Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karies gigi merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi,

faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya

karies. Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme,

substrat, host dan waktu yang bekerja secara simultan. (Rahina,2002-2003)

Proses karies gigi ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras

gigi, terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan periapikal dan

menimbulkan rasa nyeri (Riyanti, 2005). Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut

akan mempengaruhi asupan makanan dan intake gizi yang mengakibatkan

gangguan - gangguan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi sehingga

dapat menyebabkan menurunnya fungsi biologis tubuh atau malnutrisi

(Hamrui,2009).

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, bahwa prevalensi karies di

Indonesia mencapai 60-80% dari populasi, menempati peringkat keenam sebagai

penyakit yang paling banyak diderita. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di

masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies)

dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia

menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani).

Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth)


2

berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah

ditetapkan oleh WHO ( World Health Organization), yaitu 3. Rahardjo (2007),

membuktikan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 terdapat 76,2

persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak)

mengalami gigi berlubang. Meski prevelansinya tinggi, namun karies masih sering

dianggap sepele.

Peningkatan prevalensi karies itu sendiri banyak dipengaruhi dari perubahan

pola makan, cara mengonsumsi jenis makanan terutama makanan yang manis.

Makanan manis adalah makanan yang banyak mengandung gula atau pemanis

sebagai pengganti gula.

Makanan manis yang banyak dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat saat ini

antara lain adalah permen, madu, coklat, susu kental manis dan masih banyak

lainnya. Makanan tersebut diatas adalah makanan dengan kandungan gula yang

tinggi.

Menurut Sumawinata (2011) setelah 10-15 jam makan sisa makan di mulut

terasa menjadi asam (PH asam) PH tersebut bernilai 5,5. Asam tersebut merusak

lapisan email paling luar. Berbagai kelompok masyarakat dan ilmuwan, khususnya

para ahli kesehatan dan gizi berpendapat bahwa manusia akan lebih sehat bila

mereka mengkonsumsi gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling banyak

disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti permen, snack,

minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak.

Karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan

sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010). Di samping itu frekuensi konsumsi


3

makanan kariogenik juga mempunyai kontribusi terhadap tingkat kariogenitas

makanan. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik menyebabkan

keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi

peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang peneliti, maka yang menjadi rumusan

masalah dari penelitian ini adalah Adakah hubungan antara frekuensi konsumsi

makanan manis dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 2 SD di SDN IV Banyu

urip Surabaya.

C. Tujuan

Tujuan Umum :

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara frekuensi

konsumsi permen dengan kejadian karies pada anak kelas 2 SD di SDN IV Banyu

urip Surabaya tahun 2014.

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui seberapa besar kejadian karies gigi bedasarkan frekuensi

konsumsi permen.

2. Untuk mengetahui besarnya angka kejadian karies gigi pada anak kelas 2 SD
4

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi

Adapun manfaat penelitian ini bagi institusi yakni sebagai literatur terutama

masalah hubungan pola konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi dan

dapat dijadikan sebagai referensi di perpustakaan.

2. Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya di dalam bidang

kesehatan gigi dan mulut dan sebagai acuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dalam mengaplikasikan ilmu yang

sudah diperoleh selama perkuliahan.

3. Manfaat Bagi Sekolah Dasar

Sebagai masukan bagi kemajuan dan perbaikan mutu Sekolah Dasar serta dapat

dijadikan dasar dalam program penyuluhan pencegahan dan promosi kesehatan

yang tepat bagi anak-anak.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat bagi peniliti selanjutnya adalah sebagai pembanding dan tambahan

referensi dan data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian

selanjutnya terutama tentang kesehatan gigi


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Karies Gigi

Gigi berlubang atau karies gigi berasal dari bahasa Yunani yakni Ker yang

berarti kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran atau lubang (Srigupta,

2004). Menurut Sunawinata (2009) karies gigi berasal dari bahasa Latin yang

berarti kebusukan. Kebusukan ini berasal dari kematian tulang yang kemudian

melunak , berubah warna dan menyebabkan inflamasi. Pembentukan lubang pada

gigi ini disebabkan oleh kuman yang disebut Streptococcus. Steptococus ini

mengikis daerah email gigi, apabila daerah email gigi sudah berlubang maka bakteri

mulut lainnya terutama lactobacillus akan menerobos kebagian dentil dibawahnya

dan menyebabkan kehancuran gigi yang lebih lanjut melalui bakteri campuran.

Tempat-tempat yang mudah terkena karies gigi biasanya adalah pada daerah-daerah

gigi yang sukar dibersihkan, seperti mahkota geraham pada parit-parit yang kecil.

Selain itu juga pada daerah celah gigi yang sulit dicapai oleh sikat gigi.

Proses terjadinya karies oleh plak merupakan rantai biologis yang tidak terputus.

Bila karbohidrat memasuki plak yang ada pada permukaan gigi, mikroorganisme

yang terdapat dalam plak akan mengeluarkan enzim sehingga terjadi proses

fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam, asam ini akan melarutkan bahan-

bahan anorganik gigi terutama kalsium (demineralisasi) dan jaringan organik gigi
6

yang lunak akan mudah rusak, dengan demikian proses karies mulai terjadi

(Tarigan, 1995).

B. Pertumbuhan Gigi

Benih gigi susu sebenarnya sudah terbentuk sejak bayi masih dalam kandungan,

yaitu sejak janin berusia 4 minggu. Bahkan, gigi permanen yang akan menggantikan

gigi susu juga telah terbentuk. Gigi tumbuh dari epitel tulang rahang. Mula-mula

yang tumbuh adalah mahkota gigi berwarna putih dengan lapisan luar emailnya, lalu

berlanjut ke bawah berupa dentin, diteruskan dengan pulpa gigi yang menjadi

tempat syaraf dan pembuluh darah, yang paling akhir adalah akar gigi (Rosseno,

2008).

Erupsi atau keluarnya akar gigi pertama biasanya terjadi pada usia 6 - 8 bulan

setelah kelahiran. Namun ada kalanya erupsi gigi terjadi saat anak berusia 9 bulan

(Machfoedz, 2006). Erupsi ini tidak terjadi sekaligus, akan tetapi satu persatu atau

sepasang. Ketika berusia 1 tahun, biasanya anak punya 6 - 8 gigi susu. Pertumbuhan

gigi susu ini akan berhenti pada usia 2 - 3 tahun dengan jumlah gigi 20 buah.

Kemudian satu persatu akan tanggal dan digantikan oleh gigi permanen saat anak

menginjak usia 5-6 tahun (Rosseno, 2008).

Usia anak 6-11 tahun adalah periode gigi campur. Gigi kelihatan tidak beraturan

karena berada pada masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya

gigi tetap. Pada masa ini perlu perhatian dari orang tua untuk memeriksakan
7

kesehatan gigi anaknya ke dokter gigi, minimal 6 bulan sekali, agar pertumbuhan

gigi tetap terkontrol dengan baik.

Sama halnya dengan gigi tetap, gigi susu secara umum berfungsi membantu

proses pencernaan, pengucapan, dan estetika. Di samping itu, fungsi istimewa yang

tidak dimiliki oleh gigi tetap adalah posisi gigi susu sebagai petunjuk bagi gigi tetap

agar kelak tumbuh pada tempatnya dan menjaga pertumbuhan lengkung rahang.

Bila gigi susu tanggal (lepas) sebelum saatnya, baik karena karies ataupun dicabut,

gigi tetap yang akan tumbuh tidak mempunyai petunjuk sehingga sering salah arah,

sehingga gigi tetap tumbuh tidak pada posisi yang ideal. Selain itu rahang yang

ditinggal gigi susu jauh sebelum saatnya akan menyebabkan pertumbuhan lengkung

rahang terganggu, lengkung rahang akan menyempit sehingga tidak cukup untuk

menampung semua gigi dalam susunan yang teratur. Akibatnya, susunan gigi-geligi

menjadi tidak beraturan (Rosseno, 2008).

C. Penyebab Karies Gigi

Menurut Ginting (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan

terjadinya karies gigi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bakteri atau kuman

Pada percobaan dengan binatang pada tahun lima puluhan Orland dan Keyes

memperlihatkan besarnya peran bakteri dalam pembentukan karies. Pada tahun

1960 Keyes melakukan ujicoba lagi dengan memasukan kuman sejenis

streptococcus dan jenis kuman strain lactobasilus pada kera yang bebas kuman dan
8

telah diketahui kadar fluornya, pada percobaan ini hewan kera diberi makanan yang

mengandung gula tinggi. Sterptococcus dan lactobacillus merupakan kuman yang

kariogenik karena mampu membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.

Kuman tersebut dapat tumbuh subur pada suasana yang asam dan dapat

menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya polisakarida ekstra sel yang

sanagt lengket dari karbohidrat makanan. Didalam mulut kita terdapat banyak

kuman, akan tetapi ada dua jenis kuman yang sangat mempengaruhi terjadinya

karies gigi yakni kuman Streptoccocus dan Staphylococcus. Kedua bakteri ini

membentuk asam yang berasal dari gula yang terkandung dalam makanan, yang

melengket pada permukaan gigi. Asam ini kemudian melarutkan email gigi dan

menyebabkan gigi berlubang (Srigupta, 2004).

2. Makanan kariogenik

Menurut Yuwono (2005), enzim dalam air ludah seperti amylase, maltose akan

mengubah polisakarida menjadi glukosadan maltosa. Glukosa akan menguraikan

enzim enzim yang dikeluarkan oleh mikroorganisme terutama lactobacillus dan

streptococcus akan menghasilkan asam susu atau asam laktat, maka pH rendah dari

asam susu (pH 5,5) akan merusak bahan bahan anorganik dari email (93%)

sehingga terbentuk lubang kecil.

Bakteri pada plak memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya,

makanan bakteri ini berasal dari karbohidrat yang ada dalam makanan dan minuman

kita. Kebanyakan karbohidrat harus diolah dulu sebelum dapat dikonsumsi oleh
9

manusia sehingga menghasilkan sejenis karbohidrat yang disebut karbohidrat

sederhana atau sukrosa. Sukrosa mudah diserap oleh bakteri bakteri pada plak,

ampas dari pengolahan sukrosa oleh bakteri plak adalah asam yang serupa dengan

cuka. Asam tersebut merusak email, membuat email keropos sehingga lambat laun

akan timbul lubang gigi. Kerusakan pada email ini terjadi karena asam melarutkan

mineral dari email atau demineralisasi (hamsafir,2011).

Sukrosa merupakan suatu yang dibentuk dari monomer-monomernya yang

berupa unit dan dengan rumus molekul C12H22O11 Senyawa ini dikenal sebagai

sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti

hewan Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa

atau gula dapur diperoleh dari gula. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan

asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena

mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi

sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat

sukrosa dengan melepaskan dan produk samping berupa senyawaan alkohol.

Penggunaan yeast dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam

bioteknologi dan sering disebut dengan Sukrosa (C12H22O11) ialah sejenis alkohol.

Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom

karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer

bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain.

Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Sumber-

sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100% mengandung

sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly ( Almatsier, S. 2005).


10

Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Komposisi kimia dari gula adalah sama,

satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Ikatan glikosida

menghubungkan karbon ketal dan asetal dan bersifat dari fruktosa dan dari

glukosa. Pada sukrosa kedua atom karbon anomerik digunakan untuk ikatan

glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus

hemiasetal oleh karena itu, sukrosa didalam air tidak berada dalam kesetimbangan

dengan suatu bentuk aldehid atau keton. (arie salam 2010)

Sukrosa termasuk golongan disakarisa adalah merupakan gabungan dua unit

monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Ikatan ini disebut ikatan

glikosida yang dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan

karbon anomer pada gula yang kedua. disakarida yang banyak ditemukan di alam

yaitu laktosa, sukrosa, dan maltosa. Pembagian disakarida :

a). Laktosa

Laktosa sering juga disebut gula susu karena hanya terdapat dalam susu. Bila

dihidrolisis, laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa. Laktosa

memiliki satu atom karbon hemiasetal dan mempunyai gugus karbonil yang

berpotensi bebas pada residu glukosa sehingga laktosa termasuk disakarida

pereduksi.

b). Sukrosa

Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri

dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa
11

tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki

atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan

satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-

fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100%

mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly.

c). Maltosa

Maltosa merupakan disakarida yang paling sederhana. Maltosa terdiri dari dua

residu D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Sebuah molekul glukosa

dihubungkan melalui atom karbonnya yang pertama dengan gugus hidroksil atom

karbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua residu glukosa tersebut

berada dalam bentuk piranosa. Maltosa memilliki gugus karbonil yang berpotensi

bebas yang dapat dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula pereduksi. Di

dalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum yang lebih mudah

dicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu dan pada serealia, misalnya

beras.( Almatsier, S. 2005).

3. Umur

Menurut Tarigan (1993) sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut

gigi geligi :

a) Periode gigi campuran, disini gigi geraham paling sering terkena karies.

Menurut Wong (2009) umur yang paling rentan terjadi karies gigi adalah

pada saat anak berusia 4 s/d 8 tahun dimana anak mengalami gigi campuran.
12

b) Periode pubertas (remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun

Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat

menimbulkan pembengkakan gusi, akibatnya adalah penderita malas

menyikat gigi, sehingga kebersihan mulut kurang terjaga.

c) Umur antara 40 s/d 50 tahun

Pada usia ini sudah terjadi resesi atau penurunan gusi sehingga sisa

makanan lebih sukar dibersihkan.

4. Lingkungan gigi ( saliva, fluor dancairan celah gusi)

Menurut Edwina dan Selly (1992) dalam keadaan normal gigi selalu dibasahi

oleh saliva. Saliva ini mampu meremineralisasi karies yang masih dini karena

banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva meremineralisasi

akan bertambah dengan adanya ion fluor. Keberadaan fluor ini menahan terjadinya

karies gigi, oleh karena itu walaupun kita mengkonsumsi makanan kariogenik maka

tidak akan terjadi karies pada waktu sehari atau sebulan melainkan dalam hitungan

tahun.

D. Proses Terjadinya Karies Gigi

Didalam mulut kita terdapat berbagai macam bakteri. Salah satu bakteri

tersebut adalah Streptoccocus. Bakteri ini berkumpul membentuk suatu lapisan

lunak dan lengket yang disebut dengan plak yang menempel pada gigi. Sebagian

plak dalam gigi ini mengubah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan
13

minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa merusak gigi

dengan cara melarutkan mineral-mineral yang ada dalam gigi. Proses

menghilangnya mineral dari struktur gigi ini disebut dengan demineralisasi,

sedangkan bertambahnya mineral dalam struktur gigi disebut dengan remineralisasi.

Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi.

Pada tahap awala terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya bintik hitam yang

tidak bias dibersihkan dengan sikat gigi. Apabila bintik ini dibiarkan maka akan

bertambah besar dan dalam. Apabila karies ini belum mencapai email gigi maka

belum terasa apa-apa. Akan tetapi apabila sudah menembus email gigi baru akan

terasa sakit (Ramadhan, 2010)

Menurut Rusiawati (2001), penyebab karies gigi meliputi beberapa faktor,

yaitu:

1. Host, meliputi gigi dan saliva

Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah

email. Struktur email gigi sangat menentukan proses terjadinya karies.

Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Pada proses pencernaan di dalam

mulut terjadi kontak antara makanan, saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai

pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jumlah dan isi saliva, derajat

keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies. Saliva

mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung ion Ca, dan P. Saliva juga

mempengaruhi pH dan komposisi mikroorganisme dalam plak (Mansjoer, 2001).


14

2. Agent (Bakteri/Mikroorganisme)

Mansjoer (2001) mengatakan ada 3 bakteri yang sering mengakibatkan karies

yaitu:

a) Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan.

Bakteri ini hanya dianggap faktor pembantu karies.

b) Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak dalam

mulut dan merupakan penyebab utama karie gigi karena bakteri ini mampu

memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa

dengan pertolongan enzim, salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans.

c) Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa, terutama

membentuk asam laktat, asetat, dan asam format.

3. Environment (substrat)

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-

hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus, susu

formula, larutan, dan makanan manis lainnya.

4. Time/waktu

Bakteri dan substrat membutuhkan waktu lama untuk demineralisasi dan

progesi karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan

frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk


15

meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri

atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva

berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam

hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain

adalah:

a. Terdapat lesi.

b. Tampak lubang pada gigi.

c. Bintik hitam pada tahap karies awal.

d. Kerusakan leher gigi ( pada karies botol susu).

e. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil.

f. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala.

g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama

pada waktu malam.

h. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah


16

Tabel 1. Penilaian risiko karies menurut American Academy of Pediatrics

Dentistry

Indikator Risiko rendah Risiko sedang Risiko berat


resiko karies
Kondisi klinis -Tidak ada gigi yang -Ada karies selama -Ada karies selama
karies selama 24 24 bulan terakhir 12 bulan terakhir
bulan terakhir
-Terdapat satu area -Terdapat satu area
demineralisasi
-Tidak ada demineralisasi
enamel (karies
demineralisasi enamel
enamel white spot
enamel (karies (karies enamel white
lesion)
enamel white spot spotlesion)
lesion)
-Gingivitis
-Secara radiografi
-Tidak dijumpai plak, dijumpai karies
tidak ada gingivitis enamel

-Dijumpai plak pada


gigi anterior

- Banyak jumlah
S.mutans

-Menggunakan alat
ortodonti
Karakteristik Keadaan optimal Keadaan yang Penggunaan topikal
Lingkungan dari penggunaan suboptimal fluor yang
fluor secara sistemik pengguna fluor suboptimal
dan topical secara sistemik dan
optimal pada Sering memakan
Mengkonsumsi penggunaan topikal gula atau makanan
sedikit gula atau aplikasi yang sangat
makanan yang berhubungan dengan
berkaitan erat dengan Sekali-sekali karies di antara
permulaan karies (satu atau dua) di waktu makan
terutama pada saat antara waktu makan
makan terkena gula simpel Status sosial
17

atau makanan yang ekonomi yang rendah


Status social sangat berkaitan
ekonomi yang tinggi terjadinya karies Karies aktif pada
ibu
Kunjungan berkala Status sosial
ke dokter gigi secara ekonomi menengah Jarang ke dokter
teratur gigi
Kunjungan
berkala ke dokter
gigi tidak teratur

Keadaan - Anak-anak dengan


kesehatan membutuhkan
umum pelayanan
kesehatan khusus

-Kondisi yang
mempengaruhi aliran
saliva

Guidelines on the use of pit and fissures sealants in paediatric dentistry: an

EAPD

Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah:

a. Terdapat lesi.

b. Tampak lubang pada gigi.

c. Bintik hitam pada tahap karies awal.

d. Kerusakan leher gigi ( pada karies botol susu).

e. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil.

f. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala.

g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada

waktu malam.

h. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah.


18

F. Pencegahan dan Penatalaksanaan Karies Gigi

Beberapa pencegahan karies gigi yaitu :

1. Kebersihan mulut

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik. Kebersihan

mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut

dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri. Karies dapat dicegah

dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur. Menggosok gigi adalah salah

satu tindakan pencegahan karies.

2. Pengaturan makanan

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan. Gula

yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian

permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di

Finlandia. Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme

xilitol.

3. Tindakan pencegahan lainnya

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah

terbukti menurunkan kasus karies gigi. Florida dapat membuat enbamel resisten

terhadap karies. Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih

mulut.
19

Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser

intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi

daerah bercak putih. Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri

karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diuji cobakan pada hewan dan uji coba

klinis pada manusia pada Mei 2006.


20

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Penyebab karies gigi

Host

Mikroorganisme Karies

Waktu

Subtrat Makanan

frekuensi konsumsi
permen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Terdapat hubungan

: Variabel yang tidak diteliti


21

B. Penjelasan Kerangka Konsep

Kerangka konsep dihalaman sebelumnya menjelaskan bahwa menurut

Ruslawati (2001) penyebab dari karies gigi itu terdiri dari empat faktor penting yaitu

host, mikroorganisme, waktu dan substrat makanan. Empat faktor tersebut adalah

inti dari setiap permasalahan karies yang timbul pada manusia. Oleh sebab itu

penelitian ini akan meneliti satu dari empat faktor penting tersebut yaitu substrat

makanan dan diperinci lagi untuk meneliti tentang frekuensi makan makanan manis

yang tergolongkan dalam point substrat tersebut, yang nantinya diharapkan akan

menunjukkan bahwa apakah terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi permen

dengan timbulnya karies pada manusia.

C. Hipotesis

Ada hubungan antara frekuensi konsumsi permen dengan kejadian karies gigi pada

anak kelas 2 sd pada SDN Banyu Urip IV Surabaya


22

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan survey analitik observasional dengan metode cross

sectional (potong lintang) yaitu untuk melihat adakah hubungan antara frekuensi

konsumsi permen dengan terjadinya karies gigi pada anak kelas 2 SD di SDN

Banyu urip IV Surabaya.

Observasional yaitu pengukuran penelitian yang dilaksanakan dengan cara

pengamatan terhadap suatu obyek yang dipandu dengan kuisioner. Sifat penelitian

yang di gunakan adalah study cross sectional yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach), artinya, tiap subyek peneliti hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat

pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu

yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SDN IV Banyu Urip pada bulan April tahun 2014
23

C. Variabel Penelitian

1. variabel bebas

variable bebas adalah variabel yang diperkirakan menjadi penyebab munculnya atau

berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variable bebasnya adalah

konsumsi makanan manis anak kelas 2 SD di SDN IV Banyu Urip Surabaya

2. variabel terikat

variable terikat adalah variabel yang terjadi atau muncul atau berubah karena

mendapat pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variable terikat dalam

penelitian ini adalah munculnya karies gigi.

D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Semua siswa SD kelas 2 di SDN Banyu urip IV Surabaya tahun 2014 yang

berjumlah 40 orang.

2. Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelas 2 di SDN

IV Banyu Urip Surabaya. Jenis sampel minimum yang disarankan menurut Frankel

dan Wallen 2009 untuk penelitian korelasional adalah 30 subyek. Maka dalam

penelitian ini saya menggunakan jumlah sampel minimum yang ditetapkan oleh

fraenkel dan wallen. (karsjono, 2009). Adapun kriteria Sampel sebagai berikut :
24

Kriteria Inklusi:

1. Responden kelas 2 SD.

2. Jenis kelamin laki laki dan perempuan.

3. Responden yang menyukai permen.

4. Responden bersekolah di SDN IV Banyu Urip Surabaya.

Kriteria Eksklusi :

1. Siswa / siswi yang tidak menyukai permen.

E. Prosedur Penelitian / Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam rangka keberhasilan kerja penelitian, maka akan ditempuh prosedur

sebagai berikut :

a. Penentuan variable dan indicator yang akan diteliti.

b. Informed Consent

c. Instrumen atau alat kerja yang diperlukan :

- Kaca mulut

- Neirbekkan

- Alcohol

- Kapas

d. Pihak-pihak yang perlu dihubungi ( kepala sekolah SDN yang bersangkutan,

wali kelas responden )

e. Jenis-jenis data yang diperlukan dan cara pengumpulannya

f. Jadwal kerja penelitian dan strategi kerja yang perlu diambil


25

g. Edit data dan penyajiannya secara sistemik.

h. Pencatatan nilai validasi data untuk kepentingan penelitian.

F. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
Variabel bebas
1 Frekuensi Kekerapan Wawancara kuesioner Banyaknya Ordinal
konsumsi konsumsi jumlah
permen permen dalam frekuensi
satu hari oleh konsumsi
responden permen
dalam satu
hari dalam
ukuran
1x, 2x, dan
3
Variable terikat
2 Status d = decayed Menghitung Pemeriksaan 0,1-1,1 Ordinal
karies (gigi karies jumlah gigi langsung pada sangat
gigi (def- yang masih tetap yang gigi dengan alat rendah.
t) dapat pernah kaca 1,2-2,6
ditambal); mengalami mulut,neirbekkan, rendah.
e = exfoliated karies alcohol,kapas dan 2,7-4,4
(gigi yang (lubang),pen dicatat sedang.
telah atau cabutan dan pada formulir 4,5-6,5
harus dicabut penambalan pemeriksaan tinggi.
karena status karies gigi >6,6
karies); (def-t) sangat
f = filling tinggi
(gigi karies
yang sudah
ditambal);
t = tooth (gigi
sulung).
26

G. Indeks Pengukuran Karies

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies

gigi. Studi epidemiologis tentang karies gigi yang menggunakan indeks angka

DMF-T untuk gigi permanen dan def-t untuk gigi sulung. Indeks DMF-T

menunjukkanjumlah pengalaman karies gigi permanen seseorang, yaitu:

D = Decayed (gigi karies yang masih dapat ditambal);

M = Missing (gigi karies yang sudah hilang atau seharusnya dicabut);

F = Filling (gigi karies yang sudah ditambal);

T = Tooth (gigi permanen).

Sedangkan untuk gigi sulung def-t, yaitu:

d = decayed (gigi karies yang masih dapat ditambal);

e = exfoliated (gigi yang telah atau harus dicabut karena karies);

f = filling (gigi karies yang sudah ditambal);

t = tooth (gigi sulung).

(WHO Oral Health Country, 2006)

Angka DMF-T atau def-t merupakan jumlah elemen gigi karies, yang hilang dan

yang ditumpat setiap individu. Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi

permanen karena pada umumnya gigi molar ketiga pada fase geligi tetap tidak

dimasukkan dalam pengukuran, sedangkan perhitungan def-t berdasarkan 20 gigi

sulung untuk fase gigi sulung, kemudian dicatat banyaknya gigi yang

dimasukkandalam klasifikasi D, M, F atau d, e, f (WHO Oral Health Country,

2006).Kriteria penilaian dalam DMF-T atau def-t didasarkan pada rentang nilai

yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.


27

Cara menghitung def-t : jumlah seluruh nilai def

Jumlah orang yang diperiksa

H. Pengolahan Data

(a) Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah terkumpul, meliputi

kelengkapan isian, keterbacaan tulisan, kejelasan jawaban, relevansi

jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan, dan sebagainya.

(b) Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di

setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan

dalam penganalisisan dan penafsiran data.

(c) Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam

tabel-tabel agar mudah dipahami.

I. Analisis Data

Pengolahan data secara analitik observasional untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara frekuensi makan makanan manis dengan kejadian karies gigi pada

anak kelas 2 SD di SDN IV Banyu urip Surabaya. Bedasarkan rumusan masalah,

tujuan, dan hipotesis penelitian, data di analisis dengan menggunakkan uji statistic
28

range spearman dengan menggunakkan Statistical Program for Social Sciences

(SPSS) dengan sampel diperoleh dari membagikan kuisioner secara acak

J. Alur Penelitian

Siswa kelas 2 sekolah


dasar

Pengambilan sampel

Menentukan hari dan


tanggal penelitian

Melakukan penelitan:

- siswa mengisi informed


consent

- melakukan pemeriksaan
adanya karies pada siswa
dengan di sertai wawancara

Pengukuran data def-t

Analisis Data

Laporan penelitian

Gambar 4.1 Alur Penelitian


29

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelas 2 di SD Negeri IV Banyu Urip Surabaya,

yang beralamatkan di Jalan Banyu Urip Kidul IV nomor 17 Kecamatan Sawahan

Surabaya, Provinsi Jawa Timur tanggal 31 Mei 2014. Proses belajar mengajar masih

aktif dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD. Untuk jumlah siswa kelas 2 SD Negeri IV

Banyu Urip Surabaya adalah Siswa laki-laki berjumlah 22 siswa dan siswa perempuan

berjumlah 18 siswa. Keseluruhan dari populasi penelitian ini adalah 40 siswa, dari

jumlah tersebut diambil 30 siswa sebagai sampel.

B. Karakteristik responden

1. Umur
Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

8 TAHUN 27 90.0 90.0 90.0

> 8 TAHUN 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel V.1: Tabel Distribusi Umur responden kelas 2 di SDN IV Banyu Urip
Surabaya
Berdasarkan tabel V.1 di atas usia responden 8 tahun sebanyak 27 orang (90%), usia
lebih dari 8 tahun 3 orang (10%)
30

2. Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 15 50.0 50.0 50.0

PEREMPUAN 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Table V.2 : Tabel distribus jenis kelamin responden kelas 2 di SDN IV Banyu
Urip surabaya

Berdasarkan table V.2 di atas jenis kelamin responden dengan jenis kelamin laki
laki ada 15 orang (50%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan ada 15
orang (50%)

3. Status Frekuensi Mengkonsumsi Permen

No UMUR JENIS KELAMIN FREKUENSI


1 1 1 1
2 1 1 3
3 1 1 3
4 1 1 3
5 1 1 1
6 1 1 3
7 1 1 3
8 1 2 1
9 2 1 1
10 1 1 1
11 2 1 3
12 1 1 1
13 1 2 1
14 1 1 3
15 2 1 3
16 1 1 3
17 1 1 3
18 1 2 1
19 1 2 1
20 1 2 1
21 1 2 1
22 1 2 1
23 1 2 3
24 1 2 2
31

25 1 2 1
26 1 2 1
27 1 2 2
28 1 2 2
29 1 2 2
30 1 2 2

Sumber : Data olahan primer

Keterangan:
Yang mengkonsunsmi permen 1X dalam 1 hari : 14 Responden
Yang mengkonsumsi permen 2X dalam 1 hari : 5 Responden
Yang mengkonsumsi permen 3X dalam 1 hari : 11 Responden

Status Jumlah Persentase (%)


Karies
1X 14 47
2X 5 16
3X 11 37

Tabel V.3: Tabel Distribusi Status frekuensi mengkonsumsi permen responden


kelas 2 di SDN IV Banyu Urip Surabaya

Berdasarkan tabel V.3 di atas status frekuensi konsumsi permen responden 1X


dalam sehari sebanyak 14 orang (47%), 2X dalam sehari sebanyak 5 orang (16%)
dan 3X dalam sehari sebanyak 11 orang (37%).

4. Status Karies

NO UMUR DECAYED EXFOLIATED FILLING JUMLAH STATUS


KARIES
(D) (E) (F)
1 8 - 2 - 2 Rendah
2 8 3 2 - 5 Tinggi
3 8 3 3 - 6 Tinggi
4 8 5 1 - 6 Tinggi
5 8 1 - 1 2 Rendah
32

6 8 3 2 - 5 Tinggi
7 8 2 2 1 5 Tinggi
8 8 1 1 - 2 Rendah
9 9 - - 2 2 Rendah
10 8 2 - - 2 Rendah
11 9 2 1 3 6 Tinggi
12 8 - 2 - 2 Rendah
13 8 - - 2 2 Rendah
14 8 2 4 - 6 Tinggi
15 9 3 2 - 5 Tinggi
16 8 2 3 - 5 Tinggi
17 8 3 3 - 6 Tinggi
18 8 2 - - 2 Rendah
19 8 2 - - 2 Rendah
20 8 1 1 - 2 Rendah
21 8 - - 2 2 Rendah
22 8 - 2 - 2 Rendah
23 8 3 - 2 5 Tinggi
24 8 1 - 3 4 Sedang
25 8 1 1 - 6 Rendah
26 8 - 1 1 2 Rendah
27 8 3 1 - 4 Sedang
28 8 1 2 1 4 Sedang
29 8 1 1 2 4 Sedang
30 8 3 - 1 4 Sedang
JUMLAH 112

Keterangan warna : Merah = tinggi

Hijau = sedang

Biru = rendah

Indeks def-t rata-rata = Jumlah def/Total sampel (N)


= 112 / 30
= 3, 73
33

Berdasarkan cut off point dari WHO angka tersebut termasuk dalam kelompok angka

sedang kejadian karies gigi.

Status Karies Jumlah Persentase (%)


Sangat rendah - -
Rendah 14 47
Sedang 5 16
Tinggi 11 37
Sangat Tinggi - -
Tabel V.4: Tabel Distribusi Status Karies responden responden kelas 2 di SDN
IV banyu Urip Surabaya

Berdasarkan tabel V.4 di atas tidak didapati status karies responden yang tergolong
sangat rendah, yang tergolong rendah sebanyak 14 orang (47%), tergolong sedang
sebanyak 5 orang (16%), tergolong tinggi sebanyak 11 orang (37%) dan tidak
didapatkan responden yang tergolong sangat tinggi.

C. Analisis Data

Untuk menganalisis berbagai variabel dari karakteristik merokok yang terdapat di

dalam kuesioner dilakukan menggunakan sistem tabulasi silang (crosstabs) pada

program SPSS.
34

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

UMUR * KARIES GIGI 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%


JENIS KELAMIN * KARIES
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
GIGI
FREKUENSI * KARIES GIGI 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

UMUR * KARIES GIGI Crosstabulation


Count

KARIES GIGI

RENDAH SEDANG TINGGI Total

UMUR 8 TAHUN 13 5 9 27

> 8 TAHUN 1 0 2 3
Total 14 5 11 30

JENIS KELAMIN * KARIES GIGI Crosstabulation


Count

KARIES GIGI

RENDAH SEDANG TINGGI Total

JENIS KELAMIN LAKI-LAKI 5 0 10 15

PEREMPUAN 9 5 1 15
Total 14 5 11 30

FREKUENSI * KARIES GIGI Crosstabulation


Count

KARIES GIGI

RENDAH SEDANG TINGGI Total

FREKUENSI 1 KALI 14 0 0 14

2 KALI 0 5 0 5

3 KALI 0 0 11 11
Total 14 5 11 30
35

Crosstab
Expected Count

KARIES GIGI

RENDAH SEDANG TINGGI Total

FREKUENSI 1 KALI 6.5 2.3 5.1 14.0

2 KALI 2.3 .8 1.8 5.0

3 KALI 5.1 1.8 4.0 11.0


Total 14.0 5.0 11.0 30.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 60.000a 4 .000
Likelihood Ratio 61.330 4 .000
Linear-by-Linear Association 29.000 1 .000
N of Valid Cases 30

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .83.

Tabel V.5 Chi-Square test

Variabel Probabilit
Uji
No. y Value Hasil Keterangan
Independen Dependen Statistik
(P)
Angka Frekuensi Karena p < ,
1. kejadian mengkonsumsi chi-square .000 p< maka Ho di
karies gigi permen Tolak
Data diolah dengan SPSS

Setelah dilakukan penggabungan kategori menjadi tabel 2 x 2 dan dilakukan

perhitungan menggunakan uji statistik chi-square dengan = 0,05 untuk mengetahui

adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas (angka kejadian karies gigi) dengan

variabel terikat (frekuensi mengkonsumsi permen) dan diperoleh nilai p = 0,000 dan =

0,05, berarti p < tabel maka H1 diterima berarti ada hubungan antara angka kejadian
36

karies gigi dengan frekuensi mengkonsumsi permen anak kelas 2 di SDN IV Banyu Urip

Kecamatan Sawahan Surabaya Propinsi Jawa Timur tahun 2014.


37

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Karateristik Karies Gigi

Penyakit Karies gigi Menurut Nolte dalam Kiswaluyo (1997) Penyakit karies gigi

adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang terdapat pada bagian tertentu. Penyakit karies

dapat meluas kebagian gigi yang lain, yang disebabkan oleh bakteri streptococcus mutans.

Masyarakat yang banyak mengkonsumsi makanan yang berserat cenderung mengurangi

terjadinya terjadinya penyakit karies dari pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan

yang lunak dan banyak mengandung gula. Pola makan atau diet berhubungan dengan

terjadinya penyakit karies gigi. Di Negara berkembang seperti di Indonesia, khususnya di

perkotaan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan lunak. Berdeda dengan Negara

maju.

Dalam Tabel V.4 menunjukkan tidak ditemukan status karies responden tergolong

sangat rendah, tergolong rendah sebanyak 14 orang (47%), tergolong sedang sebanyak 5

orang (16%), tergolong tinggi sebanyak 37 orang (37%) dan tidak didapatkan responden

yang tergolong dalam kategori sangat tinggi. Semakin sering makan makanan manis, ada

kecenderungan semakain banyak yang memiliki penyakit karies. Hal ini sesuai dengan

pendapat Zr. Be Kien Nio ( 1984 ) yang menyatakan bahwa kebiasaan makan manis dengan

frekuensi lebih dari 3 kali sehari, makan kemungkinan terjadinya penyakit karies jauh lebih

besar. Sebaliknya bila frekuensi makan gula dikurang 3 kali, maka email mendapat

kesempatan untuk mengadakan remineneralisasi. Peningkatan revalensi penyakit karies gigi

banyak dipengaruhi perubahan pola makan.


38

B. Karies Gigi

Di dalam penelitian ini dalam menilai status karies gigi responden digunakan indeks

def-t. def-t merupakan ukuran indeks untuk mengetahui jumlah gigi yang pernah

mengalami karies, yang dijabarkan sebagai decayed (gigi berlubang), exfoliated (gigi yang

telah atau harus dicabut karena karies), filling (gigi karies yang sudah ditambal), tooth (gigi

permanen).

def-t dihitung dengan menjumlahkan semua komponen d, e, f dibagi dengan seluruh

populasi (WHO)

Cara pencatatan menggunakan indeks def-t adalah sebagai berikut :

d = decayed (gigi karies yang masih dapat ditambal);

e = exfoliated (gigi karies yang telah atau harus dicabut karena karies);

f = filling (gigi karies yang sudah ditambal);

t = tooth (gigi permanen).

Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks DMF-T) menurut WHO, adalah sebagai

berikut:6,34 (WHO, 2004 dan P,Axelsson)

1. Sangat Rendah : 0,01 1,1

2. Rendah : 1,2 2,6

3. Sedang : 2,7 4,4

4. Tinggi : 4,5 6,5


39

5. Sangat Tinggi : > 6,6

Berdasarkan tabel V.3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebanyak 14

responden (47%) frekuensi mengkonsumsi permen 1 kali sehari, sebanyak 5 responden

(16%) frekuensi mengkonsumi permen 2 kali sehari, dan sebanyak 11 responden (37%)

frekuensi mengkonsumsi permen 3 kali sehari.

Dalam Penelitian ini juga ditemukan indeks def-t rata rata dari 30 responden yang

menjadi sampel penelitian

Indeks DEF-T rata-rata = Jumlah DMF/Total sampel (N)


= 112 / 30
= 3, 73
Berdasarkan cut off point dari WHO angka tersebut termasuk dalam kelompok angka

sedang kejadian karies gigi.

Setelah dilakukan penggabungan kategori menjadi tabel 2 x 2 dan dilakukan

perhitungan menggunakan uji statistik chi-square dengan = 0,05 untuk mengetahui

adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas (angka kejadian karies gigi) dengan

variabel terikat (frekuensi mengkonsumsi permen) dan diperoleh nilai p = 0,000 dan =

0,05, berarti p < tabel maka H1 diterima berarti ada hubungan antara angka kejadian

karies gigi dengan frekuensi mengkonsumsi permen anak kelas 2 di SDN IV Banyu Urip

Kecamatan Sawahan Surabaya Propinsi Jawa Timur tahun 2014.


40

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan yang dialami peneliti dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Pengalaman dan pengetahuan peneliti sebagai peneliti pemula yang baru pertama

kali melakukan penelitian sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam penyusunan

tugas akhir ini yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Adanya keterbasan waktu penelitian sehingga data yang dikumpulkan tidak efektif

dan maksimal, serta minimnya pustaka tentang penelitian sebelumnya.

3. Karies dapat pula dipengaruhi oleh banyak faktor yang sedang dialami oleh

responden saat penelitian, namun pada penelitian ini tidak ikut diteliti karena

penelitian lebih fokus kepada frekuensi konsumsi permen anak.


41

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penggabungan kategori menjadi tabel 2 x 2 dan dilakukan

perhitungan menggunakan uji statistik chi-square dengan = 0,05 untuk mengetahui

adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas (angka kejadian karies gigi) dengan

variabel terikat (frekuensi mengkonsumsi permen) dan diperoleh nilai p = 0,000 dan =

0,05, berarti p < tabel maka H1 diterima berarti ada hubungan antara angka kejadian

karies gigi dengan frekuensi mengkonsumsi permen anak kelas 2 di SDN IV Banyu Urip

Kecamatan Sawahan Surabaya Propinsi Jawa Timur tahun 2014.

7.2 Saran

Perlu disarankan agar orang tua maupun guru menasehati dan mengawasi anak agar

menbiasakan mengatur frekuensi mengkonsumsi makanan manis terutama permen dan

mengawasi anak agar mengurangi konsumsi makanan yang bersifat kariogenik.


42

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikonto, Suharimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

American Academy of Pediatric Dentistry, 2011, Guideline on Behavior Guidance for the
Pediatric Dental Patient (33), AAPD, America.

Hamrui, 2009. Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-MakananKariogenik


Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Jakarta : EGC

Hamsafir,E. 2010. Jangan Abaikan Kesehatan Gigi dan Mulut, (online), diakses 10 Januari
2014 jam 10.00

Karsjono, HS, Yasril.2009. Teknik sampling Untuk Penelitian Kesehatan.Edisi


Pertama.Yogyakarta : Graha Ilmu

Kidd, Edwina AM.1992. Dasar- dasar Karies Penyakit dan Penanngulanngannya


(Essential of Dental Caries: The Disease and Its Management). Alih Narlan
Sumawinata, Penerbit EGC, Jakarta

Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus. Jakarta

Notoadmodjo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

PDGI online. Inisiatif Kesehatan gigi dan mulut, paradigma sehat . (online) diakses pada
18 september 2013.

Priyatno, D. (2008). Mandiri belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Rahardjo, A.2007. Karies Dominasi Masalah Kesehatan Gigi, (online), diakses 10 januari
2014 jam 10.15

Ramadhan, Ardyan. 2010. Serba serbi kesehata gigi dan mulut. Jakarta: Bukune

Riyanti, E. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Jurnal
Kedokteran Gigi Anak. Bandung [serial online] 2005 [diunduh 12 Juni2013].

Riyanti E. Penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Jurnal Kedokteran Gigi Anak.
Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.
43

Rusiawati, Y., dkk, 2001. Status Penyakit Gigi Mulut dan Perilaku Anak terhadap
Kesehatan Gigi di Klinik Afia, Beji, Depok I. Cermin Dunia Kedokteran No.
113,Jakarta

Sri Gupta, A.A, 2004. Perawatan Gigi dan Mulut.Cetakan Pertama. Penerbit Prestasi
Pustaka Publisher. Jakarta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Tarigan, Rasinta.1995.Kesehatan gigi dan Mulut. Cetakan IV.Jakarta : EGC

Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga: Jakarta


44

Lampiran 1

PENGANTAR KUESIONER

Judulpenelitian : Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Permen Dengan Kejadian


Karies Pada Anak Kelas 2 SD di SDN IV Banyu Urip Surabaya
Tahun 2014
Peneliti : Shandy Wicaksono
(Nomor telepon yang dapat dihubungi : 085735272825)
Pembimbing : drg. Dyan Paramita H, Sp.KG

Para siswa-siswiyang terhormat,


Saya adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan
judul Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Permen Dengan Kejadian Karies Pada Anak
Kelas 2 SD di SDN IV Banyu Urip Surabaya Tahun 2014.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang sangat berguna
untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi permen di keseharian dengan terjadinya
karies gigi. Oleh sebab itu saya berharap kesedian siswa-siswi kelas 2 SD di SDN IV Banyu
Urip Surabaya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Apabila adik-adik bersedia saya mohon kesediaanya untuk menandatangani
persetujuan menjadi subyek penelitian.
Atas perhatian dan kerjasama adik-adik saya ucapkan terimakasih.

Surabaya,
Mengetahui: Peneliti,

(drg. Dyan Paramita H, Sp.KG) (Shandy Wicaksono)


NIK :11560-ET NPM : 10700291
45

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


( Informed Consent )

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat penelitian
yang berjudul Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Permen Dengan Kejadian Karies
Pada Anak Kelas 2 SD di SDN IV Banyu Urip Surabaya Tahun 2014, saya mengerti
bahwa saya diminta untuk menjawab tentang berbagai hal yang berkaitan dengan konsumsi
permen di keseharian. Saya memerlukan waktu 5-10 menit sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membawa resiko.
Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, penelitian akan dihentikan
dan peneliti akan memberikan dukungan.
Saya bersedia untuk dilakukannya pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk
melihat adakah gigi yang mengalami karies dan mengerti bahwa catatan mengenai data
penelitian akan dirahasiakan, dan kerahasiaannya ini akan dijamin. Informasi mengenai
identitas saya tidak akan ditulis pada instrument penelitian dan akan tersimpan secara
terpisah ditempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden atau
mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan semua hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitianini atau mengenai
keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan memuaskan.
Secara suka rela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini dengan
menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden.

Surabaya,
Responden,

(..)
Saksi :

1. .( tanda tangan )

.(nama terang )

2. .( tanda tangan )

.(nama terang )
46

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Shandy Wicaksono;


NPM : 10700291;
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya;

menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian sesuai
dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan kesediaan dan
persetujuan dari responden sebagai sumber data.

Surabaya,.
Mengetahui:
Ketua Yang membuat pernyataan,
Tim Etika Penelitian FK UWKS

() (..)
NIP. NPM : 10700291
47

KUESIONER PENELITIAN

Nama :

Umur :..

Jenis Kelamin : Laki laki Perempuan

Caries

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Pertanyaan Wawancara :

1. Berapa kali adik mengkonsumsi permen dalam sehari?

...
48

LAMPIRAN FOTO

GAMBAR 1. ALAT DAN BAHAN

GAMBAR 2. MENJELASKAN KEPADA RESPONDEN CARA MENGISI KUESIONER


49

GAMBAR 3. WAWANCARA LANGSUNG TERHADAP RESPONDEN

GAMBAR 4. PEMERIKSAAN KARIES GIGI


50

GAMBAR 5. MENCATAT HASIL

GAMBAR 6. PENYULUHAN

Anda mungkin juga menyukai