Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glandula saliva dapat menjadi penyebab dari penyakit pada rongga

mulut. Salah satu penyakit yang mengenai glandula saliva ialah kista. Kista

merupakan suatu kantong patologis yang dapat terjadi pada tulang atau jaringan

lunak yang berisi cairan, mempunyai dinding berupa kapsul yang berlapis epitel.

Kista yang berasal dari glandula saliva dapat berupa mukokel dan ranula.

Mukokel merupakan kista retensi/ekstravasasi dari glandula saliva minor,

sedangkan ranula merupakan kista retensi/ekstravasasi dari glandula sublingualis

dan submandibularis.1

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya

duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan

lunak. Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.1

Kebanyakan mukokel terjadi pada individu muda, yaitu 70% pada usia di

bawah 20 tahun, dengan prevalensi tertinggi pada usia 10-20 tahun. Walaupun

belum diteliti lebih lanjut, mukokel superfisial cenderung terjadi pada usia lebih

dari 30 tahun.1,2

Berdasarkan data prevalensi, mukokel menunjukkan jumlah prevalensi

yang tidak banyak. Namun, sebagai dokter harus tetap mengetahui gambaran

klinis mukokel, mekanisme terjadinya, dd dan perawatannya. Agar dapat

mengatasi dampak buruk ataupun gangguan yang diakibatkan oleh mukokel.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mukokel adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan

oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di

sekitarnya. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan

dapat terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mukokel

jarang terjadi pada bibir atas, palatum molle.2

2.2 Epidemiologi

Pada umumnya kasus melaporkan insidensi tertinggi mukokel adalah usia

muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang spesifik. Regio

yang sering terkena yaitu Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering

terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.1,3

Kebanyakan mukokel terjadi pada individu muda, yaitu 70% pada usia di

bawah 20 tahun, dengan prevalensi tertinggi pada usia 10-20 tahun. Walaupun

belum diteliti lebih lanjut, mukokel superfisial cenderung terjadi pada usia lebih

dari 30 tahun.2

Hasil penelitian di Minnesota, Amerika dari 23.616 orang dewasa berusia

lebih dari 35 tahun, mukokel merupakan lesi mukosa oral peringkat ke 17 yang

sering terjadi dengan prevalensi kira-kira 2,4 kasus yang ditemui per 1000 orang.

The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) di

Amerika mencatat, dari pemeriksaan 17.235 orang dewasa berusia 17 tahun atau

2
lebih menunjukkan prevalensi mukokel sebesar 0,02%. Di Swedia, individu yang

berusia 15 tahun atau lebih menunjukkan prevalensi mukokel sebesar 0,11%. Di

Brazilia, dari pemeriksaan 1200 orang anak yang dirawat di rumah sakit anak,

menunjukkan prevalensi mukokel sebesar 0,08%. Dari hasil penelitian penyakit

mulut di Minnesota, Amerika, ditemukan mukokel sejumlah 1,9 kasus per 1000

orang laki-laki dan 2,6 kasus per 1000 orang perempuan. Namun, pada penelititan

lain didapatkan perbandingan prevalensi mukokel pada laki-laki : perempuan

sebesar 1,3 : 1.3

2.3 Etiologi

Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang

tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma,

baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini

disebut mukus ekstravasasi. Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam

duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi.1,3

2.4 Patogenesis

Pada mukokel ekstravasasi mukus diawali dengan terjadinya trauma.

Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut

hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau

kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,

menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada

permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan

minum susu botol atau dot), dan lain-lain.4

3
Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas,

duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan

submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu

terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista)

mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan

lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut

mukokel.3

Pada mukokel retensi mukus, genangan mukus dalam duktus ekskresi yang

tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau

inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu

mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor

tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk

pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel

digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa

mulut yang disebut mukokel.3

2.5 Gejala Klinis

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau

pembengkakan lunak yang berfluktuasi, pembengkakan biasanya berbentuk

kubah, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya,

kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa

sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini

berdiameter 1-2 mm hingga lebih, beberapa literatur menuliskan diameter

mukokel umumnya kurang dari 1 cm.

4
Ciri khas lesi ini adalah fluctuant, namun pada beberapa kasus mucocele

dapat terasa keras saat dipalpasi. Mucocele dapat hilang timbul, yang kadang-

kadang pecah sehingga cairannya keluar. Biasanya mucocele tidak disertai rasa

sakit. Sebagian besar mucocele tidak terasa sakit, namun cukup mengganggu,

terutama pada saat makan dan berbicara. Mucocele yang dangkal bisa pecah

sendiri dan mengeluarkan cairan berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan yang

lebih dalam bisa bertahan lama.2

GAMBAR 1. Mukokel pada bibir bawah

2.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang

meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat

pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh

dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang

diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien

dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan

fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu

pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran

5
tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,

pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan

jenis keadaan abnormal, pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat

pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi

pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat

dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit

pada saat dilakukan palpasi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung

meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.4

Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa.

Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara

biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-

kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan

radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT

Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga

radiografi konfensional.4

2.7 Gambaran Histopatologi

Mukokel terjadi karena penyumbatan pada duktus glandula saliuvaris

sehingga menyebabkan terjadinya dilatasi disamping atau di proksimal bagian

yang mengalami obtruksi. Hasil penelitian Bhaskar, pada tikus menunjukan

bahwa terpotongnya duktus daluvaris merupakan penyebab terjadinya mukokel.

Penelitian lain oleh Stadish an Shafer menyatakan bahwa terputusnya saluran

kelenjar duktus salivaris akanmenyebabkan cairan mukus keluar atau ekstravasasi

6
menuju jaringan ikat di sekitarnya, kejadian ini merupakan fenomena timbulnya

kista retensi.4

Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan

tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan

glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 2.4). Sedangkan tipe

retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 2.5). (Sari, 2010)

Gambar 2 Gambar 3
Gambaran histopatologi mukokel Gambaran histopatologi mukokel
tipe ekstravasasi mukus yang terletak yang bagian duktusnya mengalami
di bibir bawah dilatasi

2.8 Diagnosa Banding

Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan

mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila

letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan lain-lain.Untuk

dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan

riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan

ciri khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan

hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.5

7
2.9 Penatalaksanaan

1) Sebagian dapat sembuh sendiri.

2) Eksisi, diambil glandula salivarii di sekitarnya untuk mencegah

relaps.

3) Diberi kortikosteroid sebelum dilakukan esksisi.

4) Dapat juga dilakukan marsupialisasi, untuk kista yang besar,

dengan catatan oral hygiene harus baik.4,5

2.10 Komplikasi

Mukokel biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar

akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul

fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan

menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak. Pada perabaan akan juga

akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul pus

(nanah).5

2.11 Prognosis

Baik, terkadang mukokel dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi,

jika dibiarkan tanpa perawatan akan meninggalkan luka parut.5

8
BAB III

KESIMPULAN

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya

duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan

lunak. Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.Mukokel

merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena

tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya.

Mukokel dapat dibedakan mnjadi dua yaitu mukokel ekstravasasi mukus

dan mukokel retensi mukus. Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu

massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan

apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal

seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila

dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa

sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang

dari 1 cm.

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

pembedahan massa. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi,

dissecting dan marsupialisasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sari E. Mukokel dan Ranula pada Anak (Laporan Kasus). Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Medan. 2008

2. Sudiono, Janti. 2011. Kista Odontogenik Pertumbuhan, Perkembangan,&


komplikasi. EGC. Jakarta. Indonesia. Hal : 41- 42

3. Danudiningrat, Coen Pramono. 2006. Kista Odontogen dan Nonodontogen.


Airlangga University Press. Surabaya. Indonesia. Hal : 14-24,32-34

4. Flaitz CM. Mucocele and ranula. Diundih dari.

http://emedicine.medscape.com/article/1076717-overview tanggal 10 Juli


2017.

5. Eveson JW. Superficial mucoceles: pitfall in clinical and microscopic


diagnosis. Oral Surgery Oral Medicine Oral Pathology Journal. September
1988;66(3):318-22.

10

Anda mungkin juga menyukai