Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam alinea

keempat Undang-undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

umum. Pembangunan nasional yang menyeluruh di segala bidang baik

ekonomi, politik, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan adalah

salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Pemerintah Indonesia

tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit demi terwujudnya

pembangunan yang lebih terarah serta memberikan hasil dan daya guna

yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia.

Pemerintah telah berupaya memaksimalkan berbagai sumber

penerimaan negara agar dana pembangunan terpenuhi. ”Sumber

penerimaan negara terbesar sejauh ini adalah dari sektor pajak. Sektor

pajak memberikan sumbangsih hampir 80% dari total penerimaan negara

dilihat dari realisasi penerimaan negara sejak tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014.” (Jannah, 2014:2).

Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan di sektor pajak

dimulai pada tahun 1983 melalui modernisasi perpajakan. Perubahan

paling mendasar atas modernisasi ini adalah perubahan sistem

pemungutan pajak dari official assesment system menjadi self assesment

system. Self assesment system memberi kepercayaan sepenuhnya kepada

wajib pajak dalam hal melaporkan dan membayar pajak terhutang.

1
Sebelum melakukan pembayaran pajak, wajib pajak harus

melaporkan terlebih dahulu jumlah pajak yang terhutang melalui surat

pemberitahuan pajak (SPT). Surat pemberitahuan ini berisi informasi

perpajakan yang benar dan akurat mengenai besarnya jumlah pajak yang

harus dibayarkan oleh wajib pajak.

Salah satu jenis SPT yang harus dilaporkan wajib pajak adalah SPT

Tahunan. Wajib pajak wajib melaporkan pajak terhutang melalui SPT

Tahunan setiap tahun sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dalam

peraturan perpajakan. Penerimaan laporan SPT Tahunan merupakan

agenda rutin tahunan yang dilakukan oleh DJP. DJP menunjuk setiap

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk melaksanakan penerimaan SPT

Tahunan bagi seluruh wajib pajak yang terdaftar di wilayah kerja masing-

masing. Hal tersebut membuat seluruh aparatur perpajakan bekerja lebih

keras dalam proses administrasi SPT Tahunan.

Tahap penting dalam proses administrasi SPT Tahunan adalah

proses pengolahan surat pemberitahuan yang harus dilakukan secara

benar dan lengkap. “Pengolahan surat pemberitahuan adalah serangkaian

kegiatan yang meliputi penelitian dan perekaman SPT, baik berupa

penatausahaan yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan atau

perekaman SPT, penggolongan SPT dan penyimpanan dokumen SPT

maupun dalam pelayanan yang dilakukan di KPP.” (Munandar, 2007:3).

Munandar Kendala yang terjadi setiap tahun dalam pelaksanaan

penerimaan SPT Tahunan adalah terjadinya penumpukan wajib pajak yang

1
3

ingin melaporkan SPT Tahunannya dikarenakan wajib pajak cenderung

melaporkan SPT Tahunan pada hari-hari terakhir batas akhir pelaporan.

Kendala yang terjadi tidak hanya pada aparatur pajak saja, tetapi juga pada

wajib pajak. Wajib pajak harus rela menunggu antrian yang cukup lama saat

menyerahkan SPT Tahunannya ke KPP. DJP kemudian menerbitkan

kembali kebijakan dalam

penyampaian SPT dengan tujuan untuk lebih memudahkan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya serta menghindari adanya

antrian yang sangat panjang saat menyerahkan surat pemberitahuan ke

KPP.

Seiring dengan berkembangya teknologi, Direktoral Jenderal Pajak

melakukan pembenahan pelayanan publik kepada wajib pajak dengan

diterbitkannyaPeraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2014

tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Bagi Wajib Pajak

Orang Pribadi yang menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara E-

Filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). E-filing

merupakan suatu layanan yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak agar

wajib pajak dapat menyampaikan surat pemberitahuan pajak secara real

time melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi dengan menggunakan

jalur internet. Pelaporan pajak menggunakan E-filing dapat membantu

memangkas waktu dan biaya yang dibutuhkan oleh wajib pajak untuk

mempersiapkan, memproses, dan menyerahkan surat pemberitahuan ke

Kantor Pelayanan Pajak secara benar dan tepat waktu. Keunggulan lain
4

yang dimiliki E-filing adalah kualitas sistem dan kualitas informasi E-filing

dapat memudahkan wajib pajak dalam melakukan pelaporan pajak secara

cepat dan aman. Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut, E-filing

diharapkan dapat efektif dan layak menjadi sarana pelaporan pajak secara

elektronik yang dapat memuaskan wajib pajak dalam melaporkan SPT

Tahunan.

Efektivitas dan kelayakan sistem pelaporan pajak menggunakan E-

filing dapat dilihat dari kelebihan-kelebihan yang dihasilkan E-filing.

Kelebihan-kelebihan yang dihasilkan E-filing seperti menghemat waktu dan

biaya serta kualitas sistem dan kualitas informasi yang baik diharapkan

dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak. Kepuasan wajib pajak

merupakan harapan utama Kantor Pelayanan Pajak khususnya dalam hal

pemberian fasilitas E-filing. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti

ingin meneliti secara mendalam mengenai efektivitas sistem pelaporan

pajak menggunakan E-filing terhadap kepuasan wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara dengan

mengambil judul “Efektivitas Pelaporan Pajak Menggunakan E-filling

terhadap Kepuasan Wajib Pajak”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan hal tersebut, adapun beberapa permasalahan

penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain :

a. Bagaimana penerapan E-filling di KPP Pratama Makassar Utara?

b. Apa manfaat dari penerapan E-filling di KPP Pratama Makassar

Utara?

c. Apa kendala yang dihadapi Wajib Pajak di KPP Pratama Makassar

Utara terhadap penerapan E-Filling ?

d. Bagaimana tingkat kepuasan Wajib Pajak di Kantor KPP Pratama

Makassar Utara terhadap penerapan E-filling ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui Penerapan E-Filling di KPP pratama Makassar Utara?

b. Mengetahui manfaat dari peneraan e-filling di KPP pratama

Makassar Utara?

c. Mengetahui kendala yang dihadapi wajib pajak di KPP Pratama

Makassar Utara terhadap penerapan e-Filling ?

d. Mengetahui tingkat kepuasan Wajib Pajak di KPP pratama Makassar

Utara terhadap penerapan E-filling ?


6

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi manfaat, antara

lain :

a. Manfaat teoritis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

bagi peningkatkan mutu pendidikan di bidang perpajakan khususnya

mengenai efektivitas penggunaan E-filing terhadap kepuasan wajib

pajak .

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Pihak Direktorat Jendral Pajak

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

evaluasi dalam membantu penerapan sistem yang baik dan efektif untuk

penggunaa E-filling.

2. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wajib pajak

untuk mengetahui efektivitas penggunaan E-filling dalam pelaporan

SPT.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan

wawasan dalam penerapan teori-teori yang di peroleh di bangku

perkuliahan dengan keadaan sebenarnya yang terjadi dilapangan.


7

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


8

BAB II

PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Ringkas

KPP Pratama Makassar Utara merupakan salah satu KPP Pratama

yang berada dibawah koordinasi Kantor Wilayah DJP Sulawesi Selatan,

Barat dan Tenggara. Wilayah kerjanya tersebar di enam kecamatan yang

mencakup 63 kelurahan di kota Makassar. Jumlah Wajib Pajak terdaftar

saat ini mencapai 130 ribu Wajib Pajak. Sektor perekonomian yang

dominan adalah perdagangan dan industri mengingat di Makassar terdapat

pelabuhan dan kawasan industri.

KPP Pratama Makassar Utara melewati sejarah perjalanan yang

panjang seiring dengan transformasi kelembagaan yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 94/KMK.01/1994, di Makassar hanya terdapat satu kantor pajak di

kota Makassar yaitu Kantor Pelayanan Pajak Ujung Pandang yang berada

di bawah Kantor Wilayah XII Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Karena laju perekonomian Kota Makassar yang sangat tinggi, maka pada

tahun 2001 KPP Ujung Pandang dipecah menjadi KPP Makassar Utara dan

KPP Makassar Selatan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor

443/KMK.01/2001.
9

KPP Makassar Utara ini yang kemudian bertransformasi menjadi

KPP Pratama Makassar Utara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

nomor PMK-67/PMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Perubahan ini merupakan

bagian dari reformasi dan modernisasi perpajakan yang dicanangkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Semangat reformasi dan modernisasi ini yang kemudian membawa

KPP Pratama Makassar Utara senantiasa memberikan kontribusi positif

bagi penerimaan negara serta terus meningkatkan kualitas layanan yang

diberikan kepada wajib pajak. Semangat ini juga yang membawa KPP

Pratama Makassar Utara mampu meraih berbagai prestasi termasuk

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Percontohan di lingkungan Kanwil DJP

Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara.


10

2.2 Struktur Organisasi, Job description

A. Stuktur Organisasi

Kepala Kantor KPP Makassar Utara

Kepala Subbagian Umum


dan Kepatuhan Internal

Seksi Seksi Seksi Seksi pengolahan


penagihan pemeriksaan pelayanan data dan informasi

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Ekstensifikasi


WASKON I WASKON II WASKON III WASKON IV dan penyuluhan
Gambar 2.1
Stuktur organisasi KPP Pratama Makassar Utara

B. Job description:

1) Visi dan Misi KPP Pratama Makassar Utara

a) Visi

Menjadi model layanan publik terbaik di kota Makassar.

b) Misi

Memberi layanan prima, mengawasi kepatuhan wajib pajak

dan mengamankan penerimaan negara.


11

2) KPP Pratama Makassar Utara dipimpin oleh Kepala Kantor yaitu

Syamsinar, S.P.M.Comm., yang bertanggung jawab kepada Kepala

Kantor Wilayah DJP Sulsel, sulbar,dan sultra yang bertempat di

Makassar. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala

Kantor dibantu oleh Kelompok Fungsional Pemeriksa, Sub Bagian

Umum dan Kepatuhan Internal, dan Seksi-seksi yaitu sebagai

berikut:

a) Kepala Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal membawahi

Petugas pelaksana dan Unit Kepatuhan Internal. Tugas pokok dan

fungsi dari Petugas Pelaksana yaitu melaksanakan bidang

kepegawaian, keuangan dan urusan rumah tangga kantor termasuk

urusan bendahara pengeluaran, pembuat daftar gaji dan sekretaris

Kepala Kantor. Unit Kepatuhan Internal memiliki tugas pokok dan

fungsi memantau pelaksanaan tugas di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kebumen agar sesuai dengan SOP (Standart Operating

Procedure) dan peraturan-peraturan yang berlaku.

b) Kepala Seksi Pemeriksaan

Kepala Seksi Pemeriksaan membawahi Pegawai Pelaksana

yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pendukung kelompok

Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak dalam hal administrasi

pemeriksanaan pajak.
12

c) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi

Petugas Pelaksana dan Operator Console (OC). Tugas pokok dan

fungsi Pegawai Pelaksana yaitu sebagai pendukung perekaman

data, pengolahan data, produksi data, distribusi data dan penyajian

informasi lainnya. OC melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai

pendukung dalam bidang teknologi informasi, pemeliharaan

jaringan, pemeliharaan software, pemeliharaan hardware,

pemeliharaan data dan hal-hal lain terkait dengan pemanfaatan

teknologi informasi.

d) Kepala Seksi Pelayanan

Kepala Seksi Pelayanan membawahi Pegawai Pelaksana yang

memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pendukung pelayanan di

front office seperti penerimaan surat masuk, penerimaan

permohonan, penerimaan pelaporan SPT, melaksanakan validasi

SSP PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/ atau

Bangunan serta melaksanakan pencetakan produk hukum.

e) Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan membawahi

Pegawai Pelaksana yang yang memiliki tugas pokok dan fungsi

dalam ekstensifikasi wajib pajak, penyuluhan perpajakan dan


13

pengawasan pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang

terdaftar dalam dua tahun terakhir.

f) Kepala Seksi Penagihan

Kepala Seksi Penagihan membawahi Pegawai Pelaksana dan

Juru Sita Pajak Negara. Pegawai Pelaksana memiliki tugas pokok

dan fungsi yaitu melaksanakan administrasi penagihan dan

pelaporan piutang pajak. Juru Sita Pajak Negara memiliki tugas

pokok dan fungsi dalam penagihan piutang pajak seperti

penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan, pemblokiran rekening bank, berkoordinasi

dengan instansi lain dalam rangka pelelangan hasil sitaan dan tugas

lainnya.

g) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)

Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I membawahi

Pegawai Pelaksana dan Account Representative (AR). Pegawai

Pelaksana Seksi Waskon I memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu

melaksanakan tugas administrasi di Seksi Waskon I, II, III, dan IV.

Account Representative (AR) memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu

pelayanan back office atas permohonan wajib pajak dan

memberikan konsultasi perpajakan.


14

h) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (Waskon II), Kepala

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (Waskon III).

Kepala Seksi Waskon II dan III membawahi Account

Representative (AR) yang memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu

melakukan pengawasan pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib

pajak, seperti melakukan visit ke lokasi wajib pajak, pengawasan

pembayaran, pengawasan pelaporan, analisa laporan keuangan

dalam rangka pengawasan, penerbitan surat himbauan, konsultasi

perpajakan, usul pemeriksaan dan tugas-tugas pengawasan lainnya.

3) Tugas, Pokok, dan Fungsi

Sesuai dengan PMK-206.02/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama

bertugas “melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan

Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya,

Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan”. Untuk melaksanakan tugas tersebut,

KPP Pratama menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan

potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan

objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan

Bangunan;
15

b) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta

penerimaan surat lainnya;

d) Penyuluhan perpajakan;

e) Pelayanan perpajakan;

f) Pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;

g) Pelaksanaan ekstensifikasi;

h) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan

pajak;

i) Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

j) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

k) Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

l) Pembetulan ketetapan pajak;

m) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan; dan

n) Pelaksanaan administrasi kantor


16

BAB III

TEORI DAN PEMBAHASAN

3.1 Landasan Teori

3.1.1 Pengertian Pajak

Dari berbagai sudut pandang dan pemikiran yang berbeda,

memberikan batasan pengertian yang berbeda pula. Berikut beberapa

pengertian pajak dari para ahli, yang menurut :

1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro,S.H dalam Mardiasmo ( 2011:1 ) adalah

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tiada mendapat jasa timbal (

kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

unutk membayar pengeluaran umum.”

2. Adriani dalam Diana Sari ( 2013 : 34 ) adalah :

“Pajak adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan ) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk

dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan.”


17

3. Pasal UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (KUP), menjelaskan :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.”

3.1.2 Pengertian Wajib Pajak

Dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, menjelaskan bahwa wajib

pajak adalah :

“ Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesaui dengan ketentuan peraturang perundang-

undangan perpajakan.”

3.1.3 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Di dalam mekanisme pembayaran pajak, sesorang atau suatu

badan, yang telah terdaftar sebagai wajib pajak memerlukan surat

pemberitahuan (SPT). SPT menurut Mardiasmo (2011:29) adalah :

“Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan

perhitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau bukan objek


18

pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak harus mengisi SPT dengan

benar, lengkap, jelas dalam bahasa Indonesia dengan huruf latin, angka

arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangi serta

menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak

terdaftar.”

Dalam Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara perpajakan disebutkan bahwa:

“Surat Pemberitahuan adalah surat yang wajib pajak digunakan

untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak

dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta kewajiban sesuai dengan

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.”

3.1.4 Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas

selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil

yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas mengandung arti “keefektifan”

(efectiveness) pengaruh/efek keberhasilan, atau kemanjuran/

kemujaraban. Dengan kata lain efektivitas menunjukkan sampai seberapa

jauh pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Berikut ini merupakan definisi efektivitas menurut beberapa ahli, antara lain:
19

1. Prasetyo Budi Saksono (1984)

Efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang

dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.

2. Hidayat (1986)

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana semakin

besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

3.1.5 Pelaporan Pajak menggunakan E-Filing

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-

88/PJ/2004 tanggal 14 Mei 2004 jo KEP-05/PJ/2005 tanggal 12 Januari

2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara

Elektronik (e-filing) melalui Perusahaan Jasa Aplikasi (ASP), ”E-filing

adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan yang berbentuk formulir

elektronik dalam media komputer, dimana penyampaiannya dilakukan

secara elektronik dalam bentuk data digital yang ditransfer atau

disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Perusahaan Penyedia

Jasa Aplikasi atau Application Service Provider yang telah ditunjuk oleh

Direktur Jenderal Pajak dengan proses secara online dan real time.” Tata

cara penyampaian SPT Tahunan secara e-filing berdasarkan Peraturan

Direktur Jendal Pajak Nomor PER-1/PJ/2014 adalah:


20

1. Wajib pajak yang menyampaikan SPT Tahunan secara e-Filing

melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) harus

memiliki e-FIN.

2. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e- FIN harus mendaftarkan

diri melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)

paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender.

3. Pendaftaran dilakukan dengan mencantumkan:

a. alamat surat elektronik (e-mail address); dan

b. nomor telepon genggam (handphone), untuk pengiriman kode

verifikasi, notifikasi dan Bukti Penerimaan Elektronik.

4. Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri dapat menyampaikan SPT

Tahunan secara E-filing dengan cara mengisi aplikasi e-SPT dengan

benar, lengkap, dan jelas.

5. Wajib Pajak yang telah mengisi aplikasi e-SPT meminta kode

verifikasi pada website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).

6. Hasil pengisian aplikasi e-SPT dibubuhi tanda tangan elektronik atau

tanda tangan digital dengan cara memasukkan kode verifikasi yang

diperoleh dari Direktorat Jenderal Pajak.

7. Hasil pengisian aplikasi e-SPT dinyatakan lengkap apabila seluruh

elemen digitalnya telah diisi.

8. Dalam hal pengisian e-SPT dinyatakan lengkap, kepada Wajib Pajak

diberikan Bukti Penerimaan Elektronik sebagai tanda terima

penyampaian SPT Tahunan.


21

9. Bukti Penerimaan Elektonik disampaikan kepada Wajib Pajak

melalui alamat surat elektronik (e-mail address).

10. Penyampaian SPT Tahunan secara E-filing melalui website

Ditektorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) dapat dilakukan setiap

saat dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat.

3.1.6 Kepuasan Pengguna (Kepuasan Wajib Pajak )

“Kepuasan pengguna dapat didefinisikan sebagai keselarasan

antara harapan seseorang dengan hasil yang diperoleh dari sistem

informasi yang dikembangkan” (Kirana, 2010:36).

Menurut Nadeak (2012:17), terdapat 5 indikator untuk mengukur

kepuasan pengguna (user) yaitu:

1. Content adalah kepuasan pengguna (user) ditinjau dari isi. Isi

biasanya berupa fungsi dan modul yang digunakan oleh pengguna

dan juga informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan

pengguna (user).

2. Accuracy adalah kepuasan pengguna (user) dari sisi keakuratan

data ketika menerima input kemudian mengolahnya menjadi sistem

informasi.

3. Format adalah kepuasan pengguna dilihat dari output yang

dihasilkan.

4. Ease of use adalah kepuasan pengguna dari sisi kemudahan

pengguna atau user friendly dalam menggunakan sistem seperti


22

proses memasukkan data, mengolah data, dan mencari informasi

yang dibutuhkan.

5. Timeliness adalah kepuasan pengguna dari sisi ketepatan waktu

sistem dalam menyajikan atau menyediakan data dan informasi

yang dibutuhkan pengguna.

Rasa puas wajib pajak dapat ditimbulkan dari fitur-fitur yang

disediakan sistem e-filing seperti kualitas dari sistem E-filing dan

kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem E-filing. Rasa puas

yang dirasakan wajib pajak mengindikasikan bahwa sistem E-filing

berhasil memenuhi kebutuhan wajib pajak. Kepuasan wajib pajak

juga timbul dari adanya manfaat yang dihasilkan E-filing diantaranya

dapat menghemat waktu dan biaya. Wajib pajak tidak harus

mendatangi KPP untuk melaporkan surat pemberitahuan. Pelaporan

surat pemberitahuan melalui E-filing tidak dikenakan biaya, sehingga

wajib pajak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengirim surat

pemberitahuan.

3.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berfikir

yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah.

Biasanya kerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan

memperlihatkan hubungan antar variabel dalam proses analisisnya.


23

3.2.1 Pelaksanaan E-filing Terhadap Kepuasan Wajib Pajak

Menurut Edward-Dove D.(2008), menyatakan bahwa: “E-filing

memiliki banyak keunggulan yang sudah jelas faktanya. Keunggulan-

keunggulan e-filing meliputi convenience (kenyamanan) yaitu e-filing dapat

dilakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan, dapat meningkatkan

kepuasan pelanggan, kepastian pengiriman dan konfirmasi cepat,

kemudahan pengembalian pendahuluan pajak terhutang (restitusi),

keamanan dan kerahasiaan, fasilitas bantuan online dan panduan

penggunaan, mengurangi kesalahan mengentri data, mengurangi biaya

operasional untuk administrasi pajak”.

Teori diatas didukung oleh hasil penelitian Fitri Damayanti dan

Achmad Fauzi (2015) mengemukakan bahwa fasilitas e-filing berpengaruh

secara signifikan terhadap kepuasan wajib pajak. Hasil penelitian ini sejalan

dengan peneliian yang dilakukan oleh Nugroho (2014) dan Noviandini

(2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara fasilitas

e-filing terhadap kepuasan wajib pajak. Adapun hasil penelitian Rizki Afrika,

Betri, Icha Fajriana (2014) mengemukakan bahwa Penerapan e-SPT

secara signifikan berpengaruh terhadap Kepuasan Wajib Pajak.

Adapun gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini

dapat dilihat pada gambar 3.1

Efektivitas Kepuasan Wajib


penggunaan E-filing Pajak

Gambar 3.1
Kerangka konseptual
24

3.3 Metode Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggnakan metode kuantitatif. Jenis

pendekatan yang peneliti gunakan adalah jenis pendekatan analisis

deksripsi kuantitatif dengan penelitian explanatory research.

Penelitian explanatory research merupakan penelitian yang

menjelaskan hubungan antara variabel-variabel X dan Y. menurut

(Singarimbun dan Effendi , 1995:5), penelitan explanatory research adalah

penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian

dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Adapun penelitian yang dilakukan kali ini adalah penelitian

penjelasan dengan menggunakan metode survey yang mana dalam

pengumpulan data digunakan kuisioner dan wawancara. Menurut

(Singarimbun dan Effendi , 1995:5), metode survey adalah metode yang

mengambil data dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai

pengumpulan alat data yang pokok sehingga penelitian survey bertujuan

untuk mengetahui pendapat responden, data yang akan diperoleh dari

pengambilan sampel dalam populasi yang akan diteliti.


25

3.3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Makassar Utara yang beralamat di JL. Urip

Sumoharjo Km.4 (kompleks Gedung Keuangan ) KPP Pratama Makassar

Utara merupakan salah satu KPP yang menerapkan aplikasi E-filing

terhadap wajib pajaknya.


26

DAFTAR PUSTAKA

Fitri Damayanti dan Achmad Fauzi.2015. Pengaruh Fasilitas Drop Box, E-


SPT dan E-Filing Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Terhadap Kepuasan Wajib Pajak. 1979-858X.

Siti Kurnia Rahayu. 2017. Perpajakan (Konsep dan Aspek


formal).Bandung:Rekayasa Sains

Rizki Dewantara, Mirza Ayu, Suhadak. 2015. Analisis Efektivitas Dan


Kelayakan Sistem Pelaporan Pajak Menggunakan E-Filing Terhadap
Kepuasan Wajib Pajak (Studi Pada KPP Pratama Malang Utara
Periode 2015). Jurnal Perpajakan (JEJAK)|Vol. 6 No. 2 2015

Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.


Tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dan
Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan
Tahunan Secara Elektronik (e-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia
Jasa Aplikasi (ASP)

Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang Nomor28 Tahun 2007 tentang


perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Jakarta.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Direktur Jenderal Pajak. (2014). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor


PER- 39/PJ/2011 yang sudah diperbaharui dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak terbaru, Nomor PER-1/PJ/2014 tentang tata cara
penyampaian Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
yang menggunakan formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing
melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). Jakarta.

Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 16 tahun 2009. Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.jakarta

Dianasari dan Rima Rahmawati. 2010. Pengaruh Moderenisasi


Administrasi perpajakan Terhadap Pencapain Akuntabilitas pada KPP
Modern. Jurnal Seminar Nasional “Tecno – economy dalam
Pembangunan Ekonomi Indonesia.” Bandung
27

Hidayat, 1986. Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta:


Gajah Mada Univeristy Pers.

(www.digilib.unila.ac.id/22 februari 2019/20.45)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai