BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karies gigi merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi,
karies. Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme,
Proses karies gigi ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras
gigi, terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan periapikal dan
menimbulkan rasa nyeri (Riyanti, 2005). Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut
(Hamrui,2009).
penyakit yang paling banyak diderita. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di
masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies)
menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani).
berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah
membuktikan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 terdapat 76,2
persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak)
mengalami gigi berlubang. Meski prevelansinya tinggi, namun karies masih sering
dianggap sepele.
pola makan, cara mengonsumsi jenis makanan terutama makanan yang manis.
Makanan manis adalah makanan yang banyak mengandung gula atau pemanis
Makanan manis yang banyak dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat saat ini
antara lain adalah permen, madu, coklat, susu kental manis dan masih banyak
lainnya. Makanan tersebut diatas adalah makanan dengan kandungan gula yang
tinggi.
Menurut Sumawinata (2011) setelah 10-15 jam makan sisa makan di mulut
terasa menjadi asam (PH asam) PH tersebut bernilai 5,5. Asam tersebut merusak
lapisan email paling luar. Berbagai kelompok masyarakat dan ilmuwan, khususnya
para ahli kesehatan dan gizi berpendapat bahwa manusia akan lebih sehat bila
mereka mengkonsumsi gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling banyak
disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti permen, snack,
Karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang peneliti, maka yang menjadi rumusan
masalah dari penelitian ini adalah Adakah hubungan antara frekuensi konsumsi
makanan manis dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 2 SD di SDN IV Banyu
urip Surabaya.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara frekuensi
konsumsi permen dengan kejadian karies pada anak kelas 2 SD di SDN IV Banyu
Tujuan Khusus :
konsumsi permen.
2. Untuk mengetahui besarnya angka kejadian karies gigi pada anak kelas 2 SD
4
Adapun manfaat penelitian ini bagi institusi yakni sebagai literatur terutama
masalah hubungan pola konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi dan
2. Manfaat Akademis
kesehatan gigi dan mulut dan sebagai acuan untuk mengembangkan dan
Sebagai masukan bagi kemajuan dan perbaikan mutu Sekolah Dasar serta dapat
referensi dan data yang sudah ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi berlubang atau karies gigi berasal dari bahasa Yunani yakni Ker yang
berarti kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran atau lubang (Srigupta,
2004). Menurut Sunawinata (2009) karies gigi berasal dari bahasa Latin yang
berarti kebusukan. Kebusukan ini berasal dari kematian tulang yang kemudian
gigi ini disebabkan oleh kuman yang disebut Streptococcus. Steptococus ini
mengikis daerah email gigi, apabila daerah email gigi sudah berlubang maka bakteri
dan menyebabkan kehancuran gigi yang lebih lanjut melalui bakteri campuran.
Tempat-tempat yang mudah terkena karies gigi biasanya adalah pada daerah-daerah
gigi yang sukar dibersihkan, seperti mahkota geraham pada parit-parit yang kecil.
Selain itu juga pada daerah celah gigi yang sulit dicapai oleh sikat gigi.
Proses terjadinya karies oleh plak merupakan rantai biologis yang tidak terputus.
Bila karbohidrat memasuki plak yang ada pada permukaan gigi, mikroorganisme
yang terdapat dalam plak akan mengeluarkan enzim sehingga terjadi proses
fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam, asam ini akan melarutkan bahan-
bahan anorganik gigi terutama kalsium (demineralisasi) dan jaringan organik gigi
6
yang lunak akan mudah rusak, dengan demikian proses karies mulai terjadi
(Tarigan, 1995).
B. Pertumbuhan Gigi
Benih gigi susu sebenarnya sudah terbentuk sejak bayi masih dalam kandungan,
yaitu sejak janin berusia 4 minggu. Bahkan, gigi permanen yang akan menggantikan
gigi susu juga telah terbentuk. Gigi tumbuh dari epitel tulang rahang. Mula-mula
yang tumbuh adalah mahkota gigi berwarna putih dengan lapisan luar emailnya, lalu
berlanjut ke bawah berupa dentin, diteruskan dengan pulpa gigi yang menjadi
tempat syaraf dan pembuluh darah, yang paling akhir adalah akar gigi (Rosseno,
2008).
Erupsi atau keluarnya akar gigi pertama biasanya terjadi pada usia 6 - 8 bulan
setelah kelahiran. Namun ada kalanya erupsi gigi terjadi saat anak berusia 9 bulan
(Machfoedz, 2006). Erupsi ini tidak terjadi sekaligus, akan tetapi satu persatu atau
sepasang. Ketika berusia 1 tahun, biasanya anak punya 6 - 8 gigi susu. Pertumbuhan
gigi susu ini akan berhenti pada usia 2 - 3 tahun dengan jumlah gigi 20 buah.
Kemudian satu persatu akan tanggal dan digantikan oleh gigi permanen saat anak
Usia anak 6-11 tahun adalah periode gigi campur. Gigi kelihatan tidak beraturan
karena berada pada masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya
gigi tetap. Pada masa ini perlu perhatian dari orang tua untuk memeriksakan
7
kesehatan gigi anaknya ke dokter gigi, minimal 6 bulan sekali, agar pertumbuhan
Sama halnya dengan gigi tetap, gigi susu secara umum berfungsi membantu
proses pencernaan, pengucapan, dan estetika. Di samping itu, fungsi istimewa yang
tidak dimiliki oleh gigi tetap adalah posisi gigi susu sebagai petunjuk bagi gigi tetap
agar kelak tumbuh pada tempatnya dan menjaga pertumbuhan lengkung rahang.
Bila gigi susu tanggal (lepas) sebelum saatnya, baik karena karies ataupun dicabut,
gigi tetap yang akan tumbuh tidak mempunyai petunjuk sehingga sering salah arah,
sehingga gigi tetap tumbuh tidak pada posisi yang ideal. Selain itu rahang yang
ditinggal gigi susu jauh sebelum saatnya akan menyebabkan pertumbuhan lengkung
rahang terganggu, lengkung rahang akan menyempit sehingga tidak cukup untuk
menampung semua gigi dalam susunan yang teratur. Akibatnya, susunan gigi-geligi
Pada percobaan dengan binatang pada tahun lima puluhan Orland dan Keyes
streptococcus dan jenis kuman strain lactobasilus pada kera yang bebas kuman dan
8
telah diketahui kadar fluornya, pada percobaan ini hewan kera diberi makanan yang
kariogenik karena mampu membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.
Kuman tersebut dapat tumbuh subur pada suasana yang asam dan dapat
menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya polisakarida ekstra sel yang
sanagt lengket dari karbohidrat makanan. Didalam mulut kita terdapat banyak
kuman, akan tetapi ada dua jenis kuman yang sangat mempengaruhi terjadinya
karies gigi yakni kuman Streptoccocus dan Staphylococcus. Kedua bakteri ini
membentuk asam yang berasal dari gula yang terkandung dalam makanan, yang
melengket pada permukaan gigi. Asam ini kemudian melarutkan email gigi dan
2. Makanan kariogenik
Menurut Yuwono (2005), enzim dalam air ludah seperti amylase, maltose akan
streptococcus akan menghasilkan asam susu atau asam laktat, maka pH rendah dari
asam susu (pH 5,5) akan merusak bahan bahan anorganik dari email (93%)
makanan bakteri ini berasal dari karbohidrat yang ada dalam makanan dan minuman
kita. Kebanyakan karbohidrat harus diolah dulu sebelum dapat dikonsumsi oleh
9
sederhana atau sukrosa. Sukrosa mudah diserap oleh bakteri bakteri pada plak,
ampas dari pengolahan sukrosa oleh bakteri plak adalah asam yang serupa dengan
cuka. Asam tersebut merusak email, membuat email keropos sehingga lambat laun
akan timbul lubang gigi. Kerusakan pada email ini terjadi karena asam melarutkan
berupa unit dan dengan rumus molekul C12H22O11 Senyawa ini dikenal sebagai
sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti
hewan Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa
atau gula dapur diperoleh dari gula. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan
asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena
mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi
Penggunaan yeast dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam
bioteknologi dan sering disebut dengan Sukrosa (C12H22O11) ialah sejenis alkohol.
Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom
karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer
bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain.
sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100% mengandung
Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Komposisi kimia dari gula adalah sama,
satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Ikatan glikosida
menghubungkan karbon ketal dan asetal dan bersifat dari fruktosa dan dari
glukosa. Pada sukrosa kedua atom karbon anomerik digunakan untuk ikatan
glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus
hemiasetal oleh karena itu, sukrosa didalam air tidak berada dalam kesetimbangan
monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Ikatan ini disebut ikatan
glikosida yang dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan
karbon anomer pada gula yang kedua. disakarida yang banyak ditemukan di alam
a). Laktosa
Laktosa sering juga disebut gula susu karena hanya terdapat dalam susu. Bila
memiliki satu atom karbon hemiasetal dan mempunyai gugus karbonil yang
pereduksi.
b). Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri
dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa
11
tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki
atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan
satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-
fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100%
c). Maltosa
Maltosa merupakan disakarida yang paling sederhana. Maltosa terdiri dari dua
residu D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Sebuah molekul glukosa
dihubungkan melalui atom karbonnya yang pertama dengan gugus hidroksil atom
karbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua residu glukosa tersebut
berada dalam bentuk piranosa. Maltosa memilliki gugus karbonil yang berpotensi
bebas yang dapat dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula pereduksi. Di
dalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum yang lebih mudah
dicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu dan pada serealia, misalnya
3. Umur
Menurut Tarigan (1993) sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut
gigi geligi :
a) Periode gigi campuran, disini gigi geraham paling sering terkena karies.
Menurut Wong (2009) umur yang paling rentan terjadi karies gigi adalah
pada saat anak berusia 4 s/d 8 tahun dimana anak mengalami gigi campuran.
12
Pada usia ini sudah terjadi resesi atau penurunan gusi sehingga sisa
Menurut Edwina dan Selly (1992) dalam keadaan normal gigi selalu dibasahi
oleh saliva. Saliva ini mampu meremineralisasi karies yang masih dini karena
akan bertambah dengan adanya ion fluor. Keberadaan fluor ini menahan terjadinya
karies gigi, oleh karena itu walaupun kita mengkonsumsi makanan kariogenik maka
tidak akan terjadi karies pada waktu sehari atau sebulan melainkan dalam hitungan
tahun.
Didalam mulut kita terdapat berbagai macam bakteri. Salah satu bakteri
lunak dan lengket yang disebut dengan plak yang menempel pada gigi. Sebagian
plak dalam gigi ini mengubah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan
13
minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa merusak gigi
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi.
Pada tahap awala terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya bintik hitam yang
tidak bias dibersihkan dengan sikat gigi. Apabila bintik ini dibiarkan maka akan
bertambah besar dan dalam. Apabila karies ini belum mencapai email gigi maka
belum terasa apa-apa. Akan tetapi apabila sudah menembus email gigi baru akan
yaitu:
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah
Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Pada proses pencernaan di dalam
mulut terjadi kontak antara makanan, saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai
pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jumlah dan isi saliva, derajat
mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung ion Ca, dan P. Saliva juga
2. Agent (Bakteri/Mikroorganisme)
yaitu:
mulut dan merupakan penyebab utama karie gigi karena bakteri ini mampu
memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa
3. Environment (substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-
hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus, susu
4. Time/waktu
progesi karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva
berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam
E. Manifestasi Klinis
Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain
adalah:
a. Terdapat lesi.
g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama
Dentistry
- Banyak jumlah
S.mutans
-Menggunakan alat
ortodonti
Karakteristik Keadaan optimal Keadaan yang Penggunaan topikal
Lingkungan dari penggunaan suboptimal fluor yang
fluor secara sistemik pengguna fluor suboptimal
dan topical secara sistemik dan
optimal pada Sering memakan
Mengkonsumsi penggunaan topikal gula atau makanan
sedikit gula atau aplikasi yang sangat
makanan yang berhubungan dengan
berkaitan erat dengan Sekali-sekali karies di antara
permulaan karies (satu atau dua) di waktu makan
terutama pada saat antara waktu makan
makan terkena gula simpel Status sosial
17
-Kondisi yang
mempengaruhi aliran
saliva
EAPD
Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah:
a. Terdapat lesi.
g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada
waktu malam.
1. Kebersihan mulut
mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut
dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri. Karies dapat dicegah
dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur. Menggosok gigi adalah salah
2. Pengaturan makanan
yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian
permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di
xilitol.
Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah
terbukti menurunkan kasus karies gigi. Florida dapat membuat enbamel resisten
terhadap karies. Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih
mulut.
19
intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi
daerah bercak putih. Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri
karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diuji cobakan pada hewan dan uji coba
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KERANGKA KONSEP
Host
Mikroorganisme Karies
Waktu
Subtrat Makanan
frekuensi konsumsi
permen
Keterangan :
: Terdapat hubungan
Ruslawati (2001) penyebab dari karies gigi itu terdiri dari empat faktor penting yaitu
host, mikroorganisme, waktu dan substrat makanan. Empat faktor tersebut adalah
inti dari setiap permasalahan karies yang timbul pada manusia. Oleh sebab itu
penelitian ini akan meneliti satu dari empat faktor penting tersebut yaitu substrat
makanan dan diperinci lagi untuk meneliti tentang frekuensi makan makanan manis
yang tergolongkan dalam point substrat tersebut, yang nantinya diharapkan akan
C. Hipotesis
Ada hubungan antara frekuensi konsumsi permen dengan kejadian karies gigi pada
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
sectional (potong lintang) yaitu untuk melihat adakah hubungan antara frekuensi
konsumsi permen dengan terjadinya karies gigi pada anak kelas 2 SD di SDN
pengamatan terhadap suatu obyek yang dipandu dengan kuisioner. Sifat penelitian
yang di gunakan adalah study cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach), artinya, tiap subyek peneliti hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat
pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu
yang sama.
Lokasi penelitian dilakukan di SDN IV Banyu Urip pada bulan April tahun 2014
23
C. Variabel Penelitian
1. variabel bebas
variable bebas adalah variabel yang diperkirakan menjadi penyebab munculnya atau
2. variabel terikat
variable terikat adalah variabel yang terjadi atau muncul atau berubah karena
mendapat pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variable terikat dalam
D. Subyek Penelitian
1. Populasi
Semua siswa SD kelas 2 di SDN Banyu urip IV Surabaya tahun 2014 yang
berjumlah 40 orang.
2. Sample
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelas 2 di SDN
IV Banyu Urip Surabaya. Jenis sampel minimum yang disarankan menurut Frankel
dan Wallen 2009 untuk penelitian korelasional adalah 30 subyek. Maka dalam
penelitian ini saya menggunakan jumlah sampel minimum yang ditetapkan oleh
fraenkel dan wallen. (karsjono, 2009). Adapun kriteria Sampel sebagai berikut :
24
Kriteria Inklusi:
Kriteria Eksklusi :
sebagai berikut :
b. Informed Consent
- Kaca mulut
- Neirbekkan
- Alcohol
- Kapas
F. Definisi Operasional
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies
gigi. Studi epidemiologis tentang karies gigi yang menggunakan indeks angka
DMF-T untuk gigi permanen dan def-t untuk gigi sulung. Indeks DMF-T
Angka DMF-T atau def-t merupakan jumlah elemen gigi karies, yang hilang dan
permanen karena pada umumnya gigi molar ketiga pada fase geligi tetap tidak
sulung untuk fase gigi sulung, kemudian dicatat banyaknya gigi yang
2006).Kriteria penilaian dalam DMF-T atau def-t didasarkan pada rentang nilai
H. Pengolahan Data
(a) Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah terkumpul, meliputi
(b) Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di
I. Analisis Data
hubungan antara frekuensi makan makanan manis dengan kejadian karies gigi pada
tujuan, dan hipotesis penelitian, data di analisis dengan menggunakkan uji statistic
28
J. Alur Penelitian
Pengambilan sampel
Melakukan penelitan:
- melakukan pemeriksaan
adanya karies pada siswa
dengan di sertai wawancara
Analisis Data
Laporan penelitian
BAB V
Surabaya, Provinsi Jawa Timur tanggal 31 Mei 2014. Proses belajar mengajar masih
aktif dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD. Untuk jumlah siswa kelas 2 SD Negeri IV
Banyu Urip Surabaya adalah Siswa laki-laki berjumlah 22 siswa dan siswa perempuan
berjumlah 18 siswa. Keseluruhan dari populasi penelitian ini adalah 40 siswa, dari
B. Karakteristik responden
1. Umur
Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tabel V.1: Tabel Distribusi Umur responden kelas 2 di SDN IV Banyu Urip
Surabaya
Berdasarkan tabel V.1 di atas usia responden 8 tahun sebanyak 27 orang (90%), usia
lebih dari 8 tahun 3 orang (10%)
30
2. Jenis kelamin
Table V.2 : Tabel distribus jenis kelamin responden kelas 2 di SDN IV Banyu
Urip surabaya
Berdasarkan table V.2 di atas jenis kelamin responden dengan jenis kelamin laki
laki ada 15 orang (50%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan ada 15
orang (50%)
25 1 2 1
26 1 2 1
27 1 2 2
28 1 2 2
29 1 2 2
30 1 2 2
Keterangan:
Yang mengkonsunsmi permen 1X dalam 1 hari : 14 Responden
Yang mengkonsumsi permen 2X dalam 1 hari : 5 Responden
Yang mengkonsumsi permen 3X dalam 1 hari : 11 Responden
4. Status Karies
6 8 3 2 - 5 Tinggi
7 8 2 2 1 5 Tinggi
8 8 1 1 - 2 Rendah
9 9 - - 2 2 Rendah
10 8 2 - - 2 Rendah
11 9 2 1 3 6 Tinggi
12 8 - 2 - 2 Rendah
13 8 - - 2 2 Rendah
14 8 2 4 - 6 Tinggi
15 9 3 2 - 5 Tinggi
16 8 2 3 - 5 Tinggi
17 8 3 3 - 6 Tinggi
18 8 2 - - 2 Rendah
19 8 2 - - 2 Rendah
20 8 1 1 - 2 Rendah
21 8 - - 2 2 Rendah
22 8 - 2 - 2 Rendah
23 8 3 - 2 5 Tinggi
24 8 1 - 3 4 Sedang
25 8 1 1 - 6 Rendah
26 8 - 1 1 2 Rendah
27 8 3 1 - 4 Sedang
28 8 1 2 1 4 Sedang
29 8 1 1 2 4 Sedang
30 8 3 - 1 4 Sedang
JUMLAH 112
Hijau = sedang
Biru = rendah
Berdasarkan cut off point dari WHO angka tersebut termasuk dalam kelompok angka
Berdasarkan tabel V.4 di atas tidak didapati status karies responden yang tergolong
sangat rendah, yang tergolong rendah sebanyak 14 orang (47%), tergolong sedang
sebanyak 5 orang (16%), tergolong tinggi sebanyak 11 orang (37%) dan tidak
didapatkan responden yang tergolong sangat tinggi.
C. Analisis Data
program SPSS.
34
Cases
KARIES GIGI
UMUR 8 TAHUN 13 5 9 27
> 8 TAHUN 1 0 2 3
Total 14 5 11 30
KARIES GIGI
PEREMPUAN 9 5 1 15
Total 14 5 11 30
KARIES GIGI
FREKUENSI 1 KALI 14 0 0 14
2 KALI 0 5 0 5
3 KALI 0 0 11 11
Total 14 5 11 30
35
Crosstab
Expected Count
KARIES GIGI
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 60.000a 4 .000
Likelihood Ratio 61.330 4 .000
Linear-by-Linear Association 29.000 1 .000
N of Valid Cases 30
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .83.
Variabel Probabilit
Uji
No. y Value Hasil Keterangan
Independen Dependen Statistik
(P)
Angka Frekuensi Karena p < ,
1. kejadian mengkonsumsi chi-square .000 p< maka Ho di
karies gigi permen Tolak
Data diolah dengan SPSS
adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas (angka kejadian karies gigi) dengan
variabel terikat (frekuensi mengkonsumsi permen) dan diperoleh nilai p = 0,000 dan =
0,05, berarti p < tabel maka H1 diterima berarti ada hubungan antara angka kejadian
36
karies gigi dengan frekuensi mengkonsumsi permen anak kelas 2 di SDN IV Banyu Urip
BAB VI
PEMBAHASAN
Penyakit Karies gigi Menurut Nolte dalam Kiswaluyo (1997) Penyakit karies gigi
adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang terdapat pada bagian tertentu. Penyakit karies
dapat meluas kebagian gigi yang lain, yang disebabkan oleh bakteri streptococcus mutans.
terjadinya terjadinya penyakit karies dari pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan
yang lunak dan banyak mengandung gula. Pola makan atau diet berhubungan dengan
maju.
Dalam Tabel V.4 menunjukkan tidak ditemukan status karies responden tergolong
sangat rendah, tergolong rendah sebanyak 14 orang (47%), tergolong sedang sebanyak 5
orang (16%), tergolong tinggi sebanyak 37 orang (37%) dan tidak didapatkan responden
yang tergolong dalam kategori sangat tinggi. Semakin sering makan makanan manis, ada
kecenderungan semakain banyak yang memiliki penyakit karies. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zr. Be Kien Nio ( 1984 ) yang menyatakan bahwa kebiasaan makan manis dengan
frekuensi lebih dari 3 kali sehari, makan kemungkinan terjadinya penyakit karies jauh lebih
besar. Sebaliknya bila frekuensi makan gula dikurang 3 kali, maka email mendapat
B. Karies Gigi
Di dalam penelitian ini dalam menilai status karies gigi responden digunakan indeks
def-t. def-t merupakan ukuran indeks untuk mengetahui jumlah gigi yang pernah
mengalami karies, yang dijabarkan sebagai decayed (gigi berlubang), exfoliated (gigi yang
telah atau harus dicabut karena karies), filling (gigi karies yang sudah ditambal), tooth (gigi
permanen).
populasi (WHO)
e = exfoliated (gigi karies yang telah atau harus dicabut karena karies);
Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks DMF-T) menurut WHO, adalah sebagai
(16%) frekuensi mengkonsumi permen 2 kali sehari, dan sebanyak 11 responden (37%)
Dalam Penelitian ini juga ditemukan indeks def-t rata rata dari 30 responden yang
adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas (angka kejadian karies gigi) dengan
variabel terikat (frekuensi mengkonsumsi permen) dan diperoleh nilai p = 0,000 dan =
0,05, berarti p < tabel maka H1 diterima berarti ada hubungan antara angka kejadian
karies gigi dengan frekuensi mengkonsumsi permen anak kelas 2 di SDN IV Banyu Urip
KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan yang dialami peneliti dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Pengalaman dan pengetahuan peneliti sebagai peneliti pemula yang baru pertama
2. Adanya keterbasan waktu penelitian sehingga data yang dikumpulkan tidak efektif
3. Karies dapat pula dipengaruhi oleh banyak faktor yang sedang dialami oleh
responden saat penelitian, namun pada penelitian ini tidak ikut diteliti karena
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas (angka kejadian karies gigi) dengan
variabel terikat (frekuensi mengkonsumsi permen) dan diperoleh nilai p = 0,000 dan =
0,05, berarti p < tabel maka H1 diterima berarti ada hubungan antara angka kejadian
karies gigi dengan frekuensi mengkonsumsi permen anak kelas 2 di SDN IV Banyu Urip
7.2 Saran
Perlu disarankan agar orang tua maupun guru menasehati dan mengawasi anak agar
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatric Dentistry, 2011, Guideline on Behavior Guidance for the
Pediatric Dental Patient (33), AAPD, America.
Hamsafir,E. 2010. Jangan Abaikan Kesehatan Gigi dan Mulut, (online), diakses 10 Januari
2014 jam 10.00
Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus. Jakarta
PDGI online. Inisiatif Kesehatan gigi dan mulut, paradigma sehat . (online) diakses pada
18 september 2013.
Rahardjo, A.2007. Karies Dominasi Masalah Kesehatan Gigi, (online), diakses 10 januari
2014 jam 10.15
Ramadhan, Ardyan. 2010. Serba serbi kesehata gigi dan mulut. Jakarta: Bukune
Riyanti, E. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Jurnal
Kedokteran Gigi Anak. Bandung [serial online] 2005 [diunduh 12 Juni2013].
Riyanti E. Penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Jurnal Kedokteran Gigi Anak.
Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.
43
Rusiawati, Y., dkk, 2001. Status Penyakit Gigi Mulut dan Perilaku Anak terhadap
Kesehatan Gigi di Klinik Afia, Beji, Depok I. Cermin Dunia Kedokteran No.
113,Jakarta
Sri Gupta, A.A, 2004. Perawatan Gigi dan Mulut.Cetakan Pertama. Penerbit Prestasi
Pustaka Publisher. Jakarta
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Lampiran 1
PENGANTAR KUESIONER
Surabaya,
Mengetahui: Peneliti,
Lampiran 2
Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat penelitian
yang berjudul Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Permen Dengan Kejadian Karies
Pada Anak Kelas 2 SD di SDN IV Banyu Urip Surabaya Tahun 2014, saya mengerti
bahwa saya diminta untuk menjawab tentang berbagai hal yang berkaitan dengan konsumsi
permen di keseharian. Saya memerlukan waktu 5-10 menit sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membawa resiko.
Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, penelitian akan dihentikan
dan peneliti akan memberikan dukungan.
Saya bersedia untuk dilakukannya pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk
melihat adakah gigi yang mengalami karies dan mengerti bahwa catatan mengenai data
penelitian akan dirahasiakan, dan kerahasiaannya ini akan dijamin. Informasi mengenai
identitas saya tidak akan ditulis pada instrument penelitian dan akan tersimpan secara
terpisah ditempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden atau
mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan semua hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitianini atau mengenai
keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan memuaskan.
Secara suka rela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini dengan
menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden.
Surabaya,
Responden,
(..)
Saksi :
1. .( tanda tangan )
.(nama terang )
2. .( tanda tangan )
.(nama terang )
46
menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian sesuai
dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan kesediaan dan
persetujuan dari responden sebagai sumber data.
Surabaya,.
Mengetahui:
Ketua Yang membuat pernyataan,
Tim Etika Penelitian FK UWKS
() (..)
NIP. NPM : 10700291
47
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Umur :..
Caries
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanyaan Wawancara :
...
48
LAMPIRAN FOTO
GAMBAR 6. PENYULUHAN