Diajukan oleh:
Swiking Edward Manurung
NPM: 133010004221
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir dengan
judul Analisis atas Sistem Kepegawaian dan Remunerasi Badan Layanan
Umum Politeknik Keuangan STAN. Tujuan penulisan Karya Tulis Tugas Akhir
ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Program
Diploma Keuangan Spesialisasi Kebendaharaan Negara Politeknik Keuangan Negara
STAN.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, kritik, saran, dan motivasi yang sangat besar dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua, Bapak Mian Manurung dan Ibu Nia Rosmeliati Sihotang
yang telah memberikan dukungan dan semangat luar biasa dalam
pelaksanaan Karya Tulis Tugas Akhir ini.
2. Dosen Pembimbing/Penilai I Tugas Akhir penulis, Bapak Muhadi
Prabowo, Ak., MBA yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan
nasihat dalam penulisan karya tulis.
3. Dosen Penilai II, Bapak Yuniarto Hadiwibowo yang telah memberikan
arahan dalam penulisan Kaya Tulis Tugas Akhir ini.
4. Ibu Budiasih Widiastusi selaku Kepala Subbagian Tata Usaha Organisasi
dan SDM PKN STAN yang telah memberikan informasi terkait Sistem
Kepegawaian di PKN STAN.
5. Ibu Amik Yuniyanti selaku Kepala Subbagian Keuangan PKN STAN
yang telah memberikan informasi terkait Sistem Remunerasi/Penggajian
di PKN STAN
6. Bapak Budi Waluyo selaku Anggota Tim Penyusun Persyaratan
Penerapan PPK BLU PKN STAN Tahun 2007/2008, yang telah
memberikan informasi terkait Pola Remunerasi dan Kepegwaian di PKN
STAN sejak awal ditetapkan menjadi BLU berstatus penuh.
v
7. Bapak M.Nurul dan Bapak Suwignyo di Dit. PPK BLU Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, yang telah memberikan informasi terkait PPK
BLU di PKN STAN.
8. Keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dalam penulisan
tugas akhir ini.
9. Dea Rizky Amanda Panjaitan dan Abdurrahman Imam Prasetyo, yang
telah memberikan motivasi dan nasihat dalam penulisan tugas akhir ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan tugas akhir yang telah saling menyemangati
dalam penulisan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga segala
kekurangan yang ada pada Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik dimasa yang akan datang.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR...........................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................................vii
Daftar Tabel................................................................................................................viii
Daftar Lampiran............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
D. Metode Penelitian..................................................................................................5
E. Sistematika Penulisan............................................................................................6
A. Gambaran Umum..................................................................................................7
B. Data.....................................................................................................................14
A. Landasan Teori....................................................................................................20
B. Pembahasan.........................................................................................................29
BAB IV SIMPULAN...................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................51
LAMPIRAN.................................................................................................................53
vii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1:Update data pegawai Politeknik Keuangan Negara STAN tahun 2016
Tabel II.2: Laporan Realisasi Anggaran Politeknik Keuangan Negara STAN tahun
2015
Tabel III.1: Penerapan Tarif Jasa Layanan Pendidikan Program Diploma IVJurusan
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Perguruan Tinggi
diwajibkan memberikan pelayanan yang baik dan bermutu. Perguruan Tinggi juga
diharapkan pekaterhadap berbagai kritik, saran, dan tuntutan dari pihak luar,
Umum (BLU).
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU juga
diberikan pengelolaan keuangan bersifat khusus, yang dikenal dengan istilah pola
1
2
Kerja (satker) BLU agar dapat menerapkan praktik bisnis yang sehat.
Dalam pengelolaan BLU, kepada pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai
BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
atas prestasi, pesangon dan atau pensiun. Pegawai BLU (khususnya Pegawai Negeri
Sipil/PNS) hanya dapat diberikan tunjangan tetap, bonus atas prestasi dan atau
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan salah satu satker yang
Maret 2008. Namun pada 15 Juli 2015, STAN resmi bertransformasi menjadi
Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN). Pada masa transisi yang sedang
berjalan ini tentu masih banyak terdapat permasalahan yang dihadapi PKN STAN.
PKN STAN yang telah bertransformasi selama satu tahun masih menemui sejumlah
Permasalahan yang utama dalam hal kepegawaian di PKN STAN adalah kurangnya
3
pegawai dosen dan nondosen. Ditambah lagi dengan PKN STAN yang belum
otonom.
Karakteristik dan kriteria remunerasi di PKN STAN masih perlu dikaji lebih
selama ini diberikan dalam sistem penggajian pegawai di PKN STAN memiliki
dari Ibu Amik Yuniyanti selaku Kepala Subbagian Keuangan PKN STAN tahun 2016
diketahui bahwa selama ini PKN-STAN belum menerapkan remunerasi BLU, masih
remunerasi seperti yang tertulis dalam pasal 35 ayat 1 PP Nomor 23 Tahun 2005,
yang menyatakan bahwa pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU
karena itu penulis menetapkan judul Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah ANALISIS
dicapai oleh penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah:
4. Untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman bagi penulis, baik secara teori
5. Untuk dijadikan referensi bagi pihak-pihak terkait, baik internal maupun di luar
PKN-STAN
Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki oleh penulis dalam
pelaksanaan penulisan karya tulis ini serta keterbatasan data dan informasi yang
penulis peroleh selama pengerjaan karya tulis ini, penulis akan membatasi ruang
memudahkan dilaksanakannya penelitian agar lebih efektif dan efisien. Masalah yang
1. Permasalahan yang muncul dalam masa transisi dari Sekolah Tinggi Akuntansi
D. Metode Penelitian
1. Penelitian Kepustakaan
perkuliahan, serta artikel dari surat kabar dan internet serta literatur lainnya yang
2. Penelitian Lapangan
untuk mendukung data faktual dalam permasalahan Karya Tulis Tugas Akhir ini.
6
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mendeskripsikan latar belakang dan tujuan penulisan Karya Tulis Tugas
pengumpulan data yang digunakan, serta sistematika penulisan dari Karya Tulis
Bab ini menjabarkan gambaran umum Politeknik Keuangan Negara STAN. Bab ini
juga akan dijabarkan mengenai data dan fakta dari Sistem Kepegawaian dan
STAN yang meliputi klasifikasi pegawai Badan Layanan Umum dan pola remunerasi
Pada bab ini menguraikan pembahasan dari data dan fakta yang telah penulis
dapatkan. Pembahasan tersebut berupa tinjauan umum atas sistem kepegawaian dan
pelaksanaan remunerasi serta permasalahan atau hambatan yang muncul dalam sistem
BAB IV SIMPULAN
Bab ini berisi simpulan dari pembahasan terkait landasan teori dan fakta yang ada di
A. Gambaran Umum
sebelum tahun 1959, seiring dengan kebuthan tenaga keuangan, akuntan, maupun
nonakuntan, pada awal masa kemerdekaan Indonesia. Sebelum tahun 1959 tersebut
Akademi Pajak dan Pabean, Kursus Djabatan Ajun Akuntan (KDAA) dan Kursus
Djabatan Pembantu Akuntan (KDPA). Pada tanggal 5 Oktober 1959, Akademi Pajak
dan Pabean dibubarkan, kemudian diganti dengan lembaga baru bernama Sekolah
Tinggi Ilmu Keuangan Negara (STIKN) yang mulai berjalan pada tanggal 31
7
8
dipertegas dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 167 tanggal 6 Mei
Kementerian Keuangan dan Badan Pemeriksa Keungan, antara lain: Sekolah Tinggi
Ilmu Keuangan Negara (STIKN), Akademi Treasuri Negara (ATN), Akademi Ajun
Institusi dengan nama Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) sendiri baru
berdiri pada tahun 1974 melalui Keputusan Presiden No. 45 Tahun 1974 jo. No. 12
tersebut. Pasal 534 dalam KMK tersebut menyebutkan bahwa STAN mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan
(BPLK), di dalam bidang pendidikan akuntansi. Pasal 536 dalam KMK tersebut juga
Tim Pelembagaan STAN tidak menghasilkan kejelasan status STAN sampai dengan
Cirebon sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPLK Nomor SE-048/BP/1998 tanggal
diselnggarakan oleh Balai Diklat Keuangan VII diserahkan kepada STAN. Dengan
Diploma I dan Diploma III Keuangan, yang semula dilaksanakan oleh Balai Diklat
dan III Keuangan Spesialisasi Anggaran dan Pengurusan Piutang dan Lelang
Negara (PPLN);
Setelah tahun 1999, berbagai upaya terus dilakukan oleh STAN untuk memperjelas
c. Lembaga pendidikan yang ada dijadikan PT Badan Hukum Milik Negara (BHMN)
Setelah dibahas di Departemen Keuangan, ketiga alternatif itu tidak ada yang disetujui
STAN menjadi BLU dimulai sejak tahun 2007 hingga 2008. Pada akhirnya, STAN
resmi ditetapkan menjadi BLU penuh dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
disimpulkan bahwa proses penetapan STAN menjadi BLU penuh telah didasarkan
11
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 58F ayat (3)
perguruan tinggi yang diberikan denga penerapan pengelolaan keuangan BLU pada
rektor, ketua, atau direktur menentukan secara mandiri satuan pendidikan yang
dikelolanya dalam bidang keuangan, bidang sumber daya manusia, serta bidang
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ataupun Program Diploma (Prodip) dengan pemda
tanpa menyetorkan PNBP langsung ke kas negara. Semua penerimaan ini ditampung
pada rekening Bendahara Penerimaan BLU STAN dan dapat mendapatkan izin dari
(PKN-STAN), dan pengesahan kembali program studi yang telah ada mendapat
c. Surat Menteri Ristek dan Dikti Nomor 56/M/III/2015 tanggal 17 Maret 2015
Berdasarkan persetujuan dari Kementerian Riset Teknologi dan Dikti, pada tanggal 28
telah menyampaikan usulan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) PKN-STAN
tanggal 9 Juli 2015, dan selanjutnya pada tanggal 15 Juli 2015 ditetapkanlah
3. Pelaksanaan penelitian;
pengelolaan keuangan negara. PKN STAN akan memenuhi setiap bagian dari
komitmen ini dengan standar kualitas yang tinggi melalui penyelenggaraan program
B. Data
sebagai bagian dari Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Oleh karena
STAN sendiri masih belum memiliki. SIMPEG di PKN STAN masih menginduk ke
Sebagai sebuah Badan Layanan Umum, tentunya membuat PKN STAN mendapat
fleksibilitas dalam hal kepegawaiannya. Dimana pegawai yang ada di PKN STAN
dapat berupa tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun tenaga profesional non-
PNS. Berdasarkan data terbaru tahun 2016, jumlah pegawai di PKN STAN adalah
227 orang, yang terdiri dari 120 tenaga PNS dan 87 Tenaga Non-PNS. Dari jumlah
120 orang tenaga PNS, PKN STAN baru memiliki 20 orang tenaga PNS yang
berstatus Dosen. Sementara sisanya berstatus tenaga nondosen. Untuk pegawai non-
PNS di PKN STAN semuanya berstatus sebagai pegawai tidak tetap (kontrak), yang
mana kontrak mereka tetap diperpanjang setiap tahunnya dari 2010sampai dengan
tahun2016 ini.
Subbagian Tata Usaha Organisasi dan Sumber Daya Manusia PKN STAN, diketahui
bahwa selama ini PKN STAN belum memiliki Sistem Informasi Manajemen
15
STAN masih berupa sistem kepegawaian administrasi manual biasa layaknya sebuah
satuan kerja (satker) biasa yang tidak didasarkan pada web basis. SIMPEG yang ada
di PKN adalah SIMPEG yang terpusat dan menginduk pada SIMPEG Badan
melatarbelakangi sulitnya PKN STAN untuk memiliki sebuah SIMPEG yang otonom
dan mandiri. Alasan yang pertama, PKN STAN secara statuta masih menginduk
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti), namun secara teknis operasional
kedua berhubungan dengan belum adanya urgensi penerapan SIMPEG di PKN STAN
secara otonom dan mandiri. Hal ini dilatarbelakangi dengan masih kurangnya
kebutuhan pegawai di PKN STAN baik yang berstastus sebagai PNS maupun non-
PNS. Pasca bertransformasi menjadi sebuat Politeknik pada tanggal 15 Juli 2015,
masih banyak pos-pos pegawai di PKN STAN yang belum diisi secara optimal
sebagai sebuah perguruan tinggi. Alasan yang ketiga adalah faktor masa transisi yang
kepegawaian PKN STAN. Walaupun berada di satu unit organisasi, namun rotasi
antar sub bagian memberikan dampak secara psikologis bagi para pegawai, khususnya
dalam adaptasi atas job desk yang baru. Alasan keempat ialah masalah fokus PKN
STAN saat ini. Fokus PKN STAN saat ini adalah pemenuhan syarat akreditasi
Kemenristek Dikti.
16
Adapun uraian mengenai struktur dan komposisi kepegawaian dapat dilihat pada
tabel II.1
Tabel II.1
Update Data Pegawai PKN STAN
Tahun 2016
No Uraian Pegawai Jumlah Keterangan
Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala Subbagian Tata Usaha Organisasi dan
SDM Politeknik Keuangan Negara STAN Tahun 2016
Subbagian Keuangan PKN STAN diketahui bahwa, sejak ditetapkan sebagai Badan
Tahun 2008, PKN STAN belum menerapkan remunerasi sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum.
PKN STAN masih menerapkan skema remunerasi seperti skema penggajian biasa
Remunerasi pada BLU dan TKPKN pada prinsipnya tidak dapat disamakan. Ciri
khas remunerasi BLU adalah single salary dan memiliki relevansi yang sangat erat
penggajian hanya melalui satu jalur penyaluran, tidak ada jalur penerimaan lain di
Remunerasi menggunakan satu batas tertinggi dan dijabarkan lewat berbagai macam
komponen, seperti gaji, tunjangan, bonus, dan lain-lain. Sementara, skema pemberian
TKPKN memiliki banyak jalur, artinya ada tambahan-tambahan lain di luar gaji.
Untuk tunjangan saja, dalam skema TKPKN dikenal berbagai jenis tunjangan, seperti:
dll. Selain itu relevansi TKPKN yang diterapkan di PKN STAN dengan kinerja
(performance based) bersifat tidak terlalu direct. Aspek pembeda lain antara
remunerasi dan TKPKN yang perlu diperhatikan adalah dalam hal sumber pendanaan.
Dalam remunerasi sumber pendanaan harus lewat pendapatan BLU PNBP. Sementara
untuk TKPKN, sumber pendanaan dapat dibayarkan lewat APBN. Mungkin secara
besarnya jumlah nominal yang diperoleh antara remunerasi dan TKPKN tidak terlalu
jauh berbeda. Namun berdasarkan skema jalur penyaluran, pengukuran kinerja, dan
baik itu pendapat operasional maupun pendapatan yang bersumber dari PNBP. Total
pendapatan tadi kemudian dikurangi beban yang harus dibayar, lalu dibagi dengan
komposisi jumlah pegawai yang terdapat di Satker BLU itu sendiri. Pegawai yang
18
dimaksud mencakup pegawai PNS dan non-PNS. Adapun untuk laporan aktivitas
Politeknik Keuangan Negara yang berakhir pada 31 Desember 2015 dapat dilihat
pada lampiran 1.
Laporan aktivitas adalah laporan yang menyajikan data pendapatan dan beban
yang timbul atas aktivitas BLU PKN STAN selama tahun 2015. Pada laporan
aktivitas dapat diperoleh informasi bahwa pendapatan PKN STAN selama tahun 2015
Rp1.184.370.155,00. Sehingga surplus BLU PKN STAN Tahun 2015 adalah sebesar
Rp8.129.422.416. Sedangkan untuk tahun 2014, surplus BLU PKN STAN adalah
sebesar Rp5.590.816.974,00.
Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp33.273.279.345 atau mencapai 203, 17 persen
Adapun untuk Laporan Realisasi Anggaran PKN STAN untuk periode yang
Tabel II.2
31 DESEMBER 2015
TA 2015
URAIAN
ANGGARAN REALISASI
PENDAPATAN
Bukan Pajak
BELANJA
A. Landasan Teori
Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran dari
kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi
pada output. Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk
menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat
Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan praktik yang telah dianut
20
21
pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat
keuangan Badan Layanan Umum (BLU). BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara). Selanjutnya pasal 68 ayat (1)
sebagai berikut:
Satker yang memperoleh pendapatan dari layanan untuk mengelola sumber daya yang
ada sehingga pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.
fleksibiltas yang diberikan pada BLU adalah kaitannya dengan kepegawaian dan
remunerasi:
b. Dalam pengelolaan BLU, kepada pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai
BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan.
Dengan fleksibilitas yang diberikan pada BLU, diharapkan BLU dapat menjadi
BadanLayanan Umum, pada Pasal 33 ayat (2) dijelaskan beberapa aturan terkait
a. Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri atas pegawai negeri sipil
dan/atau tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan
BLU.
b. Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU yang berasal dari tenaga profesional
non-pegawai negeri sipil dapat dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak.
c. Pejabat perbendaharaan pada BLU pada kementerian negara/lembaga yang
meliputi Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara
Pengeluaran harus dijabat oleh pegawai negeri sipil.
d. Pejabat perbendaharaan pada BLU di lingkungan pemerintah daerah yang meliputi
Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan, dan
Bendahara Pengeluaran harus dijabat oleh pegawai negeri sipil.
e. Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang
berasal dari pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
f. Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU di
lingkungan kementerian negara/lembaga yang berasal dari tenaga profesional non-
pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh pemimpin
BLU.
g. Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU di
lingkungan pemerintah daerah yang berasal dari tenaga profesional non-pegawai
negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh kepala daerah atas
usul pemimpin BLU.
dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat
(1) Pay for position, remunerasi yang diberikan atas dasar penghargaan terhadap
pekerjaannya. Besarnya bersifat tetap dan dibayarakan secaraperiodik (setiap
bulan)
(2) Pay for performance, remunerasi yang diberikan atas dasar pencapainkinerjanya
didalam perusahaan. Besarnya bersifat tidak tetap sesuaidengan seberapa besar
pencapaian kerjanya.
(3) Pay for people, remunerasi atas dasar kondisi perorangan/individu,
berupa premi asuransi, pesangon, pensiun, dan lain-lain.
Remunerasi pada Satker BLU diberikan atas dasar tingkat tanggung jawab dan
berdasarkan kemampuan keuangan (jumlah omzet dan aset BLU), prestasi kerja,
lokasi kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, kelangkaan profesi, dan unsur pertimbangan
rasional lainnya. Satker BLU terlebih dahulu harus mengajukan pola remunerasi
Karena pengajuan remunerasi ini bukanlah menjadi suatu kewajiban bagi Satker
BLU, maka Direktorat PPK BLU tidak dapat memberlakukan sanksi terhadap Satker
BLU yang belum/tidak mengajukan usulan remunerasi. Beberapa sub bagian penting
mengenai konsepsi dasar remunerasi menurut Dit. PPK. BLU (2014) antara lain:
a. Komponen remunerasi
Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai BLU, terdiri dari:
1) Gaji, adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulan oleh pejabat
2) Honorarium, adalah imbalan finansial bersih yang diterima setiap bulan oleh
3) Tunjangan (tetap) adalah, tambahan pendapatan di luar gaji yang diterima oleh
pejabat pengelola dan pegawai BLU, yang diberikan berdasarkan prestasi kerja,
pengelola, pegawai, Dewan pengawas dan sekretaris dewan pengawas BLU yang
b. Besaran remunerasi
1) Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang
dikelola oleh BLU serta tingkat pelayanan. Pertimbangan ini sejalan dengan
compensable factor, meliputi segala jenis faktor yang dipilih untuk menentukan
seberapa besarnya nilai suatu jabatan. Pertimbangan yang bisa digunakan untuk
a) Posisi Jabatan
Posisi jabatan yang sama, untuk jenis layanan yang berbeda ataupun berdasarkan
besar kecilnya unit yang dikelola tentunya tidak bisa disamakan besaran
Perhubungan.
26
Pegawai dengan reputasi atau pengalaman tertentu tentunya tidak bisa disamakan
dengan orang yang belum punya reputasi atau pengalaman. Misal: Meskipun
menangani pekerjaan yang sama, orang yang punya pengalaman biasanya akan
c) Kinerja.
Pegawai yang mempunyai kinerja lebih baik tentunya tidak bisa disamakan
2) Kesetaraan
sejenis tersebut bisa berupa yang bidang usahanya sama ataupun pada wilayah
yang sama. Untuk posisi tertentu, misal: akuntan, tidak bergantung pada bidang
usaha karena akuntan bisa bekerja pada berbagai perusahaan yang berbeda-beda
bidang usahanya. Selanjutnya juga yang perlu dibandingkanadalah gaji dasar (base
3) Kepatutan
4) Kinerja operasional
Kinerja operasional yang dimaksud disini adalah kinerja operasional BLU yang
Agar diperoleh remunerasi yang dapat dikaitkan dengan kinerja pegawai, tahapan
informasi yang penting dan relevan mengenai suatu Jabatan. Sedangkan uraian
Adalah proses secara sistematis untuk menilai besar-kecilnya atau bobot (secara
berkomunikasi.
akuntabilitas.
d)Kondisi kerja (working condition) yang meliputi: tingkat risikolingkungan kerja dan
3) Struktur remunerasi
4) Penilaian kinerja
dapat ditetapkan indeks berupa nilai atau angka. Indeks kinerja ini ditetapkan
indeks kinerja individu dan indeks kinerja unit. Indeks kinerja individu berupa
perbandingan antara pencapaian total target individu dengan Satker Individu pada
perhatian tinggi pada pencapaian kinerja unit kerjanya. Penilaian kinerja ini dapat
Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai pada Perguruan Tinggi
bahwa:
(1) Menteri Teknis mengusulkan besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola, Dewan
Pengawas, dan Pegawai kepada Menteri Keuangan.
(2) Besaran remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada:
a. jumlah mahasiswa;
b. PNBP;
c. besaran aset; dan
d. capaian target kinerja.
B. Pembahasan
pekerjaandengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan, dan dapat
Keuangan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan
masih terintegrasi menjadi satu bagian dengan Sistem Kepegawaian di BPPK, atau
BPPK. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Budiasih Widiastuti selaku
Kepala Subbagian Tata Usaha Organisasi dan SDM PKN STAN, diketahui bahwa
sampai saat tulisan ini dibuat, PKN STAN belum memiliki SIMPEG. Sistem
biasa layaknya sebuah satker biasa yang tidak didasarkan pada web basis. SIMPEG
yang ada di PKN STAN adalah SIMPEG yang terpusat dan menginduk padaSIMPEG
BPPK. Menurut Ibu Budiasih, sejauh ini belum ada rencana yang dilakukan PKN
STAN untuk membuat SIMPEG sendiri, yang lepas dari integrasi BPPK.
memiliki sebuah SIMPEG yang otonom dan mandiri. Yang pertama, PKN STAN
secara statuta masih menginduk kepada BPPK. Walaupun secara akademik berada di
yang memiliki tugas dan fungsi (tusi) terkait pendidikan adalah Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan (BPPK). Oleh karena itu PKN STAN sebagai sebuah lembaga
kepegawaiannya.
SIMPEG di PKN STAN secara otonom dan mandiri. Hal ini dilatarbelakangi dengan
masih kurangnya kebutuhan pegawai di PKN STAN baik yang berstastus sebagai
Juli 2015, masih banyak pos-pos pegawai di PKN STAN yang belum diisi secara
optimal sebagai sebuah perguruan tinggi. Misalnya saja kebutuhan akan tenaga dosen
yang masih belum mencukupi, kebutuhan akan tenaga fungsional (pranata komputer)
yang juga masih sangat kurang. Ditambah lagi PKN STAN belum memiliki tenaga
jumlah pegawai non-PNSdi PKN STAN sendiri dapat dikategorikan masih kurang.
Oleh karena itu, pada awal bulan Juni 2016 dilakukan rekrutmen pegawai non-PNS
Alasan yang ketiga adalah faktor masa transisi yang masih perlu penyesuaian.
Pasca transformasi PKN STAN, terjadi rotasi di kepegawaian PKN STAN. Misalnya
pegawai selama masa transisi. Walaupun berada di satu unit organisasi, namun rotasi
antar sub bagian memberikan dampak secara psikologis, khususnya dalam adaptasi
para pegawai terhadap job desk yang baru. Hal ini dikarenakan kemampuan adaptasi
setiap pegawai berbeda-beda. Ada yang mampu beradaptasi dengan cepat dan ada
juga yang membutuhkan waktu lama untuk beradapatasi dengan job desk yang baru.
Alasan keempat ialah masalah fokus PKN STAN saat ini. Fokus PKN STAN
saat ini adalah pemenuhan syarat akreditasi. Pasca setahun menjadi sebuat perguruan
banyak Program Studi (prodi) yang ada di PKN STAN masih belum memiliki
persyaratan prodi-prodi yang ada tersebut tentunya menjadi fokus yang saat ini
pelaksanaan SIMPEG yang otonom dan mandiri di PKN STAN. Secara aturan
organisasi sebenarnya tidak ada masalah dengan SIMPEG yang masih terintegrasi
dengan BPPK. Namun di lain sisi, hal ini bisa menjadi suatu masalah di masa
di PKN STAN. Mengingat, saat ini jumlah keseluruhan pegawai PKN STAN, baik
yang berstatus PNS dan non-PNS adalah 227 orang. Jumlah tersebut akan terus
bertambah seiiring banyaknya rekrutmen baru yang dilakukan PKN STAN dalam
33
pemenuhan komposisi pegawainya baik yang berstatus PNS maupun non-PNS. Oleh
karena itu, setelah merubah statusnya menjadi politeknik berdampak pula pada
serta merta dapat terus menerus dijadikan alasan untuk menunda PKN STAN bisa
Menteri Keuangan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Statuta PKN STAN, diamanatkan
bahwa PKN STAN memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa
otonomi yang dimaksud meliputi otonomi secara akademik dan non akademik.
Pada pasal 59 PMK Nomor 2 Tahun 2016 tentang Statuta PKN STAN
disebutkan salah satu tugas Subbagian Tata Usaha, Organisasi, dan SDM adalah
lebih cepat dan tanggap dalam mengakomodir perubahan kondisi yang terjadi di
internal organisasi maupun dinamika yang terjadi di masyarakat. Untuk itu diperlukan
Menurut Horsefield yang dikutip oleh Donovan dan Jackson (1991 : 3019)
menjelaskan:
34
fleksibilitas yang ia miliki. Salah satu cara yang dapat diambil PKN STAN adalah
dengan menjadikan pegawai tidak hanya sekadar objek, melainkan sebagai aset
berharga organisasi. Selain itu, dapat pula lewat pengembangan karier pegawai.
selanjutnya terjadi adalah ikut tumbuhnya kinerja dan produktivitas pegawai terhadap
35
organisasi. Hal tersebut tentu akan mempermudah PKN STAN mencapai target
organisasinya. Oleh karena itu, PKN STAN sangat membutuhkan sebuah sistem
manajemen SDM yang otonom, mandiri, dan bermutu dalam mengelola pegawainya.
Dalam teori manajemen di era teknologi saat ini, salah satu unsur pendukung
ditunjukkan oleh kecepatan dan ketepatan waktu pemrosesan, serta ketelitian dan
kebenaran informasi (validitas) yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
perangkat komunikasi dan internet sebagai sarana pengelolaan informasi. Oleh karena
itu, dibutuhkan sebuah sistem untuk mengelola pegawai (SDM) suatu organisasi.
Kepegawaian (SIMPEG).
organisasi yang perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan pegawai yang baik dalam
lingkup kecil akan meningkatkan kinerja pegawai dan dalam lingkup yang lebih besar
government. Hal-hal yang harus dimiliki dan dihasilakn oleh sistem informasi
1) Biodata pegawai
3) Pelatihan kepegawaian
6) Riwayat keluarga
8) Riwayat pengalaman
9) Riwayat organisasi
8) Historis karir
c. Memiliki sistem keamanan yang handal, yang dapat memberikan akses secara
jaringan.
dan prestasi dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi telah diamanatkan
Singkatnya, pelayan publik yang diharapkan ke depan adalah pelayan publik yang
material dan mesin. Salah satu sumber daya yang sangat penting adalah modal sumber
daya manusia, yakni pegawai. Pegawai memiliki berbagai potensi, antara lain; akal,
karya. Semua potensi tersebut menjadi modal utama yang menentukan kelangsungan
38
hidup organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuannya. Sebaliknya sumber daya
manusia juga mempunyai berbagai macam kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah yang dipandang sebagai pendorong bagi
dalam visi dan misi organisasi, maka sebuah organisasi pemerintah harus mampu
mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya secara efisien dan seefektif
mungkin. Salah satu upaya yang dilakukan oleh organisasi pemerintah adalah
diharapkan dapat mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik. Kinerja yang baik
dapat terjaga apabila organisasi pemerintah memiliki cara-cara yang dapat mendorong
dan memotivasi pegawai untuk tetap menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Kinerja tidak dapat dilepaskan dari kompensasi. Oleh karena itu kompensasi menjadi
salah satu elemen kunci dalam meningkatkan kinerja pegawai.
terbaik. Gaji lebih didasarkan kepada golongan dan kepangkatan yang telah
ditentukan, bukan hasil kinerja setiap tahun. Sistem penggajian seperti ini tidak
mendorong nilai efisiensi dan efektivitas dalam organisasi. Upaya untuk bekerja
efisien dan efektif dalam meningkatkan kinerja kurang narnpak: Bagi mereka yang
memiliki golongan kepangkatan yang sama, bekerja minimal dan maksimal tetap
39
dihargai sama dalam sistem insentifnya, sehingga tidak memacu semangat untuk
bekerja lebih baik. Dengan katalain, pelanggaran terhadap prinsip ekuitas sangat
nampak dalamsistem penggajian ini. Disamping itu, sistem penggajian tidak cukup
responsif terhadap kompleksitas pekerjaan. Orang yang bekerja pada jabatan tertentu
dengan risiko yang tinggi, atau dengan kompleksitas yang tinggi, atau dengan tingkat
biaya psikologis yang lebih tinggi, kurang dihargai dengan penggajian yang lebih
sesuai dengan beban-beban tersebut. Yang terjadi selama ini hanya terbatas pada
tunjangan struktural dan fungsional saja, tidak melihat tingkat kerumitan pekerjaan
diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan dalam Good Governance dari sisi
penggajian pelayan publik. BLU diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
mereka agar tetap memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Instansi
pemerintah yang ditetapkan menjadi satker BLU diharapkan dapat memperbaiki tata
kelola organisasi dan keuangan. Memperbaiki tata kelola organisasi salah satunya
keuangan diantaranya adalah menyusun pola remunerasi yang didasarkan pada tingkat
PKN STAN telah ditetapkan sebagai BLU berstatus penuh sejak tahun2008.
Namun masih terdapat beberapa aspek yang harus segera dibenahi PKN STAN dalam
satu yang menjadi sorotan adalah penerapan penggajian di STAN yang masih belum
melalui KMK Nomor 71 Tahun 2008, PKN STAN belum menerapkan skema
PKN STAN masih menerapkan sistem penggajian yang biasa, seperti Satker-Satker
diterapkan di PKN STAN dapat disamakan dengan skema remunerasi pada BLU?
Remunerasi pada BLU prinsipnya adalah single salary dan memiliki relevansi
yang sangat erat dengan kinerja pegawai (performance based). Ciri khas remunerasi
pada BLU adalah skema single salary yang menekankan bahwa penggajian hanya
melalui satu jalur penyaluran, tidak ada jalur penerimaan lain di luar itu. Remunerasi
batas tertinggi dan dijabarkan lewat berbagai macam komponen, seperti gaji,
banyak jalur, artinya ada tambahan-tambahan lain di luar gaji. Untuk tunjangan saja,
dalam skema TKPKN dikenal berbagai jenis tunjangan, seperti: tunjangan pokok,
Selain itu relevansi TKPKN yang diterapkan di PKN STAN dengan kinerja
(performance based) bersifat tidak terlalu direct. Meskipun pada TKPKN ada
kaitannya dengan kinerja, tetapi bukan capaian kinerja yang dikontrakkan seperti pada
berkala, dan lain-lain. TKPKN memiliki sedikit hubungan dengan kinerja, tetapi tidak
Aspek pembeda lain antara remunerasi dan TKPKN yang perlu diperhatikan
adalah dalam hal sumber pendanaan. Dalam remunerasi sumber pendanaan harus
lewat pendapatan BLU PNBP. Sementara untuk TKPKN, sumber pendanaan dapat
dibayarkan lewat APBN. Mungkin secara besarnya jumlah nominal yang diperoleh
antara remunerasi dan TKPKN tidak terlalu jauh berbeda. Namun berdasarkan skema
Penghambat pertama dan yang paling dominan adalah karena dari sisi pendapatan,
PKN STAN memiliki pendapatan yang kontinuitasnya tidak terjaga. Hal ini
Masuk (USM). Yang mana USM bisa sewaktu-waktu ditiadakan karena PKN STAN
berbasis kedinasan jalur PNS. Hal itu terjadi di tahun 2012, dimana USM PKN STAN
benar-benar ditiadakan pada waktu itu. Hal tersebut terbukti memberikan dampak
yang besar sekali untuk pendapatan PKN STAN. Berdasarkan data laporan keuangan
PKN STAN tahun 2015, pendapatan USM PKN STAN meyumbang kontribusi sekitar
39 persen terhadap Total Pendapatan BLU PNBP PKN STAN pada tahun 2015. Hal
tersebut menjadi bukti bahwa pendapatan USM memiliki kontribusi terbesar untuk
Dalam Laporan Aktivitas PKN STAN tahun 2015 yang terdapat pada
dari pendapatan BLU PNBP PKN STAN Tahun 2015 sebesar Rp32.337.927.366.
Beban Belanja Pelaksanaan USM tersebut sekitar 70 persen dari pendapatan USM
tersebut. Itu artinya pendapatan bersih dari USM hanya sekitar 30 persen atau berkisar
3,7 miliar rupiah. Ditambah lagi untuk beban-beban lain yang harus dibayar PKN
STAN selama tahun 2015 dalam beban operasionalnya, seperti: belanja yang harus
STAN Tahun 2015, jumlah TKPKN yang harus dibayarkan PKN STAN pada tahun
pendapatan PNBP BLU, maka otomatis itu belum mencukupi untuk membayarkan
remunerasi seluruh pegawai di PKN STAN yang berjumlah 227 orang. Apalagi saat
ini STAN tengah giat merekrut tenaga dosen dan tenaga non-PNS. Itu artinya ke
depannya jumlah pegawai akan ikut bertambah. Secara jumlah jelas pendapatan BLU
PNBP PKN STAN belum mencukupi untuk melaksanakan skema remunerasi. Selain
itu margin dari pendapatan BLU dikurangi belanja tadi, tidak dapat
43
dari sisi aliran dana. PKN STAN memperoleh pendapatan PNBP yang relatif besar di
untuk pembayaran remunerasi harus dilakukan mulai mulai Januari. Sedangkan pada
Bulan Januari PKN STAN belum memiliki pendapatan PNBP yang cukup. Hal inilah
karena core bisnis PKN STAN yang tidak berbayar. PKN STAN tidak memungut
lumayan besar, tanpa melakukan pemungutan biaya perkuliahan tetap saja membuat
pendapatan PNBP PKN STAN relatif kecil. Berdasarkan laporan keuangan PKN
STAN tahun 2015, diketahui bahwa jumlah pendapatan operasional PKN STAN
relatif sangat kecil bila dibanding dengan jumlah beban yang harus dibayarkan.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Bapak Budi Waluyo selaku
anggota Tim Penyusun Persyaratan BLU PKN STAN, sejak tahun 2008 sampai
Keuangan. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan yang dilakukan tim penyusun
selama ini masih belum mencukupi untuk melaksanakan skema remunerasi. Hal itulah
yang mendasari PKN STAN selama 8 tahun terakhir sejak ditetapkan sebagai
Kementerian Keuangan.
44
sebuah lembaga birokrasi yang menjalankan pendidikan. Jadi STAN yang terdahulu
politeknik, PKN STAN pun mulai melakukan pembenahan diri, termasuk dari sisi
stuktur. STAN yang sekarang telah bertransformasi menjadi PKN STAN adalah
lembaga pendidikan yang menjalankan unsur birokratis dan unsur akademis secara
beriringin. Sementara STAN terdahulu (sebelum tahun 2015) hanya ada unsur
birokratis saja. Sebagai sebuah lembaga birokratis, tentunya membuat STAN sarat
PAN-RB, dan Kementerian Pendidikan. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor
utama penghambat penerapan best practice Pola Pengelolaan Keuangan BLU di PKN
STAN sejak dulu. Dengan adanya unsur akademik di PKN STAN saat ini akan
program studi baru untuk upgrading PNS (misalnya membuka program studi S-2
untuk PNS pemda) yang bisa mendorong pendapatan PNBP BLU PKN STAN
Salah satu politeknik berstatus BLU penuh yang telah menerapkan skema
wawancara penulis dengan Bapak Suwignyo (Dit. PPK BLU, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Negara) diketahui bahwa jumlah aset dan jumlah mahasiswa antara
PIP Semarang dan PKN STAN tidak jauh berbeda. Selain itu dari sisi jumlah Program
45
Studi (prodi) yang ada di kedua politeknik ini sebenarnya juga tidak jauh berbeda.
belum.
PIP Semarang dapat melakukan remunerasi adalah tercukupinya pendapatan BLU PIP
PNBP yang dihasilkan PIP Semarang dikarenakan adanya kebijakan penerapan tarif
pendapatan BLU PNBP suatu perguruan tinggi (khususnya yang berstatus BLU)
sangat didominasi oleh tarif biaya perkuliahan mahasiswa. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Bapak Budi Waluyo (anggota tim penyusun persyaratan penerapan PPK
BLU PKN STAN Tahun 2007/2008). Beliau menjelaskan bahwa untuk sebuah
operasional sekitar 50 miliar rupiah sampai dengan 100 miliar rupiah per tahunnya.
Jumlah tersebut menurut beliau adalah jumlah yang cukup untuk melaksanakan skema
kesetaraan tidak banyak berbeda dengan PKN STAN, baik dari jumlah mahasiswa,
jumlah program studi, maupun dari sisi format perguruan tinggi yang diterapkan.
PKN STAN dan PIP Semarang sama- sama berstatus sebagai perguruan tinggi dengan
format vokasi. Namun PIP Semarang menerapkan kebijakan tarif biaya kuliah untuk
46
perkuliahan. Hal inilah yang kemudian meningkatkan pendapatan BLU PNBP PIP
Tabel III.1
SATUAN TARIF
SIMPULAN
(SIMPEG) yang otonom dan mandiri. Sistem Kepegawaian di PKN STAN masih
kerja (satker) biasa yang tidak didasarkan pada web basis. SIMPEG yang ada di
PKN adalah SIMPEG yang terpusat dan menginduk pada SIMPEG BPPK.
memiliki sebuah SIMPEG yang otonom dan mandiri. Alasan yang pertama, PKN
STAN secara statuta masih menginduk kepada BPPK. Walaupun secara akademik
Dikti), namun secara teknis operasional dan administrasi masih menginduk kepada
urgensi penerapan SIMPEG di PKN STAN secara otonom dan mandiri. Hal ini
sebuah Politeknik pada tanggal 15 Juli 2015, masih banyak pos-pos pegawai di
PKN STAN yang belum diisi secara optimal sebagai sebuah perguruan tinggi.
47
48
Alasan yang ketiga adalah faktor masa transisi yang masih perlu penyesuaian.
Walaupun berada di satu unit organisasi, namun rotasi antar sub bagian
adaptasi atas job desk yang baru. Alasan keempat ialah masalah fokus PKN STAN
saat ini. Fokus PKN STAN saat ini adalah pemenuhan syarat akreditasi sebagai
2. Sebelum berfokus ke masalah SIMPEG ada baiknya PKN STAN harus secara
masif segera memenuhi kebutuhan pos-pos pegawai yang selama ini masih kurang,
baik untuk tenaga PNS dan Non-PNS. Karena pada dasarnya sebuah sistem
memang penting, tapi SDM punya peran lebih penting. Tanpa adanya SDM yang
3. Sejak ditetapkan menjadi BLU berstatus penuh melalui KMK Nomor 71 Tahun
(TKPKN).
4. Remunerasi pada BLU dan TKPKN pada prinsipnya tidak dapat disamakan. Ciri
khas remunerasi BLU adalah single salary dan memiliki relevansi yang sangat erat
penggajian hanya melalui satu jalur penyaluran, tidak ada jalur penerimaan lain di
49
luar itu. Remunerasi dibayarkan berdasarkan capaian kinerja yang tercapai. Selain
itu relevansi TKPKN yang diterapkan di PKN STAN dengan kinerja (performance
based) bersifat tidak terlalu direct. Aspek pembeda lain antara remunerasi dan
TKPKN yang perlu diperhatikan adalah dalam hal sumber pendanaan. Dalam
untuk TKPKN, sumber pendanaan dapat dibayarkan lewat APBN. Mungkin secara
besarnya jumlah nominal yang diperoleh antara remunerasi dan TKPKN tidak
kinerja, dan sumber pendanaannya, TKPKN dan remunerasi jelas sangat berbeda.
Penghambat pertama dan yang paling dominan adalah karena dari sisi pendapatan,
PKN STAN memiliki pendapatan yang kontinuitasnya tidak terjaga. Hal ini
sewaktu-waktu ditiadakan karena PKN STAN berbasis kedinasan jalur PNS. Hal
ini dibuktikan dengan kasus di tahun 2012, dimana saat itu PKN STAN tidak
penghambat kedua dalam penerapan remunerasi di PKN STAN adalah dari sisi
aliran dana. PKN STAN memperoleh pendapatan PNBP yang relatif besar di bulan
Januari PKN STAN belum memiliki pendapatan PNBP yang cukup. Faktor
50
penghambat ketiga dalam penerapan remunerasi di PKN STAN adalah karena core
bisnis PKN STAN yang tidak berbayar, artinya PKN STAN tidak memungut
membuat pendapatan PNBP PKN STAN relatif kecil dibanding jumlah beban yang
harus dibayarkan.
6. Saat ini PKN STAN telah on the track membenahi kampus ini dari sisi
lewat rencana pembukaan prodi berbayar baru untuk PNS pemda. Walaupun butuh
waktu 5-10 tahun untuk kemudian bisa melakukan skema remunerasi BLU, namun
yang jelas transformasi PKN STAN yang telah dilakukan sejak 2015 haruslah tetap
sistem penggajian (remunerasi) untuk bisa menjadi contoh dan panutan bagi satker-
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan perundang-undangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73 Tahun 2007 sebagai Perubahan atas Peratutan
Menteri Keuangan Nomor 10 Tahun 2006.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Politeknik Keuangan Negara STAN.
Pasaribu, Mangapu. (2014). BLU: Bukan Korporasi Tapi Memberi Kontribusi Demi
Pelayanan yang Bernilai. http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/blu-bukan-
korporasi-tapi-memberi-kontribusi-demi-pelayanan-yang-bernilai(diakses 5 Mei
2016).
Waluyo, Indarto. (2011). Badan Layanan Umum Sebuah Pola Baru Dalam
Pengelolaan Keuangan Di Satker Pemerintah. Jurnal Pendidikan
AkuntansiIndonesia, Vol. IX. No. 2 Tahun 2011,Hlm. 1 15.
53
LAMPIRAN
Lampiran 1
(dalam rupiah)
PENDAPATAN USAHA
Teknologi
Lainnya
Lembaga/Badan Usaha
Pemerintah Daerah
PENDAPATAN APBN
PENDAPATA N LAINNYA
BMN
Bangunan
Penyelesaian Pekerjaan
TAYL
TAYL
Muka Gaji
55
BEBAN LAYANAN
Negara
Negara
Sumber: Laporan Keuangan BLU PKN STAN Tahun 2015 yang telah direviu