I. IDENTITAS
Nama : Ny. Jariah
Usia : 48 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Kota cane, tanah merah
Nama Suami : Tn. Rajidun
Pekerjaan : PNS
MRS : 22/01/14
No. RM : 20-02-15
II. ANAMNESIS
Telaah :
Pasien merupakan pasien kiriman dari poli kebidanan RS Haji Medan dengan diagnosa
mioma uteri. Pasien mengeluhkan terasa ada benjolan diperut bagian bawah yang tidak
nyeri sejak 2 3 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan keluar darah pervaginam yang
banyak saat menstruasi sejak 1 bulan terakhir dan nyeri selama menstruasi. Darah yang
keluar bergumpal dan haid yang dialami lama, lebih dari 10 hari. Pasien juga mengaku
haidnya tidak teratur. Keputihan (-) , BAB dan BAK normal.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi : -
1
Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 12 tahun. Pasien
memiliki siklus haid yang tidak teratur. Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai
berikut :
1. Aterm; lahir dirumah bersalin; spontan; perempuan; dibantu bidan; BBL = ?
2. Aterm; lahir dirumah bersalin; spontan; laki laki; dibantu bidan; BBL = 3800 g
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 84 x/menit
- Frekuensi napas : 24 x/menit
- Suhu : 36,7oC
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb : 15,0 g%
Ht : 42,7%
PLT : 21710^3/mm^3
MCV : 90,1 fL
MCH : 31,6 pg
MCHC : 35,1%
LED : 42 mm/jam
GDS : 97 mg/dL
EKG:
Normal
Foto Thorax:
Cor/Pulmo dalam batas normal
3
VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI
Mioma uteri
Follow up pasien
5
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 48 tahun
dengan diagnosa mioma uteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan menometroragi serta munculnya
benjolan pada perut bagian bawah pasien. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien
dengan menometroragi disertai benjolan pada perut bagian bawah antara lain yaitu mioma
uteri dan endometriosis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma (serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
ditimbulkan dapat digolongkan menjadi empat yaitu perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala
dan tanda penekanan, serta infertilitas dan abortus. Pada kasus ini, beberapa dari gejala
tersebut didapatkan pada Ny.Jariah. Perdarahan abnormal berupa hipermenorhea dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium, permukaan endomerium yang lebih luas daripada biasa, atrofi endometrium
diatas mioma submukosum, miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik. Rasa nyeri yang dikeluhkan pasien dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Gejala penekanan
berupa gangguan BAB dan BAK tidak didapatkan pada pasien karena ukuran mioma yang
tidak terlalu besar.
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital sign pasien
dalam batas normal sehingga menunjukkan gangguan perdarahan serta nyeri sudah
berlangsung lama dan tubuh telah melakukan penyesuaian diri.
Pada pemeriksaan abdomen, palpasi daerah suprapubik kesan uterus membesar, padat,
mobile serta permukaannya licin. Pada mioma uteri, perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus sering dapat digerakan, kecuali apabila keadaan
patologik pada adneksa
Pada pemeriksaan pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada keadaan tertentu,
mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum
servikalis. Hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan bentuk, warna dan permukaan porsio
dalam batas normal, tidak terlihat adanya fluksus yang berasal dari dalam (kanalis servikalis
6
atau kavum uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih pada forniks dan dinding
vagina.
Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus
antefleksi yang membesar, dengan kesan mioma uteri.
Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya
keluhan, umur dan paritas penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat
pada hasilpasien memiliki keluhan subjektif berupa perdarahan pervaginam yang abnormal.
Pada pasien dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi pada pasien
dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal
histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Masing-masing prosedur
histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.STAH dilakukan untuk menghindari
risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter,
kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks,
dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan
serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah
dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi
seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.