BELANJA MODAL
SKRIPSI
Oleh
Taufik Akbar
084020216
SKRIPSI
Mengetahui,
Pembimbing,
Dr. H. Abdul Maqin, SE., MP. H.. Sasa S. Suratman, SE., M.Sc.
i
PERNYATAAN
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan maupun di
perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku.
Materai
Rp. 6000
( Taufik Akbar )
NRP: 084020216
ii
Motto:
(Q.S : 94 Al-Insyirah : 6)
iii
ABSTRAK
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Modal
iv
ABSTRACT
This study aims to provide empirical evidence about the effect of the Local
Own Revenue (PAD) and the General Allocation Fund (DAU) on the Capital
Expenditure City of Bandung.
The method used in this research is descriptive method. To obtain the
necessary data in this study, the means used is the study documentation, done by
collecting documents relating to Government Financial Statements with the
necessary data in this research activity.
Sampling technique used was non-probability sampling with a purposive
sampling approach. The variables were tested Local Own Revenue (X1) and The
General Allocation Fund (X2) as independent variables and Capital Expenditures (Y)
as the dependent variable. Data will be analyzed through the classical asumption test
for maximalize accuracy in the data processing. While the hypothesis used to test the
significance test and multiple linear regression analysis.
Partial results of hypothesis testing concluded that PAD have a positive and
significant effect on capital expenditure as well as the DAU has positive and
significant effect on capital expenditure. Simultaneously hypothesis testing concluded
that PAD and DAU significant effect on capital expenditure.
v
KATA PENGANTAR
Assalammulaikum Wr.Wb
Bandung Tahun Anggaran 2005-2011) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan
Pasundan Bandung.
2. Bapak H. Sasa Suratman, SE., M.Sc selaku Ketua Program Studi Akuntansi
3. Ibu Ifa Ratifah, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini serta telah
vi
4. Ibu Justinia Castellani, SE., Msi., Ak selaku dosen walii.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang
perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta (A. Kamidjo dan Yety Megawati) yang penulis
Ibunda, yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu memberikan doa
restu, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai harganya
7. Kakak serta Adik (Rianti Megasari dan Rahayu Wandani) yang telah memberi
8. Lilis Lisnawati SE. Terima kasih untuk semangat, doa, dan motivasi yang
terselesaikan.
SE., dan Annisa Desty, Ihwan Hari, Yusuf Nursyamsudin SE., Muhammad
Ikhsan Al-fikri SE, Rachmawati Rahayu SE, Nikeu Martina Mugirahayu SE.,
Helena Mayer, Ferintina Rahayu SE., dan semua teman-teman yang tidak bisa
vii
10. Teman-teman kelembagaan, Lembaga Eksekutif Mahasiswa Periode 2011-
2012, Mutdiyanti, Anita, Anggun, Fanny, Jovi, Sammy, Reni dan yang
11. Seluruh sahabat seperjuangan Adhnan, Dadan, Reyza, Ryan Eka, Irfan,
Agung, Egi, Kiki, Ardi, Indra, Dany Saddak, Abdul Rozak dan lainnya.
Terima kasih atas bantuan, semangat, dan doanya. Sukses buat kalian.
12. Seluruh karyawan SBAP yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi.
13. Bapak dan Ibu Bagian Dokumentasi dan Data BPK RI Perwakilan Jabar,
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk
semuanya.
Semoga Alloh SWT, melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas segala
Wassalammualaikum Wr.Wb
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN. i
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. ii
MOTTO.... iii
ABSTRAK.... iv
ABSTRACK......................... v
KATA PENGANTAR......... vi
DAFTAR ISI........................ ix
DAFTAR TABEL................ xiv
DAFTAR GAMBAR........... xv
DAFTAR LAMPIRAN........ xvi
BAB I PENDAHULUAN....... 1
HIPOTESIS........ 14
ix
2.1.1.1 Konsep Keuangan Daerah...... 14
Daerah (APBD).... 21
Belanja Modal.................................................................. 40
x
2.2.3 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja
Modal............................................................................... 41
3.3.1 Populasi............................................................................ 49
3.3.2 Sampel.............................................................................. 49
xi
3.4.4 Metdoe Regresi Linear Berganda..................................... 54
Bandung.............................................. 67
Bandung.............................................. 73
Kota Bandung.................................... 77
xii
4.1.3.2.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
Modal............................................... 97
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Bandung 68
Bandung 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Standarized Residual.. 86
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SK Dosen Pembimbing........................................................................
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
xvi
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi hal
negara maupun daerah. Pengamat ekonomi, pengamat politik, investor, hingga rakyat
Sumber dana bagi daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
(DBH, DAU, dan DAK) dan Pinjaman Daerah. Tiga sumber tersebut langsung
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
1
2
berlaku di Indonesia didasarkan pada UU No. 22 tahun 1999 yang telah direvisi
menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa
Rakyat Daerah (legislatif) terjadi hubungan keagenan (Halim, 2001; Halim &
daerah biasa disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah baik dalam bentuk uang,
barang dan jasa pada tahun anggaran yang harus dianggarkan dalam APBD (Kawedar
dkk. 2008). Menurut PP Nomor 58 tahun 2005 dalam Warsito Kawedar (2008),
APBD merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
pihak eksekutif (Pemerintah Daerah) dan pihak legislatif (DPRD), dimana kedua
Proses penyusunan APBD dimulai dengan kedua belah pihak yaitu antara
eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan tentang kebijakan umum APBD yang
eksekutif.
diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan
dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah.
Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya pemerintah dengan
memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal
disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah,
tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal
kesenjangan (gap) antara tingkat layanan dengan harapan konsumen (Bastian, 2006).
dengan baik karena belanja modal merupakan salah satu langkah bagi Pemerintah
4
sangatlah penting.
prasarana baik untuk kelancaran tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik
Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap,
yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi
karena asset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan
yaitu seiring bertambahnya anggaran belanja daerah Kota Bandung namun tidak
diikuti dengan bertambahnya belanja modal. Dampak yang dialami Pemerintah Kota
5
Bandung sebagai fasilitator dan katalisator tidak berjalan dengan optimal, karena
masih banyak infrastrukur, serta fasilitas pelayanan publik yang belum memadai.
sektor yang kurang diperlukan dan lebih banyak digunakan untuk belanja rutin,
belanja daerah rata-rata hanya 11,32% yang digunakan untuk belanja modal dalam
rangka pengadaan asset untuk investasi dalam meningkatkan pelayanan publik (Duta-
selama kurun waktu tujuh tahun terakhir dapat dilihat secara ringkas dari tabel berikut
ini:
2006.
terbukti sia-sia
tak cukup.
Tabel 1.1
Ringkasan Permasalahan Belanja Modal Kota Bandung
daerah merupakan sumber penerimaan Pemerintah Daerah yang berasal dari daerah
Pajak daerah dan retribusi daerah selama ini merupakan sumber pendapatan
daerah yang dominan, oleh karena itu perlu ditingkatkan penerimaannya. Berdasarkan
7
alur pikir teori keuangan daerah, penerimaan pajak pada umumnya digunakan untuk
membiayai jasa layanan yang bersifat murni publik (public goods), sedangkan
bersifat semi publik (semi public goods) di mana komponen manfaat individunya
dan legislatif dalam pengalokasian spread PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi
untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tetapi alokasi untuk belanja
bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh
terhadap belanja daerah secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya
(PAD) melalui pajak daerah, sebagai sumber pendapatan daerah dalam meningkatkan
daerah, hal ini menyimpulkan bahwa peningkatan Pendapatan Asli Daerah mampu
Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil, terutama belanja modal.
Selama ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah masih besar. Oleh
daerah perlu berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah
PAD Kota Bandung sebagian besar dihasilkan dari pajak dan retribusi daerah,
seperti Parkir dan Pajak Restoran. Namun kenyataanya hasil pajak dan retribusi
daerah tersebut tidak mampu dikoleksi secara keseluruhan oleh Pemerintah Kota
Bandung. Hal tersebut diakibatkan pengelolaan lahan parkir potensial yang banyak
Bandung berpotensi kehilangan PAD dari sektor pajak dan retribusi daerah sebesar
kurun waktu tujuh tahun terakhir dapat dilihat secara ringkas dari tabel berikut ini:
2007 Masalah Perparkiran kota Bandung yang tak kunjung Pikiran Rakyat
selesai. Online
9
penyimpangan.
Tabel 1.2
Ringkasan Permasalahan PAD Kota Bandung
pembangunan, Pemerintah Pusat akan mentransfer dan perimbangan yang tediri dari
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil
Daerah. Dana transfer dari Pemerintah Pusat digunakan secara efektif dan efisien oleh
Pusat mentransfer dana perimbangan untuk masing-masing daerah. Salah satu dana
perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Umum merupakan
dana yang berasal dari pemerintah pusat yang diambil dari APBN yang dialokasikan
10
kepada publik. Abdullah dan Halim (2004) menyatakan bahwa dana transfer jangka
panjang berupa DAU berpengaruh terhadap belanja modal dan pengurangan jumlah
tidak diikuti dengan peningkatan belanja modal. Hal tersebut mencerminkan bahwa
penggunaan Dana Alokasi Umum untuk belanja modal hanya sedikit sehingga tidak
untuk belanja modal tergolong sedikit. Anggaran belanja terkonsentrasi pada belanja-
kerabat dan bahkan diperuntukkan untuk membangun sebuah usaha. PPATK merilis
data tentang 2.258 transaksi mencurigakan yang dilakukan oleh para pejabat di
Indonesia, dari ribuan transaksi mencurigakan itu justru didominasi oleh pejabat
11
daerah. Jumlah transaksi para pejabat daerah yang patut dicurigai itu antara lain
1.135 transaksi oleh bendahara daerah, 379 transaksi dilakukan bupati, serta 339
data selama 6 tahun terakhir di Pemerintah Kota Bandung yaitu tahun anggaran 2005-
(DAU) Terhadap Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kota Bandung Tahun
Anggaran 2005-2011) .
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang akan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Modal
pengetahuan mengenai akuntansi sektor publik dalam hal ini yaitu ilmu
modal.
13
Bandung.
data tambahan bagi peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian
ini.
BAB II
dalam pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efisien agar tepat guna
dan berhasil guna. Berkaitan dengan hal tersebut maka berbagai cara untuk
memperoleh sumber keuangan dan untuk apa saja sumber keuangan tersebut
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
menyebutkan bahwa :
14
15
dimaksud dengan keuangan daerah adalah segala hak dan kewajiban daerah baik
berupa uang maupun barang yang dapat dinilai dengan uang dan digunakan
lingkup yang terdiri atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola
langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang
inventaris milik daerah, sedangkan yang termasuk dalam keuangan daerah yang
1. Tahap Perencanaan
dan RAPBD.
2. Tahap Pelaksanaan
SAPD yang memadai, maka banyak hal yang direncanakan tidak akan
akan menjadi input untuk tahap pelaporan. Input tersbut akan diproses
perencanaan, yaitu dua puluh tahun untuk RPJPD, lima tahun untk RPJMD, dan
18
satu tahun untuk RKPD. Sedangkan untuk rencana keuangan daerah yaitu berupa
adalah RAPBD. Alasan dari output ini berupa RAPBD, karena bagi Pemda
APBD merupakan tulang punggung (outcome) atau cetak biru (blue print)
distribusi dan stabilitas keuangan Pemda. Oleh karena itu, RAPBD menjadi
berbagai sumber daya yang dimilikinya seefektif dan seefisien mungkin serta
Daerah, karena pada dasarnya keuangan daerah seluruhnya adalah milik publik.
didefinisikan menjadi :
Selain itu, Ihyaul Ulum (2008:106) mengungkapkan juga apa saja yang
mengenai APBD, oleh sebab itu pembahasan mengenai keuangan daerah disini
rencana keuangan pemerintah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan oleh
hasil kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan DPRD. Adapun fungsi APBD
bersangkutan.
bersangkutan.
perekonomian.
karena itu maka Pemerintah Daerah memerlukan suatu rencana keuangan setiap
penerimaan daerah yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran daerah yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-
uang yang tercermin dalam pendapatan daerah. Pendapatan daerah yang dipungut
service).
dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurnan utang dari berbagai sumber
yang lebih jelas dan tepat mengenai pendapatan, di bawah ini dikemukakan
Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perluy
Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
bersangkutan.
daerah dapat berjalan lancar maka pemerintah mengaturnya dalam pasal 155
pasal 157 dan 159, sumber-sumber pendapatan bagi daerah terdiri atas :
5 menyebutkan bahwa :
1. Pajak Daerah
golongan C.
2. Retribusi Daerah
tertentu.
merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk
Dengan kata lain daerah yang mempunyai potensi PBB dan SDA yang besar
akan memperoleh penerimaan yang besar, daerah yang potensinya kecil tentu
berarti daerah yang memiliki kemampuan keuangan yang relatif besar akan
kurangnya 26% yang kemudian disalurkan kepada provinsi sebesar 10% dan
kabupaten atau kota sebesar 90% dari total DAU. Hal ini sesuai dengan PP
dan kota, maka setiap kabupaten dan kota akan mendapatkan DAU sesuai
Fiskal dan Alokasi Dasar. Hal ini sesuai dengan PP No. 55 Tahun 2005 Pasal
40 yaitu :
yang dapat dinilai dengan uang yang tercermin dalam pengeluaran daerah.
pengeluaran/belanja daerah.
kegiatan, dan jenis belanja. Selanjutnya dijelaskan dalam PP No. 58 Tahun 2005
transmigrasi.
satunya adalah belanja modal. Dengan demikian belanja modal merupakan faktor
Tahun 2010, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan belanja modal adalah
Pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah kekayaan daerah
manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan oleh
masyarakat.
pembangunan daerah.
mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja
35
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik
Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah,
Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 terbagai ke dalam enam pos,
yaitu :
pendapatan baru.
36
modal ini. Hal ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan kepada
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya agar dapat tepat guna
setiap kegiatan pemerintahan. Karena, semakin besar jumlah uang yang tersedia,
terhadap belanja modal, karena semakin besar kebutuhan daerah untuk kegiatan
pembangunan maka akan semakin besar pula alokasi belanja modal yang
berhasil dipungut oleh pemerintah daerah maka akan semakin besar pula alokasi
belanja modal yang akan dianggarkan oleh pemerintah daerah. Dengan asumsi
rutin seperti belanja administrasi dan umum sudah tertutupi, maka kelebihannya
dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan
37
pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran
Besarnya belanja modal yang dialokasikan pemerintah daerah dalam APBD tentu
bersumber dari pendapatan asli daerah. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi
pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan daerah yang bukan berasal dari
yaitu Dana Alokasi Umum. DAU diarahkan untuk mengatasi ketimpangan fiskal
yang terjadi di daerah. DAU merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal
dari pendapatan luar daerah atau dana hibah murni, dimana kewenangan
Belanja Modal
Gambar 2.1
Model Penelitian
dan Bali Tahun 2004-2005 dengan alasan ketersediaan data. Hasil penelitiannya
Belanja Modal.
PAD, DAU, dan DAK terhadap Belanja Modal dengan mengambil sampel
39
Belanja Modal.
Oleh karena itu, dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
Belanja Modal.
berikut ini :
Tabel 2.1
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung
daerah berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah
secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari
besar.
bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor dalam pengalokasian belanja
modal. Hal ini sesuai dengan PP No. 58 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa
Modal
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
terjadi transfer yang cukup signifikan dalam APBN dari pemerintah pusat ke
modal.
modal.
modal dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum yang diterima dari pemerintah
pusat. Hasil penelitian Harianto dan Adi (2007) semakin memperkuat bukti
tinggi. Hal ini memberikan indikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah
Berbagai pemaparan diatas dapat disimpulkan semakin tinggi DAU maka alokasi
belanja modal juga meningkat. Hal ini disebabkan karena daerah yang memiliki
pendapatan daerah berupa DAU yang besar maka belanja modal akan meningkat.
Belanja Modal
43
bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor dalam pengalokasian belanja
modal.
modal dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum yang diterima dari pemerintah
pusat. Hasil penelitian Harianto dan Adi (2007) semakin memperkuat bukti
tinggi. Hal ini memberikan indikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah
METODE PENELITIAN
Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian
Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai variabel independen dan
verifikatif.
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
44
45
kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji
daerah dan dana alokasi umum terhadap alokasi belanja modal pada Pemerintah
Kota Bandung.
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel X1 dan Dana Alokasi
berikut :
Dimana.
Tabel 3.1
Dependen (Y)
3.3.1 Populasi
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
3.3.2 Sampel
Umum (DAU) dan belanja modal sehingga dapat terlihat pertumbuhan dari
3. Periode tersebut lebih relevan dengan keadaan atau situasi sekarang untuk
akurat.
Data yang digunakan oleh penulis diperoleh dari website resmi Badan
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Untuk itu, data yang dihimpun dari
model Regresi Linear Berganda. Untuk masuk ke model regresi tersebut, data
harus diuji asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik bertujuan
sebagai asumsi dasar dalam analisis regresi. Uji asumsi klasik terdiri dari uji
penelitian tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan
dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah
dalam satu model (Nugroho, 2005: 58). Selain itu deteksi terhadap
suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Tolerance (VIF) tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang 0,1, maka model tersebut dapat
variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho, 2005:
18). Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui
distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah
garis diagonalnya (Ghozali, 2005: 10). Selain itu untuk menguji normalitas
maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-
korelasi dalam hal variabel independen. Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan
cara uji Durbin Watson (DW test). Adapun cara mendeteksi terjadinya
mengakibatkan estimator menjadi tidak efisien (baik pada sampel ukuran kecil
atau ukuran besar). Kondisi ini sering muncul dari data time series (data yang
grafik dan uji statistik. Deteksi melalui grafik dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik tertentu, dimana sumbu Y adalah Y yang telah
Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
heterokedastis.
Y = + 1PAD + 2DAU + e
Dimana :
Y = Belanja Modal
= Konstanta
= Koefisien Regresi
e = error
55
dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Pengujian hipotesis akan
dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan dinggap cukup tepat untuk mewakili
antara variabel yang diteliti. Hipotesis Nol (Ho) adalah hipotesis yang akan diuji
hipotesis Nol. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis akan dilakukan secara
parsial dan secara simultan. Komposisi perumusan hipotesis pada penelitian ini
Hipotesis Pertama :
Hipotesis Kedua :
Hipotesis Ketiga :
Kota Bandung.
Bandung.
1. Uji t
2
=
1
Dimana :
t = Nilai uji t
r = Koefisien korelasi
r2 = Koefisien determinasi
1. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (variabel bebas X
2. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X
2. Uji F
sama ketentuannya yaitu jika F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel maka
variabel terikat. Sebelum menghitung nilai F statistik maka terlebih dahulu harus
jumlah kuadrat regresi (ESS) dengan jumlah kuadrat total (TS) nilai R2 ini
variabel terikat
sebagai berikut :
/
=
(1 )/( 1)
Dimana :
3. Koefisien Determinasi
Dari ini diketahui seberapa besar variabel dependen mampu dijelaskan oleh
59
= 100%
Dimana :
KD = Koefisien determinasi
r = Koefisien regresi
BAB IV
terletak di wilayah Jawa Barat. Secara geografis Kota bandung terletak pada 107
Bujur Timur dan 6 55 Lintang Selatan. Dilihat dari lokasinya, kedudukan Kota
keamanan, sebab :
1. Kota Bandung terletak pada titik pertemuan poros jalan raya Barat-Timur
dan Pangalengan).
atas permukaan air laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1050
meter dan terendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan air
60
61
laut. Dengan keadaan seperti ini Kota Bandung menjadi suatu kota yang sejuk
Sejak tanggal 1 April 1906, yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi
Kota Bandung, Dayeuh Bandung ditetapkan menjadi Geimmeente oleh J.B Van
yang menerangkan bahwa Kota Bandung dibentuk sebagai suatu daerah otonom
yaitu daerah yang mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus rumah
Pemerintahan Kolonial.
assistant.
peraturan.
Pada waktu itu luas Kota Bandung baru sekitar 1900 Ha dengan dua
369).
4. Haminte Kota Bandung (dari tanggal 24 April 1948 sampai dengan 11 Maret
Pasundan).
6. Kota Praja Bandung (sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1957 tentang pokok-
Kepala Daerah Bandung dengan surat edaran No. 637 tanggal 11 Maret 1966,
Bandung).
Pemerintahan Daerah).
9. Kota Bandung (UU No. 22 Tahun 1999, yang kemudian diubah menjadi UU
Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai realisasi dari pasal
Daerah.
Pemerintahan Daerah.
tertuang dalam visi yang telah ditetapkan, maka pemerintah bersama elemen
seluruh Kota Bandung harus memahami makna dari visi tersebut, yaitu :
1. Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus bersih dari sampah dan bersih praktik
warganya.
65
3. Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang taat kepada
4. Kota Bandung sebagai Kota Jasa harus memiliki warga yang bersahabat,
santun, akrab dan dapat menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta
lingkungan.
oleh pihak legislatif melalui upaya-upaya yang lebih keras, cerdas dan terarah
kesempatan berusaha.
peningkatan kegiatan kota dengan tetap memperhatikan tata ruang kota dan
dan masyarakat.
1. Komitmen yang kuat dari seluruh pelaku pembangunan baik unsur eksekutif,
2. Susunan dan situasi keamanan Kota Bandung yang kondusif, baik untuk
kota.
Bandung
penunjang yang sangat memadai, dalam hal ini keuangan. Keuangan merupakan
68
salah satu kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
Tabel 4.1
(dalam rupiah)
tahun anggaran 2005-2011 secara lebih jelas, maka dapat dilihat pada gambar 4.1
sebagai berikut :
69
Gambar 4.1
30
25
20
15
10
0
TA2005 TA2006 TA2007 TA2008 TA2009 TA2010 TA2011
PAD
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa data realisasi Pendapatan Asli
terjadi pada tahun anggaran 2011 yaitu 26,79% dengan jumlah realisasi sebesar
274.627.155.412,00.
70
Bandung tahun anggaran 2005, jumlah PAD yang berhasil diperoleh Pemerintah
pendapatan yang berasal dari pajak daerah sebesar Rp. 143.107.822.781, retribusi
daerah sebesar Rp. 66.280.333.390, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp
9.931.082.809,87.
diperoleh dari pos lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp
38.319.509.713.
Pendapatan Daerah masih kecil denga rata-rata 18,20%. Hal ini mencerminkan
cukup besar. Namun kenaikan yang dialami pada tahun anggaran 2009-2011 tiga
mengingat kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah yang masih kecil dapat
dana APBN.
besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap total
APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli
dengan Keputusan Presiden. Sehingga setiap Pemda dapat memasukan nilai dari
Tabel 4.2
(dalam rupiah)
anggaran 2005-2011 secara lebih jelas, maka dapat dilihat pada grafik 4.2
sebagai berikut :
75
Gambar 4.2
60
50
40
30
20
10
0
TA2005 TA2006 TA2007 TA2008 TA2009 TA2010 TA2011
DAU
Dari tabel 4.2 data realisasi Dana Alokasi Umum Pemerintah Kota
Persentase kontribusi tertinggi terjadi pada tahun anggaran 2007, yaitu 49,14%
Dana Alokasi Umum terendah terjadi pada tahun 2011, yaitu 32,31% dengan
Pada tahun anggaran 2005 jumlah Dana Alokasi Umum yang berhasil
Persentase pada tahun anggaran 2007 yaitu sebesar 49,14% dengan jumlah Dana
32,31% dengan Dana Alokasi Umum yang berhasil diperoleh Pemerintah Kota
daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini
apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk
berasal dari Dana Perimbangan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) Dana
Peningkatan pendapatan daerah yang signifikan adalah berasal dari proporsi dana
alokasi umum.
tahun ketahun, ini membuktikan bahwa telah ada kemandirian dalam pengelolaan
Bandung tahun anggaran 2005-2011 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
78
Tabel 4.3
(dalam rupiah)
Bandung tahun anggaran 2005-2011 secara lebih jelas, maka dapat dilihat pada
Gambar 4.3
25
20
15
10
0
TA2005 TA2006 TA2007 TA2008 TA2009 TA2010 TA2011
DAU
begitupun menurut gambar 4.3 kontribusi belanja modal terhadap Belanja Daerah
pada tahun 2006 dengan persentase sebesar 6,4% denga jumlah realisasi sebesar
Rp 81.087.735.651,00.
80
6,4% dengan jumlah realisasi yang menurun juga dari tahun sebelumnya, yaitu
Sebab, kecilnya alokasi untuk belanja modal yang manfaatnya dapat dirasakan
menaikan kembali alokasi untuk belanja modalnya. Hal ini merupakan tindakan
masyrakat juga ikut meningkat. Namun pada tahun 2010 belanja modal kembali
menurun, dan di tahun anggaran 2011 anggaran untuk belanja modal kembali
2011 yaitu sebesar 15,09% hal ini menunjukkan masih kecilnya alokasi belanja
pembangunan daerah.
yaitu belanja modal yang berorentasi pada pencapaian hasil atau kinerja.
sebagai berikut :
Langsung ;
jelas;
4. Secara umum dalam setiap aspek selalu berpegang pada prinsip akuntabilitas
pengujian atas data tersebut agar dapat dianalisa lebih lanjut dan dapat digunakan
dalam pengujian hipotesis. Adapun uji yang dilakukan meliputi uji asumsi klasik
yang mencakup di dalamnya analisis regresi dan uji koefisien determinasi. Kedua
Umum (X2) dan Belanja Modal (Y) pada Pemerintah Kota Bandung tahun
anggaran 2005-2011.
Tabel 4.4
Tahun X1 X2 Y
2005 225.596.438.613,00 458.072.000.000,00 106.350.309.401,00
2006 253.882.919.542,87 632.379.000.000,00 81.087.735.651,00
2007 263.249.534.044,93 828.294.700.000,00 232.007.682.250,00
2008 274.627.155.412,00 965.518.566.800,00 345.160.822.373,00
2009 361.712.964.143,00 1.026.745.545.000,00 390.988.308.073,00
2010 441.871.140.944,00 912.571.834.000,00 405.699.482.843,00
2011 834.595.864.970,00 1.005.982.541.000,00 612.081.890.549,00
84
1. Uji Multikolinearitas
beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi terjadi hubungan
linear yang sempurna atau pasti. Pendeteksian dilakukan dengan melihat nilai
tolerance (TOL) dan faktor inflasi varians (Variance Inflation Factor, VIF).
Berikut ini disajikan tabel hasil penghitungan TOL dan VIF dengan menggunkan
Tabel 4.5
a
Coefficients
Toleranc
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa dari model tidak
dari 0,01 dan VIF yang lebih kecil dari 10. Ghozali dalam bukunya Aplikasi
85
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data sampel yang diambil
Tabel 4.6
N 7 7 7
a,,b
Normal Parameters Mean 3.7879E11 8.3279E11 3.1048E11
Dari perhitungan pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa nilai PAD,
DAU, dan Belanja Modal masing-masing sebesar 0.741, 0.895 dan 0.993
(Asymp.Sig.(2-tailed)). Ketiga nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga data
bahwa PAD, DAU, dan Belanja Modal dapat memenuhi uji normalitas. Untuk
Gambar 4.4
87
3. Uji Autokorelasi
Tabel 4.7
Model Summaryb
sebesar 2,361 yang terletak di antara -2 sampai +2. Hal ini berarti dapat
4. Uji Heterokedastisitas
dengan melihat grafik scatter plot. Berikut ini disajikan grafik scatter plot.
Gambar 4.5
gejala heterokedastisitas karena titik menyebar secara tidak teratur atau tidak
membentuk suatu pola tertentu serta titik menyebar di atas dan di bawah angka
nol.
Y = + 1PAD + 2DAU + e
89
Dimana :
Y = Belanja Modal
= Konstanta
= Koefisien Regresi
e = error
pengujian hipotesis.
1. Uji t
Tabel 4.8
Coefficients a
Standardized
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum bernilai nol, maka Belanja Modal
PAD akan menaikkan belanja modal sebesar 0,496 satuan dengan asumsi
DAU akan menaikkan belanja modal sebesar 0,469 satuan dengan asumsi
1. Hipotesis Pertama
Tabel 4.8 menunjukkan thitung untuk PAD sebesar 4,461. Besarnya ttabel
pada = 0,05 adalah sebesar 1,895. Besarnya thitung untuk Pendapatan Asli
Daerah sebesar 4,461 > dari ttabel 1,895 dengan angka signifikansi sebesar 0,011
< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal pada
Bandung.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil penelitian pada tabel 4.8, Dana Alokasi Umum (X2)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Hasil ini dapat
dilihat pada uji t yang memiliki thitung = 4,184 > dari ttabel 1,895 dengan angka
Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal
Bandung.
2. Uji F
mengetahui pengaruh secara simultan dari variabel bebas X1, dan X2 terhadap
membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Hasil Fhitung disajikan dalam tabel 4.9
dibawah ini :
Tabel 4.9
ANOVAb
a
1 Regression 1.986E23 2 9.931E22 41.660 .002
Total 2.082E23 6
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh Fhitung sebesar 41,660 > Ftabel
sebesar 6,940 dengan tingkat signifikansi 0,002. Oleh karena itu tingkat
signifikansi 0,002 < 0,05, maka model regresi pada penelitian ini dapat dipakai
demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel PAD dan DAU
Ha1 = Secara simultan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
3. Koefisien Determinasi
regresi atau secara verbal mengukur proporsi total varians dalam Y yang
Tabel 4.10
Model Summary
DAU terhadap Belanja Modal sebesar 0,977. Artinya terdapat pengaruh yang
sangat kuat antara PAD dan DAU terhadap Belanja Modal, dan koefisien
determinasi sebesar 0,954. Angka-angka ini berarti PAD dan DAU memberikan
pengaruh terhadap Belanja Modal sebesar 95,4% dan sisanya sebesar 4,6%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dihitung dalam penelitian ini.
peningkatan nilai variabel PAD sebesar satu satuan sedangkan nilai variabel lain
tetap, maka akan mengakibatkan naiknya nilai variabel belanja modal sebesar
0,496 satuan.
Daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal yaitu pada penelitian yang
95
dilakukan oleh Darwanto dan Yulia Yustikasari (2007) dan Anggiat Situngkir
(2009).
Asli Daerah maka akan semakin besar pula belanja modalnya. Namun, hasil
kepada Pemerintah Daerah dalam satu provinsi. Jadi, hasil penelitian ini dapat
dikatakan masih tergolong baru apabila dilihat dari subyek penelitian yang
diambil.
Tabel 4.8 menunjukkan thitung untuk PAD sebesar 4,461. Besarnya ttabel
pada = 0,05 adalah sebesar 1,895. Besarnya thitung untuk Pendapatan Asli
Daerah sebesar 4,461 > dari ttabel 1,895 dengan angka signifikansi sebesar 0,011
< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal pada
koefisien regresi DAU sebesar 0,469. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap
peningkatan nilai DAU sebesar satu satuan sedangkan nilai variabel lain tetap,
maka akan mengakibatkan naiknya nilai varibel belanja modal sebesar 0,469
96
satuan. Hal ini berarti semakin tinggi Dana Alokasi Umum tahun berjalan maka
Bandung.
Besarnya t hitung untuk Dana Alokasi Umum sebesar 4,184 > dari ttabel
1,895 dengan angka signifikansi sebesar 0,014 < 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan
Alokasi Umum, maka akan semakin besar pula belanja modalnya. Hal ini dapat
kita lihat pada koefisien regresi variabel Dana Alokasi umum dalam persamaan
regresi sebesar 0,469 yang berarti bahwa setiap peningkatan DAU sebesar satu
Dari hasil penelitian pada tabel 4.8, Dana Alokasi Umum (X2)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Hasil ini dapat
dilihat pada uji t yang memiliki thitung = 4,184 > dari ttabel 1,895 dengan angka
Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal
pada Pemerintah Kota Bandung. Artinya semakin besar Dana Alokasi Umum
maka semakin besar pula alokasi belanja modal pada Pemerintah Kota Bandung.
97
Begitupun sebaliknya, semakin kecil Dana Alokasi Umum maka semakin kecil
alokasi belanja modal Pemerintah Kota Bandung. Karena pengaruh Dana Alokasi
Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh Fhitung sebesar 41,660 > Ftabel
sebesar 6,940 dengan tingkat signifikansi 0,002. Oleh karena itu tingkat
signifikansi 0,002 < 0,05, maka model regresi pada penelitian ini dapat dipakai
demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel PAD dan DAU
DAU terhadap Belanja Modal sebesar 0,977. Artinya terdapat pengaruh yang
sangat kuat antara PAD dan DAU terhadap Belanja Modal, dan koefisien
determinasi sebesar 0,954. Angka-angka ini berarti PAD dan DAU memberikan
pengaruh terhadap Belanja Modal sebesar 95,4% dan sisanya sebesar 4,6%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dihitung dalam penelitian ini.
49,6%
Pendapatan Asli Daerah
95,4%
Belanja Modal
46,9%
Dana Alokasi Umum
Gambar 4.6
6.2 Simpulan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap belanja
modal tahun anggaran 2005-2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
tidak dapat dipungut sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Bandung, hal ini
modal. Akan tetapi pada kenyataanya DAU yang diterima Pemerintah Kota
99
100
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Pendapatan Asli Daerah dan
6.3 Saran
Adapun saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini antara lain :
kemandirian daerah.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
Abdullah Syukriy dan Abdul Halim (2006). Studi atas Belanja Modal pada
Anggaran Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja
Pemeilharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintah.
Vol.2No.2 Hal 17-32
Abdullah, Syukriy & Abdul Halim. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi VI, hal. 1140-1159.
Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemda: Studi Kasus Kabupaten
dan Kota di Jawa dan Bali. Jurnal Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25.
Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. (2006). Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintahan Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi.
Jurnal Akuntansi Pemerintah 2(1): 53-64.
Hari Adi, Priyo. 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah. Simposium Nasional Akuntansi
IX.
Kesit Bambang Prakosa. (2004). Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
pendapatan Asli Daerah (Study Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan
DIY). Desember: Yogyakarta
Nugroho, Bhuono, Agung. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS, Edisi I. Yogyakarta: Andi
Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Saragih, Juli Panglima. (2003). Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
__________. (2012). Bisnis Jabar. PAD Kota Bandung Berasal dari Pajak Hiburan.
http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/data-bisnis-pendapatan-asli-daerah-
kota-bandung-dari-pajak-hiburan