Anda di halaman 1dari 86

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5

Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini

didukung oleh sektoral lainnya yaitu program Indonesia pintar, program Indonesia

kerja, dan program Indonesia sejahtera. Program Indonesia sehat selanjutnya

menjadi program utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan

pencapaiannya melalui rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2015 2019,

yang ditetapkan melalui keputusan mentri kesehatan R.I. Nomor HK.

02.02/Menkes/52/2015.(Kemenkes RI, 2016).


Sasaran dari program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yang didukung dengan perlindungan financial dan pemerataan

pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015

2019, yaitu : 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, 2.

Meningkatnya pengendalian penyakit, 3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan

dan kesehatan dasar dan rujukan terutama didaerah terpencil, tertinggal dan

perbatasan, 4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui

kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, 5. Terpenuhinya

kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta 6. Meningkatnya responsifits

kesehatan.(Kemenkes RI, 2016).


Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,

yaitu : 1. Penerapan paradigm sehat 2. Penguatan pelayanan kesehatan, dan 3.


2

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat

dilakukan dengan stategi pengutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan

upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan

pelayanan kesehatan dilakukan dengan srategi peningkatan akses pelayanan

kesehatan, optimalisasi system rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan

pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan

pelaksanaan JKN dilakukan dengan srategi perluasan sasaran dan manfaat

(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditunjukkan kepada

tercapainya keluarga keluarga sehat.(Kemenkes RI,2016).


Wilayah kerja Puskesmas Sei Mencirin mencakup tujuh desa yaitu, Desa Sei

Mencirim, Desa Medan Krio, Desa Suka Maju, Desa Sunggal Kanan, Desa Sei

Beras Sekata, Desa Tanjung Selamat dan Desa Telaga Sari. Dari data mengenai

pendataan keluarga sehat di tujuh desa tersebut pada tahun 2016, masih ada

beberapa indikator yang belum tercapai keberhasilannya, diantaranya adalah :

Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan, Penderita TB paru yang berobat sesuai

standart, penderita hipertensi berobat secara teratur, dan tidak ada anggota

keluarga yang merokok.(Puskesmas Sei Mencirim, 2016).

Rekapitulasi Pendataan Keluarga Sehat Tingkat Desa


Kecamatan : sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Sei Mencirim
Jumlah penduduk : 20.260 jiwa
Jumlah dusun : 15 dusun
Jumlah KK : 4.529 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
3

Tabel 1.1 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat (Desa Sei

Mencirim 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 2625 156 1748 94
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 469 0 4060 100
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 474 0 4055 100
4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 337 137 4055 71
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 2004 410 2115 83
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 5 0 4524 100
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 1009 124 3396 89
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 2 0 4527 100
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 680 3849 0 15
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 4529 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 4529 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 3171 1358 0 70

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Sei Mencirim yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota

keluarga yang merokok sebanyak 15%.

Kecamatan : sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Tanjung Selamat
Jumlah dusun : 6 dusun
Jumlah KK : 1.500 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
Tabel 1.2 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat (Desa

Tanjung Selamat 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 925 162 410 85
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 145 0 1355 100
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 333 0 1167 100
4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 134 199 1167 40
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 761 281 458 73
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 0 0 1500 0
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 0 0 1500 0
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 0 0 1500 0
4

9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 408 1092 0 27


10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 1500 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 1500 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 535 965 0 35

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Tanjung Selamat yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota

keluarga yang merokok sebanyak 27%, Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES

35%, dan Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 40%.

Kecamatan : Sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Sunggal Kanan
Jumlah dusun : 5 dusun
Jumlah KK : 2000 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
Tabel 1.3 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat

(Desa Sunggal Kanan 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 1236 154 610 88
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 290 0 1710 100
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 223 0 1777 100
4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 78 145 1777 34
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 660 282 1058 70
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 2 0 1998 100
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 233 99 1668 70
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 1 0 1999 100
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 448 1552 0 22
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 2000 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 2000 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 925 1075 0 46

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Tanjung Selamat yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota
5

keluarga yang merokok sebanyak 22%, Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan

34%, dan Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 46%,

Kecamatan : Sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Sei Beras Sekata
Jumlah penduduk : 7.300 jiwa
Jumlah dusun : 5 dusun
Jumlah KK : 1353 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
Tabel 1.4 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat

(Desa Sei Beras Sekata 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 654 124 575 84
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 165 0 1188 100
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 252 0 1101 100
4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 186 66 1101 73
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 639 212 0 75
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 3 3 1347 50
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 252 160 941 62
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 0 0 1353 0
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 542 811 0 40
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 1353 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 1353 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 879 474 0 64

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Sei Beras Sekata yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota

keluarga yang merokok sebanyak 40% dan Penderita Tb Paru berobat sesuai

standar 50%.

Kecamatan : sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Medan Krio
Jumlah penduduk : 14.290 jiwa
Jumlah dusun : 13 dusun
6

Jumlah KK : 2880 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
Tabel 1.5 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat

(Desa Medan Krio 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 1935 145 740 93
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 407 0 2413 100
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 457 0 2363 100
4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 206 251 2363 45
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 1116 501 1203 69
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 1 0 2819 100
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 433 243 2144 64
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 1 0 2819 100
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 564 2256 0 20
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 2820 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 2820 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 1551 1269 0 55

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Medan Krio yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota

keluarga yang merokok sebanyak 20%, Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan

45%, dan Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 55%,

Kecamatan : sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Suka Maju
Jumlah penduduk : 10.572 jiwa
Jumlah dusun : 7 dusun
Jumlah KK : 1500 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
Tabel 1.6 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat

(Desa Suka Maju 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 1016 100 384 91
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 238 0 1262 100
7

3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 327 0 1173 100


4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 87 190 1173 31
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 688 338 474 67
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 3 0 1497 100
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 259 116 1125 70
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 1 0 1499 100
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 225 1275 0 15
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 1500 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 1500 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 1200 300 0 80

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Suka Maju yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota

keluarga yang merokok sebanyak 15% dan Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6

bulan 31%.

Kecamatan : sunggal
Puskesmas : Sei Mencirim
Desa : Telaga Sari
Jumlah penduduk : 4.230 jiwa
Jumlah dusun : 6 dusun
Jumlah KK : 868 KK
% KK yang telah dibaca : 100%
Tabel 1.7 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat

(Desa Telaga Sari 2016).

Total
No Indikator Keluarga Sehat
Y T N %
1 Keluarga mengikuti program KB 508 78 282 89
2 Ibu bersalin di fasilitas kesehatan 145 0 723 100
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 138 0 730 100
4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan 71 67 730 51
5 Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan 316 169 383 65
6 Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 9 5 854 64
7 Penderita Hipertensi berobat secara teratur 98 36 734 73
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 0 0 447 0
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 138 730 0 15
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 868 0 0 100
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 868 0 0 100
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES 608 260 0 70
8

Berdasarkan tabel diatas bahwa Indikator Program Keluarga Sehat

di Desa Tanjung Selamat yang belum tercapai yaitu indikator Tidak ada anggota

keluarga yang merokok sebanyak 15%, Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan

51%, Penderita Tb Paru berobat sesuai standar 64%, dan Pertumbuhan balita di

pantau tiap bulan 65%.

Tabel 1.8 Pencapaian 12 Indikator Program Keluarga Sehat (Puskesmas Sei

Mencirim, 2016).

Jumlah Kepala Pencapaian Program Keluarga


No Nama Desa
Keluarga Sehat % Pra sehat % Tidak sehat %
1 Sei Mencirim 4,529 47,5 52,1 0,4
2 Tanjung Selamat 1500 22,5 77,3 0,2
3 Sunggal Kanan 2000 16 82,4 1,6
4 Sei Beras Sekata 1353 11,4 80,9 7,7
5 Medan Krio 2820 8,8 89,1 2,1
6 Suka Maju 1500 6,4 93,6 0
7 Telaga Sari 868 3,6 90,3 6,1

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa Desa Telaga Sari

adalah desa yang cakupan program dua belas indikator keluarga sehatnya paling

rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan topik dalam penelitian ini adalah Evaluasi Pelaksanaan Dua Belas

Indikator Keluarga Sehat di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal kabupaten Deli

serdang tahun 2016.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang bahwasanya Desa Telaga Sari

adalah desa yang jumlah kepala keluarganya (KK) sebanyak 868 KK dan cakupan

pencapaian program keluarga sehat paling rendah, yaitu sebanyak 3.6 % sehingga
9

kami tertarik melakukan penelitian di wilayah tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Dua Belas Indikator Keluarga Sehat di Desa

Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang tahun 2016 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dua belas indikator keluarga

sehat di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang tahun

2016.
1.3.2 Tujun Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Evaluasi pelaksanaan indikator keluarga mengikuti program KB di

Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


2. Evaluasi pelaksanaan indikator ibu bersalin di fasilitas kesehatan di

Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


3. Evaluasi pelaksanaan indikator bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


4. Evaluasi pelaksanaan indikator bayi diberi ASI eksklusif di Desa

Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


5. Evaluasi pelaksanaan indikator pemantauan pertumbuhan balita di

Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


6. Evaluasi pelaksanaan indikator penderita TB paru yang berobat sesuai

standar di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.
7. Evaluasi pelaksanaan indikator penderita hipertensi yang berobat

teratur di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.
10

8. Evaluasi pelaksanaan indikator penderita gangguan jiwa berat yang di

obati di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.
9. Evaluasi pelaksanaan indikator tidak ada anggota keluarga yang

merokok di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.
10. Evaluasi pelaksanaan indikator sekeluarga sudah menjadi JKN di Desa

Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


11. Evaluasi pelaksanaan indikator mempunyai sarana air bersih di Desa

Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


12. Evaluasi pelaksanaan indikator menggunakan jamban keluarga di Desa

Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


1.4 Manfaat Penelitian
1.1 Manfaat
1. Bagi Instasi Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan diharapkan

sebagai bahan masukan, sumbangan pemikiran dan sebagai bahan untuk

memecahkan permasalahan bagi pemerintah, instasi terkait, masyarakat, dan

fasilitas kesehatan khususnya pada tim kesehatan yang ada di puskesmas Sei

Mencirim Sumatera Utara dalam meningkatkan penyuluhan dan pembinaan

terhadap masyarakat luas, mengenai dua belas indikator keluarga sehat.

2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberi

pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki

tentang dua belas indikator keluarga sehat. Selain itu bermanfaat untuk
11

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian serta

informasi untuk melengkapi referensi (kepustakaan) sehingga dapat menunjang

pengetahuan.
3. Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa untuk

dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa sebagian acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya diharapkan juga dapat

memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Judul penelitian
Evaluasi pelaksanaan dua belas indikator keluarga sehat di Desa Telaga Sari

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang


1.5.2 Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan cross

sectional
1.5.3 Waktu penelitian

Penelitan diakukan pada hari Selasa tanggal 10 Januari 17 Januari 2017.

1.5.4 Tempat penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten

Deli Serdang.
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAMBARAN UMUM DESA TELAGA SARI

Desa Telaga Sari merupakan salah satu wilayah kerja dari Puskesmas Sei

Mencirim, desa tersebut terletak di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis desa tersebut terletak di daerah

perkebunan, sehingga sebagian besar penduduknya bekerja sebagai buruh tani.

Jumlah penduduk di desa tersebut ialah sebanyak 4230 Jiwa, memiliki 6 dusun

dan 868 Kepala keluarga (KK).(Profil Desa Telaga Sari, 2014).

Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang ada

beberapa indikator yang presentasenya masih rendah, diantaranya adalah : 1.

Tidak ada anggota keluarga yang merokok, sebanyak 15,9%, 2. Bayi diberi ASI

eksklusif selama 6 bulan, sebanyak 51%, 3. Penderita TB Paru yang berobat


13

sesuai standar, sebanyak 64%, dan 4. Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan,

sebanyak 65%.

Data tersebut juga menyebutkan bahwa Desa Telaga Sari merupakan 6,1%

Keluarga tidak sehat, 90,3% Keluarga pra-sehat dan 3,6% Keluarga sehat. Dari

uraian tersebut bahwasanya pencapaian program dua belas indikator keluarga

sehat masih rendah.(Puskesmas Sei Mencirim, 2016).

2.2 KELUARGA SEHAT

2.2.1 Program Keluarga Sehat

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5

Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini

didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program

Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.(Kemenkes RI, 2016).

Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status

gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu: (Kemenkes RI, 2016).

1. meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak


2. meningkatnya pengendalian penyakit
14

3. meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan


4. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu

Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) Kesehatan,
5. terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
6. meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar

utama, yaitu:1

1) penerapan paradigma sehat


2) penguatan pelayanan kesehatan, dan
3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengharus utamaan

kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta

pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan

strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimasi sistem rujukan, dan

peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi

berbasis risiko kesehatan. Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi

perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.

Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

(Kemenkes RI, 2016).

2.2.2 Tiga Hal Yang Diperlukan Program Keluarga Sehat

1. Instrumen yg digunakan di tingkat keluarga:1


15

profil kesehatan keluarga (prokesga)


paket informasi kesehatan keluarga (pinkesga)
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga:
Focus Group Discussion (FGD) melalui dasa wisma/PKK
kesempatan konseling di UKBM (mis: posyandu)
forum-forum yang sudah ada di masyarakat (rembug desa)
3. Keterlibatan tenaga/organisasi masyarakat sebagai mitra:
kader kesehatan
pengurus organisasi kemasyarakatan setempat(mis: pkk, karang taruna)

2.2.3 Pendekatan Keluarga Sehat

Cara kerja puskesmas yang tidak hanya menyelenggarakan pelayanan

kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi

keluarga-keluarga diwilayah kerjanya (tidak hanya mengandalkan UKBM yg ada)

(Kemenkes RI, 2016)

Pendekatan pelayanan yang mengintegrasikan UKP & UKM


Secara berkesinambungan
Dengan target keluarga
Didasari data & informasi dari profil kesehatan keluarga

Dengan tujuan:

1.Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang

komprehensif

2.Mendukung pencapaian SPM kab/kota& SPM provinsi

3.Mendukung pelaksanaan JKN

4.Mendukung tercapainya Program Indonesia Sehat.(Kemenkes RI, 2016)

2.2.4 Prioritas Program Keluarga Sehat

Kesehatan ibu:
Menurunkan angka kematian ibu (AKI)
Kesehatan anak:
Menurunkan angka kematian bayi (AKB)
Menurunkan prevalensi balita pendek (stunting)
Pengendalian penyakit menular:
Mempertahankan prevalensi HIV-AIDS <0,5
16

Menurunkan prevalensi tuberkulosis


Menurunkan prevalensi malaria
Pengendalian penyakit tdk menular
Menurunkan prevalensi hipertensi
Mempertahankan prevalensi obesitas pada 15,4
Menurunkan prevalensi diabetes
Menurunkan prevalensi kanker
Diperkuat dengan penyehatan lingkungan (sanitasi dan air minum).

(Kemenkes RI, 2016)

2.2.5 Batasan dan Tingkat Keluarga Sehat

Batasan operasional keluarga:

keluarga inti (suami, isteri dan anak) dalam 1 Rumah bisa terdapat > 1

Keluarga

Disepakati 3 tingkatan Keluarga Sehat yaitu:

Keluarga sehat>80% indikator baik

Keluarga pra-sehat50%-80% indikator baik

Keluarga tidak sehat<50% indikator baik.(Kemenkes RI, 2016).

2.3 12 INDIKATOR KELUARGA SEHAT


2.3.1 Keluarga Mengikuti Program Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan

bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak

dimana dalam satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua


17

atau tiga anak saja. Keluarga berencana yang diperbolehkan

adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau

usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan

suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan

keluarga, masyarakat, maupun negara. Dengan demikian KB

disini mempunyai arti yang sama dengan pengaturan keturunan.

(Melani D, 2015).

Keluarga berencana merupakan program sosial dasar yang

penting artinya bagi suatu bangsa sesuai dengan Undang-

undang NO 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa keluarga

berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga, serta peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera. Hal ini berarti program tersebut dapat

memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan Keluarga

Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan

suami istri, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, program

KB menjadi salah satu program pokok dalam meningkatkan

status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak.

Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini

dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta

meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah


18

kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran

mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan

ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat,

KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih

kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses

reproduksinya.(Melani D, 2015).

Kelebihan dari program KB disini antara lain sebagai

berikut : (Melani D, 2015).

a) Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga

serta membantu pemerintah mengurangi resiko ledakan

penduduk atau baby boomer

b) Penggunaan kondom akan membantu mengurangi resiko

penyebaran penyakit menular melalui hubungan seks

c) Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Sebab,

anggaran keuangan keluarga akhirnya bisa digunakan

untuk membeli makanan yang lebih berkualitas dan bergizi

d) Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan waktu

kelahiran dan juga menghindarkan kehamilan dalam waktu

yang singkat.

e) Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya

kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan

kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan


19

salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka

kematian maternal.

2.3.2 Ibu Bersalin di Fasilitas Kesehatan

Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat

dalam kehidupan wanita. Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan

tempat persalinan berlangsung.(Melani D, 2015).

Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat memengaruhi

psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang

tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Setidaknya ada

dua pilihan tempat bersalin yaitu di rumah Ibu atau di unit pelayanan kesehatan.

(Kemenkes RI, 2016).

Persalinan difasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap

menolong sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas

kesehatan seperti puskesmas yang mampu memberikan pelayanan obstetrik dan

neonatal emergensi dasar (PONED). Dipahami belum seluruh Puskesmas mampu

untuk memberikan pelayanan dasar tersebut, minimal pada saat ibu melahirkan di

Puskesmas terdapat tenaga yang dapat segera merujuk jika terjadi komplikasi.

(Kemenkes RI,2016).

Pertolongan persalinan memenuhi kaidah 4 pilar safe motherhood, yang

salah satunya adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga
20

kesehatan yang terampil. Perlu diwaspadai adanya resiko infeksi dikarenakan

paparan lingkungan yang tidak bersih, alas persalinan yang tidak bersih, serta alat

dan tangan penolong yang tidak bersih karena mobilisasi dari pusat pelayanan

kesehatan ke rumah ibu. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang

tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Sampai saat ini

angka kematian ibu di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-

negara tetangga.(Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan data Profil kesehatan Indonesia tahun 2011; cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan sejak

tahun 2008 sampai tahun 2011 cenderung mengalami peningkatan. Bahkan pada

tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan di Indonesia

telah mencapai 88,38 %. Akan tetapi, meningkatnya cakupan penolong kelahiran

oleh tenaga kesehatan di Indonesia belum diimbangi dengan peningkatan jumlah

persalinan di sarana pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2010, persalinan ibu anak terakhir

dari kelahiran lima tahun terakhir menunjukkan bahwa 55.4 % melahirkan di

fasilitas kesehatan seperti rumah sakit (pemerintah dan swasta), rumah bersalin,

Puskesmas, Pustu, praktek dokter atau praktek bidan. Terdapat 43,2% melahirkan

di rumah/lainnya dan hanya 1,4 persen yang melahirkan di polindes/poskesdes.

Apabila dianalisis lebih lanjut, diantara anak yang dilahirkan di rumah/lainnya,

ternyata tenaga yang menolong proses persalinan adalah dokter (2,1%), bidan

(51,9%), paramedis lain (1,4%), dukun (40,2%), serta keluarga (4,0%).(Kemenkes

RI, 2016).
21

2.3.3 Bayi Mendapat Imunisani Dasar Lengkap

Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah

dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child

Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen

internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus

neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000.

Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal)

berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus

mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa.

(Sakdiyah H, 2015).

Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti

dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan

bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi

menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di

Indonesia.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.(Sakdiyah H,

2015).

Tujuan Pemberian Imunisasi

a. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu


b. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah

gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.


22

Adapun 7 (tujuh) macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah

sebagai berikut : (Sakdiyah H, 2015).

a. TBC
b. Polio myelitis (kelumpuhan)
c. Difteri
d. Pertusis
e. Tetanus
f. Hepatitis
g. Campak

Macam macam imunisasi

1. BCG

a. Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TB).

Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan

anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC

berat-ringan.
b. Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
c. Kontra indikasi :
a. Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
b. Anak yang telah menderita penyakit TBC.
d. Efek samping
Reaksi normal
a. Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan

kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10

mm.
b. Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada

luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa

kering dan bersih.


c. Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar)

dengan diametr 5-7 mm.


Reaksi berat
a. Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang

lebih luas.
23

b. Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.4

2. DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

a. Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus.


b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar.
c. Kontra indikasi :
1. Panas diatas 38 C
2. Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya

seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.


d. Efek samping :
Reaksi lokal
a. Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan

disertai demam ringan selama 1-2 hari.


b. Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab

panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh

bayi.
Reaksi Umum
a. Demam tinggi, kejang dan syok berat.
b. Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat)

sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.(Sakdiyah H,

2015).

3. Hepatitis B

a. Gunanya : Memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis


b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi : Tidak ada
d. Efek samping : Pada umumnya tidak ada

4. Polio

a. Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis


b. Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c. Kontra indikasi:
1. Anak menderita diare berat
2. Anak sakit panas
d. Efek samping :
24

1. Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya

bercak-bercak ringan.
2. Efek samping hampir tidak ada, bila ada hanya berupa kelumpuhan pada

anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.


3. Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.

5. Campak

a. Gunakan : Memberi kekebalan terhadap penyakit campak.


b. Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c. Kontra indikasi :
1. Panas lebih dari 38C
2. Anak yang sakit parah
3. Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
4. Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
5. Riwayat kejang demam
d. Efek samping :
1. Panas lebih dari 38C
2. Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
3. Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi

kejadian ini jarang terjadi.(Sakdiyah H, 2015).

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi.

No Jenis Jadwal
1 BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
2 DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
3 Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
4 Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
5 Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)

TABEL 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar.(Sakdiyah H, 2015).

2.3.4 Bayi di Beri ASI Eksklusif selama 6 bulan


25

Menurut UUD No.36/2009 pasal 129 ayat (1) Pemerintah bertanggung

jawab menetapkan kebikan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan

Air Susu Ibu secara eksklusif. KEPMENKES No.450/MENKES/SK/VI/2004

Tentang ASI eksklusif menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 ulan dan

dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan

pemberian makanan tambahan yang sesuai.(Aprilia M, 2015).

World Healt Organization (WHO) merekomendasikan bahwa langkah

terbaik menjaga kesehatan bayi dan ibunya adalah pemberian ASI eksklusif

setidakmya sampai 6 bulan. ASI eksklusif bukan hanya semata didasarkan pada

pertimbangan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi, akan tetapi

juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang memiliki implikasi

penting bagi kesehatan ibu yang menyusui. Dan pemberian ASI selama 6 bulan

justru mendorong pertumbuhan bayi yang optimal. The World Allience for

Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan

setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian

dilanjutkan ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan, karena ASI selain mengandung

gizi yang cukup, lengkap, juga mengandung imun untuk kekebalan tubuh bayi.

(Aprilia M, 2015).

Dari data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

menunjukan bahwa sebanyak 27% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif

sampai dengan umur 4-5 bulan. Sedangkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan hanya

mencapai angka 30,2%. Angka yang relative masih sedikit, padahal dengan ASI
26

dan menyusui baik ibu dan bayinya akan mendapatkan banyak manfaat. Bahkan

hal ini juga berimbas ke lingkungan, masyarakat, bangsa, dan Negara.(Aprilia M,

2015).

Manfaat ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman

lain, ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan.(Aprilia M,

2015).

1. Manfaat ASI bagi bayi adalah :

a. Merupakan makanan yang sempurna.


b. Mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk

perkembangan dan pertumbuhan yang sempurna.


c. Mengandung zat kekebalan tubuh untuk mencegah bayi dari berbagai

penyakit infeksi (diare, batuk, pilek, radang tenggorokan dan gangguan

pernapasan).
d. Melindungi bayi dari alergi
e. Aman dan terjamin kebersihannya
f. Komposisi ASI berubah sesuai dengan pertumbuhan bayi
2. Manfaat ASI bagi ibu menyusui adalah sebagai berikut :
a. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi
b. Mengurangi perdarahan setelah persalinan
c. Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
d. Mengurangi resiko terkena kanker payudara
e. Menunda kehamilan berikutnya
f. ASI lebih murah dan hemat dibandingkan susu formula
g. ASI selalu tersedia setiap saat dalam keadaan segar

3. Manfaat ASI bagi keluarga adalah sebagai berikut :

a. Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula,

misalnya merebus air dan pencucian peralatan


b. Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan iu.
c. Keuntungan Memberiakan ASI Eksklusif
4. keuntungan memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayi, adalah :
a. Bayi lebih sehat, lincah, dan tidak cengeng
27

b. Bayi tidak sering sakit


c. Mengurangi biaya untuk pemeliharaan ibu dan bayi.(Aprilia M, 2015).

2.3.4.1 Masalah Yang Terjadi

Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang dilakukan

puskesmas Sei Mencirim, didapatkan bahwa pencapaian bayi diberi ASI eksklusif

selama enam bulan dari program dua belas indikator keluarga sehat hanya sebesar

51%, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu menyusui, tentang

manfaat dan pentingnya pemberian ASI selama enam bulan kepada bayi. Selain

itu juga karena sebagian besar penduduk desa tersebut adalah buruh tani, maka ibu

yang memiliki bayi tersebut lebih memilih susu formula dibandingkan ASI

dengan alasan susu formula lebih mudah dibuat dan diberikan oleh siapa saja yang

menjaga bayinya di rumah. Disamping itu ada beberapa ibu menyusui yang

mengeluhkan air susunya tidak keluar, sehingga ibu tersebut mengganti ASI

dengan susu formula.(Puskesmas Sei Mencirim, 2016).

2.3.5 Pertumbuhan Balita di Pantau Tiap Bulan

Bertambah berat badan merupakan tanda yang menunjukkan bahwa seorang

anak balita sehat dan tumbuh serta berkembang dengan baik. Setiap anak

seharusnya memiliki Kartu Menuju sehat (KMS) guna memantau

pertumbuhannya. Tiap kali penimbangan, berat badan anak harus ditandai dengan

mencantumkan titik pada KMS dan setiap titik dihubungkan sehingga membentuk

sebuah garis yang menunjukkan kondisi pertumbuhan anak.(Kemenkes RI, 2016).

Jika garis naik, maka pertumbuhan anak baik


28

Garis yang datar atau turun merupakan tanda bahwa anak harus mendapat

perhatian lebih

Menimbang Balita setiap bulan di Posyandu

1. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat

2. Untuk mengetahui & mencegah gangguan pertumbuhan balita

3. Ibu mendapat penyuluhan gizi pertumbuhan balita

4. Merujuk balita ke Puskesmas, bila

balita sakit demam/batuk/pilek/diare

2 bulan berat badan tidak naik

berat badan dibawah garis merah

Mengapa di Posyandu :

1. Memiliki peralatan lengkap


2. Mendapat vitamin A merah(hanya diberikan untuk Balita dan Ibu Nifas)

& kapsul B biru (hanya diberikan untuk bayi 6-11 bulan)


3. Imunisasi lengkap
4. Mendapatkan makanan tambahan bergizi
5. Ibu mendapat tablet tambah darah
6. Ibu mendapat pengetahuan.(Kemenkes RI, 2016).
2.3.5.1 Masalah yang terjadi
Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang dilakukan

puskesmas Sei Mencirim, didapatkan bahwa pencapaian pertumbuhan balita

dipantau tiap bulan dari program dua belas indikator keluarga sehat hanya sebesar

65%, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pertumbuhan
29

balita, karena ibu merasa bahwa jika anaknya terlihat banyak makan, gemuk, dan

lincah maka anak tersebut dianggap sehat.(Puskesmas Sei Mencirim 2016).


2.3.6 Penderita Tb Paru Berobat Sesuai Standar
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak

tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian.(Kemenkes RI,

2016).

Tanda-tanda gejala Tuberkulosis

Batuk berdahak selama 2 minggu / lebih

Dahak bercampur darah

Sesak nafas, Badan lemas, Malaise

Nafsu makan menurun, Berat badan menurun

Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, Demam meriang lebih dari

satu bulan

Selama proses pengobatan diperlukan pemeriksaan dahak pada :

Akhir tahap awal (intensif) pengobatan sesudah 2-3 bulan

1 bulan sebelum masa pengobatan berakhir

Akhir pengobatan
30

Apa yang terjadi jika berhenti minum obat TB sebelum waktunya?

Penyakit TB tidak sembuh dan dapat terus menerus ke orang lain

Kuman TB dalam tubuh menjadi kebal terhadap obat sehingga pengobatan

berikutnya akan lebih lama dan lebih mahal karena jenis obatnya berbeda

Kuman TB yang kebal obat juga dapat ditularkan kepada orang lain

dengan status kebal obat (lebih bahaya)

Bagaimana cara mencegah penularan TB?

Penderita TB harus menutup mulutnya sewaktu batuk dan bersin

Tidak meludah di sembarang tempat.(Kemenkes RI, 2016)

2.3.6.1 Masalah yang terjadi

Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang dilakukan

puskesmas Sei Mencirim, didapatkan bahwa pencapaian penderita TB Paru yang

berobat sesuai standart dari program dua belas indikator keluarga sehat hanya

sebesar 64%, hal ini dikarenakan jarak antara puskesmas atau fasilitas kesehatan

yang terlalu jauh dari tempat tinggal warga, tingkat ekonomi yang rendah, serta

masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga tentang bahayanya penyakit

TB Paru yang menjadi salah satu kendala untuk warga berobat ke Puskesmas atau

fasilitas kesehatan yang lainnya.(Puskesmas Sei Mencirim, 2016).

2.3.7 Penderita Hipertensi Berobat Secara Teratur


31

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang.(Kemenkes RI, 2016).

Efek Jangka Panjang Penderita Darah Tinggi :

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi

secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.(Kemenkes RI, 2016).

Faktor Resiko Hipertensi : (Kemenkes RI, 2016).

Umur,

Jenis kelamin,

Riwayat keluarga,

Genetik,

Kebiasaan merokok,

Konsumsi garam,

Konsumsi lemak jenuh,

Penggunaan jelantah,
32

Kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol,

Obesitas,

Kurang aktifitas fisik,

Stres,

Penggunaan estrogen.

Tanda-tanda gejala Hipertensi :


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

(Kemenkes RI, 2016).

Gejala yang dimaksud adalah :

Sakit kepala,

Perdarahan dari hidung (mimisan)

Pusing,

Mual dan Muntah,

Wajah kemerahan dan kelelahan

2.3.7.1 Masalah yang terjadi

Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang dilakukan

puskesmas Sei Mencirim, didapatkan bahwa pencapaian penderita hipertensi yang


33

berobat secara teratur dari program dua belas indikator keluarga sehat hanya

sebesar 73%, hal ini dikarenakan jarak antara puskesmas atau fasilitas kesehatan

yang terlalu jauh dari tempat tinggal warga, tingkat ekonomi warga yang rendah

serta kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga tentang bahayanya penyakit

hipertensi yang menjadi salah satu kendala untuk warga memeriksakan

kesehatannya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lainnya.(Rekapitulasi

Puskesmas Sei Mencirim, 2016)

2.3.8 Gangguan Jiwa Berat Tidak di Telantarkan

Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan

yang signifikan. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan

mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) sebesar 6% untuk usia 15

tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental

emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan

psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari

400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Angka pemasungan pada

orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus.

(Kemenkes RI, 2016).

Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga berkaitan dengan masalah

perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari

Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0.5 %

dari 100.000 populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang

dilaporkan dalam satu tahun. Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah


34

mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang

ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat dalam

mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat.(Kemenkes RI, 2016).

2.3.9 Tidak Ada Keluarga Anggota yang Merokok

Merokok menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat, sebagian orang

memandang merokok lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Rokok

merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau

masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan

sehari-hari dan dapat juga dijumpai di berbagai tempat umum. Meskipun terdapat

larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok tetap saja tidak

menghiraukan larangan tersebut.(Kemenkes RI, 2016).

Data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) menunjukkan, bila dibandingkan

dengan negara-negara lain yang melaksanakan GATS (16 low dan middle income

countries), Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif

tertinggi, yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 % pada wanita. Kebiasaan merokok

telah menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia dan telah

mengakibatkan 5,4 juta kematian. Fakta memperlihatkan, bahwa 1 kematian untuk

setiap 6,5 detik fakta tersebut tentu sangat mengejutkan. Tingginya angka

kematian akibat merokok mungkin akan semakin meningkat lagi dalam setiap

tahunnya, mengingat kebiasaan merokok kini telah merambah hingga ke kalangan

anak-anak dan remaja.(Kemenkes RI, 2016).

2.3.9.1 Masalah yang terjadi


35

Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang dilakukan

puskesmas Sei Mencirim, didapatkan bahwa pencapaian tidak ada anggota

keluarga yang merokok dari program dua belas indikator keluarga sehat hanya

sebesar 15%, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga

tentang bahayanya merokok serta kebiasaan merokok yang sulit untuk

dihilangkan. (Rekapitulasi Puskesmas Sei Mencirim, 2016).

2.3.10 Keluarga Memiliki atau Memakai Air Bersih

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Penyediaan air bersih untuk

masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam

menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air,

dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.

(Nitonga dkk, 2013).

Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat di indonesia masih

dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini

belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai

saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.

(Nitonga dkk, 2013).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang

dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan


36

kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan dapat diminum apabila dimasak.(Nitonga dkk, 2013).

a. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan utama.

Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan

persyaratan kontinuitas.

1. Persyaratan Kualitatif.

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air

bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia,

persyaratan biologis dan persyaratan radiologis.(Nitonga dkk, 2013).

Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990

dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut: (Asih

dan Eka, 2014).

a) Syarat-syarat fisik.

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu

juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih

25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah

25oC 3oC.

b) Syarat-syaratKimia.

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang

melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : PH, total

solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan
37

(Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam

berat.

c) Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis.

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang

mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak

adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.

d) Syarat-syarat Radiologis.

Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh

mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung

radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan Kuantitatif (Debit).

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah

penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari

standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah

kebutuhan air bersih.(Nitonga dkk, 2013).

2.3.11 Keluarga Memiliki atau Memakai Jamban Sehat

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk

membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim

disebut kakus atau WC. Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan

kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang

ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika. Sementara menurut


38

Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang

efektif untuk memutus rantai penularan penyakit.(Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban Sehat adalah suatu

fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan

penyakit.(Kemenkes RI, 2016).

Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-

15 meter dari sumber air minum.


b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus.
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah sekitar.


d. Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
f. Cukup penerang
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi cukup baik
i. Tersedia air dan alat pembersih.

Jenis jamban keluarga

Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang

terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan

air yang tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat di bedakan

atas beberapa macam : (Melani D, 2015).

1. Jamban cemplung
39

adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah

tempat injakan atau di bawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah

mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak di mungkinkan

penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban

ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidak

terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya 1,5-3 meter.
2. Jamban empang (Overhung Latrine)
adalah jamban yang di bangun di atas empang, sungai ataupun rawa.

Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang bisanya di

pakai untuk ikan, ayam.


3. Jamban kimia (chemical toilet)
Jamban model ini biasanya di bangun pada tempat-tempat rekreasi, pada

transportasi seperti kereta api, pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja

disenfaksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihannya di

pakai kertas tisue (toilet piper). Jamban kimia sifatnya sementara, karena

kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang lagi.


4. Jamban leher angsa (angsa latrine)
Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkung,

dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat

mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban

model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan

lingkungan. (Kemenkes RI, 2016).

2.3.12 Sekeluarga Menjadi Anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang

bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi


40

seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.( Asih

dan Eka, 2014).

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan

kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah

tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal

34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut

dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya

masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.(Asih dan

Eka, 2014).

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan Kesehatan

Nasional dikelola dengan prinsip : (Asih dan Eka, 2014).

1. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka

akan terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang

sakit, yang kaya membantu yang miskin.


2. Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan

mencari untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana


41

amanat, sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk

kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, kehati hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal

dari iuran peserta dan hasil pengembangan.


4. Portabilitas. Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah

tempat tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik

Indonesia tetap dapat mempergunakan hak sebagai peserta JKN.


5. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga

dapat terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.


6. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana

titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik baiknya demi

kepentingan peserta.
7. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar besar kepentingan peserta.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam prinsip pelaksanaan program JKN di

atas, maka kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk

orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang

telah membayar iuran. Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran

(PBI) dan Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI).(Asih dan Eka,

2014).

Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan

Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa: (Asih dan Eka, 2014).
42

1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri

Sosial setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga

terkait.
2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh

lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik

(BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data

terpadu.
3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi

dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional

PBI Jaminan Kesehatan.


4. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan

sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang datanya

mengacu pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS dan dikelola oleh

Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

(Asih dan Eka, 2014).

Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana

terjadi kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS, maka

Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013 yang

memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk mengusulkan peserta

pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah peserta yang diganti. Adapun

peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah meninggal, merupakan

PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak diketahui keberadaannya,


43

atau peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya. Disamping itu, sifat dinamis

kepesertaan ini juga menyangkut perpindahan tingkat kesejahteraan peserta,

sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar sebagai peserta Jamkesmas saat ini

tidak lagi masuk ke dalam BDT.(Asih dan Eka, 2014).

Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)

Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang

yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar

iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI

JKN terdiri dari : (Asih dan Eka, 2014).

1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang

bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain

Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,

Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan

Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.


2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang

yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar

hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya.


3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak

bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain

Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan,

dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja

penerima upah.
44

2.3.12.1 Masalah yang terjadi

Dari data rekapitulasi pendataan keluarga sehat tingkat desa yang dilakukan

puskesmas Sei Mencirim, didapatkan bahwa pencapaian sekeluarga menjadi

angota JKN sebanyak 70%, hal ini disebabkan karena masih ada beberapa warga

yang tingkat ekonominya rendah sehingga warga tersebut tidak mampu untuk

membayar iuran JKN tiap bulannya, hal ini menyebabkan keluarga tidak menjadi

anggota JKN. (Rekapitulasi Puskesmas Sei Mencirim, 2016).

2.4 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori tentang mekanisme

Evaluasi Pelaksanaan Dua Belas Indikator Keluarga Sehat adalah sebagai berikut.

Analisa Data Rumusan Rencana Kegiatan Implementasi


Masalah Kegiatan

Evaluasi Pelaksanaan 12 Indikator Keluarga


Sehat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


45

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

12 Indikator Keluarga Sehat :

1. Keluarga mengikuti Program KB


2. Ibu berslin difasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi lengkap
4. Pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan
5. Pemantauan pertumbuhan balita Tercapai
6. Penderita TB paru yang berobat Evaluasi Pelaksanaan
sesuai standar 12 Indikator
7. Penderita hipertensi yang berobat Keluarga Sehat
teratur Tidak Tercapai
8. Tidak ada anggota keluarga yang
merokok
9. Sekeluarga sudah menjadi anggota
JKN
10. Mempunyai sarana air bersih
11. Menggunakan jamban keluarga
12. Penderita gangguan jiwa berat yang
diobati

3.3 Definisi Operasional

Gambar 3.1 kerangka konsep

3.2 Definisi Operasional


46

Definisi operasional adalah batasan pada variabel yang diamati atau diteliti

untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur, cara

ukur, hasil ukur dan skala yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:

(Notoatmojo S, 2012).

3.3 Tabel Definisi Operasional

N Hasil
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
O Ukur
Jika keluarga merupakan
Hasil pendataan
pasangan usia subur, suami
Keluarga Sehat
Keluarga atau istri atau keduanya
Puskesmas Sei 0 = Tidak
1 mengikuti terdaftar secara resmi sebagai Nominal
Mencirim tahun 1 = Ya
program KB peserta/akseptor KB dan
20116
/atau menggunakan alat
( PROKESGA)
kontrasepsi.
Jika dikeluarga terdapat ibu Hasil pendataan
pasca bersalin (usia bayi 0- Keluarga Sehat
Ibu bersalin di
12 bulan), persalinan ibu Puskesmas Sei 0 = Tidak
2 fasilitas Nominal
tersebut dilakukan di rumah Mencirim tahun 1 = Ya
kesehatan
sakit atau puskesmas atau 20116
kelinik. ( PROKESGA)
Jika dikeluarga terdapat anak Hasil pendataan
Bayi (usia 1-2 tahun), telah Keluarga Sehat
mendapat mendapatkan imunisasi HB0, Puskesmas Sei 0 = Tidak
3 imunisasi BCG, DPT-HB2, DPT-HB3, Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
dasar lengkap Polio1,Polio2,Polio3,Polio4 20116
dan campak. ( PROKESGA)
Jika dikeluarga terdapat bayi Hasil pendataan
Pemberian
usia >6-18 bulan, bayi Keluarga Sehat
ASI eksklusif
tersebut selama 6 bulan Puskesmas Sei 0 = Tidak
4 selama 6
pertama (usia 0-6 bulan) Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
bulan
hanya diberi air susu ibu 20116
(ASI) saja (Asi Eksklusif). ( PROKESGA)
Hasil pendataan
Jika dikeluarga terdapat
Pemantauan Keluarga Sehat
balita, terhadap balita
pertumbuhan Puskesmas Sei 0 = Tidak
5 balita
tersebut bulan yang lalu
Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
ditimbang berat badanya
20116
untuk dicatat di posyandu.
( PROKESGA)
6 Penderita TB Jika dikeluarga terdapat Hasil pendataan 0 = Tidak Nominal
paru yang anggota keluarga yang Keluarga Sehat 1 = Ya
berobat sesuai menderita batuk sudah 2 Puskesmas Sei
47

(dua) minggu berturut-turut


belum sembuh atau
didiagnosis sebagai penderita Mencirim tahun
standar
tuberkulosis (TB) paru, 20116
penderita tersebut berobat ( PROKESGA)
sesuai dengan petunjuk
dokter/petugas kesehatan
Jika dikeluarga terdapat
Hasil pendataan
anggota keluarga yang
Penderita Keluarga Sehat
berdasarkan pengukuran
hipertensi Puskesmas Sei 0 = Tidak
7 adalah penderita tekanan Nominal
yang berobat Mencirim tahun 1 = Ya
darah tinggi (hipertensi), ia
teratur 20116
berobat sesuai petunjuk
( PROKESGA)
dokter/petugas kesehatan.
Jika tidak ada seorang pun
anggota keluarga yang sering
atau kadang-kadang
Hasil pendataan
Tidak ada menghisap rokok atau
Keluarga Sehat
anggota produk lain dari tembakau.
Puskesmas Sei 0 = Tidak
8 keluarga yang Termasuk disini adalah jika
Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
merokok anggota keluarga tidak
20116
pernah atau sudah berhenti
( PROKESGA)
dari kebiasaan menghisap
rokok atau produk lain dari
tembakau.
Jika seluruh anggota
Hasil pendataan
keluarga memiliki kartu
Sekeluarga Keluarga Sehat
keanggotaan Badan
sudah menjadi Puskesmas Sei 0 = Tidak
9 Penyelenggar Jaminan Sosial Nominal
anggota JKN Mencirim tahun 1 = Ya
(BPJS) kesehatan dan/ atau
20116
kartu kepesertaan asuransi
( PROKESGA)
kesehatan lainya.
Hasil pendataan
Jika keluarga memiliki akses
Mempunyai Keluarga Sehat
air leding PDAM atau sumur
sarana air Puskesmas Sei 0 = Tidak
10 bersih
pompa, atau sumur gali, atau
Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
mata air terlindung untuk
20116
keperluan sehari-hari.
( PROKESGA)
Hasil pendataan
Jika keluarga memiliki atau
Keluarga Sehat
Menggunakan menggunakan sarana untuk
Puskesmas Sei 0 = Tidak
11 jamban membuang air besar (kakusa)
Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
keluarga berupa kloset atau leher
20116
angsa atau plengsengan.
( PROKESGA)
Jika di keluarga terdapat Hasil pendataan
Penderita
anggota keluarga yang Keluarga Sehat
gangguan jiwa
menderita gangguan jiwa Puskesmas Sei 0 = Tidak
12 berat yang
berat, penderita tersebut Mencirim tahun 1 = Ya
Nominal
diobati
tidak ditelantarkan dan / atau 20116
dipasung. ( PROKESGA)
48

Tabel 3.3 Definisi Operasional

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional untuk mengetahui Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Dua Belas

Indikator Keluarga Sehat di Desa Telaga Sari Kabupaten Deli Serdang Provinsi

Sumatera Utara.(Notoatmojo S, 2012).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Telaga Sari Kabupaten Deli Serdang

provinsi Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga yang terdapat

di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Provinsi

Sumatera Utara, yang memiliki 868 Kepala Keluarga.

4.3.2 Sampel
49

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan

diambil. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Total

sampling. Teknik pengambilan sampel dengan Total Samping yaitu seluruh

populasi menajdi sampel penelitian, yang berjumlah 868 KK.

4.4 Pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengumpulan data, yaitu

data kuantitatif (Data Sekunder) adalah data yang diperoleh dari instansi terkait

yaitu dari Puskesmas Non-Perawatan Sei Mencirim Kecamatan Sunggal

Kabupaten Deli Serdang.

4.5 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah

menggunakan program SPSS for windows. Kemudian diproses pengolahan data

menggunakan program computer ini terdiri dari beberapa langkah. (Notoatmojo S,

2012).

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan

keseragaman data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau

tidak.
2. Scoring, penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang

berkaitan.
3. Coding, yaitu menyederhanakan jawaban atau data yang dilakukan

dengan memberikan suatu simbol tertentu (biasanya dalam bentuk

angka) untuk setiap jawaban.


4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data kedalam suatu tabel tertentu
50

menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.


5. Processing, jawaban dari responden yang telah diterjemahkan menjadi

bentuk angka, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar

dapat dianalisis.
6. Cleaning, pembersihan data merupakan kegiatan pemeriksaan kembali

data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

4.6 Analisa Data

Analisa Univariat

Analisa yang digunakan dengan menjelaskan secara deskriptif unutk melihat

distribusi frekuensi yang diajikan dalam bentuk tabel.

BAB V
51

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum

5.1.1 Geografi

Lokasi
1. Puskesmas

Puskesmas Sei Mencirim terletak dijalan purwo Sei Beras Sekata desa Sei

Mencirim, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

(Profil puskes Sei Mencirim, 2014)

Batas Wilayah kerja Puskesmas Sei Mencirim adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sei Semayang, Medan Krio

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Telaga Sari, Pancur Batu, Suka Maju

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Binjai timur, Kutalimbaru


d. Sebelah Timur berbatasan dengan Medan krio, Suka Maju

2. Desa Telaga Sari


Awal mula terbentuknya desa Telaga Sari bermula pada bulan Mei 1962

adanya perpindahan Para Petani (masyarakat) dari Patumbak ke Diski dibawah

pengawasan PT. Perkebunan Nusantara IX pada saat ini bergabung dan berganti

nama PT. Perkebunan Nusantara II. Pada saat itu Para Petani (masyarakat)

berjumlah 210 Kepala Keluarga (KK), masing-masing KK mendapat 1 (satu)

Patok Tanah yang ukurannya 11000 M2 (ukuran 20 M X 550 M).(Profil Desa

Telaga Sari, 2014)

Luas Wilayah
1. Puskesmas
52

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Puskesmas Sei Mencirim mempunyai 7

desa dan 3 pustu dengan luas wilayah kerja 2150 Ha.

1. Desa Sei Mencirim 6. Desa Tanjung Selamat


2. Desa Medan Krio 7. Desa Telaga Sari
3. Desa Suka Maju 8. Pustu Sunggal Kanan
4. Desa Sunggal Kanan 9. Pustu Tanjung Selamat
5. Desa Sei Beras Sekata 10. Pustu Sei Beras Sekata

Tabel 5.1 Luas Wilayah Puskesmas (Profil puskesmas Sei Mencirim,2014)

2.Desa Telaga Sari

550 M
J
DUSUN I A
Kepala Dusun L
Bapak Seman
A
DUSUN II N
Kepala Dusun
Bapak Agus
B
DUSUN V
DUSUN VI E Kepala Dusun
Kepala Dusun S Bapak. Hotlen
Bapak Surianto A Lumban Gaol

DUSUN III R
Kepala Dusun
Bapak Misno D
I
DUSUN IV
S
Kepala Dusun
Bapak R. Sitorus K
I

Gambar 5.1 Luas Wilayah Desa Telaga Sari (Profil Desa Telaga Sari, 2014)
53

5.1.2 Demografi

Demografi

1. Puskesmas Sei Mencirim

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa wilayah kerja Puskesmas Sei

Mencirim kecamatan Sunggal memiliki jumlah penduduk 76.673 jiwa, jumlah

Kepala Keluarga 14,570 KK yang mencakup 7 desa Yaitu, desa Sei Mencirim

memiliki jumlah penduduk 20,260 jiwa, jumlah dusun 15 dusun, jumlah KK

4,529 KK, desa Medan Krio memiliki jumlah penduduk 14,290 jiwa, jumlah

dusun 13 dusun, jumlah KK 2820 KK, desa Suka Maju memiliki jumlah

penduduk 10,572 jiwa, jumlah dusun 7 dusun, jumlah KK 1500 KK, desa Sunggal

Kanan Maju memiliki jumlah penduduk 8,651 jiwa, jumlah dusun 5 dusun,

jumlah KK 2000 KK, desa Sei Beras Sekata memiliki jumlah penduduk 7,300

jiwa, jumlah dusun 5 dusun, jumlah KK 1353 KK, desa Tanjung Selamat memiliki

jumlah penduduk 9,608 jiwa, jumlah dusun 6 dusun, jumlah KK 1500 KK, desa

Telaga Sari memiliki jumlah penduduk 4,230 jiwa, jumlah dusun 6 dusun,

jumlah KK 868 KK.(Profil Puskesmas Sei Mencirim, 2014).

2. Desa Telaga Sari

a). Batas Wilayah Desa

Letak geografi Desa Telaga Sari, terletak diantara :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sei. Mencirim

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Pancur Batu

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sei. Mencirim dan SukaMaju


54

Sebelas Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru

b). Letak geografi Desa Telaga Sari, terletak diantara :

Pemukiman : 25,87 ha

Persawahan : 36 ha

Perkebunan : 16 ha

Kuburan : 13.000 M2

Pekarangan : 2 ha

Perkantoran : 1000 M2

Bangunan Sekolah : 1ha

Prasarana Umum Lainnya : 1 ha

Sawah Irigasi Teknis : 10 ha

Sawah Irigasi Teknis : 9 ha

c). Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Kepala Keluarga : 868 KK

Laki-Laki : 1632 Orang

Perempuan : 1648 Orang

3. Keadaan sosial desa telaga sari

a). Pendidikan

Pendidikan Formal :

1. SD : 64 Orang

2. SLTP : 500 Orang

3. SLTA : 999 Orang

4. D-1 : 38 Orang
55

5. D-2 : 11 Orang

6. D-3 : 56 Orang

7. S-1 : 74 Orang

8. S-2 : 3 Orang

9. Putus Sekolah SD : 230 Orang

10. Putus Sekolah SLTP : 75 Orang

b). Lembaga Pendidikan

1. Gedung PPAUD dan TK : 5 buah

2. Gedung SD : 2 buah

3. Gedung SMP : - buah

4. Gedung SMA : - buah

Pendidikan Non Formal / Kursus :

1. Menjahit : 1 buah

2. Kecantikan : 1 buah

c). Kesehatan

a. Ibu Melahirkan :
1 . Jumlah Ibu hamil : 66 Orang
2. Jumlah Ibu hamil periksa di Posyandu : 24 Orang
3. Jumlah Ibu hamil periksa Puskesmas : 8 Orang
4. Jumlah Ibu hamil periksa Rumah Sakit : 2 Orang
5. Jumlah Ibu hamil periksa di Dokter Praktek : 3 Orang
6. Jumlah Ibu hamil periksa di Bidan Praktek : 29 Orang
7. Jumlah Ibu Melahirkan : 64 Orang
8. Jumlah bayi lahir hidup : 64 Orang
b. Cakupan Imunisasi :
1 . Cakupan Imunisasi DPT-1, BCG dan Polio-1 : 20 Orang
56

2. Cakupan Imunisasi DPT-2, BCG dan Polio-2 : 17 Orang


3. Cakupan Imunisasi DPT-3, BCG dan Polio-3 : 16 Orang
4. Cakupan Imunisasi Campak : 10 Orang
c. Pemenuhan Air Bersih :

1 . Jumlah Sumur Galian : 876 Unit

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan indikator keluarga

mengikuti program KB

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan indikator keluarga mengikuti

program KB dapat dilihat di tabel 5.2 berikut ini :

Tabel. 5.2 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan indikator keluarga

mengikuti program KB

Keluarga mengikuti
Frekuensi (keluarga) Presentase (%)
program KB
Ya 508 86,8
Tidak 78 13,2
Total 586 100.0
Total keluarga yang
282 -
tidak produktif
Total KK 868 100.0

Berdasarkan Tabel 5.2 dari total 868 KK didapatkan 586 keluarga produktif

dan 282 KK tidak produktif. Dari hasil keluarga yang masih produktif ditemukan

keluarga yang yang melakukan indikator mengikuti program KB sebanyak 508

keluarga dengan presentase 86,7% dan keluarga yang tidak mengikuti program

KB sebanyak 78 keluarga dengan presentase 13,3%, artinya sudah banyak


57

masyarakat yang mengerti akan pentingnya mengikuti program KB dalam

perencanaan kehamilan guna untuk membentuk kelurga yang sehat, bahagia, dan

sejahtera.

5.2.2 distribusi frekuensi keluarga berdasarkan Ibu bersalin difasilitas

kesehatan

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan Ibu bersalin difasilitas kesehatan

dapat dilihat di tabel 5.3 berikut ini :

Tabel. 5.3 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan Ibu bersalin difasilitas

kesehatan

Ibu bersalin difasilitas


Frekuensi (keluarga) Presentase (%)
kesehatan
Ya 145 100
Tidak 0 0
Total 145 100.0
Total ibu yang tidak
723 -
melakukan persalinan
Total KK 868 100.0

Berdasarkan Tabel 5.3 dari total 868 KK didapatkan 145 kk yang memiliki

ibu yang akan melakukan persalinan, jumlah ibu yang sudah melakukan

persalinan di fasilitas kesehatan sebanyak 145 keluarga dengan presentase

100% dan ibu yang tidak melakukan persalinan difasilitas kesehatan tidak ada.

Sedangkan total ibu yang yang tidak bersalin sebanyak 723. Artinya kesadaran

ibu untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan sangat baik.


58

5.2.3 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan bayi mendapat imunisasi

dasar lengkap

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan bayi mendapat imunisasi dasar

lengkap dapat dilihat di tabel 5.4 berikut ini :

Tabel. 5.4 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan bayi mendapat imunisasi

dasar lengkap

Bayi mendapat
Frekuensi (keluarga) Presentase (%)
imunisasi dasar lengkap
Ya 138 100
Tidak 0 0
Total 138 100.0
Total keluarga yang
tidak memiliki bayi 730 -
umur 1-2 tahun
Total KK 868 100.0

Berdasarkan Tabel 5.4 dari total 868 KK didapatkan 138 keluarga yang

memiliki bayi umur 1-2 tahun, diantaranya diadapatkan keluarga yang

memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi sebanyak 138 keluarga dengan

presentase 100% dan keluarga yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap tidak

ada. Artinya semua bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, hal ini

sangat baik untuk kekebalan tubuh dan pertumbuhan anak. Pemberian imunisasi

dasar lengkap untuk menghindarkan anak dari berbagai macam penyakit seperti

diare, campak, hepatitis dll.


59

5.2.4 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan bayi diberi ASI Eksklusif

selama 0-6 bulan

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan bayi diberi ASI Eksklusif selama

0-6 bulan dapat dilihat di tabel 5.5 berikut ini :

Tabel. 5.5 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan bayi diberi ASI

Eksklusif selama 0-6 bulan.

Bayi diberi ASI


Eksklusif selama 0-6 Frekuensi (keluarga) Presentase (%)
bulan
Ya 71 52,2
Tidak 67 47,8
Total 138 100.0
Total keluarga yang
tidak memiliki bayi 730 -
dibawah 1 tahun
Total KK 868 100.0

Berdasarkan Tabel 5.5 dari total 868 KK didapatkan 138 keluarga yang

memiliki bayi, dan hasil yang didapat adalah keluarga yang memberikan ASI

Eksklusif selama 6 sebanyak 71 keluarga dengan presentase 52,2% dan keluarga

yang tidak memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan sebanyak 67 keluarga

dengan presentase 47,8%. Artinya hanya sebagian ibu yang memberikan ASI

Eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan, hal ini kurang pengetahuan ibu

terhadap pentingnya ASI Eksklusif dan kurang memahami bagaimana cara

menjaga produksi ASI. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan pemberian ASI

Eksklusif dianjurkan selama 6 bulan tanpa makanan tambahan. Pemberian ASI

yang baik akan meningkatkan kekebalan pada balita sehingga tidak mudah

terserang penyakit.
60

5.2.5 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan pertumbuhan balita

dipantau tiap bulan

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan pertumbuhan balita dipantau tiap

bulan dapat dilihat di tabel 5.6 berikut ini :

Tabel. 5.6 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan pertumbuhan balita

dipantau tiap bulan

Pertumbuhan balita
dipantau tiap bulan Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 316 65,2
Tidak 169 34,8
Total 485 100.0
Total KK yang tidak
383 -
memiliki balita
Total KK 868 100.0

Berdasarkan Tabel 5.6 dari total 868 KK didapatkan 485 keluarga yang

memiliki balita dan keluraga yang melakukan indikator memantau pertumbuhan

balita sebanyak 316 keluarga dengan presentase 65,2%, dan keluarga yang tidak

melakukan memantau pertumbuhan balita sebanyak 169 keluarga dengan

presentase 34,8%. Artinya sudah banyak ibu dari balita yang memantau

pertumbuhan balita setiap bulannya untuk mengetahui normal atau tidaknya

tumbuh kembang anak.


61

5.2.6 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan penderita TB paru yang

berobat sesuai standar

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan penderita TB paru yang berobat

sesuai standar dapat dilihat di tabel 5.7 berikut ini :

Tabel. 5.7 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan penderita TB paru

yang berobat sesuai standar.

penderita TB paru yang


Frekuensi (keluarga) Presentase (%)
berobat sesuai standar
Ya 9 64,3
Tidak 5 35,7
Total 14 100.0
Total KK yang bukan
854 -
penderita TB
Total KK 868 100.0

Berdasarkan data tabel 5.7 keluarga yang melakukan pengobatan sesuai

standart untuk anggota keluarga yang menderita TB paru sebanyak 9 orang

dengan presentase 64,3%, dan keluarga yang tidak melakukan pengobatan sesuai

standart sebanyak 5 keluarga dengan presentase 35,7%. Ini artinya masih ada

beberapa keluarga yang tidak melakukan pengobatan sesuai standart, hal ini

disebabkan masih kurangnya pemahaman warga tentang penyakit TB Paru.

5.2.7 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan penderita hipertensi

berobat secara teratur

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan penderita hipertensi berobat secara

teratur dapat dilihat di tabel 5.8 berikut ini :


62

Tabel. 5.8 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan penderita hipertensi berobat

secara teratur.

Penderita hipertensi
berobat secara teratur Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 98 73,1
Tidak 36 26,9
Total 134 100.0
Total KK yang bukan
734 -
penderita hipertensi
Total KK 868 100.0

Berdasarkan data tabel 5.8 keluarga yang memiliki anggota keluarga yang

menderita hipertensi sebanyak 134 keluarga, sebanyak 98 keluarga sudah

mengobati anggota keluarga yang menderita hipertensi secara teratur dengan

presentase 73,1% dan sisanya sebanyak 36 keluarga tidak mengobati penderita

hipertensi secara teratur dengan presentase 26,9%. Ini artinya sebagian besar

warga sudah memiliki kesadaran untuk berobat secara rutin sudah cukup baik.

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi yang jika tidak diobati secara

teratur dapat mengakibatkan kondisi lain seperti penyakit stroke.

5.2.8 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan gangguan jiwa berat tidak

ditelantarkan

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan

dapat dilihat di tabel 5.9 berikut ini :

Tabel. 5.9 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan gangguan jiwa berat

tidak ditelantarkan.
63

Gangguan jiwa berat


tidak ditelantarkan Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 0.0 0.0
Tidak 0.0 0.0
Total 0.0 0.0
Total KK yang tidak
memiliki anggota
868 -
keluarga dengan
gangguan jiwa berat
Total KK 868 100.0

Berdasarkan data tabel 5.9 tidak ada yang menderita gangguan jiwa di Desa

Telaga Sari.

5.2.9 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan tidak ada anggota keluarga

yang merokok

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan tidak ada anggota keluarga yang

merokok dapat dilihat di tabel 5.10 berikut ini :

Tabel. 5.10 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan tidak ada anggota keluarga

yang merokok

Tidak adaanggota
keluarga yang merokok Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 138 15.9
Tidak 730 84,1
Total 868 100.0

Berdasarkn data tabel 5.10, keluarga masih memiliki yang satu atau lebih

anggota keluarganya yang merokok, yaitu sebanyak 730 keluarga dengan

presentase 84,1%, sedangkan keluarga yang tidak merokok sebanyak 138 keluarga

dengan presentase 15,9%. Ini artinya masih banyak warga yang memiliki
64

kebiasaan merokok, hal ini dikarenakan sebagian besar warga masih kurang

menyadari bahaya dari rokok, baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Di

dalam rokok terdapat banyak zat-zat adiktif yang dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit seperti impotensi, kanker paru, dan penyakit jantung.

5.2.10 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan keluarga memiliki atau

memakai air bersih

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan keluarga memiliki atau memakai

air bersih dapat dilihat di tabel 5.11 berikut ini :

Tabel. 5.11 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan keluarga memiliki atau

memakai air bersih

Keluarga memiliki atau


memakai air bersih Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 868 100
Tidak 0 0
Total 868 100.0

Berdasarkan data tabel 5.11 warga yang tinggal di Desa Telaga Sari sudah

memiliki/memakai air bersih. Peran air sangatlah penting bagi kehidupan sehari-

hari, air yang kotor atau tidak memenuhi standart air bersih dapat menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan berbagai macam penyakit, contohnya penyakit

diare yang dapat ditularkan melalui air yang sudah terkena bakteri E.coli atau

penyebab diare lainnya. Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya hal tersebut

warga harus memiliki/menggunakan sarana air bersih dalam kehidupan sehari-

hari.
65

5.2.11 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan keluarga memiliki atau

memakai jamban sehat

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan keluarga memiliki atau memakai

jamban sehat dapat dilihat di tabel 5.12 berikut ini :

Tabel. 5.12 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan keluarga memiliki atau

memakai jamban sehat

Keluarga memiliki atau


memakai jamban sehat Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 868 100
Tidak 0 0
Total 868 100.0

Berdasarkan data tabel 5.12 semua warga yang tinggal di Desa Telaga Sari

sudah menggunakan jamban sehat. Jamban keluarga sehat adalah salah satu

fasilitas rumah yang penting, keluarga yang tidak memiliki fasilitas jamban sehat

akan memicu untuk buang air besar sembarangan, hal ini dapat mengakibatkan

terjadinya berbagai penyakit, salah satu contohnya adalah penyakit cacingan, dan

diare yang masih tinggi angka kesakitan dan kematian pada anak.

5.2.12 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan sekeluarga menjadi

anggota JKN atau ASKES

Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan sekeluarga menjadi anggota JKN

atau ASKES dapat dilihat di tabel 5.13 berikut ini :

Tabel. 5.13 Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan sekeluarga menjadi anggota

JKN atau ASKES


66

Sekeluarga menjadi
anggota JKN /ASKES Frekuensi (keluarga) Presentase (%)

Ya 608 70
Tidak 260 30
Total 868 100.0

Berdasarkan data tabel 5.13 keluarga yang sudah menjadi anggota

JKN/ASKES sebanyak 608 keluarga dengan presentase 70% dan sisanya adalah

keluarga yang tidak menjadi anggota JKN/ASKES sebanyak 260 keluarga dengan

presentase 30%. Artinya masih ada keluarga yang belum mendaftarkan dirinya

menjadi anggota JKN/ASKES, hal ini disebabkan karena tingkat ekonomi warga

yang masih rendah, sehingga warga tidak sanggup untuk membayar iuran

perbulannya. JKN adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan

jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia

untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.


67

5.2.13 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Dua Belas Indikator


Keluarg

Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Dua


Belas Indikator Keluarga Sehat

Berdasarkan gambar 5.2 Indikator keluarga yang paling tinggi dilakukan

keluarga desa Telaga Sari kecamatan Sunggal adalah ibu bersalin difasilitas
68

kesehatan, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, mempunyai sarana air bersih

dan mengunakan jamban sehat, artinya hal ini sudah sangat baik, kesadaran ibu

untuk melakukan persalinan difasilitas kesehatan, semua bayi sudah mendapat

imunisasi dasar lengkap, kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih dan

jamban sehat sangat tinggi. Pertolongan persalinan memenuhi kaidah 4 pilar safe

motherhood, yang salah satunya adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong

oleh tenaga kesehatan yang terampil. Minimal di fasilitas kesehatan seperti

puskesmas yang mampu memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi

dasar (PONED). Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program

pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional

Universal Child Immunization (UCI). Air merupakan kebutuhan yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa air tidak akan ada kehidupan di

bumi. Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat

penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni

mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya

yang berhubungan dengan air. Jamban Sehat adalah suatu fasilitas pembuangan

tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit, yang

memenuhi syarat-syarat seperti tidak mencemari sumber air minum, Tidak berbau

dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus, cukup luas dan

landai/miring ke arah lubang jongkok, mudah di bersihkan dan aman

penggunannya, dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan

warna, cukup penerang, lantai kedap air, ventilasi cukup baik tersedia air dan alat

pembersih.(Nitonga, 2013).
69

Indikator yang paling rendah yang dilakukan warga desa Telaga Sari adalah

merokok, artinya masih banyak warga Telaga Sari yang kurang memahami bahaya

merokok terhadap kesehatan baik peroko aktif maupun pasif dan masih banyak

warga yang merokok didalam rumah ataupun diluar rumah tanpa memperhatikan

orang lain yang berada didekatnya contohnya anak-anak dan ibu hamil. Rokok

merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau

masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan

sehari-hari dan dapat juga dijumpai di berbagai tempat umum. Meskipun terdapat

larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok tetap saja tidak

menghiraukan larangan tersebut. (Kemenkes RI, 2016).


70

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 12 INDIKATOR KELUARGA SEHAT


6.1.1 Keluarga Mengikuti Program KB

Keluarga yang melakukan indikator mengikuti program KB sebanyak 508

keluarga (86,8%), sisanya sebanyak 78 keluarga (13,2%) tidak mengikuti program

KB dan sebanyak 282 keluarga merupakan pasangan yang sudah tidak produktif.

Dari data tersebut banyak keluarga yang sudah memahami dan menerapkan

program KB dalam perencanaan kehamilan guna membentuk keluarga sehat,

sejahtera, dan bahagia.


Keluarga berencana merupakan program sosial dasar yang penting artinya

bagi suatu bangsa sesuai dengan Undang-undang NO 10 tahun 1992 menyebutkan

bahwa keluarga berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Hal ini berarti program

tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan. Keluarga

Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga

dan masyarakat. Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program


71

pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi,

dan anak. (Melani D, 2015).


Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat

menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu

terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak

kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi

pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja

mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih baik dengan

merencanakan proses reproduksinya.(Melani D, 2015).


Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan
58 oleh Fitri Wulandari tahun

2015, yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka

semakin tinggi juga partisipasi pasangan untuk melakukan program KB.(Fitri dan

Wulandari, 2015).

6.1.2 Ibu Bersalin di Fasilitas Kesehatan

Ibu yang sudah melakukan persalinan di fasilatas kesehatan sebanyak 145

keluarga (100%), sisanya merupakan ibu yang tidak melakukan persalinan

sebanyak 723 keluarga. Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat

memengaruhi psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong

persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu.

Setidaknya ada dua pilihan tempat bersalin yaitu di rumah Ibu atau di unit

pelayanan kesehatan. (Kemenkes RI, 2016).

Persalinan difasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap

menolong sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas

kesehatan seperti puskesmas yang mampu memberikan pelayanan obstetrik dan


72

neonatal emergensi dasar (PONED). Dipahami belum seluruh Puskesmas mampu

untuk memberikan pelayanan dasar tersebut, minimal pada saat ibu melahirkan di

Puskesmas terdapat tenaga yang dapat segera merujuk jika terjadi komplikasi.

(Kemenkes RI, 2016).

Pertolongan persalinan memenuhi kaidah 4 pilar safe motherhood, yang

salah satunya adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga

kesehatan yang terampil. Perlu diwaspadai adanya resiko infeksi dikarenakan

paparan lingkungan yang tidak bersih, alas persalinan yang tidak bersih, serta alat

dan tangan penolong yang tidak bersih karena mobilisasi dari pusat pelayanan

kesehatan ke rumah ibu. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang

tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Sampai saat ini

angka kematian ibu di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-

negara tetangga.(Kemenkes RI, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan hasil riset kesehatan dasar 2010, persalinan ibu

anak terakhir dari kelahiran lima tahun terakhir menunjukkan bahwa 55.4 %

melahirkan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit (pemerintah dan swasta),

rumah bersalin, Puskesmas, Pustu, praktek dokter atau praktek bidan. Terdapat

43,2% melahirkan di rumah/lainnya dan hanya 1,4 persen yang melahirkan di

polindes/poskesdes. Apabila dianalisis lebih lanjut, diantara anak yang dilahirkan

di rumah/lainnya, ternyata tenaga yang menolong proses persalinan adalah dokter

(2,1%), bidan (51,9%), paramedis lain (1,4%), dukun (40,2%), serta keluarga

(4,0%).(Kemenkes RI, 2016).

6.1.3 Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap


73

Keluarga yang memberikan imunisasi lengkap pada bayi sebanyak 138

keluarga (100%), dan sisanya merupakan keluarga yang tidak memiliki bayi usia

1-2 tahun sebanyak 720 keluarga.

Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah

dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child

Immunization (UCI) pada akhir 1990. Pada saat ini imunisasi sendiri sudah

berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan

angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya,

sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7

juta kematian setiap tahunnya di Indonesia.(Sakdiyah H, 2015).

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.(Sakdiyah H,

2015).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana

Makamban tahun 2014 yang menyimpulkan bahwa kesadaran ibu dalam

memberikan imunisasi lengkap sudah cukup tinggi terutama pada ibu yang

memiliki tingkat pendidikannya tinggi.

6.1.4 Bayi di Beri ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

Keluarga yang memberika ASI eksklusif selama 6 bulan sebanyak 71

keluarga (52,2%), sedangkan yang tidak memberikan ASI eksklusif selama 6


74

bulan 67 keluarga (47,8%) dan sisanya adalah keluarga yang tidak memiliki

bayi dibawah 1 tahun sebanyak 730 keluarga.

World Healt Organization (WHO) merekomendasikan bahwa langkah

terbaik menjaga kesehatan bayi dan ibunya adalah pemberian ASI eksklusif

setidakmya sampai 6 bulan. ASI eksklusif bukan hanya semata didasarkan pada

pertimbangan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi, akan tetapi

juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang memiliki implikasi

penting bagi kesehatan ibu yang menyusui. Dan pemberian ASI selama 6 bulan

justru mendorong pertumbuhan bayi yang optimal.(Aprilia M, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan data Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukan bahwa sebanyak 27% bayi di

Indonesia mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan umur 4-5 bulan. Sedangkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka pemberian ASI eksklusif

pada bayi berumur 0-6 bulan hanya mencapai angka 30,2%. Angka yang relative

masih sedikit, padahal dengan ASI dan menyusui baik ibu dan bayinya akan

mendapatkan banyak manfaat. Bahkan hal ini juga berimbas ke lingkungan,

masyarakat, bangsa, dan Negara.(Aprilia M, 2015).

6.1.5 Pertumbuhan Balita di Pantau Tiap Bulan

Keluarga yang melakukan pemantauan pertumbuhan balita tiap bulanya

sebanyak 316 keluarga (65,2%), sedangkan keluarga yang tidak memantau

pertumbuhan balita tiap bulanya sebanyak 169 keluarga (34,8%) dan sisanya

adalah keluarga yang tidak memiliki balita sebanyak 383 keluarga.


75

Bertambah berat badan merupakan tanda yang menunjukkan bahwa seorang

anak balita sehat dan tumbuh serta berkembang dengan baik. Setiap anak

seharusnya memiliki Kartu Menuju sehat (KMS) guna memantau

pertumbuhannya. Tiap kali penimbangan, berat badan anak harus ditandai dengan

mencantumkan titik pada KMS dan setiap titik dihubungkan sehingga membentuk

sebuah garis yang menunjukkan kondisi pertumbuhan anak.(Kemenkes RI, 2016).

Belum ada penelitian dan data pasti mengenai pemantauan pertumbuhan anak atau

balita.

6.1.6 Penderita TB Paru Berobat Sesuai Standar

Keluarga yang menderita penyakit TB paru di desa telaga sari sebanyak 14

orang, keluarga yang melakukan pengobatan sesuai standar untuk penderita TB

paru tersebut sebanyak 9 orang (64,3%), dan sisanya tidak melakukan pengobatan

pada penderita TB paru sesuai standar sebanyak 5 orang (35,7%).

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak

tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB paru

merupakan masalah kesehatan baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka

kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya, maka dari itu

pasien yang sudah terdiagnosa TB sangat disarankan untuk berobat sesuai dengan

standar pengobatan TB yang sudah ditetapkan.(Kemenkes RI, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari tahun 2014

yang menyimpulkan bahwa 54% pasien yang berobat sesuai standar. Hal ini
76

dikarenakan masih rendahnya pengetahuan tentang penyakit TB paru serta

rendahnya sosial ekonomi masyarakat sehingga menyebabkan penderita TB paru

tersebut tidak melakukan pengobatan sesuai standar.(Sari, 2014).

6.1.7 Penderita Hipertensi Berobat Secara Teratur

Keluarga yang memiliki anggota dengan penyakit hipertensi sebanyak 134

orang. Keluarga yang sudah mengobati anggota keluarga yang menderita

hipertensi secara teratur sebanyak 98 keluarga (73,1%), sedangkan keluarga yang

tidak mengobati anggota keluarga yang menderita hipertensi secara teratur

sebanyak 36 keluarga (26,9%).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat

sampai kejaringan tubuh yang membutuhkanya.(Kemenkes RI, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mursal tahun

2013 menyimpulkan bahwa kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi yang

tidak diberikan konseling masih rendah hal ini disebabkan kurangnya pemahaman

terhadap informasi tentang penyakit hipertensi sehingga menyebabkan masyarakat

enggan berobat secara rutin.(Mursal, 2013).

6.1.8 Gangguan Jiwa Berat Tidak Ditelantarkan

Didalam desa telaga sari tidak ada keluarga yang memiliki gangguan jiwa.
77

6.1.9 Tidak Ada Anggota Keluarga yang Merokok

Di dalam keluarga masih ada 1 atau lebih anggota keluarga yang merokok

sebanyak 730 keluarga (84,1%) dan sisanya sebanyak 138 keluarga (15,9%)

adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak merokok.

Merokok menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat, sebagian orang

memandang merokok lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Rokok

merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau

masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan

sehari-hari dan dapat juga dijumpai di berbagai tempat umum. Meskipun terdapat

larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok tetap saja tidak

menghiraukan larangan tersebut.1

Penelitian ini sejalan dengan Data dari Global Adult Tobacco Survey

(GATS) menunjukkan, bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang

melaksanakan GATS (16 low dan middle income countries), Indonesia menduduki

posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0 % pada laki-

laki dan 2,7 % pada wanita. Kebiasaan merokok telah menyebabkan 1 dari 10

kematian orang dewasa di seluruh dunia dan telah mengakibatkan 5,4 juta

kematian.(Kemenkes RI, 2016).

6.1.10 Keluarga Memiliki / Memakai Air Bersih

Dari data pendataan keluarga sehat di desa telaga sari tahun 2016 di

dapatkan bahwa semua keluarga disanah sudah memiliki/ memakai air bersih .

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia,

tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Penyediaan air bersih untuk
78

masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam

menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air,

dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.

(Nitonga, 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayanti

Mustikowati tahun 2014 yang menyatakan bahwa masyarakat sudah cukup baik

dan kepemilikan sarana air bersih meningkat tinggi dalam 5 tahun terakhir.

6.1.11 Keluarga Memiliki/ Memakai Jamban Sehat

Dari data pendataan keluarga sehat di desa telaga sari tahun 2016 di

dapatkan bahwa semua keluarga disanah sudah memiliki/ memakai jamban sehat.

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk

membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim

disebut kakus atau WC. Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan

kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang

ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika. Sementara menurut

Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang

efektif untuk memutus rantai penularan penyakit.(Kemenkes RI, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ribka

Sembiring tahun 2016 yang menyimpulkan bahwa sudah cukup banyak keluarga

yang menggunakan jamban keluarga. (Ribka S, 2016).

6.1.12 Sekeluarga Sudah Menjadi Anggota JKN/ASKES


79

Keluarga yang sudah menjadi anggota JKN/ASKES sebanyak 608 keluarga

(70%) dan sisanya sebanyak 260 keluarga (30%) yang tidak menjadi anggota

JKN/ASKES. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa keluarga yang tinggkat

ekonominya rendah sehingga keuarga tersebut tidak mampu untuk membayar

iuran JKN/ASKES tiap bulanya.

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang

bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi

seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan

kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah

tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal

34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.(Asih dan Eka, 2015 Kemenkes JKN, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),

pada tahun 2014 jumlah peserta JKN sudah mencapai 140 juta jiwa. Angka ini

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. (Asih dan Eka, 2015 Kemenkes

JKN, 2016).

BAB VII
80

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh maka dapat disimpulkan

yaitu :

Keluarga yang mengikuti KB sudah cukup banyak, yaitu 508 keluarga

(86,8%) mengikuti dan 78 keluarga (13,2%) tidak mengikuti.


Semua keluarga yang memiliki ibu yang akan melakukan persalinan

sebanyak 145 dan semuanya sudah melakukan persalinan di fasilitas

kesehatan dengan presentase 100%.


Keluarga yang memiliki bayi yang berusia 1-2 tahun sudah memberikan

imunisasi lengkap kepada bayinya sebanyak 138 keluarga dengan

presentase 100%.
Sebagian besar warga sudah memberikan ASI eksklusif terhadap

bayinya yaitu sebanyak 71 keluarga (52,2%) dan keluarga yang tidak

memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya sebanyak 67 keluarga

(47,8%).
Dari 485 keluarga yang memiliki balita hanya 316 keluarga (65,2%)

yang memantau pertumbuhan balita dan 169 keluarga (34,8%) yang

tidak memantau pertumbuhan balita.


Dari 14 keluarga yang memiliki anggota penderita TB paru hanya 9

keluarga (64,3) yang melakukan pengobatan sesuai standar dan sisanya

5 Keluarga (35,7) yang tidak melakukan pengobatan sesuai standar.


Dari 134 keluarga yang memiliki penderita hipertensi hanya 98

keluarga (73,1%) yang melakukan pengobatan secara teratur dan

sisanya 36 keluarga (26,9%) yang tidak melakukan pengobatan secara

teratur.
Di Desa Telaga Sari tidak ada keluarga yang menderita gangguan jiwa.
81

Keluarga yang masih merokok lebih banyak dibandingkan keluarga

yang tidak merokok yaitu 730 keluarga (84,1%) yang merokok dan 138

keluarga (15,9%) yang tidak merokok.


Semua keluarga Di Desa Telaga Sari sudah memiliki/menggunakan

sarana air bersih.


Semua keluarga di Desa Telaga Sari sudah memiliki/menggunakan

jamban sehat.
Keluarga yang terdaftar sebagai anggota JKN sebanyak 608 keluarga

(70%) dan sisanya 260 keluarga (30%) yang tidak terdaftar sebagai

anggota JKN.

7.2 SARAN

7.2.1 Instansi Terkait

Kepada kepala puskesmas Sei Mencirim, agar mengkoordinasikan

kegiatan promosi berhenti merokok secara internal dipuskesmas, maupun

eksternal kepada lintas sektor agar mendapat dukungan yang maksimal.

Secara internal, mengembangkan mekanisme kolaborasi antara pelayanan

klinis dengan pelayanan konsultasi psikologi menjadi unit pelayanan

konsultasi berhenti merokok secara sistematis.

Diharapkan bagi Puskesmas Sei Mencirim agar selalu meningkatkan

kompetensi, terutama dalam hal keterampilan mengedukasi, memotivasi

dan pendampingan pada perokok yang sudah berniat unutk berhenti.

Kepda petugas PKM, agar meningkatkan frekuensi edukasi kepada

masyrakat dengan model testimoni dan contoh fakta kasus dampak rokok

bagi kesehatan.
82

Diharapkan bagi Puskesmas Sei Mencirim agar meningkatkan sosialisasi

tentang pentingnya pemberian,dan manfaat ASI Eksklusif serta dapat

memberikan dorongan kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI

eksklusif selama enam bulan.

Diharapkan bagi Puskesmas Sei Mencirim tidak hanya melakukan upaya

kuratif terhadap kasus TB paru tetapi seyogyanya melakukan upaya

promosi kesehatan dan upaya pencegahan TB yang bersifat menyeluruh

pada warga dan diharapkan Puskesmas dapat mengontrol dan

memonitoring alamat Penderita TB, sehingga tidak terjadi bias dan dapat

dengan mudah mengetahui daerah rawan.

Diharapkan bagi Puskesmas Sei Mencirim untuk melanjutkan promosi

mengenai kesehatan anak balita baik menggunakan leaflet, poster, banner

atau media lain secara berkesinambungan dan juga tetap melakukan

penyuluhan tentang kesehatan anak balita. Diharapkan memberikan

pelatihan dan evaluasi yang berkesinambungan terhadap kader posyandu

baik masalah kegiatanh posyandu dan cara pendataan posyandu. Bagi

kader diharapkan tetap secara aktif melakukan promosi kesehatan

mengeani kesehatn anak balita dan promosi terhadap orang tua yang

memiliki balita agar tetap rajin keposyandu setiap bulan.

Diharapkan bagi Puskesmas Sei Mencirim untuk memberikan sosialisasi

edukasi kepada masyarakat terkait program JKN dan memberikan

pelayanan yang baik kepada peserta JKN. Adanya pelayanan yang lebih
83

baik akan memberikan kepuasan terhadap pelayanan JKN sehingga

diharapkan dapat meningkatkan cakupan kepesertaaan JKN.

Diharapkan bagi Puskesmas Sei Mencirim untuk dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan agar penderita

hipertensi lebih memahami tujuan dan manfaat mencegah kekambuhan

penyakit hipertensi dan mensosialisasikan Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (PROLANIS) kepada masyarakat, sehingga masyarakat yang

menderita hipertensi dapat paham benar tentang penyakit hipertensinya

dan dapat mengaplikasikan apa yang diperoleh.

7.2.2 Untuk Masyarakat Setempat

Di harapakan masyarakat dapat menerima dan memahami sebaik-baiknya

informasi tentang program keluarga sehat dan menerapkannya, agar terciptanya

keluarga sehat sesuai dengan program Iindonesia sehat yaitu meningkatkan

kualitas hidup masyarakat.

7.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya yang berminat untuk mengangkat tema yang

sama di harapkan menggunakan penelitian ini sebagai acuan. Hal lain yang perlu

di perhatikan adalah menggunakan data tambahan seperti observasi dan

wawancara agar hasil yang di dapat lebih sempurna.


84

DAFTAR PUSTAKA

1. Aprilla M. Proposal Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta: 2015.

2. Asih, Eka P. Buku Paham JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

Jakarta:2014.

3. Data Prioritas Masalah Dari Dua Belas Indikator Keluarga Sehat

Puskesmas Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

SerdangTahun2016.
85

4. Profil Desa Telaga Sari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.

5. Fitri, Wulandari S. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan

partisipasi pasangan usia subur dalam keluarga berencana dilingkungan IV

kelurahan keling atas kota manado tahun 2015. Jurnal ilmiah farmasi-

UNSRAT Vol. 4 No.4. Manado. 2015

6. Kementrian Kesehatan Indonesia. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta:

2016.

7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Pedoman Umum

Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, Jakarta:

Kemenkes RI.

8. Mursal. Konseling terhadap kepatuhan berobat penderita hipertensi.

Jurnal. Surakarta. 2013.

9. Melani D. Program Keluarga Berencana. Skripsi. Universitas Negeri

Semarang Semarang: 2015.

10. Nitonga, Pranata B. Makalah Penyedian Air Bersih . Jakarta: 2013.

11. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

2012.

12. Ribka S. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kejadian Diare di

Desa Kendal Jaya Karawang Tahun 2016.

13. Sari. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit TB Paru dengan

Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru di Puskesmas Tanjung Karang

Bandar Lampung Tahun 2014. Skripsi. Universitas Malahayati. 2014.


86

14. Sakdiyah H,. Makalah Imunisasi Dasar Lengkap. Jakarta :2015.

Anda mungkin juga menyukai