paling tinggi sebesar 20%. Pemerintah daerah tidak
dapat menetapkan tarif yang lebih tinggi daripada itu. Oleh karena itu,
instrument yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam
memaksimalkan fungsi budgetair PAT adalah pengaturan Harga Dasar Air
Tanah, yang merupakan salah satu faktor penentu dalam penghitugan PAT.
Untuk menyeimbangkan fungsi budgetair dan regulerend dari PAT,
pemerintah menaikkan Harga Dasar Air sehingga otomatis besar PAT pun
meningkat. PAT dibuat lebih tinggi daripada harga air PDAM, tujuannya
agar masyarakat membatasi penggunaan air tanah dan beralih
menggunakan PDAM.

b. Pemasangan Water Meter


Water Meter merupakan alat yang harus terpasang jika Wajib Pajak
memanfaatkan air tanah. Namun di beberapa daerah masih ada saja yang
tidak menggunkan Water Meter. Maka dari itu pemerintah berupaya
melakukan pemasangan Water Meter secara merata di lokasi pengambilan

5 Universitas Indonesia
air tanah untuk mengetahui berapa volume air tanah yang digunakan oleh
Wajib Pajak dan menghitung PAT terutang secara akurat, sesuai dengan
yang digunakan oleh Wajib Pajak.

c. Penjaringan Wajib Pajak Baru


Hal ini ditujukan tidak hanya pada sektor niaga dan industri saja,
tapi juga pada sektor non-niaga.

Usulan tentang kebijakan yang perlu dilakukan agar kedua fungsi


pemungutan pajak dapat tercapai secara maksimal dalam kegiatan
pemungutan PAT

Untuk memaksimalkan fungsi budgetair dan regulerend dari PAT,


pemerintah daerah dapat melakukan kebijakan, seperti :
a. Penetapan tarif PAT progresif sesuai dengan volume air tanah yang
digunakan

b. Memperketat pengawasan water meter


Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi kecurangan Wajib
Pajak, karena sering ditemukan water meter milik Wajib Pajak yang
mengalami kerusakan namun tidak dilaporkan sehingga penghitungan
volume air yang digunakan pun tidak akurat dan merugikan pemerintah
daerah.

c. Mengatur Harga Dasar Air Tanah


Pengaturan harga dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi
pengambilan yang berada dalam jangkauan PDAM atau tidak. Harga
Dasar Air Tanah di dalam jangkauan PDAM harus ditetapkan lebih tinggi
daripada Harga Dasar Air Tanah di luar jangkauan PDAM. Tujuannya
adalah untuk mengarahkan masyarakat untuk membatasi penggunaan air
tanah dan memilih menggunaan air PDAM dengan harga lebih murah.

6 Universitas Indonesia
d. Mensosialisasikan apabila ada kebijakan baru tentang PAT kepada
masyarakat
Misalnya ada kenaikan Harga Dasar Air, maka sosialisasi perlu
dilakukan secara jelas dan menyeluruh agar masyarakat mengetahui dan
memahaminya secara utuh.

e. Mengevaluasi Nilai Perolehan Air Tanah secara berkala

f. Penegasan penggunaan angka pada water meter


Hal ini perlu dilakukan sebagai indikator penentu jumlah pajak air
tanah yang terutang.

Pajak Reklame
Objek pajak dari pajak reklame adalah papan/billboard/megatron, Rekl.
kain, Rekl. melekat, Rekl. selembaran, Rekl. Berjalan, Rekl. Apung, Rekl. Udara,
Rekl. Suara, Rekl. Film/slide dan Rekl. Peragaan. Adapun beberapa objek pajak
yang dikecualikan antara lain:
1. Diselenggarakan melalui internet, media elektronik dan media cetak
2. Diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
3. Diselenggarakan yang memuat nama tempat ibadah dan panti asuhan
4. Diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal
usaha atau profesi tersebut yang luasnya, tidak melebihi 1 m2 (satu meter
persegi), ketinggian maksimum 15 (lima belas) meter dengan jumlah
reklame tidak lebih dari 1 (satu) buah
5. Diselenggarakan untuk tanah tidak melebihi 1 m2 yang letaknya ditanah
tersebut
6. Diselenggarakan oleh Perwakilan Luar Negeri
7. Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan yang
berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.

7 Universitas Indonesia
Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
reklame. Sedangkan wajib pajak reklame yaitu:
1. Orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
2. Diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan.
3. Diselenggarakan melalui pihak ketiga.

Besarnya tarif pajak reklame yang ditetapkan maksimal sebesar 25% (dua
puluh lima persen) pada setiap daerah. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dihitung
berdasarkan nilai sewa reklame, meliputi ; lebar, jenis, jangka waktu dan ukuran.
Masa pajak reklame yaitu jangka waktu 1 (satu) bulan takwim. Pajak reklame
terutang pada saat penyelenggaraan reklame atau diterbitkannya SKPD. Sistem
pemungutan pada pajak reklame ini adalah Official Assessment, yaitu pengenaan
pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak setelah ditetapkan terlebih dahulu oleh
pejabat yang berwenang.

Kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk


menyeimbangkan kedua fungsi pemungutan pajak dalam kegiatan
pemungutan Pajak Reklame

Untuk menyeimbangkan fungsi budgetair dan regulerend dari Pajak


Reklame, pemerintah daerah telah melakukan kebijakan, seperti :
a. Reklame Produk dan Non-Produk
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan Pemprov DKI Jakarta,
yang tercantum dalam PERGUB No. 27 Tahun 2014. Dalam PERGUB
tersebut pada dasarnya mengatur mengenai Nilai Sewa Reklame yang
nantinya akan menjadi dasar perhitungan pajak reklame.
Mengenai NSR dalam hal reklame diselenggarakan sendiri, NSR
tersebut terdiri dari NSR untuk penyelenggaraan reklame non produk dan
produk (Pasal 6 ayat (2) Pergub 27/2014).
Yang dimaksud Reklame Non Produk adalah reklame yang memuat
semata-mata nama badan/perusahaan/usaha atau nama profesi, termasuk
logo/simbol atau identitas badan/perusahaan/usaha yang dapat dilihat, dibaca

8 Universitas Indonesia
oleh umum. Sedangkan Reklame Produk adalah reklame yang memuat
produk suatu barang atau jasa sebagai sarana promosi. Jika yang diiklankan
hanya sebatas nama lembaga pendidikan tersebut tanpa mempromosikan
jasa yang diperjualbelikan, maka termasuk dalam reklame non produk.
Sedangkan jika iklan tersebut juga mempromosikan jasa yang
diperjualbelikan oleh lembaga pendidikan tersebut, maka termasuk dalam
reklame produk.
Mengenai tarif reklame yang diselenggarakan sendiri, bergantung
pada jenis reklame yang digunakan, lokasi penempatan (lokasi peletakan
reklame menurut kelas jalan), ukuran luas bidang reklame, jangka waktu
penyelenggaraan, hingga ketinggian reklame. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan target (fungsi budgetair) sekaligus membuat regulasi
agar pajak reklame dikenakan sesuai dengan kebutuhan dari jenis reklame
itu sendiri (fungsi regulerend)

Berikut ini adalah Hasil Perhitungan NSR Non Produk :


No. Lokasi Ukuran LuasJangka WaktuKetinggian NSR (Rp)
Penempatan Bidang Penyelenggaraan Reklame
Reklame
1 Protokol A 1 M2 1 Hari s.d 15 M 25.000
2 Protokol B 1 M2 1 Hari s.d 15 M 20.000
3 Protokol C 1 M2 1 Hari s.d 15 M 15.000
4 Ekonomi Kelas I 1 M2 1 Hari s.d 15 M 10.000
5 Ekonomi Kelas II 1 M2 1 Hari s.d 15 M 5.000
6 Ekonomi Kelas III 1 M2 1 Hari s.d 15 M 3.000
7 Lingkungan 1 M2 1 Hari s.d 15 M 2.000

Berikut ini adalah Hasil Perhitungan NSR Produk :


No. Lokasi Ukuran LuasJangka WaktuKetinggian NSR (Rp)
Penempatan Bidang Penyelenggaraan Reklame
Reklame
1 Protokol A 1 M2 1 Hari s.d 15 M 125.000
2 Protokol B 1 M2 1 Hari s.d 15 M 100.000

9 Universitas Indonesia
3 Protokol C 1 M2 1 Hari s.d 15 M 75.000
4 Ekonomi Kelas I 1 M2 1 Hari s.d 15 M 50.000
5 Ekonomi Kelas II 1 M2 1 Hari s.d 15 M 25.000
6 Ekonomi Kelas III 1 M2 1 Hari s.d 15 M 15.000
7 Lingkungan 1 M2 1 Hari s.d 15 M 10.000

b. Kenaikan Tarif Pajak Reklame Light Emmiting Diode (LED)


Berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 tahun 2011 tentang Pajak
Reklame, perhitungan NSR pajak reklame LED hanya dihitung berdasarkan
luasan layar. Namun semenjak diberlakukannya PERGUB No. 27 Tahun
2014, perhitungan NSR pajak reklame LED dihitung berdasarkan durasi 30
detik/tayang.

Usulan tentang kebijakan yang perlu dilakukan agar kedua fungsi


pemungutan pajak dapat tercapai secara maksimal dalam kegiatan
pemungutan Pajak Reklame

Untuk memaksimalkan fungsi budgetair dan regulerend dari Pajak


Reklame, pemerintah daerah dapat melakukan kebijakan, seperti :
a. Lelang titik reklame
Kebijakan ini dilakukan dengan memanfaatkan titik-titik strategis di
dalam suatu daerah. Titik-titik yang dilelang adalah lokasi di tengah
keramaian sehingga reklame yang dipasang di lokasi tersebut akan
berpotensi menarik perhatian massa dengan jumlah yang lebih besar.
Dengan melakukan pelelangan titik reklame, kedua fungsi pajak terutama
fungsi budgetair dapat dimaksimalkan.

b. Pemberian titik reklame di asset daerah


Pemberian titik reklame ini adalah sebagai kompensasi atas
pembangunan asset daerah yang dilakukan oleh pihak pemasang reklame.
Jadi, antara pemerintah daerah dan pihak pemasang reklame mengadakan
sebuah perjanjian dimana pihak pemasang reklame membantu pembangunan
asset daerah dan sebagai kompensasi, nantinya pihak pemasang reklame
diizinkan memasang reklame pada asset tersebut. Kompensasi ini hanya

10 Universitas Indonesia
sebatas pada izin penggunaan asset daerah sebagai lokasi pemasangan
reklame, bukan pembebasan pajak reklame. Kebijakan ini akan
menguntungkan kedua belah pihak. Pihak pemasang reklame mendapat
keuntungan karena memperoleh titik reklame yang strategis, sedangkan
pemerintah daerah mendapat bantuan dalam membangun asset daerah
sekaligus tetap memperoleh pendapatan dari pajak reklame yang dibayarkan
oleh Wajib Pajak.

c. Mengadakan pengawasan pajak reklame


Hal ini perlu dilakukan guna menciptakan tertib administrasi dan
tertib dalam penyelenggaraannya sehingga proses pemungutan pajak
berlangsung lancer. Pengawasan pajak reklame dapat dilakukan dari mulai
proses pendaftaran, perizinan, penyelenggaraan, hingga penyetoran pajak
reklame terutang.

Soal 2

Latar belakang, tujuan dan kriteria Subjek dan Objek yang dapat diberikan
pembebasan

Pembebasan PBB-P2

Latar belakang
Pemprov DKI Jakarta memberikan pembebasan kewajiban pembayaran PBB-P2
dengan batasan tertentu untuk mewujudkan keadilan sosial dalam rangka
meringankan beban hidup wajib pajak orang pribadi akibat pelambatan
ekonomi.

Tujuan

11 Universitas Indonesia
Tujuan dari dilaksanakannya pembebasan PBB-P2 adalah agar pembayaran
PBB-P2 tidak membebani warga DKI Jakarta, khususnya bagi kalangan
menengah ke bawah yang berpenghasilan pas-pasan.

Kriteria
- NJOP Tanah dan Bangunan maksimal Rp 1 M, yang meliputi :
1. Rumah yang dimiliki orang pribadi
2. Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang dimiliki atau
disewakan oleh Pemerintah yang telah dilakukan pemecahan menjadi
unit-unit satuan rumah susun
3. Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) yang dimiliki orang pribadi
dan digunakan untuk rumah tinggal
- Luas Tanah dan Bangunan maksimal 100m2
- Lokasi Tanah dan Bangunan tidak berada di dalam area perumahan ataupun
cluster

Pembebasan 100% atas BPHTB

Latar belakang
Pemprov DKI Jakarta memberikan pembebasan 100% atas BPHTB untuk
mendukung Kebijakan Deregulasi Investasi di Bidang Pertanahan yang menjadi
bagian dari paket kebijakan ekonomi jilid III Pemerintah Pusat, mempercepat
pertumbuhan ekonomi, dan adanya permintaan dari Badan Pertahanan Nasional
untuk peningkatan administrasi pertanahan.

Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya pembebasan 100% atas BPHTB adalah untuk
mendukung masyarakat golongan ekonomi tidak mampu dengan mempermudah
warganya untuk dapat memiliki sertifikat hak kepemilikan tanah dan bangunan.

12 Universitas Indonesia
Kriteria
- Warga DKI Jakarta yang sudah punya KTP DKI Jakarta dan sudah
berdomisili di DKI Jakarta minimal 2 tahun berturut-turut
- Masyarakat yang baru pertama kali memiliki atau membeli tanah dan
bangunan yang berlokasi di DKI Jakarta ataupun masyarakat yang baru
pertama kali menerima waris berupa tanah dan/atau bangunan
- NJOP Tanah dan Bangunan maksimal Rp 2 M
- Hanya untuk transaksi rumah/apartemen/ tanah yang lokasinya di DKI
Jakarta

Dampak bagi daerah Kabupaten Kota lain di Indonesia

Pembebasan PBB-P2 dan BPHTB ini dapat berdampak bagi daerah lain,
yaitu masyarakat daerah lain akan meminta pemerintah daerahnya melakukan
pembebasan PBB-P2 untuk tanah dan/atau bangunan yang NJOP-nya dibawah Rp
1 Miliar dan pembebasan 100% BPHTB untuk tanah dan/atau bangunan yang
NJOP-nya dibawah Rp 2 Miliar. Padahal mungkin belum tentu, kebijakan tersebut
sesuai di daerah tersebut, karena setiap daerah memiliki kemampuan ekonomis
yang berbeda-beda. Contohnya apabila di suatu daerah jumlah WP yang memiliki
tanah dan/atau bangunan yang NJOP-nya dibawah Rp 1 Miliar sangat banyak,
pembebasan PBB dapat sangat berpengaruh kepada pendapatan pajak daerah
tersebut. Berbeda dengan Jakarta yang jumlah Wajib Pajak yang nilai NJOP PBB
P2-nya berada di bawah Rp 1 miliar hanya sekitar satu juta Wajib Pajak.
Sehingga, pembebasan Wajib Pajak PBB P2 di bawah NJOP Rp 1 miliar, tidak
akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan.

Soal 3

Target potensi pajak daerah DKI Jakarta tahun ini meningkat sekitar Rp.
2,2 triliun dari tahun sebelumnya. Untuk itu, Badan Pajak dan Retribusi Daerah
(BPRD) DKI Jakarta menyiapkan 4 program prioritas untuk mencapai total target

13 Universitas Indonesia
realisasi pajak 2017 sebesar Rp. 35,23 triliun. Adapun 4 Program Prioritas
tersebut adalah sebagai berikut:
Optimalisasi penerimaan melalui fiscal cadaster (penyusunan monografi
wilayah)
Fiscal cadaster adalah pendaftaran tanah dalam rangka keperluan
pemungutan pajak. Tujuannya untuk melihat potensi pajak daerah seperti data
PBB, BPHTB, Pajak Hotel/rumah kos, Pajak Parkir, Pajak Hiburan, Pajak
Restoran dst. Dalam hal ini BPRD bekerja sama dengan Asian Development
Bank untuk membantu pemetaan zona basis pajak. Untuk lebih
mengintensifkan pemetaan maka dipilihlah objek amatan potensial masing-
masing daerah.
Hingga kini sudah ada 4 kecamatan yang terpetakan, di antaranya
Tanah Abang, Kebayoran Lama dan Setia Budi. Dengan adanya fiscal
cadaster, seluruh potensi pajak dapat teridentifikasi dengan benar. Rencananya
pemetaan akan dilakukan hingga ke 44 kecamatan dan diperkirakan akan
rampung pada pertengahan 2018.
Hasil dari fiscal cadaster nantinya akan dikonfirmasi dengan data
potensi yang dimiliki BPRD agar lebih akurat dalam menghitung potensi real
yang bisa menjadi pendapatan pajak daerah.
Penegakan hukum (Law enforcement) pada penunggak pajak
Law enforcement pada penunggak pajak dilakukan dengan cara
(Instruksi Gubernur Nomor 105 dan 115 tahun 2016) penempelan stiker/plang
kepada wajib pajak yang memiliki tunggakan khususnya pajak hotel, restoran,
hiburan dan PBB. Selain itu juga melakukan razia gabungan untuk meyisir
Wajib Pajak yg belum melunasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan
cara berkordinasi dengan Direktorat Lalu-Lintas Polda Metro Jaya,
menyiapkan sebanyak 60 juru sita, serta menjalin kerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mendampingi ketika melakukan
penagihan kepada pengemplang pajak.

Mendorong upaya integrasi perizinan usaha dalam bentuk tax clearance


atau keterkaitan fiskal

14 Universitas Indonesia
BPRD akan terus mendorong upaya integrasi dalam bentuk
keterkaitan fiskal secara menyeluruh dengan wajib pajak (WP) melalui
kegiatan:
a) Integrasi sistem perpajakan dengan sistem perizinan dan non perizinan pada
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
b) Menyusun instruksi Gubernur tentang persyaratan lunas pajak daerah pada
permohonan barang/jasa
c) Kerjasama dengan bank persepsi terkait persyaratan lunas pajak daerah
pada pengajuan kredit perbankan
Dari kegiatan-kegiatan tersebut tujuannya supaya Wajib Pajak tidak
ada lagi yang masih menunggak pajak agar dapat mengurus segala bentuk
perizinan usahannya.

Optimalisasi pelayanan berbasis informasi


Dengan berkembangnya era teknologi saat ini maka perlu diperlukan
peningkatan pelayanan berbasis informasi secara optimal melalui kegiatan
pengembangan sistem layanan pajak daerah dan pemutakhiran basis data Wajib
Pajak secara elektronik atau online. Dengan pengoptimalan pelayanan berbasis
informasi ini maka dapat meringankan beban kerja petugas pelayanan pajak
sehingga petugas pelayanan pajak mampu memberikan layanan yang jauh lebih
baik serta juga dapat mempermudah Wajib Pajak untuk menjalankan kewajiban
perpajakannya.

15 Universitas Indonesia
BAB 5

SESI PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Kemukakan pendapat kalian mengenai 4 Program Prioritas BPRD DKI


Jakarta dalam rangka Strategi Optimalisasi penerimaan Pajak Daerah di DKI
Jakarta! Apakah program tersebut telah berjalan? (Rara Yunisda P.)
Jawaban :
Menurut kelompok kami, 4 Program Prioritas yang disiapkan
BPRD DKI Jakarta khususnya dalam rangka Strategi Optimalisasi
penerimaan Pajak Daerah di DKI Jakarta ini sudah berjalan cukup baik.
Program-program tersebut pun telah berjalan, seperti Fiscal Cadaster untuk
membantu pemetaan zona basis pajak. Hingga saat ini sudah ada 4 kecamatan
yang terpetakan, yaitu Tanah Abang, Kebayoran Lama dan Setiabudi, yang
diperkirakan akan selesai pada pertengahan 2018. Lalu, penegakan hukum
juga telah dilakukan dengan melakukan razia-razia bagi Wajib Pajak yang
belum melunasi pajaknya. Kemudian terdapat upaya integrasi perizinan usaha
dalam bentuk tax clearance, baik melalui integrasi sistem maupun melakukan
kerjasama dengan bidang terkait. Yang terakhir, optimalisasi pelayanan
berbasis informasi juga telah dilakukan dengan melakukan pengembangan
sistem layanan pajak daerah serta pemutakhiran basis data Wajin Pajak secara
online contohnya sekarang membayar PBB atau PKB online melalui sejumlah
bank.

2. Tolong berikan contoh daerah yang telah menerapkan PAT! Bagaimana cara
pemerintah untuk menerapkan PAT di daerah yang belum menerapkan PAT?
(Bega Anggara)
Jawaban :
Menurut Dian Patria (Ketua Tim Pencegahan Korupsi SDA, KPK),
DKI Jakarta Tahun 2016 mencatatkan PAT sebesar Rp102 miliar. Berarti
penerapan PAT berjalan di DKI Jakarta. Namun apabila ada daerah yang
belum menerapkan PAT tentu ada atau bahkan sudah ada tapi belum berjalan
maksimal. Dian Patria menambahkan Jabar yang lebih luas dari DKI hanya
Rp14,5 miliar. Kenapa (kecil)?. DKI Jakarta mencatat ada 4.265 sumur yang

16 Universitas Indonesia
terdaftar namun kajian LIPI menunjukan pelaporan potensi PAT baru 1/10.
Menurut Dian Patria ada potensi PAT di DKI Jakarta hingga mencapai Rp1
triliun, jika satu gedung memiliki 3 sumur maka ada sekitar 15.000 sumur
yang bisa ditarik PAT-nya dan Dian melihat Rp102 miliar merupakan selisih
yang sangat besar. Penerapannya pihak KPK dan Pemprov DKI Jakarta terus
melakukan penegakan hukum dengan menyisir sumur-sumur gedung
perkantoran untuk menemukan potensi-potensi atas PAT.

3. Apakah penerapan tarif progresif dalam PAT benar-benar cocok untuk


diterapkan? (Herwikson Sitorus)
Jawaban :
Penerapan tarif progresif dalam PAT sangat cocok untuk
diterapkan, karena seperti yang telah dibahas pada Bab 4, salah satu faktor
penyebab penerimaan pajak daerah dari PAT cenderung rendah kontribusinya
terhadap PAD ialah adanya kecurangan yang dilakukan oleh fiskus, yang
mana fiskus melakukan survey di lokasi untuk menentukan jumlah besaran
pemakaian air rata-rata setiap bulannya sehingga PAT yang terutang setiap
bulannya memiliki besaran yang sama. Dengan diberlakukannya tarif
progresif dalam PAT, maka diharapkan PAT yang terutang setiap bulannya
akan tergantung pada banyaknya pemakaian.

4. Mengenai Reklame Non-Produk, apakah logo yang tertera dalam baju


sepakbola termasuk ke dalam objek Pajak Reklame? (Herwikson Sitorus)
Jawaban :
Logo yang tertera dalam baju sepakbola bukan merupakan objek
pajak Reklame melainkan objek pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yaitu PPN dan PPh Pasal 23, karena logo dalam baju pemain sepak bola
tersebut merupakan sponsor yang mencantumkan logo perusahaaan sehingga
baik langsung atau tidak langsung mereka mengiklannya dengan cara
sponsorship sehingga termasuk penyerahan Jasa Kena Pajak sehingga atas
penyerahannya, baik kepada Wajib Pajak dalam negeri maupun Wajib Pajak
luar negeri dikenapan PPN atas penyerahan Jasa Kena Pajak dan di potong
PPh Pasal 23 atas jasa iklan sesuai dengan PMK Nomor 141/PMK.03/2015.

17 Universitas Indonesia
5. Apa yang menjadi pertimbangan Pemerintah DKI Jakarta dalam pembebasan
BPHTB yang Nilai Jual Objek Pajaknya tidak lebih dari Rp 2 M? (Herwikson
Sitorus)
Jawaban :

18 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai