Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara

maju maupun Negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu

unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan

penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai

kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami

kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan.

Besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya

besi maka sintesa hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar

hemoglobin akan turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital bagi

tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi

kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan

tubuh. Anemia defisiensi besi ini dapat diderita oleh bayi, anak-anak, bahkan

orang dewasa baik pria maupun wanita, dimana banyak hal yang dapat mendasari

terjadinya anemia defisiensi besi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang

diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia defisiensi besi terjadi baik karena

kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi. Penyebab anemia defisiensi besi

adalah karena makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam

bentuk besi heme.

2.2 Etiologi
Berdasarkan usia
Usia kurang 1 tahun
Berat badan lahir rendah
Asi eksklusif tanpa suplemen besi
Susu formula rendah besi
Anemia selama kehamilan
Usia 1-2 tahun
Asupan kurang
infeksi berulang
Obesitas
Malabsorbsi
Usia 2-5 tahun
Asupan kurang
Kebutuhan meningkat
Perdarahaan
Usia 5 tahun remaja
Asupan kurang
Perdarahan oleh karena infeksi

2
Beberapa makanan yang mengandung besi tinggi adalah daging, telur, ikan, hati,

kacang kedelai, kerang, tahu, gandum. Yang dapat membantu penyerapan besi

adalah vitamin C, kecap. Dan yang dapat menghambat adalah mengkonsumsi

banyak serat sayuran, penyerapan besi teh, kopi.

2.3 Metabolisme besi

Perkembangan metabolisme besi dalam hubungannya dengan homeostasis besi

dapat dimengerti dengan baik pada dewasa, sedangkan pada anak diperkirakan

mengalami hal yang sama seperti pada orang dewasa.

Zat besi bersama dengan protein globin dan protoporforin mempunyai peranan

yang penting dalam pembentukan hemoglobulin. Jumlah besi yang diserap oleh

tubuh dipengaruhi oleh jumlah besi dlam makanan, bioavalabilitas besi dalam

makanan dan penyerapan oleh mukosa usus. Didalam tubuh orang dewasa

mengandung zat besi sekitar 55 mg/kgBB atau sekitar 4 gram. Bayi yang baru

lahir dlam tubuhnya mengandung besi sekitar 0,5 gram.

Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yang pertama adalah penyerapan dalam

bentuk non heme (sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu besinya harus dirubah

dulu menjadi bentuk yang diserap, sedangkan bentuk yang kedua adalah bentuk

heme (sekitar 10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung diserap tanpa

memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung ataupun zat makanan

yang dikonsumsi.

Besi non heme dilumen usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk

kompleks transferin besi yang kemudian akan masuk kedalam sel mukosa.

Didalam sel mukosa, besi akan dilepaskan dan apotransferinnya kembali kedalam

3
lumen usus. Selanjutnya sebagian besi bergabung dengan apoferitin membentuk

feritin, sedangkan besi yang tidak diikat oleh apoferitin akan masuk keperedaran

darah dan berikatan dengan apotransferin membentuk transferin serum.

Besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalam bentuk senyawa besi non heme

berupa kompleks senyawa besi (Feri) yang oleh pengaruh asam lambung vit C dan

asam amino mengalami reduksi menjadi bentuk (Fero). Absorbsi besi non heme

akan meningkat pada penderita anemia defisiensi FE.

2.4 Patofisiologi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang

berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap

akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang.

1. Deplesi besi (Iron depleted state): keadaan dimana cadangan besinya menurun,

tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis belum terganggu.

2. Eritropoesis Defisiensi Besi (Iron Deficient Erytropoesis): keadaan dimana

cadangan besinya kosong dan penyediaan besi untuk eritropoesis sudah

terganggu, tetapi belum tampak anemia secara laboratorik.

3. Anemia defisiensi besi : keadaan dimana cadangan besinya kosong dan sudah

tampak gejala anemia defisiensi besi.

Hemoglobin Tahap 1 normal Tahap 2 sedikit Tahap 3 menurun jelas


menurun (mikrositik/hipokromik)
Cadangan besi (mg) <100 0 0
Fe serum (ug/dl) Normal <60 <40
TIBC (ug/dl) 360-390 >390 >410
Saturasi transferin (%) 20-30 <15 <10
Ferritin serum (ug/dl) <20 <12 <12
Sederoblas (%) 40-60 <10 <10

4
FEP (ug/dl sel darah merah >30 >100 >200
MCV Normal Normal Menurun

2.5 Manifestasi klinis

Gejala umum dari anemia sering disebut sebagai sindroma anemia yaitu

merupakan kumpulan gejala dari anemia, dimana hal ini akan tampak jelas jika

hemoglobin dibawah 7 8 g/dl dengan tanda-tanda adanya kelemahan tubuh,

lesu, mudah lelah, pucat, pusing, palpitasi, penurunan daya konsentrasi, sulit nafas

(khususnya saat latihan fisik), mata berkunang-kunang, telinga mendenging,

letargi, menurunnya daya tahan tubuh, dan keringat dingin.

Gejala dari anemia defisiensi besi

merupakan khas pada anemia defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis

lainnya, yaitu:

koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok dimana kuku berubah jadi rapuh,

bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga mirip sendok.

Atropi papil lidah Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap

disebabkan karena hilangnya papil lidah.

Stomatitis angularis/ inflamasi sekitar sudut mulut.

Glositis

Pica atau keinginan makan yang tidak biasa

Disfagia merupakan nyeri telan yang disebabkan `pharyngeal web`

Atrofi mukosa gaster.

Sindroma Plummer Vinson/ Paterson kelly ini merupakan kumpulan gejala

dari anemia hipokromik mikrositik, atrofi papil lidah dan disfagia.

5
Anemia defisiensi besi yang terjadi pada anak sangat bermakna, karena dapat

menimbulkan irritabilitas, fungsi cognitif yang buruk dan perkembangan

psikomotornya akan menurun. Prestasi belajar menurun pada anak usia sekolah

yang disebabkan kurangnya konsentrasi, mudah lelah, rasa mengantuk. Selain itu

pada pria atau wanita dewasa menyebabkan penurunan produktivitas kerja yang

disebabkan oleh kelemahan tubuh, mudah lelah dalam melakukan pekerjaan fisik/

bekerja.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yang mendasari terjadinya anemia

defisiensi besi tersebut, misalkan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang

maka akan dijumpai gejala dispepsia, kelenjar parotis membengkak, kulit telapak

tangan warna kuning seperti jerami. Jika disebabkan oleh perdarahan kronis

akibat dari suatu karsinoma maka gejala yang ditimbulkan tergantung pada lokasi

dari karsinoma tersebut beserta metastasenya.

2.6 Pemeriksaan fisik


Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan

oleh keluarga

Bila kadar HB <5 gr/dl ditemukan gejala iritabel dan anoreksia

Pucat ditemukan bila kadar HB <7 gr/dl

Penurunan aktifitas kerja dan daya tahan tubuh

Koilonikia

2.7 Pemeriksaan penunjang

Darah rutin ( HB PCV, Eritrosit MCV, MCHC, MCH )

Kadar FE, TIBC, serum ferritin, FEP

6
2.8 Diagnosis

Kriteria diagnosis anemia defisiensi FE menurut WHO

Kadar HB kurang dari normal sesuai usia

Konsentrasi HB eritrosit rata-rata <31% ( N: 32-35%)

Kadar FE serum <50 ug/dl (N: 80-180 ug/dl)

Saturasi transferin <15% (N: 20-50%)

Dasar diagnosis anemia defisiensi FE menurut Cook dan Monsen

Anemia hipokrom mikrositik

Saturasi transferin <16%

Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit

Kadar feritin serum <12 ug/dl

Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria (ST, feritin serum,

dan FEP)

2.9 Diagnosis banding

Thalesemia minor

Anemia karena penyakit kronik

Lead poisoning/ keracunan timbal

2.10 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya

serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85%

penyebab ADB dapat diketahui penanganannya dapat dilakukan dengan tepat.

Pemberian preparat besi per oral

Preparat yang tersedia berupa Ferous glukonat, Fumarat, dan Suksinat.

Dosis besi elemental 4-6mg/kgBB/hari. Respon terapi dengan menilai

7
kenaikan kadar HB setelah satu bulan, yaitu kenaikan kadar HB sebesar 2

gr/dl atau lebih. Bila respon ditemukan, terapi dilanjutkan 2-3 bulan.

Komposisi besi elemental:

Ferous fumarat : 33 %

Ferous suksinat : 20 %

Ferous glukonat : 11,6 %

Yang sering dipakai adalah ferous sulfat karena harganya lebih murah.

Pemberiaan preparat secara parenteral

Preparat yang sering dipakai adalah dextran besi, larutan ini mengandung

50 mg besi/ml.

Transfusi darah

Jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia

berat dengan kadar HB <4 g/dl.

2.11 Pencegahan

Pencegahan primer

Mempertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan

Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun

Menggunakan sereal / makanan tambahan yang difortifikasi tepat

pada waktunya yaitu, usia 6 bulan sampai 1 tahun

Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan

minum preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi, serta

menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti teh,

fosfat dan fitrat pada makanan

8
Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan

makanan yang mengandung kadar besi yang berasal dari hewani

Pendidikan kebersihan lingkungan

Pencegahan sekunder

Skrining Anemia defisiensi FE

Dilakukan pemeriksaan HB/HT, waktunya disesuaikan

dengan berat badan lahir dan sesuia usia bayi. Waktu yang

tepat masih kontroversial. American academy of pediatric

(AAP) menganjurkan antara usia 9-12 bulan, 6 bulan

kemudian, dan usia 24 bulan. Pada daerah dengan risiko

tinggi dilakukan tiap tahun sejak usia 1 tahun sampai 5

tahun.

Skrining dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan MCV,

RDW, Ferritin serum, dan trial terapi besi. Skrining

dilakukan sampai remaja.

Nilai MCV yang rendah dengan RDW yang lebar

merupakan salah satu alat skrining ADB

Skrining yang paling sensitif, mudah dan dianjurkan yaitu

zinc erytrochite protophorphyrin (ZEP)

Bila bayi dan anak-anak diberi susu sapi sebagai menu

utama dan berlebihan sebaiknya dipikirkan melakukan

skrining untuk deteksi ADB dan segera memberi terapi.

9
Suplementasi besi

Merupakan cara paling tepat untuk mencegah terjadinya ADB di

daerah denga prevalensi. Dosis besi elemental yang diberikan:

Bayi berat lahir normal dimulai sejak umur 6 bulan

dianjurkan 1 mg/kgBB/hari

Bayi BB: 1,5-2,0 kg= 2 mg/kgBB/hari diberikan sejak 2

minggu

Bayi BB 1,0-1,5 kg= 3 mg/kgBB/hari, diberika sejak usia 2

minggu

Bayi BB <1 kg= 4 mg/kgBB/hari, diberika sejak usia 2

minggu.

2.12 Prognosis

Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan

diketahui penyebabnya serta kemudia dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala

anemia dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat

besi.

Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa

kemungkinan sebagai berikut :

Diagnosis salah

Dosis obat tidak adekuat

Preparat FE yang tidak tepat dan kadaluwarsa

Perdarhan yang tidak teratasi ataupun perdaran yang tidak tampak

berlangsung menetap

10
Disertai penyakit yang mempengaruhi absorbsi dan pemakain besi seperti

infeksi keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit karena

defisiensi vitamin B12, asam folat.

Gangguan absorbsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang

berlebihan pada ulkus peptikum dapat menyebabkan peningkatan terhadap

besi.

11
BAB III

KESIMPULAN

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang

diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia defisiensi besi terjadi baik karena

kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi.

Gejala khas pada anemia defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis

lainnya, yaitu:

koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok dimana kuku berubah jadi rapuh,

bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga mirip sendok.

Atropi papil lidah Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap

disebabkan karena hilangnya papil lidah.

Stomatitis angularis/ inflamasi sekitar sudut mulut.

Glositis

Pica atau keinginan makan yang tidak biasa

Disfagia merupakan nyeri telan yang disebabkan `pharyngeal web`

Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan

diketahui penyebabnya serta kemudia dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala

anemia dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat

besi.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Gatot D dkk, Suplementasi Besi untuuk Anak. Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI). Edisi pertama. Tahun 2011

2. Permono B dkk, Hematoonkologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI). Edisi keempat. Tahun 2012

3. Pudjiadi A dkk, Pedoman pelayanan medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI). Tahun 2009

4. Kartamiharja E. Anemia defisiensi Besi. Dosen Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

5. Irawan H. Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak. Fakultas kedokteran

Universitas Atmajaya Jakarta Indonesia. vol. 40 no. 6, th. 2013

6. Tanto C, dkk. Kapita selekta Kedokteran. Edisi 4 Jakarta:Media

Aesculapius, 2014.

7. Rusepno H, dkk. Bagian Ilmu Kesehatan anak. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai