Anda di halaman 1dari 20

REFARAT

TRAUMA ABDOMEN DAN PELVIS

OLEH:

Rysma Ratmania (11310343)

PEMBIMBING:
dr. David I Tambun, Sp.B
dr. Abdi Gunawan, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU BEDAH


RSUD DR. RM. DJOELHAM KOTA BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
2016
PENDAHULUAN
Evaluasi abdomen merupakan komponen yang sulit pada intial
assessment pada pasien trauma.
Cedera abdomen yang tidak terdeteksi masih merupakan
penyebab kematian yang dapat dicegah .
Penilaian penderita sering terganggu karena intoksikasi
alkohol, penggunaan narkoba, cedera otak dan batang otak.
Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul abdomen oleh
suatu hantaman langsung, deselerasi atau trauma tajam pada
abdomen harus dianggap cedera organ atau cedera vaskuler
sampai dibuktikan bukan.
PEMBAHASAN
Anatomi Abdomen

1. Anatomi eksternal abdomen

Abdomen anterior dibatasi oleh :

Superior : garis antara papilla mamae


Inferior : ligamentum inguinal dan Abdomen posterior dibatasi
symphisis pubis oleh linea aksilaris posterior
Lateral : linea aksilaris anterior dari ujung skapula sampai
krista iliaka.
Flank(Pinggang) adalah area antara
linea aksilaris anterior dan posterior di
ICS VI - krista iliaka.
2. Anatomi internal abdomen
Terdapat tiga regio abdomen di rongga abdomen, yaitu rongga
peritoneal, rongga retroperitoneal dan rongga pelvis.
Mekanisme Cedera
1. Trauma Tumpul
Hantaman langsung yang menyebabkan kompresi
dan cedera abdomen.
Cedera Shearing
Cedera deselarisasi

Organ yang sering mengalami trauma tumpul :


Limfa (40%-55%)
Liver (35%-45%)
Usus halus (5%-10%)
Insidensi hematoma retroperitoneal pada pasien yang
mengalami laparotomi untuk trauma tumpul (15%)
2. Trauma Penetrans
Luka tusuk
Luka tembak

Cedera organ yang paling sering terkena :

Luka Tusuk : Luka Tembak :

Liver (40%) Usus Halus (50%)


Usus halus (30%) Kolon (40%)
Diafragma (20%) Liver (30%)
Kolon (15%) Struktur vaskuler
intraabdomen (25%)
Penilaian
1. Anamnesa

Riwayat Trauma Penetrans :

Waktu cedera
Riwayat Trauma Tumpul :
Tipe senjata (pisau, pistol,
senapan laras panjang)
Kecepatan kendaraan
Jarak dari penembak
Tipe benda
Jumlah luka tusuk atau
Posisi korban
luka tembak
Jumlah perdarahan
eksterna di lokasi kejadian
Informasi tambahan lain
2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi : abrasi, kontusio, laserasi, luka penetrans,


benda asing yang tertancap, eviserasi
omentum dan usus halus.
b. Auskultasi : bising usus
c. Perkusi dan Palpasi
d. Penilaian stabilitas Pelvis
e. Pemeriksaan luka :
Pemerikasaan Uretra, Perineal dan Rektal
Pemeriksaan vagina
Pemeriksaan gluteal
3. Pemasangan Nasogastrik Tube (NGT) dan Kateter

NGT
Tujuan pemasangan NGT secara dini pada proses
resusitasi adalah untuk dekompresi lambung sebelum
melakukan DPL dan mengeluarkan isi lambung, sehingga
menurunkan resiko aspirasi.

Kateter Urine
Tujuan pemasangan kateter urine secara dini pada
proses resusitasi adalah untuk membebaskan retensi
urine, dekompresi kandung kemih sebelum melakukan DPL
dan untuk monitoring urinary output untuk indeks perfusi
jaringan
4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan X-ray

Focused Assesment Sonography in Trauma (FAST)

Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

Computed Tomography (CT)

Pemeriksaan Kontras, terdiri dari

1. Uretrografi

2. Sistrografi

3. Pielografi intravena

4. Kontras saluran cerna


5. Evaluasi
a. Trauma tumpul
b. Trauma Penetrans

Luka pentrasi superfisial : eksplorasi luka

Cedera thorakoabdominal : pemeriksaan fisik serial, DPL

dan CT

Cedera flank dan punggung : Double atau triple contras

CT
Indikasi Laparotomi
Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi, FAST positif atau
terdapat bukti klinis perdarahan intraperitoneal.
Trauma tumpul abdomen dengan DPL positif.
Hipotensi dengan luka penetrans abdomen
Luka tembak melintas rongga peritoneum atau viscera/
vaskuler retroperitoneum.
Eviserasi
Perdarahan dari lambung, rektum atau saluran genitourinary
dari trauma penetrans
Peritonitis
Udara bebas, udara retroperitoneal atau ruptur hemidiafragma
setelah trauma tumpul.
Ruptur saluran cerna, cedera kandung kemih intraperitoneal,
cedera pedikel ginjal atau cedera parenkim visera berat akibat
trauma penetrans atau tumpul, terlihat pada contrast-enhanced
CT.
Fraktur Pelvis dan Cedera yang
Menyertainya
Trauma pelvis biasanya diderita oleh pejalan kaki yang
tertabrak mobil, tabrakan kendaraan bermotor, atau
kecelakaan sepeda motor.
Fraktur pelvis sering berhubungan dengan kerusakan
struktur visera dan vaskular intraperitoneal dan
retroperitoneal.
Insidensi robekan aorta thorakal juga meningkat pada
pasien dengan fraktur pelvis, terutama trauma
anteroposterior
Mekanisme Trauma Pelvis

Terdapat empat pola kekuatan yang menyebabkan


fraktur pelvis, yaitu :

1. Kompresi AP
2. Kompresi Lateral
3. Vertical Shear
4. Kombinasi
Penilaian Trauma Pelvis

Inspeksi

Palvasi tulang pelvis

Palpasi prostat

Nyeri pada palpasi tulang pelvis

Perbedaan/ dirkripensi tungkai bawah, posisi eksternal

rotasi

Pemeriksaan rontgen pelvis AP


Pengelolaan

Resusitasi

Immobilisasi tulang pelvis dengan PSAG/pelvic

sling/gurita

Kontrol perdarahan intern


KESIMPULAN
Terdapat tiga regio abdomen yaitu rongga peritoneal,

rongga retroperitoneal dan rongga pelvis.

Konsultasi lebih dini dengan seorang spesialis bedah

diperlukan

Pasien dengan abnormalitas hemodinamik dan trauma

tumpul multiple harus secara cepat dinilai untuk mencari


perdarahan intraabdominal atau kontaminasi dari saluran
cerna dengan melakukan pemeriksaan FAST atau DPL.
Pengelolaan trauma tumpul dan penetrans abdomen dan
pelvis termasuk :
Mengembalikan fungsi vital dan optimasi oksigenasi
dan perfusi jaringan.
Mengenal secara cepat sumber perdarahan dengan
usaha kontrol perdarahan (seperti stabilisasi pelvis).
Mengungkap mekanisme cedera.
Pemeriksaan fisik awal yang teliti, diulang dengan
interval reguler.
Memilih manuver diagnostik sesuai keperluan,
dilakukan sesingkat mungkin.
Tingkat kecurigaan tinggi untuk cedera vaskuler dan
retroperitoneal yang samar.
Pengenalan dini pasien yang memerlukan intervensi
bedah dan laparotomi segera.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai