Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

TRANSFUSI DARAH PADA ANAK

Oleh:

Dhanu Enggar Wirahadi

1161050146

Penguji:
dr. Franky Sientoro, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

PERIODE 12 DESEMBER 2016 25 FEBRUARI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Permintaan produk darah pada praktek klinis sehari hari meningkat. Tranfusi
darah adalah salah satu terapi penunjang yang penting tidak hanya untuk kelainan di
bidang hematologi namun juga pada kasus nonhematologi seperti sepsis, persiapan pre-
operatif maupun penyakit lain.

Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke dalam


sistim pembuluh darah resipien.1 Hal ini merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk
mengembalikan volume darah normal, mengganti kekurangan komponen darah, dan
meningkatkan oksigenasi maupun hemostasis. Dasar indikasi penggunaan komponen
darah selain efisien, ekonomis, juga untuk memperkecil reaksi tranfusi.2 Saat ini telah
dapat dilakukan pemisahan komponen-komponen darah sehingga penggunaannya
disesuaikan dengan komponen darah yang diperlukan. Hal ini merupakan tindakan yang
rasional, efisien, dan tidak memberatkan penderita dengan komponen darah yang tidak
perlu.1 Darah lengkap hanya digunakan pada kehilangan darah akut yang bertujuan
memulihkan sirkulasi volume darah.

Menurut penelitian yang dilakukan di RSUP Dr Kariadi Semarang pada pasien


yang dirawat di bagian anak tahun 2008 sampai 2010, berdasarkan diagnosis penyakit,
pasien leukemia merupakan pengguna komponen darah terbanyak dengan rerata
pemakaian per tahun 2098 unit, diikuti oleh sepsis 893 unit, thalassemia 568 unit,
keganasan non- leukemia 443 unit, ITP 385 unit, anemia aplastik 330 unit, perioperatif
266 unit, sindrom syok dengue (SSD) 188 unit dan sisanya digunakan pada kasus
hemofilia, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit lainnya dengan jumlah sekitar
508 unit/tahun.2

Mengingat fungsinya sangat strategis sudah selayaknya transfusi darah dilakukan


dengan hati-hati dan selalu mempertimbangan efek samping dan manfaatnya. Diketahui
bahwa transfusi darah sering menimbulkan hal-hal yang merugikan karena efek-
sampingnya seperti reaksi hemolitik, demam, reaksi alergi, transfusion-related acute lung
injury (TRALI), transmisi penyakit menular, maupun penyebaran kanker. Angka kejadian
reaksi transfusi non-hemolisis akut bervariasi hingga 38% dari seluruh transfusi trombosit
dan sel darah merah. Reaksi yang sering terjadi adalah demam non-hemolisis 1,7%-30%
dan reaksi alergi 1%-3%.Beberapa penelitian melaporkan kejadian reaksi transfusi
berkurang dengan menggunakan produk darah aferesis dari donor tunggal dan produk
darah lekoreduksi disertai dengan penggunaan premedikasi. Premedikasi adalah
pemberian obat sebelum transfusi yang bertujuan untuk mencegah reaksi transfusi. 3
Namun beberapa penelitian 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa pemberian
premedikasi untuk pencegahan reaksi transfusi tidak terbukti efektif. 3

Untuk itu penulis akan membahas lebih lanjut mengenai transfusi darah pada anak
dari berbagai aspek yang berkaitan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Darah
Darah merupakan suatu komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi
sebagai pembawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran
cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ
sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan
darah.4
1.1. Struktur Darah
Struktur darah terdiri atas :4
1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air
(95%), 7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel
darah dan lempingan darah, Albumin dan Gamma globulin yang
berguna untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan
gamma globulin juga mengandung antibodi ( imunoglobulin )
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat
zat/faktor-faktor pembeku darah, komplemen, haptoglobin,
transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym, polipeptida,
glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit,
hormon dan vitamin-vitamin.
2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ),
sedang sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan
Trombosit. Sel Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil,
Limfosit, dan Monosit.

1.2. Karakteristik darah :


a. Warna : Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen
yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah
Vena berwarna merah tua / gelap karena kurang oksigen
dibandingkan dengan darah Arteri.
b. Viskositas : Viskositas darah atau kekentalan darah lebih tinggi
dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
c. pH: pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45.
d. Volume : pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75
ml/kg BB atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

1.2. Jenis-Jenis Sel Darah 4


1.3.1 Sel darah putih / Leukosit
Sel leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat
bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler
/diapedesis. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000
sel/mm3. Jumlah sel leukosit yang lebih dari normal atau melebihi
10000 disebut Leukositosis, sedangkan jumlah sel leukosit yang
kurang dari normal atau kurang dari 5000 disebut Leukopenia
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit atau disebut juga polimorfonuklear yaitu sel darah
putih yang didalamnya terdapat granula antara lain : eosinofil,
basofil, neutrofil. 75 % dari komponen leukosit adalah sel
granulosit dan sel ini dibentuk didalam sumsum tulang belakang.
Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang
mempunyai 1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai
granula antara lain limfosit dan monosit.
Fungsi leukosit adalah sebagai sistim imunitas atau kekebalan
tubuh, bila tubuh kemasukan benda asing misal bakteri atau virus
maka oleh sel sel neutrofil atau limfosit benda asing tersebut akan
difagositosis dimana sel limfosit T akan membunuh langsung atau
membentuk limfokin yaitu suatu substansi yang memperkuat daya
fagositosis sedangkan limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang
akan menghancurkan benda asing tersebut.
Jenis-jenis sel Leukosit :
a. Neutrofil
Neutrofil adalah bagian dari leukosit yang bertindak sebagai garis
depan dalam sistem kekebalan tubuh, neutrofil akan memfagositosis
bakteri dan mengencerkannya dengan enzim asam amino D oksidase
dalam granula azurofilik. Mielo peroksidase yang terdapat dalam
neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada
molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Neutrofil
dibentuk dalam sumsum tulang dan dikeluarkan dalam sirkulasi,
jumlahnya dari leukosit adalah 60 -70 % . Sel neutrofil bergaris tengah
sekitar 12 um, mempunyai satu inti dan terdiri dari 2-5 lobus.
Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-
0,8m) mendekati batas resolusi optik, dengan pewarnaan giemsa
tampak berwarna keunguan.
Granul pada neutrofil ada dua :
- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat
bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit
mitokondria, apparatus golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.

a. Eosinofil
Eosinofil adalah bagian dari sel leukosit yang dapat bergerak amuboid
untuk memfagositosis bakteri atau benda asing yang masuk dalam tubuh
meskipun pergerakannya tidak secepat neutrofil. Jumlah eosinofil sedikit
hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil
dari neutrofil). Mempunyai inti biasanya berlobus dua, mempunyai granula
ovoid yang dengan eosin asidofilik sehingga kelihatan berwarna merah,
granula adalah lisosom yang mengandung fosfatase asam, katepsin,
ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.
b. Basofil
Basofil jumlahnya 0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12m,
inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma
basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti,
granul bentuknya ireguler berwarna biru.
c. Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8m, jumlah dalam
leukosit sekitar 20-30% . Sel yang normal berinti relatif besar, bulat sedikit
cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, sitoplasma sedikit sekali, sedikit
basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Sel limfosit dibentuk
didalam kelenjar limfe dan sumsum tulang. Tidak memiliki gerakan amuboid
dan tidak dapat memfagositosis bakteri tetapi sel limfosit berperan dalam
membentuk antibodi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi.
Jumlah limfosit yang meningkat dalam tubuh disebut limfositosis. Jumlah sel
limfosit akan menurun seiring bertambahnya usia, pada saat lahir jumlahnya
sekitar 5% tetapi pada usia lanjut kemampuan tubuh akan berkurang dalam
memproduksi limfosit sehingga kekebalan tubuh akan berkurang juga.

d. Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit
normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan
yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan
lebih fibriler, Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih
banyak tapi lebih kecil. Monosit ditemui dalam darah, jaringan
penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik
mononuclear (system retikuloendotel).

1.3.2 Sel Trombosit


Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah
dan hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah
dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml
darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau
kira-kira 8 hari. Pembentukan trombosit berasal dari Multipotensial
Stem Cell menjadi Unipotensial Stem Cell dibantu Trombopoitin. Sel
yang paling muda yang dapat dilihat dengan mikroskop adalah
Megakarioblas, Megakarioblas akan diubah menjadi megakariosit
imatur kemudian menjadi megakariosit matur.
Fungsi Trombosit bila tubuh mengalami luka maka trombosit akan
berkumpul dan saling melekatkan diri sehingga akan menutup luka
tersebut, trombosit juga akan mengeluarkan zat yang merangsang
untuk terjadinya pengerutan luka sehingga ukuran luka menyempit dan
karena mempunyai zat pembeku darah maka dapat menghentikan
perdarahan.
Umur trombosit didalam tubuh sangat pendek yaitu sekitar 8
sampai 10 hari, berbeda dengan umur eritrosit sekitar 120 hari serta
sangat mudah terjadi destruksi, apabila trombosit rusak maka akan
segera dihancurkan didalam limpa.
Tranfusi trombosit diperlukan pada kasus-kasus tertentu misalnya :
a. Kelainan jumlah trombosit
Jumlah trombosit kurang dari 50.000 / mm3 disebut Trombositopenia,
Hal ini bisa terjadi pada kasus-kasus penyakit misalnya demam
berdarah (DBD), penyakit ini disebabkan oleh 4 virus dengue yaitu
DN-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 sebagai diagnosa awalnya adalah
penurunan jumlah trombosit terutama pada hari ke3 dan ke4 dari
serangan[18], Idiopathic Thrombocytopenia Purpura (ITP).
b. Kelainan Fungsi Trombosit
Kelainan ini terjadi bila Adenosin Difosfat ( ADP) dalam trombosit
berkurang sehingga agregasi trombosit berkurang. Hal ini terjadi pada
penyakit Lupus Eritematosus (LE), Idiopatik Trombocytopenia
Purpura (ITP), Lekemia limfositik kronik sehingga menyebabkan
jumlah trombosit kurang dari 50.000/mm3 darah.
Sel trombosit sangat mudah rusak apalagi bila berada diluar tubuh,
trombosit akan kehilangan fungsinya bila disimpan lebih dari 24 jam
dengan suhu penyimpanan yang tidak sesuai akan mempercepat proses
kerusakan trombosit. Penyimpanan juga akan membentuk
mikroagregat, Untuk itu tranfusi trombosit harus segera dilakukan
sesegera mungkin dari proses pengambilan darah dan apabila disimpan
maka harus tidak boleh lebih dari 3 hari dengan suhu 200c-240c

1.3.3 Sel Eritrosit


Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1
mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga
sangat mudah diffusi oksigen, karbon dioksida dan sitoplasma, tetapi
tidak mempunyai inti sel. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari.
Setiap harinya ada 1/120 x 5x5.1012 Eritrosit yang mati. Sel darah
merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin, terdiri
Hem merupakan gabungan dari protoporfirin dengan besi dan globin
adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta dan enzim-enzim seperti Glucose 6-phosphate
dehydrogenase(G6PD). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi
dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen
( menjadi oksihemoglobin ) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk
kebutuhan metabolisme.
Ada tiga jenis Hemoglobin yaitu :

a) HbA merupakan mayoritas dari hemoglobin orang dewasa,


mempunyai rantai globin 2 alfa dan 2 beta.

b) HbA2 merupakan minoritas dari hemoglobin orang dewasa,


mempunyai rantai globin 2 alfa dan 2 beta.

c) HbF merupakan hemoglobin fetal, mempunyai rantai globin 2 alfa


dan 2 gamma. Saat bayi lahir 2/3 jenis hemoglobinnya adalah jenis
hemoglobin HbF dan 1/3nya adalah HbA. Menjelang usia 5 tahun
menjadi HbA > 95 %, HbA2 < 3.5 % dan HbF < 1.5%

Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan berfungsi


membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi
Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme. Disamping Oksigen, hemoglobin juga membawa
Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida membentuk ikatan
Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam
keseimbangan ph darah. Sintesis hemoglobin terjadi selama proses
Eritropoisis, pematangan sel darah merah akan mempengaruhi fungsi
hemoglobin. Proses pembentukan sel darah merah ( Eritropoeisis )
pada orang dewasa terjadi di sumsum tulang seperti pada tulang
tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis tulang-tulang
panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac, pada
usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam proses
pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain.
Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan
produksi sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai
dengan Kadar hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.

2. Transfusi Darah Pada Anak


2.1. Transfusi Komponen Darah
2.1.1. Transfusi Whole Blood

Whole blood didapatkan dari donor melalui vena-seksi, kemudian


ditampung dalam kemasan plastik steril yang berisi cairan
antikoagulan dan pengawet (sitrat, fosfat, dekstrosa, adenin). Darah
akan disalurkan pada donor setelah melewati uji tapis infeksi.
Transfusi WB cukup menguntungkan karena prosesnya cukup
sederhana dan hanya memerlukan 1 kemasan plastik steril, tidak
memerlukan peralatan khusus untuk pemrosesan darah, dan tidak
memerlukan waktu lama untuk menyiapkannya. Pemberian WB sesuai
untuk kondisi perdarahan karena masih mengandung sel darah merah
serta faktor koagulasi yang stabil. Kerugian WB yang pernah
dilaporkan adalah risiko kelebihan darah (overload) karena volumenya
lebih besar daripada packed red cell (PRC).5

2.1.2. Transfusi Packed Red Cell

Konsentrat sel darah merah atau PRC adalah komponen darah


yang sedikit mengandung plasma, didapat dengan memisahkan plasma
dari WB. Transfusi PRC memiliki beberapa risiko yang perlu
diperhatikan, seperti reaksi hemolitik, transmisi infeksi, atau
kontaminasi bakteri jika tidak diproduksi dengan baik. Transfusi PRC
memerlukan waktu yang lebih lama karena viskositasnya yang tinggi
(rasio eritrosit/plasma).5

Komponen sel darah merah saat ini dapat diproses dengan filter
sehingga menghasilkan produk akhir yang sangat sedikit mengandung
leukosit (leukocyte-depleted). Produk tersebut mengandung leukosit
kurang dari 5 x 106 per kantong sehingga reaksi transfusi dapat
diminimalkan. Produk rendah leukosit sebaiknya dipilih pada keadaan
pasien imunokompromais (keganasan, transplan organ, penyakit kritis,
defisiensi imun primer atau sekunder), pasien yang mendapat transfusi
kronik, bayi di bawah usia 12 bulan, dan transfusi intrauterin atau
transfusi tukar. Pasien yang telah mengalami reaksi demam 2 kali atau
lebih pasca-transfusi PRC juga disarankan menggunakan produk
rendah leukosit.5

2.1.3. Transfusi Trombocyte Concentrate

Konsentrat trombosit didapatkan dari trombosit yang dipisahkan


dari plasma 4-6 donor sampai terkumpul trombosit yang mencukupi
dosis terapeutik untuk dewasa. Setiap 4-6 unit KT biasanya
mengandung minimal 240 x 109/L trombosit, yang diperkirakan
mampu meningkatkan hitung trombosit 20.000-40.000/uL. Sistem
pooling ini meningkatkan risiko infeksi sehingga trombosit yang
didapat dari donor tunggal dengan teknik aferesis lebih disukai
daripada donor multipel. Konsentrat trombosit yang didapat dengan
aferesis dapat mengandung 150-500 x 109/L trombosit, setara dengan
3-10 KT teknik konvensional.5

2.1.4. Transfusi Fresh Frozen Plasma

Plasma dipisahkan dari WB melalui proses sentrifugasi ataupun


plasmaferesis. Indikasi utama transfusi FFP tidak banyak karena risiko
pemberiannya seringkali melebihi keuntungannya. Plasma dapat
menjadi media transmisi sebagian besar infeksi dalam darah, berisiko
tinggi menyebabkan reaksi transfusi, sehingga FFP hanya
direkomendasikan untuk mengoreksi gangguan koagulasi karena
defisiensi faktor pembekuan darah, bukan untuk menggantikan volume
intravaskular. Transfusi plasma beku segar digunakan untuk mengatasi
perdarahan aktif karena defisiensi faktor II, V,VII, X, dan XI. Plasma
tidak terbukti lebih baik dibandingkan kristaloid ataupun koloid
sebagai cairan resusitasi dalam keadaan hipovolemia.5

2.1.5. Transfusi Kriopresipitat

Kriopresipitat dihasilkan dengan mengambil komponen presipitat


dari FFP yang dihangatkan (thawing) pada suhu 1-6oC. Setiap unit
kriopresipitat mengandung sekitar 80-100 unit faktor VIII dan 150-300
mg fibrinogen yang berasal dari donor tunggal ataupun pool dari
minimal 6 donor.5

2.2. Indikasi Transfusi Pada Anak


1. Whole Blood :
a. Perdarahan akut dengan hipovolemia
b. Transfusi Tukar (Exchange transfusion)
c. Pengganti darah merah endap (packed red cell) saat
memerlukan transfusi sel darah merah
2. Packed Red Cell :

a. Umumnya diberikan pada kadar Hb < 7 g/dL.


b. Batasan yang lebih rendah masih dapat diterima pada anak
yang tidak menunjukkan gejala atau jika terapi lain (misalnya
penambahan zat besi pada anemia defisiensi besi) dapat
diberikan.
c. Batasan yang lebih tinggi dapat diindikasikan pada kondisi
spesifik seperti:
Hb < 7-10 g/dL: Pada operasi yang mengakibatkan
perdarahan masif atau terbukti adanya gangguan transpor
oksigen.
Hb < 8 g/dL: Pada anak dengan riwayat transfusi kronik
atau dalam terapi supresi sumsum tulang (transfusi
bertujuan menghilangkan gejala dan mengupayakan
pertumbuhan yang optimal).
Hb < 10 g/dL: Hanya pada populasi spesifik (misalnya
neonatus).7

3. Trombocyte Cells
Indikasi transfusi bervariasi berdasarkan situasi klinis seperti :
a. Kegagalan sumsum tulang :
Trombosit < 10.000/uL tanpa demam, terdapat perdarahan
mukosa spontan (perdarahan saluran cerna, kulit, saluran
kemih, intrakranial).
Jika trombosit > 10.000/uL pemberian transfusi trombosit
harus berdasarkan keadaan klinis pasien. Adanya
perdarahan aktif (petekie multipel, epistaksis, hematuria
masif, perdarahan saluran cerna) atau kemungkinan akan
munculnya perdarahan (perdarahan retina, sakit kepala
hebat, kejang) merupakan indikasi pemberian transfusi
trombosit.
Trombosit < 20.000/uL jika terdapat faktor risiko
perdarahan seperti demam, sepsis, atau adanya keadaan
yang menyebabkan peningkatan pemakaian trombosit
(pleteled consumption). Obat-obatan golongan asam
salisilat dan anti inflamasi non-steroid sebaiknya tidak
dipergunakan.7
b. Pembedahan atau prosedur invasif : Trombosit < 50.000/uL,
atau lebih tinggi pada pembedahan yang memiliki risiko
perdarahan masif (misalnya pembedahan otak).
c. Gangguan fungsi trombosit : Transfusi trombosit diberikan jika
terdapat perdarahan atau risiko tinggi terjadinya perdarahan,
berapapun hitung trombosit saat itu
d. Perdarahan atau transfusi masif :
Pertahankan trombosit > 50.000/uL jika trombositopenia
dipikirkan merupakan penyebab perdarahan tersebut
Pertahankan trombosit > 100.000/uL jika terdapat koagulasi
intarvaskular diseminata (KID) atau perdarahan
intrakranial.
4. Fresh Frozen Plasma :
a. Efek obat antikoagulan seperti warfarin, dengan perdarahan
yang mengancam nyawa, FFP dapat diberikan bersama
dengan vitamin K dan konsentrat faktor pembekuan yang
bergantung pada vitamin K pada perdarahan dengan fungsi
koagulasi yang abnormal.
b. Penyakit hati, jika perdarahan disertai dengan fungsi
koagulasi abnormal.
c. Setelah transfusi masif atau operasi pintas jantung, jika
terdapat perdarahan dengan fungsi koagulasi abnormal
5. Kriopresipitat : Transfusi kriopresipitat diberikan sebagai alternatif
dari konsentrat faktor VIII pada penyakit von Willebrand, defisiensi
faktor VIII (hemofilia A) atau defisiensi faktor XIII. Kriopresipitat
juga diindikasikan pada keadaaan defisiensi fibrinogen dengan
perdarahan nyata, prosedur invasif, trauma, atau KID

2.3. Volume dan Kecepatan Pemberian Transfusi Darah Pada Anak6


Produk Darah Volume Transfusi Ukuran Kantong Kecepatan
(mL) Darah

PRC Berat badan (kg) x 250-300 mL/kantong Transfusi dimulai pada


50-60 mL/kantong kecepatan lambat
kenaikan Hb yang
(misalnya setengah
pediatrik
diinginkan (g/dL) x 4 kecepatan standar) lalu
setelah 15 menit
pengawasan tidak
ditemukan reaksi
transfusi kecepatan
dapat ditingkatkan
sampai darah dapat
habis dalam 2-4 jam.

Trombosit 5-20 mL/kg Anak < 40 kg: 3 mL/kg/jam dalam 2-3


(5-10 mL/kg akan *Pediatrik (donor jam
tunggal) 40-60 mL (Terkadang trombosit
menaikkan hitung
*Aferesis (donor
diberikan dalam 30
trombosit 50.000 tunggal) dibagi dalam 4-
8x 40-60 mL/kantong menit namun hal
100.000/uL)
Anak > 40 kg atau
tersebut berpotensi
dewasa:
*Aferesis (donor menimbulkan reaksi
tunggal) > 200 mL atau
demam, menggigil, atau
dibagi dalam 2 x > 100
mL/kantong kelebihan cairan)
*Pool dari 4-5 donor >
160 mL

FFP 10-20 mL/kg 300 mL/kantong Mulai tidak lebih dari 5


50 mL/kantong (untuk
mL/menit
bayi)

Kriopresipitat 5-10 mL/kg 30-40 mL/kantong Mulai tidak lebih dari 5


mL/menit

2.4. Reaksi Transfusi


Reaksi transfusi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu imunologik
dan non imunologik. Reaksi imunologik cepat terdiri dari reaksi
transfusi hemolitik imun, reaksi anafilaktik, masalah koagulasi, reaksi
demam non-hemolisis, reaksi alergi dan transfusion related acute lung
injury (TRALI). Reaksi imunologik lambat terdiri dari reaksi transfusi
hemolitik lambat, penimbunan zat besi, aloimunisasi dan transfusion
associated graft versus host disease (GVHD).9
Reaksi alergi dan demam merupakan reaksi transfusi akut non-
hemolisis yang paling sering terjadi.3 Reaksi demam non hemolisis akut
dilaporkan terjadi pada 30% transfusi, kejadiannya berkurang menjadi
kurang dari 1 persen dengan penggunaan produk darah aferesis dan
lekoreduksi.9 Reaksi demam non hemolisis jika terjadi peningkatan suhu
1C dari suhu basal dengan atau tanpa menggigil, reaksi ini harus
dibedakan dengan demam akibat hemolisis atau kontaminasi bakteri
pada produk darah. Pada umumnya reaksi tersebut terjadi dalam jam
pertama transfusi.3 Demam terjadi melalui dua mekanisme yang
berbeda. Mekanisme pertama adalah interaksi antara antibodi sitotoksik
resipien dengan antigen spesifik donor. Kompleks antigen antibodi yang
terbentuk akan merangsang pengeluaran sitokin sebagai pirogen
endogen yang menimbulkan demam. Sitokin yang berkaitan adalah
interleukin (IL)-b, IL-6 dan tumor necrosis factor (TNF)-a. Mekanisme
kedua berkaitan dengan proses penyimpanan trombosit yang
menyebabkan pengeluaran sitokin aktif oleh residu lekosit. Risiko reaksi
transfusi meningkat dua kali lipat pada waktu penyimpanan
darah/komponen 3-5 hari dibandingkan dengan waktu penyimpanan 1-2
hari.3
Reaksi akut alergi ditandai dengan urtikaria atau eritem dengan
atau tanpa rasa gatal. Pada keadaan lanjut reaksi alergi ini dapat disertai
dengan gejala sistemik seperti sesak, mengi, hipotensi, takikardia,
penurunan kesadaran, syok bahkan kematian. Reaksi alergi tersebut
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang melibatkan imunoglobulin
E yang berinteraksi dengan antigen dan menyebabkan granulasi dari sel
mast dan basofil yang melepaskan histamin, eosinofil dan neutrophyl
chemotaxic factor.3
Sering pada Thallasemia beta, tetapi juga pada penderita sickle cell
disease dan kondisi yang tergantung transfusi lainnya. Satu kantong sel
darah merah mengandung 250 mg besi, efek toksik sering timbul setelah
transfusi 10-50 kantong darah. Diperlukan terapi iron chelation jangka
panjang mulai dari usia 2-3 tahun dapat mencegah kematian (gangguan
jantung, sirosis dan diabetes) pada dekade tiga dan empat hingga 90%..
Pada sepuluh tahun terakhir, terdapat empat penelitian yang
melaporkan premedikasi antipiretik, antihistamin dan kortikosteroid
tidak efektif dalam mencegah reaksi transfusi.3 Fry dkk melakukan
penelitian retrospektif pada tahun 2007 dan melaporkan penggunaan
premedikasi menurun hingga 1,6% pada seluruh transfusi. Panduan
klinis transfusi darah merah yang dikeluarkan oleh American Society of
Hematology pada tahun 2012 tidak merekomendasikan pemberian
premedikasi untuk mencegah reaksi transfusi. Pemberian produk darah
yang dimanipulasi dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya reaksi
demam akut non hemolisis, reaksi anafilaksis dan graft versus host
disease. Reaksi transfusi yang terjadi dapat diatasi dengan pemberian
antipiretik dan antihistamin sesuai dengan jenis reaksinya.10
BAB III
KESIMPULAN

Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke dalam


sistim pembuluh darah resipien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan volume darah
normal, mengganti kekurangan komponen darah, dan meningkatkan oksigenasi maupun
hemostasis. Darah merupakan komponen utama dalam tubuh dalam transport oksigenasi
yang sangat berguna dalam metabolisme dalam tubuh yang terdiri atas plasma dan
komponen darah lainnya seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Dalam melakukan transfusi pada anak harus dilakukan secara rasional berdasarkan
indikasi yang ada sehingga transfusi darah dapat dilakukan secara tepat sesuai manfaat
dengan mempertimbangkan efek sampingnya. Setiap komponen darah yang akan
ditransfusi memiliki indikasi yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan klinis dan fungsi
dari tiap komponen darah tersebut.
Setiap melakukan transfusi darah akan selalu ada resiko seperti reaksi transfusi dan
komplikasi jangka panjang yang akan diderita pasien. Untuk itu terkadang sebelum
melakukan tindakan transfusi dilakukan pemberian premedikasi seperti antihistamin,
steroid, dan antipiretik. Namun menurut penelitian 10 tahun terakhir pemberian
premedikasi tidak terbukti efektif dalam mencegah reaksi transfusi. Sehingga untuk
penanganan lebih lanjut setelah terjadi reaksi transfusi akan dilakukan sesuai dengan
standar operasional prosedur dari masing-masing reaksi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Strause RG. Blood and blood component transfusions. Dalam: Behrman R.E,
Kliegmari RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-
16. Philadelphia : WB. Saunders Co, 2000; 1499-503
2. Nency, M., Sumanti D, Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi
Komponen Darah pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 3, Oktober 2011
3. Esmeralda D, Chozie N, Efektivitas Premedikasi untuk Pencegahan Reaksi
Transfusi. Sari Pediatri, Vol. 17, No. 4, Desember 2015

4. A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2005: 221, 295
5. World Health Organization (WHO). The clinical use of blood in medicine,
obstetrics, pediatrics, surgery & anaesthesia, trauma & burns. Diunduh dari:
http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/Manual_EN.pdf tanggal 30
Desember 2016.
6. The Royal Childrens Hospital Melbourne. Blood product transfusion. Januari
2013. Diunduh dari: http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline index /Blood
product transfusion# tanggal 29 Desember 2016.
7. Gibson B. Blood transfusion in children with haematological/oncological disease.
Glassgow: Hemato-Oncology (Schiehallion) unit Royal Hospital for Sick
Children, Yorkhill. Women and Childrens Directorate, 2006. h.1-7.
8. Kasat K, Hendricks-Munoz KD, Mally PV. Neonatal red blood cell transfusions:
searching for better guidelines. Blood Transfus. 2011;9:86-94.
9. Sudarmanto B, Sumantri AG. Transfusi darah dan transplantasi. Dalam: Permono
HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku
ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2005.h.217-26.
10. Weinstein R. Clinical practice guide on red blood cell transfusion. Ann Intern
Med 2012;157:49-58.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ulkus Diabetikum
    Ulkus Diabetikum
    Dokumen25 halaman
    Ulkus Diabetikum
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Rsud Revisi
    Rsud Revisi
    Dokumen44 halaman
    Rsud Revisi
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Parotis Fix
    Jurnal Parotis Fix
    Dokumen29 halaman
    Jurnal Parotis Fix
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Fix
    Journal Reading Fix
    Dokumen28 halaman
    Journal Reading Fix
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Morport 26 Juni 2017
    Morport 26 Juni 2017
    Dokumen9 halaman
    Morport 26 Juni 2017
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Umum - Spinal
    Anestesi Umum - Spinal
    Dokumen53 halaman
    Anestesi Umum - Spinal
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Hernia Nukleus Pulposus TUGAS
    Hernia Nukleus Pulposus TUGAS
    Dokumen40 halaman
    Hernia Nukleus Pulposus TUGAS
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Morport 26 Juni 2017
    Morport 26 Juni 2017
    Dokumen50 halaman
    Morport 26 Juni 2017
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Referat DBD Word MPBT
    Anestesi Referat DBD Word MPBT
    Dokumen23 halaman
    Anestesi Referat DBD Word MPBT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen1 halaman
    Laporan Kasus
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • REFRAT
    REFRAT
    Dokumen12 halaman
    REFRAT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Tugas Neurologi Klinik New
    Tugas Neurologi Klinik New
    Dokumen21 halaman
    Tugas Neurologi Klinik New
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Referat DBD Word MPBT
    Anestesi Referat DBD Word MPBT
    Dokumen23 halaman
    Anestesi Referat DBD Word MPBT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • TRANSLET
    TRANSLET
    Dokumen6 halaman
    TRANSLET
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Refrat
    Daftar Refrat
    Dokumen3 halaman
    Daftar Refrat
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Airway Breathing
    Airway Breathing
    Dokumen67 halaman
    Airway Breathing
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Refrat Michael
    Refrat Michael
    Dokumen76 halaman
    Refrat Michael
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Apendisitis Pada Kehamilan Michael 1161050130
    Apendisitis Pada Kehamilan Michael 1161050130
    Dokumen19 halaman
    Apendisitis Pada Kehamilan Michael 1161050130
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • PRB Michael
    PRB Michael
    Dokumen29 halaman
    PRB Michael
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • REFRAT
    REFRAT
    Dokumen12 halaman
    REFRAT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Struma
    Struma
    Dokumen15 halaman
    Struma
    Achmad Dainuri
    Belum ada peringkat
  • Referat DBD
    Referat DBD
    Dokumen30 halaman
    Referat DBD
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Peb Michael Tugas
    Peb Michael Tugas
    Dokumen19 halaman
    Peb Michael Tugas
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Michael Refrat
    Michael Refrat
    Dokumen39 halaman
    Michael Refrat
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • MICHAELLLLLL
    MICHAELLLLLL
    Dokumen28 halaman
    MICHAELLLLLL
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • Michael Refrat Saraf
    Michael Refrat Saraf
    Dokumen44 halaman
    Michael Refrat Saraf
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • MMMTTT
    MMMTTT
    Dokumen17 halaman
    MMMTTT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • MMMTTT
    MMMTTT
    Dokumen17 halaman
    MMMTTT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat
  • MMMTTT
    MMMTTT
    Dokumen17 halaman
    MMMTTT
    Michael Tambunan
    Belum ada peringkat