Anda di halaman 1dari 103

KEMAMPUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

MEMODERASI PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN


LEVERAGE PADA NILAI PERUSAHAAN

SKRIPSI

Oleh:
A. A. SAGUNG PUTRI JAYANTI
NIM : 1306305227

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

KEMAMPUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)


MEMODERASI PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN
LEVERAGE PADA NILAI PERUSAHAAN

SKRIPSI

Oleh:
A. A. SAGUNG PUTRI JAYANTI
NIM : 1306305227

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal: 27 Mei 2015

Tim Penguji:

1.
2.
3.

Tanda tangan

Ketua
: Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, M.Si
Sekretaris : Dr. Drs. I. D. G. D. Suputra, SE, M.Si, Ak
Anggota
: Dr. I. G. A. M. Asri Dwija Putri, SE, M.Si

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si, Ak

Dr. Drs. I. D. G. D. Suputra, SE, MSi, Ak

NIP. 19650323 199103 1 004

NIP. 19570110 198601 1 001

PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Denpasar, 27 Mei 2015


Mahasiswa,

A. A. Sagung Putri Jayanti


1306305227

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Kemampuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Memoderasi Pengaruh Good Corporate Social Responcibility (GCG) dan
Leverage Pada Nilai Perusahaan Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1 Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2 Bapak Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
3 Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak. dan Dr. I Dewa Nyoman Badera,
SE., M.Si. masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4 Bapak I Gede Ary Wirajaya, SE., M.Si selaku Pembimbing Akademis.
5 Bapak Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak selaku pembimbing
seminar dan skripsi yang selalu meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan
arahan serta selalu memberikan semangat, selama penyelesaian skripsi ini.
6 Ibu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE., M.Si selaku pembahas seminar dan
skripsi yang selalu memberikan arahan kepada penulis.
7 Ibu Dr. I. G. A. M. Asri Dwija Putri, SE., M.Si selaku penguji skripsi yang
berkenan meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis.
8 Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang
telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
9 Kedua orang tua tercinta, A. A. Ngurah Darmaja dan Gusti Ayu Sartini yang selalu
memberi dukungan dan semangat, A. A. Sagung Sri Darmayanti, A. A.
Sagung Rai Darmini serta seluruh keluarga besar atas dukungan dan doanya.
10

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

11

www.idx.co.id dan ICMD yang menyediakan data laporan keuangan


tahunan yang dijadikan sumber data penelitian bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan,
pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang
memerlukan. Terima Kasih.

Denpasar, 27 Mei 2015


Penulis

Judul

: Kemampuan Corporate Social Responsibility (CSR) Memoderasi


Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Leverage Pada
Nilai Perusahaan

Nama

: A. A. Sagung Putri Jayanti

NIM

: 1306305227

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan corporate social


responsibility memoderasi pengaruh good corporate governance dan leverage
pada nilai perusahaan real estate dan properti. Persepsi investor pada tingkat
keberhasilan perusahaan dicerminkan melalui nilai perusahaan. Peningkatan nilai
perusahaan karena tingginya harga saham akan membuat pasar percaya pada
kinerja perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Nilai perusahaan
pada dasarnya dapat diukur melalui harga pasar saham perusahaan karena harga
pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas
setiap ekuitas yang dimiliki.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
real estate dan properti yang terdaftar di BEI periode 2011-2013. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling dalam pemilihan sampelnya sehingga
diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan dengan jumlah amatan penelitian
sebanyak 36 dalam 3 tahun. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial dan leverage berpengaruh negatif pada nilai perusahaan,
kepemilikan institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan, dan
corporate social responsibility secara statistik tidak mampu memoderasi pengaruh
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage pada nilai
perusahaan.
Kata Kunci: Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, debt to equity
ratio (DER), dan CSRDI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

i
ii
iii
iv
vi
vii
ix
x
xi

BAB I
1
2
3
4
5

1
9
10
11
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah .............................................................
Rumusan Masalah ......................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................
Kegunaan Penelitian ..................................................................
Sistematika Penulisan .................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN


2.1 Landasan Teori dan Konsep ........................................................
2.1.1 Teori Keagenan ...............................................................
2.1.2 Teori Legitimasi ..............................................................
2.1.3 Kepemilikan Manajerial .................................................
2.1.4 Kepemilikan Institusional ...............................................
2.1.5 Leverage .........................................................................
2.1.6 Nilai Perusahaan .............................................................
2.1.7 Corporate Social Responsibility .....................................
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian.....................................................
2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada
Nilai Perusahaan .............................................................
2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional pada
Nilai Perusahaan .............................................................
2.2.3 Pengaruh Leverage pada Nilai Perusahaan .....................
2.2.4 Hubungan CSR, Kepemilikan Manajerial, dan
Nilai Perusahaan .............................................................
2.2.5 Hubungan CSR, Kepemilikan Institusional, dan Nilai
Perusahaan ......................................................................
2.2.6 Hubungan CSR, Leverage, dan Nilai Perusahaan ...........

15
15
17
20
21
22
23
25
30
30
31
32
33
34
35

BAB III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian ........................................................................
Lokasi Penelitian ........................................................................
Objek Penelitian ....................................................................... . .
Identifikasi Variabel ....................................................................
Definisi Operasional Variabel .....................................................
Jenis dan Sumber Data ...............................................................
Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel .....................
Metode Pengumpulan Data ........................................................
Teknik Analisis Data ...................................................................
3.9.1 Statistik Deskriptif ..........................................................
3.9.2 Uji Asumsi Klasik ...........................................................
3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda ...................................
3.9.4 Pengujian Hipotesis ........................................................

37
38
39
39
40
44
45
46
46
46
46
49
50

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6

Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................


Statistik Deskriptif ......................................................................
Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................
Hasil Analisis Regresi Liner Berganda ......................................
Pengujian Hipotesis ....................................................................
Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................

52
54
57
61
62
65

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


5.1 Simpulan......................................................................................
5.2 Saran............................................................................................

70
71

DAFTAR RUJUKAN.................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................

73
84

DAFTAR TABEL
No.

Tabel

Halaman

4.1 Proses Seleksi Sampel ..


53
4.2 Daftar Sampel Penelitian .
53
4.3 Statistik Deskripstif .
54
4.4 Hasil Uji Normalitas Residual .
58
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ..
59
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...
60
4.8 Hasil Uji Autokorelasi .
61
4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ..
62

DAFTAR GAMBAR
No.

Gambar

Halaman

3.1 Desain Penelitian...........................................................................................


4.5 Kurva Hasil Uji Normalitas Residual ....................................

10

37
59

DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran

Halaman

Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ....................

84

2
3
4
5

Sampel Penelitian .................................................................................


Hasil Analisis Statistik Deskriptif ........................................................
Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................................
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...

88
90
91
93

11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakangan Masalah
Era globalisasi membuat persaingan dunia bisnis semakin kompetitif.
Meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan meningkatnya hubungan
ekonomi antarnegara menunjukkan adanya satu rangkaian kegiatan di bidang
ekonomi dengan seperangkat aturan hukum. Perkembangan ekonomi tersebut dapat
diamati melalui bisnis dalam bentuk perdagangan saham di pasar modal yang
menjadikan informasi tentang perusahaan public (emiten) sangat berharga bagi para
investor. Para pelaku pasar yaitu para individu atau badan-badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus fund) dapat melakukan investasi dalam bentuk
surat berharga yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjual saham di
pasar modal (emiten). Sebaliknya perusahaan yang membutuhkan dana dapat
menawarkan surat berharga dengan cara mendaftar lebih dulu (listing) pada badan
otoritas di pasar modal sebagai emiten (Wida, 2014).
Almilia, dkk. (2011) berpendapat adanya perubahan masyarakat yang semakin
kritis dan mampu melakukan kontrol sosial, memunculkan kesadaran tentang
pentingnya melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang dikenal
dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Nurmansyah (2006) berpendapat
meskipun tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya,
perusahaan memiliki beberapa kewajiban yang harus dipenuhi kepada stakeholders,

12

kewajiban tersebut tidak hanya kepada pemegang saham namun juga kewajiban
terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Secara konseptual, CSR merupakan suatu
kepedulian perusahaan yang didasarkan pada tiga prinsip dasar yang dikenal dengan
istilah triple bottom line yang terdiri dari profit, people, dan planet (Rustiarini, 2011).
Tiga prinsip tersebut memiliki arti yaitu tujuan dari bisnis tidak hanya semata-mata
mencari laba (profit), tetapi juga turut mensejahterakan masyarakat (people), dan
menjamin kelangsungan hidup (planet).
Suwaldiman (2000) mengemukakan tiga kelompok pihak yang berkepentingan
terhadap pertanggungjawaban manajemen, yaitu investor dan kreditor, pemerintah
dan masyarakat umum. Menurut Nabor (2013) berpendapat kewajiban terhadap
investor dan kreditor (stakeholders) direalisasikan melalui pertanggungjawaban sosial
kepada pelanggan, pekerja, pemegang saham dan lingkungan dalam semua kegiatan
perusahaan serta pertanggungjawaban atas kewajiban keuangan. Kewajiban terhadap
pemerintah direalisasikan melalui pembayaran pajak dan kewajiban kepada
masyarakat umum direalisasikan melalui kepedulian terhadap lingkungan serta
hubungan yang dijaga baik dengan komunitas masyarakat sebagai perwakilan
masyarakat.
Meningkatnya kasus ketidakpuasan publik, baik yang berkaitan dengan
pencemaran lingkungan, perlakuan tidak adil kepada pekerja, kaum minoritas dan
perempuan, penyalahgunaan wewenang, keamanan dan kualitas produk, serta
eksploitasi besar-besaran terhadap energi dan sumber daya alam yang menyebabkan
kerusakan alam (Wakidi dan Siregar, 2011). Terbukti dari beberapa kasus yang terkait

13

dengan ketidakpuasan publik atas aktivitas perusahaan di Indonesia, seperti kasus


Lapindo yang dinobatkan sebagai perusahaan paling tidak bertanggung jawab sosial,
kasus tuduhan pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont Minahasa Raya, serta
kasus PT Freeport Indonesia yang akhirnya menyebabkan Kementerian Lingkungan
Hidup mempublikasikan temuan pemantauan dan penataan kualitas lingkungan di
wilayah penambangan PT Freeport Indonesia yang hasilnya, Freeport dinilai tidak
memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut (Yuli, 2014).
Adanya beberapa peraturan terkait CSR menjadikan perusahaan harus
mengungkapkan secara transparan mulai dari misi, kebijakan, strategi dan program
kerja, serta kinerja lingkungan sosial dan ekonomi. Undang-Undang No.40 tahun
2007 tentang perseroan terbatas yang baru, resmi berlaku 16 Agustus 2007
menggantikan UU PT lama No. I/1995. Undang- Undang No. 40 tahun 2007, pasal 74
mewajibkan perseroan dengan bidang usaha yang terkait dengan sumber daya alam
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini akan berdampak
pada semakin banyaknya informasi operasional perusahaan yang harus diungkapkan
dalam laporan tahunan perusahaan, termasuk dalam pengungkapan CSR. Cakupan
standar yang ada sudah cukup komprehensif, namun belum adanya laporan yang
dapat mengikhtisarkan dampak kegiatan perusahaan terhadap sosial dan lingkungan
yang akan menyulitkan stakeholders dalam mengevaluasi efektivitas kegiatan CSR
perusahaan (Pradipta dan Anna, 2011).
Dalam menjalankan usaha, pemegang saham sebagai pihak prinsipal
melimpahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer sebagai pihak agen dengan

14

harapan bahwa manajer bertindak atas nama pemilik untuk mencapai tujuan
perusahaan (Wida, 2014). Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih
banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus
memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang
disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Keadaan ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earning
management) (Wisnumurti, 2010). Dengan demikian, pihak manajer akan cenderung
bertindak demi kepentingan pribadi dan hal inilah yang mengakibatkan terciptanya
konflik agensi (Senda, 2011).
Salah satu upaya perusahaan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
mensejajarkan kepentingan manajer dengan kepentingan pemilik (Imanta, 2011).
Upaya tersebut ditempuh dengan melalui mekanisme Good Corporate Governance
(GCG). Mekanisme GCG merupakan cara bagi pihak prinsipal dalam mengontrol
biaya keagenan yang ditimbulkan oleh pihak agen. Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan mampu menghasilkan laporan keuangan yang mengandung informasi
laba yang berkualitas (Verdana, 2011). Terkait dengan teori keagenan, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional merupakan bagian dari mekanisme GCG
yang mampu memecahkan masalah keagenan menurut (Jensen and Meckling, 1976).
Struktur kepemilikan ini diyakini dapat membuka jalan perusahaan ke arah
pencapaian tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan (Rawi, 2008).

15

Beberapa penelitian berupaya mengetahui keterkaitan kepemilikan manajerial


dengan nilai perusahaan. Penelitian Wahyudi dan Hartini (2006) dalam penelitiannya
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Temuan tersebut diperkuat oleh penelitian Ratna (2013)
yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Sofyaningsih dan
Pancawati (2011) menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti mempengaruhi
nilai perusahaan, artinya tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran
manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan.
Hasil yang tidak konsisten ditunjukkan oleh beberapa penelitian terkait
kepemilikan manajerial tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto, dkk (2014)
memperoleh temuan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepemilikan manajerial
dengan nilai perusahaan. Freshilia dan Rusiti (2014) yang menemukan kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Ari, Ayu, Abdolkhani, dan Reza (2013) menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Struktur kepemilikan lain dalam mekanisme GCG adalah kepemilikan
institusional, yang diartikan sebagai kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau
lembaga tertentu (Tarjo, 2008). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional
sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang tinggi mengindikasikan kemampuannya untuk

16

memonitor manajemen (Arif, 2006 dalam Nurrahman, 2013). Kepemilikan


institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan memanfaatkan informasi,
serta dapat mengatasi konflik keagenan karena dengan meningkatkan kepemilikan
institusional maka segala aktivitas perusahaan akan diawasi oleh pihak institusi atau
lembaga (Wida, 2014).
Investor institusional dianggap sebagai pihak yang efektif dalam melakukan
pengawasan setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer. Menurut Murwaningsari
(2009), investor institusional memiliki power dan experience untuk bertanggung
jawab dalam menerapkan prinsip corporate governance untuk melindungi hak dan
kepentingan seluruh pemegang saham, sehingga mereka menuntut perusahaan untuk
melakukan komunikasi secara transparan. Peningkatan jumlah kepemilikan
institusional ini juga ditunjukkan agar setiap aktivitas yang dilakukan diarahkan pada
pencapaian nilai perusahaan yang tinggi (Haruman, 2008).
Beberapa penelitian berupaya menguji pengaruh kepemilikan institusional
dengan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Mokhtari dan Khosro (2013)
menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dewata, dkk (2012) yang menemukan bahwa kepemilikan
institusional memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan nilai perusahaan.
Selain aspek struktur kepemilikan, perusahaan juga harus memperhatikan
bagaimana rasio hutangnya, hal ini penting untuk menjadi dasar penilaian investor
atas going concern perusahaan. Rasio leverage dapat digambarkan melalui rasio Debt

17

to Equity Ratio (DER), rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan
jumlah modal sendiri (Givoly et al, 2010). Hutang adalah salah satu alat yang
dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan modal mereka dalam rangka
meningkatkan keuntungan (Singapurwoko, 2011). Hutang ini dapat berasal dari bank
atau pembiayaan lainnya. Pada umumnya bila hutang menjadi lebih besar dari modal
sendiri, perusahaan dikatakan dalam kondisi yang tidak sehat karena seluruh
modalnya tidak akan cukup untuk menanggung hutang (Andani dkk, 2010).
Peningkatan dan penurunan tingkat hutang memiliki pengaruh terhadap
penilaian pasar. Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Rustendi
(2008), Indriana, Zahra, Ari, dan Ayu Rizqia (2013) menemukan bahwa leverage
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut
Mahendra (2011) menemuka bahwa leverage berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan, Purnama (2013) menemukan bahwa leverage
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, Ogolmagai (2013)
menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pada umumnya, tujuan setiap perusahaan baik perusahaan go public maupun
perusahaaan bukan go public adalah meningkatkan nilai perusahaan. Pencapaian nilai
perusahaan yang tinggi tersebut dimaksudkan guna memaksimumkan tingkat
kemakmuran pemegang saham (Wida, 2014). Menurut Setiani (2013) nilai
perusahaan merupakan suatu hal yang penting bagi manajer dan investor. Bagi
manajer, nilai perusahaan merupakan tolak ukur prestasi kerja yang telah dicapai,
karena nilai perusahaan yang baik menunjukkan kinerja perusahaan yang baik pula.

18

Sedangkan bagi investor, peningkatan nilai perusahaan merupakan suatu persepsi


yang baik terhadap perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Hermuningsih dan
Wardani, 2009).
Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi tercermin dari harga pasar sahamnya,
karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan
harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa efek untuk perusahaan yang
sudah go public (Retno dan Priantinah, 2012). Hal ini berarti semakin tinggi harga
saham, maka semakin tinggi juga nilai perusahaannya. Setiap informasi yang relevan
tentang emiten, dengan cepat diserap oleh pasar dan dengan cepat pula pasar
mengekspresikannya dalam bentuk harga atau perubahan harga saham. Para investor
menggunakan informasi tersebut sebagai dasar penilaian harga saham, dalam
keputusan membeli atau menjual saham (Handayani, 2008).
Berdasarkan hasil yang belum konsisten yang ditemukan pada penelitianpenelitian sebelumnya tentang kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
leverage terhadap nilai perusahaan serta mengingat masih pentingnya mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, maka peneliti memutuskan untuk
meneliti kembali demi mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dengan
menambahkan satu variabel moderasi ke dalam penelitian ini, yaitu Corporate Social
Responsibility (CSR). Mathiesen (2004) menyatakan jika suatu perusahaan memiliki
kepemilikan manajerial yang tinggi, maka manajer akan bersikap jauh lebih peduli
tentang kepentingan pemegang saham dan opsi saham untuk kontribusi perusahaan.

19

Dengan demikian, struktur modal dengan kepemilikan manajerial yang tinggi


menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan pengungkapan informasi sosial dalam
rangka untuk meningkatkan image perusahaan. Soliman et al. (2012) menyatakan
pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu aktivitas yang
juga dimonitor oleh investor institusi karena dianggap sebagai aktivitas positif yang
digunakan untuk memperoleh legitimasi masyarakat. Selain aspek kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional, perusahaan juga harus memperhatikan rasio
hutang (leverage). Tingkat leverage yang tinggi diharapkan perusahaan memiliki
kewajiban untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas (termasuk
didalamnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan) dibandingkan
perusahaan dengan tingkat leverage rendah.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1 Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan pada
Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI periode 20112

2013?
Apakah kepemilikan institusional berpengaruh pada nilai perusahaan pada
Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI periode 2011-

2013?
Apakah leverage berpengaruh pada nilai perusahaan pada Perusahaan Real
Estate dan Properti yang terdaftar di BEI periode 2011-2013?

20

Apakah CSR mampu memperlemah pengaruh kepemilikan manajerial pada

nilai perusahaan?
Apakah CSR mampu memperkuat pengaruh kepemilikan institusional pada

nilai perusahaan?
Apakah CSR mampu memperlemah pengaruh leverage pada nilai
perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial pada nilai perusahaan
pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI periode
2011-2013.
2) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional pada nilai
perusahaan pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI
periode 2011-2013.
3) Untuk mengetahui pengaruh leverage pada nilai perusahaan pada
Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI periode 20112013.
4) Untuk mengetahui apakah interaksi antara kepemilikan manajerial dengan
CSR yang berfungsi sebagai variabel moderasi mempengaruhi nilai
perusahaan.
5) Untuk mengetahui apakah interaksi antara kepemilikan institusional
dengan CSR yang berfungsi sebagai variabel moderasi mempengaruhi nilai
perusahaan.
6) Untuk mengetahui apakah interaksi antara leverage dengan CSR yang
berfungsi sebagai variabel moderasi mempengaruhi nilai perusahaan.

21

1.4 Kegunaan Penelitian


Kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
1

berikut:
Kegunaan Teoritis
(1) Memberikan bukti empiris kepada akademisi dan analis sekuritas
mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan.
(2) Mengembangkan hasil penelitian sebelumnya sehingga penelitian ini
ikut berperan aktif dalam pengembangan pengetahuan akademis.

Kegunaan Praktis
(1) Memberikan masukan kepada emiten dalam menentukan nilai
perusahaan sehingga nantinya investasi yang ditanamkan mampu
menghasilkan laba yang optimal dan mampu menguntungkan kedua
belah pihak, sehingga pihak emiten lebih memperhatikan variabelvariabel yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
(2) Mempermudah alur pertimbangan manajemen dalam mengambil
keputusan bagi kelangsungan hidup perusahaan.

22

1.5 Sistematika Penelitian


Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab satu dengan
bab yang lainnya dan disusun secara terperinci dan sistematis. Untuk memberikan
gambaran dan mempermudah pembahasan tentang skripsi ini, sistematika dari setiap
bab dapat dirinci sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB II

Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian


Bab ini menguraikan beberapa teori guna mendukung analisis data,
yang meliputi penjelasan mengenai teori keagenan, teori pensinyalan
(signalling theory), teori stakeholder, teori legitimasi, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, leverage, nilai perusahaan,

23

corporate social responsibility (CSR), dan rumusan hipotesis


penelitian.
Bab III

Metode Penelitian
Bab ini berisikan metode penelitian yang digunakan dalam
menganalisis data yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian,
obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan
sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV

Pembahasan Hasil Penelitian


Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.

Bab V

Simpulan dan Saran


Bab ini merupakan bab penutup yang mengemukakan simpulan akhir
dari pembahasan yang menjadi jawaban dari permasalahan dan saransaran untuk penelitian yang dilakukan.

24

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Jensen dan
Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency
theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak antara pemilik sumber daya
ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan
pengendalian sumber daya tersebut. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih
banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik yang dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini

25

berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Ketidakseimbangan


penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai
asimetri informasi (Rina, dkk, 2012).
Menurut Messier, dkk (2006: 11) dalam upaya mengatasi atau mengurangi
masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan
ditanggung baik oleh prinsipal maupun agen. Biaya keagenan ini terdiri dari
monitoring cost, bonding cost, dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang
timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen yaitu untuk
mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Bonding cost merupakan biaya
yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Selanjutnya,
residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran
prinsipal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal.
Menurut Woods, dkk (2008: 81) penerapan manajemen risiko dapat
menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko
perusahaan juga dapat dijadikan mekanisme pengawasan dalam menurunkan
informasi asimetri dan berkontribusi untuk menghindari perilaku oportunis dari
manajer. Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, positive accounting theory
mengajukan tiga hipotesis yaitu bonus plan hypothesis, debt/equity hypothesis, dan
political cost hypothesis yang secara implisit mengakui tiga bentuk keagenan, yaitu
antara pemilik dengan manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara
pemerintah dengan manajemen, sehingga secara luas prinsipal bukan hanya sebagai

26

pemilik perusahaan, tetapi juga dapat sebagai pemegang saham, kreditur, maupun
pemerintah.
Menurut Kaeown, dkk (2006: 72) aplikasi agency theory dapat terwujud dalam
bentuk kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing
pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja
merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik
yang berupa keuntungan, return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal
dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu
mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
insentif atau imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti dari agency
theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadinya konflik
kepentingan.
Menurut Kaeown, dkk (2006: 75) teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah
asumsi yaitu:
1

Asumsi tentang sifat manusia, menekankan bahwa manusia memiliki sifat


untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk
aversion).

27

Asumsi tentang keorganisasian, adalah adanya konflik antar anggota


organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri

informasi antara prinsipal dan agen.


Asumsi tentang informasi, adalah bahwa informasi dipandang sebagai
barang komoditi yang bisa diperjual beli.

2.1.2 Teori Legitimasi


Legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan
untuk mempertahankan hidup (Sari, 2012). Menurut Hidayati dan Murni (2009),
perusahaan mengupayakan adanya pengakuan yang baik dari investor, kreditor,
konsumen, pemerintah, dan masyarakat sekitar, sehingga dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dengan cara sebagai berikut:
1

Pengakuan dari investor didapatkan oleh perusahaan dengan cara

meningkatkan return saham.


Pengakuan dari kreditor didapatkan oleh perusahaan dengan cara

meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutang.


Pengakuan dari konsumen didapatkan oleh perusahaan dengan cara

meningkatkan mutu produk dan layanan.


Pengakuan dari pemerintah didapatkan oleh perusahaan dengan cara

mematuhi peraturan yang berlaku.


Pengakuan dari masyarakat didapatkan oleh perusahaan dengan cara
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial.
Upaya pengakuan yang baik oleh perusahaan juga bertujuan untuk menciptakan

keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat pada kegiatan perusahaan dengan
norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial masyarakat (Chariri, 2008).

28

Menurut Tilling (2004), legitimasi yang rendah dapat menyebabkan konsekuensi


yang negatif bagi perusahaan karena dapat mengarah pada hilangnya hak untuk
beroperasi. Legitimasi yang rendah disebabkan adanya perbedaan diantara nilai-nilai
yang dianut oleh perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat, di mana perbedaan
ini disebut dengan legitimacy gap. Menurut Warticl dan Mahon (1994) dalam Chariri
(2008), legitimacy gap dapat terjadi karena:
1

Adanya perubahan dalam kinerja perusahaan, tetapi harapan masyarakat

terhadap kinerja tidak berubah.


Kinerja perusahaan tidak berubah, tetapi harapan masyarakat terhadap

kinerja perusahaan telah berubah.


Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan
berubah ke arah yang berbeda atau ke arah yang sama dalam waktu yang
berbeda.
Menurut Purwanto (2011) teori legitimasi menjelaskan bahwa sebuah

organisasi dalam melakukan kegiatan operasionalnya harus menunjukkan perilaku


yang konsisten dengan nilai sosial. Teori legitimasi juga menjelaskan praktik
pengungkapan tanggung jawab perusahaan yang harus dilaksanakan sedemikian rupa
agar aktivitas dan kinerja perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Menurut Rawi
dan Munawar (2010) legitimasi dianggap sebagai asumsi bahwa tindakan yang
dilakukan suatu entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas atau sesuai
dengan sistem, norma, nilai, dan kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara
sosial.

29

Legitimasi perusahaan dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat


kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari
masyarakat. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem
nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya
akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994 dalam Haniffa et
al. 2005). Untuk mendapatkan legitimasi, perusahaan dapat menunjukkan tanggung
jawabnya melalui aktivitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR).
2.1.3 Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif terlibat di dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan
manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam
perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan
(Rustiarini, 2011). Pengukurannya dilihat dari besarnya proporsi saham yang dimiliki
manajemen pada akhir tahun yang disajikan dalam bentuk persentase (Yadnyana dan
Wati dalam Bernandhi, 2013). Dugaan yang menarik timbul dari adanya kepemilikan
manajerial dalam sebuah perusahaan, bahwa peningkatan nilai perusahaan terjadi
sebagai akibat dari meningkatnya kepemilikan manajerial. Besarnya proporsi saham
yang dimiliki oleh manajemen akan efektif dalam memonitor setiap aktivitas yang
dilakukan perusahaan.
Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang
saham rawan untuk terjadinya masalah keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa

30

salah satu mekanisme untuk memperkecil adanya konflik agensi dalam perusahaan
adalah dengan memaksimalkan jumlah kepemilikan manajerial. Dengan menambah
jumlah kepemilikan manajerial, maka manajemen akan merasakan dampak langsung
atas setiap keputusan yang mereka ambil karena mereka menjadi pemilik perusahaan
(Jensen and Meckling, 1976). Disamping itu, manajemen juga akan semakin giat di
dalam memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri,
sehingga masalah keagenan dapat diasumsikan akan berkurang dan kinerja
perusahaan menjadi meningkat (Wida, 2014). Peningkatan atas kepemilikan
manajerial akan membuat kekayaan manajemen secara pribadi semakin terikat
dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi risiko
kehilangan kekayaanya.
2.1.4 Kepemilikan Institusional
Tarjo (2008) menerangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Kepemilikan institusional
dapat

mendorong

peningkatan

pengawasan

yang

lebih

optimal

sehingga

keberadaanya memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen. Dengan adanya


monitoring tersebut maka pemegang saham akan semakin terjamin kemakmurannya,
dikarenakan pengaruh kepemilikan institusional yang berperan sebagai agen
pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal
(Permanasari, 2010).

31

Pemegang saham memiliki pengaruh yang kuat pada setiap perilaku manajer,
dimana jumlah pemegang saham yang besar mampu mengurangi dan mencegah
tindakan oportunistik manajer. Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan
pengawasan yang ketat terhadap kinerja manajemen sehingga secara otomatis
manajemen akan menghindari perilaku yang merugikan prinsipal. Peningkatan
jumlah kepemilikan institusional ini juga ditujukan agar setiap aktivitas yang
dilakukan diarahkan pada pencapaian nilai perusahaan (Wida, 2014). Kuatnya kendali
pihak institusi terhadap perusahaan maka akan memprediksi perusahaan untuk
melakukan pengungkapan sosial yang lebih luas.
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka
panjang, atau mengukur seberapa jauh operasi perusahaan dibiayai oleh hutang.
Menurut Riyanto (1997) dalam Bernandhi (2013) menyebutkan bahwa definisi
leverage adalah penggunaan dana atau aset di mana perusahaan harus menutup biaya
tetap atau membayar beban tetap untuk penggunaan dana atau aset tersebut. Leverage
tidak lain adalah sumber dana eksternal sebab kedudukan leverage mewakili hutang
yang dimiliki perusahaan.
Rasio leverage merupakan gambaran hubungan antara hutang perusahaan
terhadap modal maupun aset. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai hutang pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal atau aset yang digunakan untuk menjamin hutang tersebut.

32

Menurut Van Horn (1997) dalam Rawi dan Munawar (2010) financial leverage
merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan
akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya,
sehingga keuntungan pemegang saham bertambah.
Keputusan manajemen untuk menjaga agar rasio leverage tidak bertambah
tinggi mengacu pada pecking order theory. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa
perusahaan lebih menyukai pendanaan internal. Ketika diperlukan pendanaan dari
luar, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas dari yang paling aman terlebih
dahulu, seperti obligasi kemudian sekuritas dengan karakteristik opsi (contohnya
obligasi konversi) baru kemudian saham. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa
apabila kebutuhan sumber pendanaan internal masih dapat dipenuhi maka sumber
pendanaan eksternal tidak perlu diupayakan. Dengan adanya nilai rasio leverage yang
tinggi maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan (Weston dan Copeland
dalam Hardiyanti, 2012).
2.1.6 Nilai Perusahaan
Menurut Nurlela dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai
nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau
keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham maka makin tinggi keuntungan pemegang
saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena dengan permintaan
saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Nilai
perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan

33

urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam


bidangnya seperti manajer maupun komisaris.
Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan
arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari
perusahaan yang diambil alih. Nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu
perusahaan karena semakin tinggi nilai perusahaan, maka semakin tinggi
kemakmuran pemegang saham. Menurut Retno dan Priantinah (2012), para pemodal
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional, yaitu manajer ataupun
komisaris agar pencapaian nilai perusahaan dapat meningkat. Nilai perusahaan yang
meningkat akan memberikan sumbangan pertumbuhan jangka panjang bagi
perusahaan (Sukasih dan Susilawati, 2011). Menurut Kusumajaya (2011), terdapat
variabel-variabel kuantitatif yang digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan,
yaitu:
1

Nilai buku merupakan total ekuitas pemegang saham dibagi dengan jumlah

saham yang beredar.


Nilai pasar merupakan suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih
dari perusahaan. Apabila saham dari perusahaan diperdagangkan dalam
bursa sekuritas, maka nilai perusahaan dapat diukur berdasarkan nilai

3
4

pasarnya.
Nilai apprasial, diperoleh dari perusahaan independent appraiser.
Nilai arus kas, digunakan ketika melakukan penilaian merger atau akuisis
untuk mengestimasi arus kas bersih.
Menurut Brealey (2008: 165) nilai buku mencatat berapa yang dibayar

perusahaan untuk asetnya, dikurangi pengurangan untuk penyusutan. Nilai likuiditas

34

adalah berapa yang bisa di jaring perusahaan dengan menjual asetnya dan melunasi
utang-utangnya. Ini tidak meliputi nilai perusahaan sebagai usaha yang terus berjalan.
Sedangkan nilai pasar adalah jumlah yang bersedia di bayar oleh investor untuk
saham perusahaan. Ini tergantung pada kekuatan menangguk laba dari aset saat ini
serta perkiraan profitabilitas investasi masa depan.
Menurut Susanti (2010) dalam Mahendra (2011: 18) nilai perusahaan sangat
penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar
dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi pendanaan (financing)
dan manajemen aset.
2.1.7 Corporate Social Responsibility (CSR)
1) Pengertian Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari
perusahaan yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap pembangunan
untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka, dan juga
komunitas lokal serta masyarakat luas (Hadi, 2011:46). Corporate social
responsibility merupakan mekanisme bagi suatu organisasi untuk sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan
interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang

35

hukum (Anggraini, 2006). Dengan demikian, operasi bisnis yang dijalankan oleh
perusahaan tidak lagi hanya dihadapkan pada keuntungan secara finansial, tetapi juga
didukung dengan komitmen pada pembangunan sosial ekonomi secara keseluruhan
dan berkelanjutan. Dapat disimpulkan CSR merupakan suatu wujud tanggung jawab
perusahaan atau organisasi atas dampak yang muncul dari keputusan dan aktivitas
yang telah diambil dan dilaksanakan oleh organisasi tersebut, dimana dampak dari
aktivitas tersebut pada akhirnya berimbas kepada pihak-pihak yang terkait dengan
masyarakat dan lingkungan.
Kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan diungkapkan dalam
laporan tahunan atau sustainability report. Pengungkapan informasi mengenai
tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan di Indonesia bersifat mandatory, di
mana perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosial
yang telah dilaksanakan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi perusahaan terhadap masyarakat (Rustiarini, 2011). Pengungkapan
informasi tanggung jawab sosial perusahaan juga merupakan bagian dari etika bisnis,
di mana perusahaan tidak hanya memenuhi kewajiban-kewajiban ekonomi, namun
juga memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan
(Mutmainah, 2012). Menurut Murwaningsari (2009), ruang lingkup tanggung jawab
sosial perusahaan meliputi:
1
Basic Responsibility, yaitu tanggung jawab sosial yang muncul karena
keberadaan perusahaan.

36

Organizational Responsibility, yaitu tanggung jawab perusahaan untuk

memenuhi kepentingan stakeholders.


Societal Responsibility, yaitu tanggung jawab perusahaan ketika terjadi
interaksi bisnis dengan masyarakat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan.

2) Pengungkapan corporate social responsibility


Pengungkapan mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan
informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha.
(Chariri dalam Pancawati, 2008), informasi yang diungkapkan harus berguna dan
tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan
keputusan. Sumadi (2011) mengatakan melalui informasi atas pengelolaan
perusahaan oleh manajemen, pengguna laporan keuangan akan dapat mengetahui
kondisi keuangan maupun non keuangan.
Pengungkapan pertanggungjawaban sosial di Indonesia telah diatur dalam
beberapa peraturan seperti yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam
pernyataan PSAK No.1 ( Revisi 2009) merupakan suatu aturan yang dijadikan dasar
oleh perusahaan dalam menyajikan dan mengungkapkan informasi tanggung jawab
sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan terpisah dari laporan
keuangan perusahaan. Peraturan tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya peraturan
oleh BAPEPAM selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar
modal dan lembaga keuangan di Indonesia. Peraturan BAPEPAM No. VIII G.7
mengenai penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan
publik yang menyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik dapat mengungkapkan

37

informasi tanggung jawab sosial pada laporan tahunan atau laporan tersendiri yang
disampaikan bersamaan dengan laporan tahunan kepada BAPEPAM dan laporan
keuangan, seperti laporan keberlanjutan (sustainability report) atau laporan tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility report).
Peraturan yang dikeluarkan IAI dan BAPEPAM

sejalan

dengan

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


Disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan usahanya berkaitan atau di bidang
sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (pasal
74 ayat 1) tanggung jawab sosial sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran. Namun menurut Pradipta dan Anna (2011), sampai saat ini belum ada
pedoman baku yang mengatur luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
serta item-item pengungkapan tanggung jawab perusahaan masih merupakan
informasi yang bersifat sukarela.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Amelia Permana
(2013). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam penelitian ini dilihat
melalui enam kategori yaitu: economic performance indicators (EC), environmental
performance indicators (EN), labor practices and decent work performance
indicators (LA), human rights performance indicators (HR), society performance
indicators (SO), dan product responsibility performance indicators (PR). Sehingga
peneliti menggunakan item pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang
berjumlah 84 item.

38

3) Luas pengungkapan corporate social responsibility


Dalam Yuli (2014) praktek pengungkapan telah banyak dilakukan dengan
tujuan melindungi pemakai laporan keuangan (proactive), memberikan informasi
yang dapat membantu pengguna dalam mengambil keputusan (informative), serta
ingin memberikan perlindungan bagi pengguna laporan keuangan dengan
memberikan informasi yang handal dan efisien dalam melakukan pengambilan
keputusan (differential). Pengungkapan yang dilakukan dapat dianggap berkualitas
apabila tingkat keluasan pengungkapan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Sehingga semakin luas tingkat pengungkapan yang dilakukan maka
semakin valid informasi yang diberikan dan semakin tinggi kualitas informasi yang
disajikan. Terdapat tiga konsep pengungkapan yang umum dilakukan yaitu:
1
Pengungkapan cukup (adequate disclosure), dalam konsep ini pengungkapan
yang dilakukan ialah pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh
peraturan yang berlaku. Angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan
dengan benar oleh investor.
2 Pengungkapan wajar (fair disclosure), pada konsep ini pengungkapan yang
dilakukan ialah pengungkapan wajar. Pengungkapan ini secara tidak
langsung memiliki tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama
kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak
terhadap pembaca potensial.
3 Pengungkapan penuh (full disclosure), mempergunakan pengungkapan penuh
yang menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkapkan
secara relevan. Naim dan Rachman (2000) menyatakan pengungkapan penuh
memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah sehingga beberapa

39

pihak

menganggapnya

tidak

baik.

Konsep

full

disclosure

jarang

dipergunakan dikarenakan terdapat pertimbangan yang dilakukan oleh


manajemen yaitu :
(1) Dapat memunculkan informasi yang berlebihan.
(2) Memberikan interpretasi yang berbeda bagi pembaca.
(3) Mempengaruhi strategi perusahaan.
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer
memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Rustiarini, 2011). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di
dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Kepemilikan manajerial adalah
dimana manajemen memiliki proporsi saham dari perusahaan yang mereka kelola.
Dengan adanya sebagian proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen,
maka hal tersebut akan menjadikan pihak manajemen bisa merasakan manfaat dari
keputusan-keputusan yang diambilnya (Bernandhi, 2013). Begitu pun sebaliknya,
risiko-risiko akibat kesalahan pengambilan keputusan juga dapat secara langsung
dirasakan dampaknya.
Menurut Jensen dan Meckling mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan
antara lain dengan meningkatkan kepemilikan insider (insider ownership), sehingga
dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Semakin bertambahnya
saham yang dimiliki manajer, melalui kepemilikan manajerial akan memotivasi
kinerja manajemen karena mereka merasa memiliki andil dalam perusahaan baik

40

sebagai pengambil keputusan maupun dalam tanggung jawab atas setiap keputusan
yang diambil. Sehingga pada akhirnya kinerja manajemen akan semakin baik dan
berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan Adri, dkk (2014).
Penelitian Ari dan Ayu (2013) menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Abdolkhani, dan Reza (2013) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan
uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada nilai perusahaan.
2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan
Kepemilikan

institusional

mempunyai

arti

penting

dalam

memonitor

manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Sofyaningsih dan Pancawati


(2011) meningkatkan kepemilikan institusional menjadikan fungsi pengawasan akan
berjalan secara efektif dan menjadikan manajemen semakin berhati-hati dalam
memperoleh dan mengelola pinjaman (hutang), karena jumlah hutang yang semakin
meningkat akan menimbulkan financial distress. Oleh karena itu, dengan adanya hal
tersebut maka dapat meningkatkan nilai perusahaan karena mencegah pemborosan
oleh manajemen.
Bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Mokhtari dan Khosro
(2013) menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

41

dilakukan Thanatawee (2014) yang membuktikan bahwa kepemilikan institusional


berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan
diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan dan
manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen sehingga akan meningkatkan nilai
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
2.2.3 Pengaruh Leverage pada Nilai Perusahaan
Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan
oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Berdasarkan balancing theory
yang dikemukakan oleh Myers (1977) penggunaan hutang yang semakin besar akan
meningkatkan keuntungan perusahaan dari penggunaan hutang tersebut, namun
semakin besar pula biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Teori struktur modal
juga menyatakan hal yang sama, adanya ketidaksempurnaan pasar modal
menyebabkan pemilik perusahaan keberatan untuk menggunakan leverage yang
ekstrim karena akan menurunkan nilai perusahaan (Suad Husnan, 1998 dalam
Anonim 2014). Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus
mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga
yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin
tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Oleh sebab itu,
perusahaan akan cenderung untuk menjaga komposisi hutang mereka.

42

Semakin besar rasio leverage suatu perusahaan, maka perusahaan akan


menahan laba operasional perusahaannya untuk digunakan melunasi hutang
perusahaan. Rasio leverage yang tinggi tentu akan mempengaruhi penilaian
pemegang saham pada saat akan menanamkan modal mereka, mereka tidak akan
menanamkan modal pada perusahaan yang tidak memiliki kemampuan untuk
melunasi seluruh kewajibannya. Perusahaan juga akan kesulitan untuk memperoleh
dana pinjaman dari pihak dari luar lagi (Bernandhi, 2013).
Penelitian Mahendra (2011) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya Purnama dan Abundanti
(2013) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan karena hutang akan menambah beban tetap tanpa
memperdulikan besarnya pendapatan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
penelitian ini adalah:
H3: Leverage berpengaruh negatif pada nilai perusahaan
2.2.4 Hubungan CSR, Kepemilikan Manajerial, dan Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajemen adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh direksi, manajer dan dewan komisaris (Yuli, 2014). Struktur kepemilikan
manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Semakin banyak investor manajerial dalam
berpartisipasi pada kepemilikan perusahaan, akan mendorong mereka untuk
berpartisipasi lebih aktif dalam pemantauan dan menyelaraskan manajemen dan
mendorong mereka untuk mengubah cara-cara yang lebih baik dalam mencapai

43

standar kinerja sosial perusahaan yang lebih tinggi (Uwalomwa, 2011). Mathiesen
(2004) menemukan jika suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial yang
tinggi, maka manajer akan bersikap jauh lebih peduli tentang kepentingan pemegang
saham dan opsi saham untuk kontribusi perusahaan. Dengan demikian, struktur
modal dengan kepemilikan manajerial yang tinggi menurunkan biaya keagenan dan
meningkatkan pengungkapan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan
image perusahaan (Yuli, 2014).
Menurut Anggraini (2006) semakin besar kepemilikan manajerial di dalam
perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai
perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi lebih rendah.
Manajer perusahaan akan berusaha mengungkapkan informasi mengenai tanggung
jawab lingkungan dan sosial dalam rangka meningkatkan image perusahaan,
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, et al.
1998). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H4: CSR mampu memperlemah pengaruh kepemilikan manajerial pada nilai
perusahaan.
2.2.5 Hubungan CSR, Kepemilikan Institusional, dan Nilai Perusahaan
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan
yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer. Kepemilikan
institusional menurut Soliman et al. (2012) menyatakan bahwa kepemilikan saham
oleh institusi juga akan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan merupakan

44

salah satu aktivitas yang dimonitor oleh investor institusi karena dianggap sebagai
aktivitas positif yang digunakan untuk memperoleh legitimasi masyarakat. Investor
institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena
memiliki pendanaan yang tinggi.
Hasil ini diperkuat dari penelitian yang dilakukan oleh Yong Oh, dkk (2011)
yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara CSR dan kepemilikan
institusional. Soliman (2012) dalam Yuliani (2014) yang mana menemukan adanya
hubungan yang positif antara kepemilikan saham institusional dengan pengungkapan
corporate social responsibility. Artinya semakin besar kepemilikan institusional
semakin kuat kendali yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan. Hal ini
terjadi karena adanya hubungan timbal balik yang kuat antara tanggung jawab
perusahaan dengan pihak luar (masyarakat). Berdasarkan uraian di atas, maka
hipotesis pada penelitian ini adalah:
H5: CSR mampu memperkuat pengaruh kepemilikan institusional pada nilai
perusahaan.
2.2.6 Hubungan CSR, Leverage, dan Nilai Perusahaan
Menurut Riyanto (1997) dalam Bernandhi (2013) menyebutkan bahwa definisi
leverage adalah penggunaan dana atau aset di mana perusahaan harus menutup biaya
tetap atau membayar beban tetap untuk penggunaan dana atau aset tersebut. Tingkat
leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan semua
kewajibannya kepada pihak lain. Perusahaan yang mempunyai proporsi utang lebih
banyak dalam struktur permodalannya akan menanggung biaya yang lebih besar.

45

Namun, apabila perusahaan dapat mengelola hutang dengan baik guna meningkatkan
keuntungan maka akan memberikan respon positif bagi investor.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari (2012), Dewi dan
Keni (2012), dan Chuzairi (2013) yang menemukan bahwa leverage dengan
menggunakan pengukuran Debt to Equity (DER) menunjukkan hasil bahwa leverage
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan penelitian lainnya
menunjukkan hasil yang tidak konsisten yang dilakukan oleh Novrianto (2012)
menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dengan
harapan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk
melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas (termasuk didalamnya
penggungkapan tanggung jawab sosial perusahaan) dibanding perusahaan dengan
tingkat leverage rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pada penelitian
ini adalah:
H6: CSR mampu memperlemah pengaruh leverage pada nilai perusahaan.

46

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
yang berbentuk asosiatif. Menurut Sugiyono (2010) penelitian asosiatif adalah suatu
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan penelitian asosiatif maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Kepemilikan
manajerial
(X1)
Kepemilikan
institusional
Leverage
(X2)
(X3)

(-)
(+)
(-)

Nilai Perusahaan
(Y)

CSR
Pada penelitian ini kepemilikan manajerial menggunakan proksi persentase
jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan, kepemilikan
institusional menggunakan proksi persentase jumlah kepemilikan saham oleh pihak
institusi perusahaan, leverage menggunakan proksi Debt to Equity Ratio (DER),
Corporate Social Responsibility (CSR) menggunakan proksi Corporate Social
Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiatives

47

(GRI) generation 3.1, dan nilai perusahaan menggunakan proksi Price to Book Value
(PBV).

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2013. Pemilihan lokasi
untuk penelitian ini didasarkan pada alasan sebagai berikut:
1) Data pada Bursa Efek cukup mudah diperoleh sehingga menghemat waktu,
tenaga, dan biaya untuk mengumpulkan data pada penelitian ini.
2) Data yang diperoleh cukup representatif dengan terpenuhinya data-data
sebagai bahan analisis peneliti.
3) Sektor Real Estate dan Properti merupakan salah satu sektor yang
merupakan ladang investasi yang memberikan keuntungan bagi para
investor karena nilai atau harga properti setiap tahunnya cenderung
meningkat.

3.3 Obyek Penelitian


Obyek penelitian ini adalah Kemampuan Corporate Social Responsibility
(CSR) Memoderasi Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Leverage
pada Nilai Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2013.

48

3.4 Identifikasi Variabel


Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan,
diantaranya:
1) Variabel

bebas

atau

independent

variable

adalah

variabel

yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat


(Sugiyono, 2010: 59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah:
Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan Institusional (KI)
Leverage
(DER)
2) Variabel terikat atau dependent variable adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:
59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah nilai
perusahaan pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013.
3) Variabel moderasi merupakan tipe variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel moderasi juga merupakan tipe variabel yang
mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel
(Indriantoro dan Bambang, 1999: 62). Variabel moderasi dalam penelitian
ini adalah Corporate Social Responsibility (CSR).
3.5 Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Nilai Perusahaan (Y)

49

Menurut Andri dan Hanung (2007) dalam Nica Febrina (2010: 5) nilai
perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham,
karena nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan
menurut Rika dan Islahudin (2008: 7) didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum
apabila harga saham perusahaan meningkat. Nilai perusahaan menggambarkan
seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari
pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Semakin tinggi harga saham, maka
makin tinggi kemakmuran pemegang saham.
Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Price to
Book Value (PBV). Rumus dari PBV (Brigham dan Ehrhardt, 2006) adalah:

PBV =

harga pasar per lembar saham


.......................................................(1)
nilai buku per lembar saham

3.5.2 Kepemilikan manajerial (X1)


Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer
memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Rustiarini, 2011). Opportunistic manajer diharapkan berkurang,
jika manajer diberi kesempatan untuk mempunyai kepemilikan saham atas
perusahaan. Keputusan yang dibuat oleh manajer tersebut tidak hanya berdampak
pada kelangsungan hidup perusahaan tetapi pada kesejahteraan dirinya sendiri.
Sulistiono (2010) menyatakan manajer akan mengambil kebijakan yang paling

50

menguntungkannya baik sebagai manajer dan pemegang saham atau harus


mengorbankan salah satu kedudukannya tersebut demi kebijakan yang dapat
menguntungkannya.

Jika

manajer

mencapai

kepentingan

pribadi

dengan

mengorbankan nilai perusahaan, kemungkinan nilai perusahaan turun.


Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumlah
kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan terhadap jumlah saham yang
beredar. Rumus dari kepemilikan manajerial (Sartono, 2010: 487) adalah:

Kepemilikan manajerial =

jumlah saham manajerial


jumlah saham yang beredar

x 100% .. (2)

3.5.3 Kepemilikan institusional (X2)


Kepemilikan Institusional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh suatu
institusi (oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan institusi
lain) dalam sebuah perusahaan. Pemegang saham, khususnya investor institusi,
memainkan peran penting dalam sistem tata kelola perusahaan. Kelompok investor
berada dalam posisi untuk mempengaruhi praktek yang diadopsi oleh perusahaan dan
kehadiran mereka dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku perusahaan. Hal ini
karena pengawasan yang lebih efektif dilakukan oleh investor institusi. Investor
institusi dapat memonitor manajemen perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menyelaraskan

kepentingan

manajemen

dengan

pemegang

saham

maksimalisasi kekayaan pemegang saham (Mokhtari dan Khosro, 2013).

51

untuk

Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah


kepemilikan saham oleh pihak institusi perusahaan terhadap jumlah saham yang
beredar. Rumus dari kepemilikan institusional (Sartono, 2010: 487) adalah:

jumlah saham institusio nal


Kepemilikan institusional = jumlah saham yang beredar

x 100% .... (3)

3.5.4 Leverage (X2)


Menurut Van Horn (1997) dalam Rawi dan Munawar (2010) leverage
merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan
akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya,
sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Perhitungan leverage akan sangat
mempengaruhi keputusan kreditur dalam memberikan tambahan pinjaman dan
keputusan pemegang saham apakah akan menanamkan modalnya atau tidak.
Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang besar di anggap tidak likuid sehingga
tidak terjamin kelangsungan hidupnya.
Dalam penelitian ini leverage diukur dengan menggunakan rumus Debt to
Equity Ratio (DER). Rumus dari leverage (Givoly et al, 2010) yaitu:

DER =

total hutang
total modal sendiri

x 100% .... (4)

3.5.5 Corporate Social Responsibility (CSR)

52

Menurut Untung (2008), Corporate Social Responsibility (CSR) adalah


komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis, sosial, dan lingkungan. Tujuan dari adanya CSR yaitu sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan karena dampak-dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global
warming, kemiskinan yang semakin meningkat, serta memburuknya kesehatan
masyarakat memicu perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya.
Dalam penelitian ini menurut Amelia Permana (2013) Corporate Social
Responsibility (CSR) diukur dalam jumlah pengungkapan CSR dengan menggunakan
proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan
Global Reporting Initiatives (GRI) generation 3.1 yaitu:

Xij
CSRDIj =
Keterangan:
CSRDIj
Xij
nj

nj

... (5)

= Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j


= jumlah item yang diungkapkan, dummy variable: 1= jika item i
diungkapkan dan 0 = jika item i tidak diungkapkan
= jumlah item untuk perusahaan, n 84

3.6 Jenis dan Sumber Data

53

Untuk memastikan ketersediaan data dan sebagai acuan dalam pencarian dan
pengumpulan data maka penting untuk menetapkan jenis dan sumber data. Jenis dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Jenis Data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data:
(1) Data kuantitatif yaitu data yang dapat dinyatakan dalam bentuk angkaangka dan dapat dihitung dengan satuan hitung (Sugiyono, 2010: 13). Data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang diterbitkan
oleh Perusahaan Real Estate dan Properti dan perhitungan rasio keuangan.
(2) Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, skema, dan gambar
(Sugiyono, 2010: 13). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah daftar
Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2011-2013.
2) Sumber Data
Menurut sumbernya, penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang tidak langsung didapat dari perusahaan, tetapi diperoleh dalam
bentuk jadi yang dikumpulkan, diolah, dan dipublikasikan oleh pihak lain
(Sugiyono, 2010: 129) yang dalam penelitian ini bersumber dari website resmi
perusahaan atau BEI melalui internet (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh BEI.

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel

54

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah 60 perusahaan pada Sektor Real Estate dan Properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2013.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling. Menurut Sugiyono (2010: 79), non probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama pada setiap
anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Teknik yang digunakan dalam teknik non probability sampling adalah teknik
purposive sampling, yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Sehingga sampel yang diperoleh adalah 12 perusahaan dengan pertimbangan yang
dimaksud diantaranya:
1) Seluruh perusahaan yang termasuk dalam sektor industri Real Estate dan Properti
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan
berturut-turut dari periode 2011 sampai dengan 2013.
2) Mempunyai periode laporan keuangan yang berakhir 31 Desember dan
menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan.
3) Perusahaan memiliki pengungkapan CSR dalam laporan tahunan berturut-turut
dari periode 2011-2013.
4) Perusahaan sampel memiliki kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data

55

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi non


partisipan yaitu pengamatan terhadap suatu objek yang tidak melibatkan peneliti
dalam mengumpulkan data pada kegiatan yang diamati (Sugiyono, 2010). Pada
penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan pada data yang bersumber dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan telah dipublikasikan melalui situs
resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan
berbagai jurnal akuntansi yang berkaitan dengan penelitian ini, baik nasional maupun
internasional.

3.9 Teknik Analisis Data


3.9.1 Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2010: 142) statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan

untuk

menganalisa

data

dengan

cara

mendeskripsikan

atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud


membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari masalah
normalitas data, multikolineritas, heterokedastisidas, dan autokorelasi. Untuk itu,
maka perlu dilakukan pengujian terhadap model regresi yang akan digunakan pada
penelitian. Adapun pengujian tersebut terdiri dari:
1) Uji Normalitas Residual

56

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,


variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2012: 160). Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau
mendekati normal. Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari = 0,05 maka data yang digunakan
berdistribusi normal.
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
(Ghozali, 2012: 139). Jika varian dan residual tetap maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Glejser digunakan untuk
mendeteksi terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas dengan langkah-langkah, yaitu:
(1) Mencari nilai residual dari persamaan regresi.
(2) Menghitung nilai absolut dari residual persamaan regresi.
(3) Meregresikan nilai absolut residual dengan variabel bebas.
Persamaan regresi dikatakan tidak mengandung heteroskedastisitas apabila nilai
signifikansi dari variabel bebas terhadap absolut residual lebih besar dari = 0,05.
3) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya
hubungan antara variabel-variabel bebas. Pengujian adanya multikoleniaritas
dilakukan dengan memperhatikan besarnya nilai tolerance dan besarnya nilai

57

Variance Inflation Factor (VIF) (Santoso dan Tjiptono, 2001). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Model regresi
yang baik terbebas dari gejala multikolinier. Jika suatu model regresi yang
mengandung gejala multikolinier dipaksakan untuk digunakan, maka akan
menghasilkan prediksi yang menyimpang. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
korelasi antar sesama variabel bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF
kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinieritas. Adanya gejala
multikolinier sering diindikasikan oleh R2 yang sangat besar atau uji F yang
signifikan, tetapi variabel bebas yang signifikan melalui uji parsial (t) sedikit atau
mungkin juga tidak ada yang signifikan (Suyana, 2011).
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara
kesalahan pada periode t dengan periode t-1, model regresi yang baik adalah bebas
dari autokorelasi (Ghozali, 2012: 110). Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat
nilai Durbin Watson (dw). Nilai Durbin Watson (dw) dibandingkan dengan nilai tabel
Durbin Watson statistic dengan tingkat kesalahan = 0,05, maka pengambilan
keputusan ada atau tidaknya autokorelasi yaitu:
(1) Bila du < dw < (4 du), maka tidak terjadi autokorelasi.
(2) Bila dw < dl, maka terjadi autokorelasi positif.
(3) Bila dw > (4 dl), maka terjadi autokorelasi negatif.
(4) Bila dl < dw <du atau (4 du) < dw < (4 dl), maka tidak dapat ditarik
kesimpulan mengenai ada atau tidaknya autokorelasi.
3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda

58

Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh simultan


dari beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Analisis regresi
linier berganda akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows
versi 16.0. Kemampuan Corporate Social Responsibility (CSR) Memoderasi
Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Leverage pada Nilai Perusahaan
Real Estate dan Properti akan diuji dengan menggunakan regresi linier berganda atau
Moderated Regression Analysis (MRA). Analisis ini digunakan oleh peneliti apabila
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turun) variabel dependen,
dan apabila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi atau
dinaik turunkan nilainya (Sugiyono, 2002: 90). Liana (2009) mendefinisikan MRA
sebagai aplikasi dari regresi linier berganda (perkalian dua atau lebih variabel
independen) yang mempunyai unsur interaksi, dengan persamaan sebagai berikut
adalah:
Y = +1KM+ 2KI + 3DER + 4KM.CSR + 5KI.CSR + 6DER.CSR + ....(6)

Keterangan:
Y

1-6
KM
KI
DER
CSR
KM.CSR
KI.CSR
DER.CSR

= nilai perusahaan
= konstanta
= koefisien regresi
= kepemilikan manajerial
= kepemilikan institusional
= leverage
= corporate social responsibility (CSR)
= interaksi antara kepemilikan manajerial dan CSR
= interaksi antara kepemilikan institusional dan CSR
= interaksi antara leverage dan CSR
= error

3.9.4 Pengujian Hipotesis


1) Uji Parsial (Uji t)

59

Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel


independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Membandingkan
nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil
perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka hipotesis alternatif diterima
(Ghozali, 2012). Dasar pengambilan keputusan adalah dengan menihat nilai
signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi menggunakan SPSS
dengan level signifikansi 0,05 ( = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari
maka hipotesis ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari , maka
hipotesis diterima artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2) Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2012: 98). Hasil penelitian dapat
dilihat dari nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan
level signifikansi 0,05 ( = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari maka
hipotesis ditolak, namun jika nilai signifikansi lebih kecil dari , maka hipotesis
diterima.
3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi atau R2 pada hakikatnya mengukur seberapa jauh
kemampuan model penelitian menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi berada diantara nilai 0 dan 1, nilai terendah berarti kemampuan

60

variabel terikat dalam memberikan penjelasan mengenai variabel bebas sangatlah


terbatas, sedangkan untuk nilai yang mendekati satu memiliki arti variabel bebas
menyajikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi
variabel terikat (Wulandari, 2013).

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian


Objek dalam penelitian ini yaitu Perusahaan Real Estate dan Properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2013. Berdasarkan data
BEI pada periode 2011-2013, terdapat 60 perusahaan yang terdaftar pada periode
tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dalam
pemilihan sampelnya. Pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling
dilakukan dengan pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama

61

pada setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Jumlah seluruh
sampel yang akan diambil ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010: 79). Berdasarkan teknik tersebut maka diperoleh 12 sampel perusahaan dengan
proses seleksi sampel dan jumlah seluruh sampel yang diambil dapat dijabarkan pada
tabel 4.1 dan 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel


No

Kriteria Sampel
Jumlah
Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek
1
60
Indonesia periode 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Properti yang tidak
2
mempublikasikan data kepemilikan manajerial periode 2011(35)
2013
Perusahaan Real Estate dan Properti yang tidak
3
mempublikasikan data kepemilikan institusional periode 2011(5)
2013
Perusahaan Real Estate dan Property yang tidak
4
mempublikasikan data kepemilikan manajerial dan kepemilikan
(8)
institusional periode 2011-2013
Jumlah sampel yang digunakan
12
Jumlah amatan penelitian (2011-2013)
36
Sumber: data diolah, 2015

62

Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian


No
Kode
Nama Perusahaan
1
APLN Agung Podomoro Land Tbk
2
BKDP Bukit Darmo Property Tbk
3
BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk
4
CTRA Ciputra Development Tbk
5
EMDE Megapolitan Development Tbk
6
INPP Indonesian Paradise Property Tbk
7
LAMI Lamicitra Nusantara Tbk
8
MTLA Metropolitan Land Tbk
9
PUDP Pudjiati Prestige Tbk
10
PWON Pakuwon Jati Tbk
11
RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk
12
SMRA Summarecon Agung Tbk
Sumber: data diolah, 2015

4.2 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi
tentang karakteristik variabel penelitian, diantaranya nilai minimum, nilai maksimum,
rata-rata, dan standar deviasi. Nilai minimum merupakan nilai terendah dari suatu
distribusi data. Nilai maksimum merupakan nilai tertinggi dari distribusi data.
Pengukuran rata-rata merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur
nilai sentral suatu distribusi data, rata-rata hitung dari sekelompok atau serangkaian
data adalah jumlah dari seluruh nilai data dibagi dengan banyak data (Wirawan, 2001:
57). Standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang diteliti dengan rata-rata

63

hitung kelompok data tersebut. Adapun hasil statistik deskriptif setiap variabel dapat
dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
KM
KI
DER
CSR
Y
Valid N (listwise)

36
36
36
36
36
36

Minimum
,01
6,04
,08
,14
,03

Maximum
9,86
92,88
3,27
,35
,51

Mean
2,2108
39,7153
,8472
,2519
,2083

Std. Deviation
3,10932
23,83231
,64581
,04708
,12591

Sumber: lampiran 3 (data diolah, 2015)


Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa terdapat lima variabel penelitian yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, corporate social
responsibility (CSR), dan nilai perusahaan dengan jumlah sampel keseluruhan
sebanyak 12 sampel. Beberapa penjelasan mengenai hasil perhitungan statistik
diuraikan sebagai berikut:
1) Kepemilikan manajerial (KM)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, kepemilikan manajerial (KM) yang
merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki manajemen dengan
jumlah seluruh saham yang beredar. Kepemilikan manajerial (KM) memiliki rata-rata
2,21 persen dari seluruh saham beredar yang mengindikasikan bahwa setidaknya ada
manajer yang sekaligus juga sebagai pemilik perusahaan. Keberadaan kepemilikan
saham manajerial diharapkan mampu menghasilkan tata kelola yang lebih kuat

64

karena mereka juga bertindak sebagai pihak investor. Deviasi standarnya senilai 3,11.
Kepemilikan manajerial paling kecil (minimum) adalah hanya sebesar 0,01 persen
dimiliki Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) dan kepemilikan manajerial paling besar
(maksimum) adalah sebesar 9,86 persen dimiliki Megapolitan Development Tbk
(EMDE).
2) Kepemilikan institusional (KI)
Dari hasil pengujian statistik, kepemilikan institusional (KI) yang merupakan
perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah seluruh
saham beredar. Kepemilikan institusional mempunyai rata-rata sebesar 39,72 yang
mengindikasikan bahwa institusi memiliki sejumlah saham dalam perusahaan sebesar
39,72 persen dari total saham beredar sehingga diharapkan dapat menekan adanya
tindak kecurangan yang dilakukan manajemen. Deviasi standar sebesar 23,83.
Kepemilikan institusional terkecil yaitu sebesar 6,04 persen dimiliki Bintang Mitra
Semestaraya Tbk (BMSR) dan kepemilikan institusional terbesar senilai 92,88 persen
dimiliki Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI).
3) Leverage (DER)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, leverage (DER) yang merupakan
perbandingan antara total hutang yang dimiliki dengan total modal sendiri. Leverage
memiliki rata-rata 0,85 yang mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki total
hutang sebesar 0,85 persen dari seluruh total modal sendiri. Deviasi standarnya
senilai 0,65. Leverage terkecil adalah hanya sebesar 0,08 persen yang dimiliki Ristia
Bintang Mahkota Sejati Tbk (RBMS) dan leverage terbesar adalah sebesar 3,27
persen yang dimiliki Summarecon Agung Tbk (SMRA).

65

4) Nilai Perusahaan (Y)


Dari hasil pengujian statistik, nilai perusahaan (PBV) yang merupakan
perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar
saham. Nilai perusahaan mempunyai rata-rata sebesar 0,21 yang mengindikasikan
bahwa investor menilai rata-rata harga saham perusahaan yang terindeks dalam Real
Estate dan Properti adalah 0,21 kali dari nilai bukunya. Deviasi standar sebesar 0,13.
Nilai perusahaan paling kecil (minimum) yaitu sebesar 0,03 yang dimiliki Bintang
Mitra Semestaraya Tbk (BMSR) dan nilai perusahaan paling besar (maksimum)
senilai 0,51 dimiliki Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI).
5) Corporate Social Responsibility (CSR)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, corporate social responsibility
disclosure index (CSRDI) yang dinilai dari 84 item pengungkapan ditemukan mean
sebanyak 0,25. Ini berarti, perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI
periode 2011-2013, telah mengungkapkan sebanyak 0,25 atau sekitar 21 item
pengungkapan dalam annual report, ini menunjukkan bahwa secara umum
perusahaan-perusahaan Real Estate dan Properti yang menjadi sampel dalam
penelitian ini memiliki tingkat pengungkapan CSR yang tergolong rendah dengan
deviasi standar senilai 0,05. Deviasi standar 0,05 atau rata-rata variasi pengungkapan
CSR sebanyak 5 item. Pengungkapan CSR paling rendah (minimum) sebesar 0,14
atau 12 item dimiliki Metropolitan Land Tbk (MTLA) dan pengungkapan CSR paling
tinggi (maksimum) sebesar 0,35 atau 30 item dimiliki Megapolitan Development Tbk
(EMDE).

66

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik


Pengujian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan model regresi
linier berganda dengan tingkat signifikansi () sebesar 0,05. Model yang telah
ditentukan selanjutnya dievaluasi dengan melakukan uji asumsi klasik. Uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, serta uji autokorelasi
merupakan komponen dari uji asumsi klasik sebagai syarat sebelum dilakukannya uji
regresi linier berganda. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hasil uji
asumsi klasik:
4.3.1

Uji Normalitas Residual


Uji normalitas residual dilakukan untuk menguji apakah residual dari

persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
memiliki distribusi residual normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan
dalam menguji normalitas residual adalah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat pada tabel 4.4
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Residual
(One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Unstandardized
Residual
N
36
Kolmogrov-Sminorv Z
.706
Asymp.Sig.(2-tailed)
.136
Sumber: lampiran 4 (data diolah, 2015)

67

Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan


bahwa Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0, 136 > 0,05 sehingga disimpulkan data residual
terdistribusi secara normal. Hasil ini juga dapat dilihat pada kurva normal p-p plot
apabila titik-titik pada p-p plot menyebar sesuai dengan garis diagonal maka data dapat
dikatakan normal.

N
o
rm
a
l01P
-..80P
lo
tD
fe
R
e
g
r
s
i
o
n
S
t
a
n
d
r
i
z
e
d
R
e
s
i
d
u
a
l
p
n
d
e
t
V
a
r
i
b
l
e
:
Y
0
.6

ExpectdCumProb

Tabel 4.5 Kurva Hasil Uji Normalitas Residual

4.3.2 Uji Multikolinearitas

.0
0
4
.0
2
.00
.2
0
4
0
.6
0
.81
.0
O
b
s
e
r.v
d
C
u
m
P
ro
b

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan


adanya korelasi antar variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas

68

Model
1
(data

KM
KI
DER
CSR

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.583
1.716
.861
1.162
.896
1.116
.676
1.480

Sumber: lampiran 4
diolah, 2015)
Berdasarkan

uji

multikolinearitas
diperoleh nilai tolerance lebih dari 10% atau 0,10 dan VIF kurang dari 10 maka hasil
tersebut tidak menunjukkan adanya multikolinearitas.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi
terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
digunakan model Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
t
Sig.
(Constant)
1
.869
.392
KM
-.680
.502
KI
-1.228
.133
DER
1.121
.142
CSR
.082
.935
Sumber: lampiran 4 (data diolah, 2015)
Berdasarkan uji heteroskedastisitas memperlihatkan hasil yang diperoleh bebas
dari heteroskedastisitas karena variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, leverage, CSR, interaksi antara kepemilikan manajerial dan CSR,
interaksi kepemilikan institusional dan CSR, dan interaksi antara leverage dan CSR
memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05.

69

4.3.4 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi dilakukan untuk melacak adanya korelasi data dari tahun t
dengan tahun t-1 (sebelumnya). Pengujian autokorelasi dilakukan melalui DurbinWatson test, dimana model regresi dikatakan terbebas dari autokorelasi apabila sesuai
dengan kriteria du<DW<4-du. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.8
sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi
R
Adjusted R
Model
R
Square
Square
a
1
.998
.996
.996
Sumber: lampiran 4 (data diolah, 2015)

Std. Error of
the Estimate
.00796

DurbinWatson
1.264

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,264 dimana nilai du


dalam penelitian ini adalah 1,23. Dengan demikian hasil uji autokorelasi dengan
kriteria du<DW<4-du adalah 1,23<1,26<2,77. Hasil ini membuktikan bahwa model
regresi yang disusun bebas dari autokorelasi.

4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) dalam
model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui kemampuan Corporate
Social Responsibility (CSR) memoderasi pengaruh Good Corporate Governance
(GCG) dan leverage pada nilai Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di
BEI periode 2011-2013. Hasil pengujian disajikan dalam rekapitulasi hasil analisis

70

regresi linier berganda dengan menggunakan uji interaksi pada tabel 4.9 sebagai
berikut ini:

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model
1

(Constant)
KM
KI
DER
CSR
KM.CSR
KI.CSR
DER.CSR

Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
.007
.017
-.008
.004
.006
.000
-.013
.005
-.009
.069
.010
.013
-.001
.002
.048
.025

R square (R2)

Standardized
Coefficients
Beta
-.202
1.068
-.066
-.003
.078
-.043
.055

t
.409
-2.262
13.634
-2.592
-.131
.795
-.459
1.971

Sig.
.686
.032
.000
.015
.897
.434
.650
.059

.997

Fhitung
Signifikansi F
Sumber: lampiran 5 (data diolah, 2015)

1301.823
.000

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari rekapitulasi hasil analisis regresi linier
berganda berdasarkan pada hasil koefisien regresi pada tabel 4.9 adalah sebagai
berikut:
Y = 0,007 - 0,008 KM + 0,006 KI - 0,013 DER + 0,010 KM.CSR - 0,001 KI.CSR +
0,048 DER.CSR + . (7)
4.5 Pengujian Hipotesis

71

4.5.1 Uji Parsial (Uji t)


Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap

variabel

dependen

secara

parsial.

Uji

ini

dilakukan

dengan

membandingkan nilai signifikansi yang dihasilkan dengan alpha 0,05. Hasil


pengujian secara parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen serta pengaruh dari variabel moderasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengujian Hipotesis 1
Nilai dua sisi = 0,05 jadi untuk satu sisi = 0,025, sehingga diperoleh nilai t
tabel sebesar -2,045 dan nilai t hitung sebesar -2,262, nilai koefisien regresi variabel
kepemilikan manajerial sebesar -0,008 dengan tingkat signifikansi uji t 0,032<0,05.
Hasil ini menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Ini mengindikasikan
bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif pada nilai perusahaan,
sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
2) Pengujian Hipotesis 2
Nilai dua sisi = 0,05 jadi untuk satu sisi = 0,025, sehingga diperoleh nilai t
tabel sebesar 2,045 dan nilai t hitung sebesar 13,634, nilai koefisien regresi variabel
kepemilikan institusional sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi uji t 0,000<0,05.
Hasil ini menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Ini mengindikasikan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara positif pada nilai perusahaan,
sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.
3) Pengujian Hipotesis 3
Nilai dua sisi = 0,05 jadi untuk satu sisi = 0,025, sehingga diperoleh nilai t
tabel sebesar -2,045 dan nilai t hitung sebesar -2,592, nilai koefisien regresi variabel
leverage sebesar -0,013 dengan tingkat signifikansi uji t 0,015<0,05. Hasil ini

72

menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Ini mengindikasikan bahwa
leverage berpengaruh secara positif pada nilai perusahaan, sehingga hipotesis ketiga
dalam penelitian ini diterima.
4) Pengujian Hipotesis 4
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.9 diperoleh nilai t hitung 0,795 sedangkan t
tabel 2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,434>0,05 sehingga dapat disimpulkan
Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperlemah)
hubungan antara kepemilkan manajerial dan nilai perusahaan, sehingga hipotesis
keempat dalam penelitian ini ditolak.
5) Pengujian Hipotesis 5
Dari hasil perhitungan tabel 4.9 diperoleh nilai t hitung -0,459 sedangkan t tabel
-2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,650>0,05 sehingga dapat disimpulkan
Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperkuat)
hubungan antara kepemilkan institusional dan nilai perusahaan, sehingga hipotesis
kelima dalam penelitian ini ditolak.
6) Pengujian Hipotesis 6
Dari hasil perhitungan tabel 4.9 diperoleh nilai t hitung 1,971 sedangkan t tabel
2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,059>0,05 sehingga dapat disimpulkan
Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperlemah)
hubungan antara leverage dan nilai perusahaan, sehingga hipotesis keenam dalam
penelitian ini ditolak.

73

4.5.2

Uji Simultan (Uji F)


Berdasarkan hasil perhitungan uji F menunjukkan nilai dari uji F dalam

penelitian sebesar 1301,823 dengan signifikansi uji F sebesar 0,000<0,05 yang


artinya variabel kepemilikan manajerial (KM) dengan signifikansi 0,032, kepemilikan
institusional (KI) dengan signifikansi 0,000, dan leverage (DER) dengan signifikansi
0,015 berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi menampilkan bahwa nilai Adjusted
R Square model sebesar 0,997 atau 99,7%, artinya sebesar 99,7% naik turunnya nilai
perusahaan dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
leverage, dan sisanya sebesar 0,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi
yang digunakan.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian


4.6.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial pada Nilai Perusahaaan
Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh nilai 1 sebesar -0,008 dengan
signifikansi 0,032<0,05 menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
pada nilai perusahaan, sehingga hipotesis pertama (H1) diterima. Hasil penelitian ini
menunjukkan

bahwa

semakin

tinggi

kepemilikan

manajerial

maka

akan

menyebabkan semakin menurunnya nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena


pemegang saham sekaligus pengelola perusahaan tidak memberikan kinerja terbaik
mereka dimana dewan direksi dan komisaris masih mempunyai kepentingan pribadi
yang lebih mereka utamakan dibandingkan dengan meningkatkan kinerja yang

74

sekaligus akan meningkatkan nilai perusahaan (Ari, 2013). Hasil penelitian ini
diperkuat oleh Freshilia dan Rusiti (2014) yang menyatakan kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif secara parsial terhadap nilai perusahaan. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Ari, Ayu, Abdolkhani, dan Reza (2013) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
4.6.2

Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan


Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh nilai 2 sebesar 0,006 dengan

signifikansi 0,000<0,05 menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh positif


pada nilai perusahaan, sehingga hipotesis kedua (H2) diterima. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan
menyebabkan semakin meningkatnya nilai perusahaan. Menurut Djakman dan Novita
(2008), kepemilikan institusional adalah hak atas kepemilikan perusahaan yang
dimiliki oleh investor institusional. Institusi keuangan memiliki sumber daya,
kemampuan, dan kesempatan untuk mengawasi manajer agar lebih berfokus pada
nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Menurut Mokhtari, Khosro (2013) dan Thanatawee (2014) yang membuktikan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai
pencegahan terhadap pemborosan dan manipulasi laba yang dilakukan oleh
manajemen sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
4.6.3

Pengaruh Leverage pada Nilai Perusahaan

75

Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh nilai 3 sebesar -0,013 dengan


signifikansi 0,015<0,05 menunjukkan leverage berpengaruh negatif pada nilai
perusahaan, sehingga hipotesis ketiga (H3) diterima. Dalam pengambilan keputusan
akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang
muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya
leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para
pemegang saham biasa. Oleh sebab itu, perusahaan akan cenderung untuk menjaga
komposisi hutang mereka.
Rasio leverage yang tinggi tentu akan mempengaruhi penilaian pemegang
saham pada saat akan menanamkan modal mereka, mereka tidak akan menanamkan
modal pada perusahaan yang tidak memiliki kemampuan untuk melunasi seluruh
kewajibannya. Perusahaan juga akan kesulitan untuk memperoleh dana pinjaman dari
pihak dari luar lagi (Bernandhi, 2013). Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang
dilakukan Mahendra (2011) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya Purnama dan Abundanti
(2013) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan karena hutang akan menambah beban tetap tanpa
memperdulikan besarnya pendapatan.
4.6.4

Hubungan CSR, Kepemilikan Manajerial, dan Nilai Perusahaan


Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh nilai t hitung 0,795 sedangkan t

tabel 2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,434>0,05 sehingga dapat disimpulkan
Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperlemah)

76

hubungan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan, sehingga hipotesis


keempat dalam penelitian ini ditolak. Ketidaksesuaian antara hipotesis dengan hasil
penelitian dapat dikarenakan kepemilikan saham manajerial di Indonesia didominasi
oleh keluarga sebagai pemegang saham pengendali. Pendiri perusahaan dan keluarga
hanya melanjutkan kepemilikannya baik dalam manajemen puncak dan dewan
komisioner. Kepemilikan keluarga dalam perusahaan dapat menghalangi perusahaan
untuk berinvestasi dalam upaya meningkatkan pengungkapan corporate social
responsibility atau melebihkan belanja investasi (Yuli, 2014).
4.6.5

Hubungan CSR, Kepemilikan Institusional, dan Nilai Perusahaan


Dari hasil pengujian hipotesis kelima diperoleh nilai t hitung -0,459 sedangkan

t tabel -2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,650>0,05 sehingga dapat


disimpulkan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi
(memperkuat) hubungan antara kepemilikan institusional dan nilai perusahaan,
sehingga hipotesis kelima dalam penelitian ini ditolak. Investor institusional
umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan
yang besar. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer.
Dalam penelitian Rustiarini (2011) menemukan adanya hubungan negatif
antara kepemilikan saham instiusional dengan pengungkapan corporate social
responsibility. Artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusi maka
akan mengurangi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini
mencerminkan kepemilikan institusional di Indonesia belum mempertimbangkan

77

tanggung jawab sosial sebagai salah satu kriteria dalam melakukan investasi sehingga
para investor institusi cenderung tidak menekan perusahaan untuk pengungkapan
CSR secara detail dalam laporan tahunan perusahaan dan hanya bertujuan untuk
memaksimalkan keuntungan pribadi.
4.6.6

Hubungan CSR, Leverage, dan Nilai Perusahaan


Dari perhitungan uji parsial diperoleh nilai t hitung 1,971 sedangkan t tabel

2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,059>0,05 sehingga dapat disimpulkan


Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperlemah)
hubungan antara leverage dan nilai perusahaan, sehingga hipotesis keenam dalam
penelitian ini ditolak. Leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam hal menginvestasikan dana atau memperoleh sumber dana yang
disertai dengan adanya beban atau biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan.
Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat leverage, maka semakin besar perusahaan
akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berupaya untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan (Belkaoui
dan Karpik, 1989 dalam Anugerah, dkk, 2010). Laba yang dilaporkan lebih tinggi
akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian kredit. Dengan
demikian, laba yang dilaporkan tinggi akan membuat manajer harus mengurangi
biaya atau pengeluaran, termasuk biaya atau pengeluaran untuk mengungkapkan
informasi sosial (Anugerah, 2010).

BAB V

78

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan hasil pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1) Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh nilai 1 sebesar -0,008 dengan
signifikansi 0,032<0,05 menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh
secara negatif pada nilai perusahaan.
2) Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh nilai 2 sebesar 0,006 dengan
signifikansi 0,000<0,05 menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh
secara positif pada nilai perusahaan.
3) Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh nilai 3 sebesar -0,013 dengan
signifikansi 0,015<0,05 menunjukkan leverage berpengaruh secara negatif pada
nilai perusahaan.
4) Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh nilai t hitung 0,795 sedangkan t
tabel 2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,434>0,05 sehingga Corporate
Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperlemah)
hubungan antara kepemilkan manajerial dan nilai perusahaan.
5) Dari hasil pengujian hipotesis kelima diperoleh nilai t hitung -0,459 sedangkan t
tabel -2,045 dengan tingkat signifikan sebesar 0,650>0,05 sehingga Corporate
Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperkuat) hubungan
antara kepemilkan institusional dan nilai perusahaan.

79

6) Dari perhitungan uji parsial diperoleh nilai t hitung 1,971 sedangkan t tabel 2,045
dengan tingkat signifikan sebesar 0,059>0,05 sehingga Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara
leverage dan nilai perusahaan.

5.2 Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat diperbaiki pada penelitian
selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan indikator GRI
selain memiliki keunggulan, namun juga memiliki kelemahan, yaitu perusahaan tidak
sepenuhnya dapat mengimplementasikan seluruh item-item yang terdapat dalam GRI,
hal tersebut dikarenakan GRI merupakan pedoman internasional dalam laporan
keberlanjutan, yang tidak seluruhnya dapat diimplementasikan di Indonesia karena
perbedaan budaya dan adat istiadat. Saran-saran yang dapat disampaikan bagi peneliti
selanjutnya dan perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan populasi yang berbeda untuk
membuktikan apakah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mampu
menjadi variabel pemoderasi, misalnya sektor pertambangan yang terdiri dari
perusahaan-perusahaan yang memiliki good corporate governance (GCG) yang
baik dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
2) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel pemoderasi lainnya yang
mampu

dalam

memoderasi

hubungan

80

antara

kepemilikan

manajerial,

kepemilikan institusional, dan leverage pada nilai perusahaan, misalnya


kebijakan dividen.
3) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi yang berbeda untuk mengukur
leverage, misalnya debt to asset ratio (DAR) dan nilai perusahaan, misalnya
tobin Q.
4) Tidak seluruh perusahaan yang terdaftar di perusahaan real estate dan properti
mengungkapkan informasi mengenai tanggung jawab sosial secara terpisah
melalui sustainability report, diharapkan perusahaan dapat mengungkapkan
informasi mengenai tanggung jawab sosial secara terpisah dalam sustainability
report agar informasi tersebut dapat di respon secara baik dan positif oleh
stakeholders.

DAFTAR RUJUKAN
Abdolkhani, Hakim, dan Reza Jalali. 2013. Effect of Managerial Ownership
Concentrated on Firm Return and Value: Evidence from Iran Stock Market.

81

International Journal of Academic Research in Accounting, Finance, and


Management Sciences, 3 (1), pp: 46-51.
Adri, Fazdlilah, Desmiyawati, dan Yuneita Anisma. 2014. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Struktur Modal, Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
(Property dan Real Estate). Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas
Riau, 1 (2), pp: 1-15.
Almilia, L.C.,Nurul,H.U.,dan Vidiana,H. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Dampaknya terhadap Kinerja
Keuangan dan Ukuran Perusahaan. Fokus Ekonomi,10(1), h: 50-68.
Amelia Permana, Desak Made Riza. 2013. Kemampuan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dalam Memoderasi Hubungan antara Kinerja
Keuangan dengan Nilai Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Kompas 100.
Tesis. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana.
Andani, Surya, dan Mertha. 2010. Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Professional
Commitment, dan Locus of Control pada penghentian Prematur Prosedur Audit.
E-Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana 6.2 (2014): 185-196, ISSN 23028556.
Anggraini, Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi XI , Padang, 23-26 Agustus
2006.
Anonim.
2014.
Bab
II
Tinjauan
Pustaka.
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35069/4/Chapter%2011.pdf.
Diunduh tanggal 21, bulan November, tahun 2014.
Anugerah, Rita, Roland Hutabarat, dan W. Faradilla. 2010. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI.
Jurnal Ekonomi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, vol. 18
no. 1.
Ari Lina Wati, Ni Kadek, dan Ni Putu Ayu Darmayanti. 2013. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial dan Kinerja Keuangan terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana, pp: 1559-1577.

82

Ayu Rizqia, Dwita, Siti Aisjah, dan Sumiati. 2013. Effect of Managerial Ownership,
Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on
Dividend Policy and Firm Value. Research Journal of Finance and Accounting,
vol. 4, no. 11, ISSN: 2222-2847.
Bapepam. 2006. Peraturan No. VIII.G.7 Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Perusahaan Jakarta.
Barus, Kormen. 2012. Review Utama: Bisnis Properti Terus Menggeliat. Bussines
Review, Media Bisnis dan Manajemen. Ed. 6, September, pp: 15-17.
Bernandhi, Riza. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Dividen, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Branco, Manuel Castelo, dan Lucia Lima Rodrigues. 2007. Positioning Stakeholder
Theory within The Debate on Corporate Social Responsibility. E-Journal of
Business Ethics and Organization Studies, 12 (1).
Brealey. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 5. Jakarta:
Erlangga.
Brigham, E.F. and M.C. Ehrhardt. 2006. Financial Management: Theory and
Practice. 10th edition. Orlando: Sea Harbor Drive.
Chariri, A. 2008. Kritik Sosial atas Pemakaian Teori dalam Penelitian Pengungkapan
Sosial dan Lingkungan. Jurnal Maksi. Vol: 8. No. 2. hal. 151-169.
Chuzairi, A. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate
Social Responsibility. Jurnal Akuntansi, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Dahli, L. dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yangTercatat di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI.
Pontianak.
Dewata, Evada and Isnurhadi, Isnurhadi. 2012. The Effect of Ownership Structure on
Firm Value in Indonesia. Journal EBES 2012 Istanbul Conference . Sazak
Ofset, Istanbul, Turkey, pp. 440-460.

83

Dewi, S. P., & Keni. (2013). Pengaruh Umur perusahaan, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi , 1-12.
Djakman, Chaerul D., dan Novita, M. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak,
23-24 Juli 2008.
Fajarini, I. S, dan Agus, Susanto. 2010. Pengaruh Biaya Politis, Leverage, dan ROE
terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial pada Perusahaan
Manufaktur
di
Bursa
Efek
Indonesia.
http://manajemen.unnes.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/Pengaruh-BiayaPolitis-Leverage-dan-ROE-terhadap-Pengungkapan-PertanggungjawabanSosial.pdf. Diunduh l2, November, 2013.
Fauzan, Faizal, Nadirsyah, dan Muhammad Arfan. 2012. Pengaruh Struktur
Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Early Warning System Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol.2, No.
1.
Freshilia Welim, Michelle, dan Ch. Rusiti. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI). Jurnal Akuntansi. Fakultas
Ekonomi Universitas Atma Jaya. Yogyakarta, pp: 1-14.
Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Edisi
6. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Givoly, D., C. Hayn, and S. Katz. 2010. Does public ownership of equity improve
earnings quality? The Accounting Review 85 (1): 195-225.
Gray, E. R. and Balmer, J. M. T. (1998) Managing Corporate Image and Corporate
Reputation. Journal Long Range Planning, 31(5), pp: 695702.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Handayani, Bestasari Dwi. 2008. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan sedang Bertumbuh yang Berbeda (Theory
Agency), Jurnal Bisnis dan Ekonomi, UNS, vol.6, edisi 1.

84

Haniffa, R. M, dan T. E. Cooke. 2005. The Impact of Culture and Governance on


Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy 24, pp:
391-430.
Hardiyanti, Nia. 2012. Analisis pengaruh Insider Ownership, Leverage, Profitabilitas,
Firm Size dan Dividen Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi.
UNDIP.
Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling Dengan Underpricing Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol 5: Hal. 35-49.
Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, 13 (2), h: 173-183.
Hidayati, N.N. dan Murni, S. 2009. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High
Profile. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol: 11, No. 1, hal. 1-18.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Jakarta: Salemba
Empat.
Imanta, Dea. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepemilikan Managerial.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13 (1), h: 67-80.
Indriana, Ficha dan Djoni Budiardjo. 2013. Pengaruh Leverage, Capital Expenditure,
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI Periode 2009-2011. Artikel. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Jensen, M.C., and Meckling, W.H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economic 3, pp:
305-360.
Kaeown, Arthur J, David F. Scott, D. Martin, dan Jay W. Petty. 2006. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

85

Kusumajaya, O., 2011, Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan


terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia, Tesis, Denpasar: Program Pasca Sarjana, Universitas
Udayana.
Liana, Lie. 2009. Penggunaan MRA dengan Spss untuk Menguji Pengaruh Variabel
Moderating terhadap Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel
Dependen. Jurnal Teknologi Informasi. DINAMIK.Vol. XIV (2). pp: 90-97
Mahendra, Alfredo. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
(Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderating) pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana.
Mathiesen, H.2004. Empirical Studies On Ownership Structure And Performance.
http://www.encycogov.com. Diunduh 3, November, 2014.
Mertowijoyo, Adhi Andriyana. 2007. Perbedaan Reaksi Pasar atas Ketepatwaktuan
Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di PT Bursa
Efek Jakarta Periode 2003-2005. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana. Denpasar.
Messier, Glover, dan Prawit. 2006. Auditing and Assurance Services a Systematic
Approach. Jakarta: Salemba Empat.
Mokhtari, Zobeideh, dan Khosro Faghani Makerani. 2013. Relationship of
Institutional Ownership with Firm Value and Earnings Quality: Evidence from
Tehran Stock Exchange. International Journal of Economy, Management, and
Social Sciences, 2 (7), pp: 495-502.
Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social
Responsibility dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continum.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 11, No. 1, hal 30-41.
Mutamimah, Hartono, S., dan Sugiyanto. E.K. 2011. Model Peningkatan Return
Saham dan Kinerja Keuangan melalui Corporate Social Responsibility dan
Good Corporate Governance di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Teori
dan Terapan. Vol: 4. No. 1. hal. 1-12.
Myers, S. C. 1977. Determinants of Corporate Borrowing. Journal Financial
Economics 5, pp: 147-175.

86

Nabor, Maria, Karlina. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Proprietary Cost
terhadap Pengungkapan Sukarela. Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.
Nahda, Karjito, dan D. Agus Harjito. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Siasat Bisnis, 15 (1), pp:1-12.
Naim dan Rachman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,15 (1), h:70-82.
Nica, Febrina. (2010). Pengaruh Komisaris Independen Dan Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Wholesale Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Jurusan Manajemen. Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma.
Novrianto. 2012. Pengaruh Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Pengungkapan Informasi Sosial pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1 (1), pp: 43-47.
Nurlela, Rika, dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai
Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Nurmansyah, Agung. 2006. Corporate Social Responsibility:
Implementasinya. Kajian Bisnis, 14 (1), pp: 87-99.

Isu

dan

Nurrahman, Adimulya, dan Sudarno. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,


Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Praktik
Pengungkapan Sustainability Report. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro. Vol. 2, No. 1, hal: 1-14.
Ogolmagai, Natalia. 2013. Leverage Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan pada
Industri Manufaktur yang Go Public di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen. Universitas Sam Ratulangi Manado, ISSN: 2303-1174.
Pancawati, Hardiningsih. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi,15 (1), pp: 67-79.
Permanasari, W.I. (2010). Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.

87

Purnama Sari, Putu Indah, dan Nyoman Abundanti. 2013. Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan dan Leverage terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi, pp: 1427-1438.
Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 8 (1),
pp: 12-29.
Pradipta, D. H, dan Anna, P. 2011. Pengaruh Luas Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perusahaan terhadap Earning Response Coefficient
dengan
Ukuran
Perusahaan
dan
Leverage
sebagai
Variabel
Kontrol.http://nswahdi.com/wp/wp-content/uploads/2014/01/069/CG/35. pdf. Diunduh 28,
Januari, 2014.
Ratna Ningsih, Hana. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Rasio
Pengembalian Aktiva Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Industri
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas
Komputer Indonesia, pp: 1-13.
Ratnasari, Y, dan Andri, P. 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainable
Report. Tesis. Pascasarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Rawi. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Institusi,dan Leverage terhadap
Corporate Social Responsibility pada Perusahaan manufaktur yang Listing di
Bursa Efek Indonesia. Tesis Pascasarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Rawi dan Munawar Muchlish. 2010. Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi,
Leverage, dan Corporate Social Responsibility. Makalah Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto.
Retno, R.D. dan Priantinah, D. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2007-2010). Jurnal Nominal. Vol: 1. No. 2. hal. 85-104.
Rina, T, Wiyadi, Noer Sasongko. 2012. Pengukuran Manajemen Laba: Pendekatan
Terintegrasi (Studi Komparasi Perusahaan Manufaktur yang Tergabung pada
Indeks JII dan LQ 45 Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2010). Makalah

88

Simposium Nasional Akuntansi XV. Universitas Lambung Mangkurat


Banjarmasin, 20-23 Sepetember 2012.
Rustendi, Tedi dan Farid Jimmy. 2008. Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur (Survey pada
Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa efek Jakarta). Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi, vol. 3, no. 1, ISSN: 1907-9958.
Rustiarini, Ni Wayan. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan saham pada
pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Bisnis, 6 (1), pp:1-24.
Santoso, Singgih, dan Tjiptono, Fandy. 2001. Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sari, R. A. (2012). Penagaruh Karaktetistik Perusahaan terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure. Jurnal Nominal, Vol.1, No.1 , 124-140.
Sartono, R. Agus. 2010. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September
2005.
Senda, Fransiska Dhoru. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Deviden, Profitabilitas, Leverage Financial, dan
Investment Oppurtunity Set Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Setiani, Rury. 2013. Pengaruh Kepemilikan Investasi, Kepemilikan Pendanaan, dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Otomotif
yang Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen Vol. 2, No. 1.
Singapurwoko, Arif dan Muhammad Shalahuddin Mustofa El-Wahid. 2011. The
Impact of Financial Leverage to Profitability Study of Non-Financial
Companies Listed in Indonesia Stock Exchange. European Journal of
Economics, Finance and Administrative Sciences, h: 137-148: Issue 32: ISSN
1450-2275.
Sofyaningsih, Sri, dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika

89

Keuangan dan Perbankan. Program Studi Akuntansi Universitas Stikubank, pp:


68-87.
Soliman, M. M., Mohamed, B.D., and Ahmed, S. 2012. Ownership Structure and
Corporate Social Responsibility an Empirical Study of the Listed Companies in
Egypt. The International Journal of Social Sciences, 5(1), pp: 63-74.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sukasih dan Susilawati, A.S. 2011. Dampak Good Corporate Governance (GCG)
terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Bisnis dan Kewirausahaan. Vol: 7. No. 3. hal. 197-205.
Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi Akuntansi. Universitas Negeri Semarang.
Sumadi, I Kadek. 2011. Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Suatu Perusahaan.
Buletin Studi Ekonomi,16 (1), h: 47-55.
Suwaldiman. 2000. Pentingnya Pertimbangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
dalam Penetapan Tujuan Pelaporan Keuangan dalam Conceptual Framework
Pelaporan Keuangan Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia , 4(1),
h:67-99.
Suyana Utama, Made. 2011. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi kelima. Denpasar:
Universitas Udayana.
Thanatawee, Yordying. 2014. Institutional Ownership and Firm Value in Thailand.
Asian Journal of Business and Accounting, 7 (2).
Tarjo, 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap
Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital. Skripsi.
Universitas Trunojoyo Bangkalan Madura.
Tearney et al. 2000. Accounting Theory. South North College Publishing.
Thiono, Handri. 2006. Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metode Langsung
dan Tidak Langsung dalam Memprediksi Arus Kas dan Dividen Masa Depan.
Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

90

Tilling, M.V. 2004. Refinements to Legitimacy Theory in Social and Environmental


Accounting.
http://www.flinders.edu.au/sabs/index.cfm?6C5249DF-C51EB62D 38CDCD51F248E02. (diakses 24 Juni 2014)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Tentang Perseroan Terbatas.
http://bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU402007PerseroanTerbatas.pdf. Diunduh 26,
Desember, 2014.
Untung, H. B. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
Uwalomwa, Uwuigbe. 2011. An Examination of The Relationship between
Management Ownership and Corporate Social Responsibility Disclosure: A
Study of Selected Firms in Nigeria. Research Journal of Finance and
Accounting, 2 (6), pp: 231-291.
Verdana Enggar, Fibria. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan: Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening. Jurnal Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai
Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Universitas
Widyagama Malang, pp: 1-25.
Wakidi, H. R., dan Siregar, H. S. 2011. Pengaruh Sisi Internal dan Eksternal
Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonom,14(4), h:180-190.
Wida P.D, Ni Putu dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
dan Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi.
Universitas Udayana, pp: 575-588.
Wirawan, Nata. 2001. Statistik 1 (Statistik Deskriptif) untuk Ekonomi dan Bisnis.
Edisi Kedua. Denpasar: Kraras Mas.
Wisnumurti, Adhika. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Hubungan Asimetri Informasi dengan Praktik Manajemen Laba. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Woods, Margaret, P. Linsley, dan P. Kajuter. 2008. International Risk Manajemen.
USA: Elsevier

91

Wolk, H.I., M.G. Tearney, dan J.L. Dodd. 2001. Accounting Theory: A Conceptual
Approach. Ohio: South-Western College Publishing.
Wulandari, Eka Putri. 2013. Hubungan Antara Keandalan Konfirmasi dengan
Pelaporan Salah Saji Piutang Dagang. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.
www.idx.co.id (diakses 15 Pebruari 2015)
www.globalreporting.org (diakses 15 Pebruari 2015)
Yong Oh, Wong, Young Kyun Chang, dan Aleksey Martynov. 2011. The Effect of
Ownership Structure in Corporate Social Responsibility: Empirical Evidence
from Korea. Journal of Business Ethics, 104 (2), pp: 283-297.
Yuliani, Nurbaity. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Karakteristik
Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Jurnal
Akuntansi, pp: 1-17.
Yulianto, Arief, Kiswanto, Widiyanto, dan Agung Yulianto. 2014. Linear and Nonlinear Approaches in Testing Managerial Ownership on The Firm Value:
Evidence Indonesian Firms. IOSR Journal of Business and Management, 16
(9), pp: 1-5.
Yuli Kusumadewi, Ni Made. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, dan Political Visibility pada Luas Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.
Zahra, S. E, Kusuma Ratnawati, dan Achmad Helmy Djawahir. 2013. Pengaruh
Leverage dan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Aplikasi Manajemen,
2 (3), pp:427-433.

92

Lampiran 1: Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


berdasarkan Indikator Global Reporting Initiatives Generation 3.1
(GRI 3.1)

No

Kode

1
2
3
4

EC1
EC2
EC3
EC4

5
6

EC5
EC6

EC7

8
9

EC8
EC9

10
11

EN1
EN2

12
13
14
15
16

EN3
EN4
EN5
EN6
EN7

17
18
19

EN8
EN9
EN10

20
21
22
23

EN11
EN12
EN13
EN14

Indikator
Economic Performance Indicators
Aspect: economic performance
Perolehan dan distribusi nilai ekonomi
Implikasi finansial akibat perubahan iklim
Dana pensiun karyawan
Bantuan finansial dari pemerintah
Aspect: market presence
Standar upah minimum
Kebijakan, praktek, dan proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal
Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior yang
direkrut secara local
Aspect: Indirect economic impacts
Pengaruh pembangunan infrastruktur
Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung
Environmental Performance Indicators
Aspect: materials
Pemakaian material
Pemakaian material daur ulang
Aspect: energy
Pemakaian energi langsung
Pemakaian energi tidak langsung
Penghematan energy
Inisiatif untuk menyediakan energi yang dapat diperbaharui
Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung
Aspect: water
Pemakaian air
Sumber air yang terkena dampak
Jumlah air daur ulang
Aspect: biodiversity
Kuasa pertambangan di hutan lindung
Perlindungan keanekaragaman hayati
Pemulihan habitat
Strategi menjaga keanekaragaman hayati

93

24

EN15

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

EN16
EN17
EN18
EN19
EN20
EN21
EN22
EN23
EN24
EN25

35

EN26

36

EN27

37

EN28

38

EN29

39

EN30

40
41
42

LA1
LA2
LA3

43

LA15

44
45

LA4
LA5

46
47
48
49

LA6
LA7
LA8
LA9

Spesies yang dilindungi


Aspect: emissions, effluents, and waste
Total gas rumah kaca
Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah kaca
Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca
Pengurangan emisi ozon
Jenis-jenis emisi udara
Kualitas pembuangan air dan lokasinya
Klasifikasi limbah dan metode pembuangan
Total biaya dan jumlah yang tumpah
Limbah berbahaya yang ditransportasikan
Keanekaragaman hayati
Aspect: products and services
Inisiatif untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan
Persentase produk yang terjual dan materi kemasan yang dikembalikan
berdasarkan kategori
Aspect: compliance
Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum lingkungan hidup
Aspect: transport
Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi produk
Aspect: overall
Biaya dan investasi perlindungan lingkungan
Labor Practices and Decent Work Performance Indicators
Aspect: employment
Jumlah karyawan
Tingkat perputaran karyawan
Kompensasi bagi karyawan tetap
Jumlah karyawan yang mengambil cuti berdasarkan jenis kelamin dan
tingkat retensi dari karyawan ketika kembali bekerja
Aspect: labor/management relations
Perjanjian kerja bersama
Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional
Aspect: occupational health and safety
Majelis kesehatan dan keselamatan kerja
Tingkat kecelakaan kerja
Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja

94

50
51
52

LA10
LA11
LA12

53
54

LA13
LA14

55
56
57

HR1
HR2
HR3

58

HR4

59

HR5

60

HR6

61

HR7

62

HR8

63

HR9

64

HR10

65

HR11

66
67
68

SO1
SO9
SO10

69
70
71

SO2
SO3
SO4

Aspect: training and education


Rata-rata jam pelatihan
Program persiapan pensiun
Penilaian kinerja dan pengembangan karir
Aspect: diversity and equal opportunity
Keanekaragaman karyawan
Rasio gaji dasar pria terhadap wanita
Human Rights Performance Indicators
Aspect: investment and procurement practices
Perjanjian dan investasi menyangkut HAM
Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM
Pelatihan karyawan tentang HAM
Aspect: non discrimination
Kasus diskriminasi
Aspect: freedom of association and collective bargaining
Hak berserikat
Aspect: child labor
Pekerja di bawah umur
Aspect: forced and compulsory labor
Pekerja paksa
Aspect: security practices
Tenaga keamanan terlatih HAM
Aspect: indigenous rights
Pelanggaran hak penduduk asli
Aspect: assessment
Penilaian HAM pada operasi perusahaan
Aspect: remediation
Jumlah pengaduan terkait dengan HAM yang ditangani dan diselesaikan
Society Performance Indicators
Aspect: community
Dampak program pada komunitas
Dampak negatif dari operasi pada masyarakat local
Pencegahan dampak negatif dari operasi pada masyarakat lokal
Aspect: corruption
Hubungan bisnis dan risiko korupsi
Pelatihan anti korupsi
Pencegahan tindakan korupsi

95

Aspect: public policy


72
SO5
Partisipasi dalam pembuatan kebijakan public
73
SO6
Sumbangan untuk partai politik
Aspect: anti competitive behavior
74
SO7
Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha
Aspect: compliance
75
SO8
Hukuman atau denda pelanggaran peraturan perundangan
Product Responsibility Performance Indicators
Aspect: customer health and safety
76
PR1
Perputaran dan keamanan produk
77
PR2
Pelanggaran peraturan dampak produk
Aspect: product and service labeling
78
PR3
Informasi kandungan produk
79
PR4
Pelanggaran penyediaan info produk
80
PR5
Tingkat kepuasan pelanggan
Aspect: marketing communications
81
PR6
Kelayakan komunikasi pemasaran
82
PR7
Pelanggaran komunikasi pemasaran
Aspect: customer privacy
83
PR8
Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan
Aspect: compliance
84
PR9
Denda pelanggaran pengadaan dan penggunaan produk
Sumber: Amelia Permana 2013

96

Lampiran 2: Sampel Penelitian

No

Kode

APLN
2011
2012
2013
BKDP
2011
2012
2013
BMSR
2011
2012
2013
CTRA
2011
2012
2013
EMDE
2011
2012
2013

Nama Perusahaan

KM
(%)

KI
(%)

DER
(%)

Y
(X)

CSR

3,03
3,03
3,03

67,04
67,03
67,03

1,15
1,76
1,73

0,36
0,35
0,35

0,32
0,26
0,27

8,20
8,20
8,20

35,54
35,54
35,54

0,38
0,38
0,43

0,15
0,15
0,15

0,25
0,30
0,26

0,32
0,32
0,29

6,04
6,04
17,51

0,80
0,85
0,12

0,03
0,04
0,09

0,26
0,27
0,24

0,20
0,20
0,20

30,63
30,63
30,63

0,51
0,77
1,06

0,17
0,17
0,17

0,33
0,25
0,26

9,86
7,86
7,86

66,78
66,78
66,78

0,69
0,69
0,68

0,32
0,33
0,33

0,35
0,30
0,32

0,82
0,79
0,79

39,27
38,14
38,14

0,78
0,86
0,89

0,21
0,21
0,21

0,18
0,18
0,27

0,01
0,03
0,01

92,88
92,88
92,88

0,91
0,89
0,71

0,51
0,51
0,51

0,24
0,20
0,20

0,16

22,68

0,28

0,12

0,20

Agung Podomoro Land Tbk

Bukit Darmo Property Tbk

Bintang Mitra Semestaraya Tbk

Ciputra Development Tbk

Megapolitan Development Tbk

Indonesian Paradise Property


Tbk

INPP
2011
2012
2013
LAMI Lamicitra Nusantara Tbk
2011
2012
2013
MTLA Metropolitan Land Tbk
2011

97

2012
2013
9
PUDP Pudjiati Prestige Tbk
2011
2012
2013
10
PWON Pakuwon Jati Tbk
2011
2012
2013
Ristia Bintang Mahkota Sejati
11
RBMS Tbk
2011
2012
2013
12
SMRA Summarecon Agung Tbk
2011
2012
2013
Sumber: www.idx.co.id 2015 (data diolah)

Lampiran 3: Hasil Analisis Statistik Deskriptif

98

0,20
0,23

22,68
22,68

0,27
0,61

0,12
0,12

0,21
0,14

4,89
3,60
4,89

44,54
44,54
44,54

0,42
0,42
0,32

0,22
0,23
0,22

0,30
0,29
0,26

0,03
0,03
0,03

16,79
18,12
17,47

1,42
1,00
1,27

0,09
0,13
0,12

0,21
0,21
0,25

0,78
0,31
0,31

19,18
19,18
19,18

0,08
0,08
0,24

0,10
0,11
0,11

0,20
0,26
0,27

0,30
0,30
0,28

31,98
31,98
30,48

3,27
1,85
1,93

0,15
0,17
0,16

0,23
0,23
0,30

Descriptive Statistics
N
KM
KI
DER
CSR
Y
Valid N (listwise)

36
36
36
36
36
36

Minimum
,01
6,04
,08
,14
,03

Maximum
9,86
92,88
3,27
,35
,51

Lampiran 4: Hasil Uji Asumsi Klasik

99

Mean
2,2108
39,7153
,8472
,2519
,2083

Std. Deviation
3,10932
23,83231
,64581
,04708
,12591

1. Hasil Uji Normalitas Residual


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences

Unstandardiz
ed Residual
36
,0000000
,00749005
,284
,284
-,232
,706
,136

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

2. Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa

Model
1

KM
KI
DER
CSR

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,583
1,716
,861
1,162
,896
1,116
,676
1,480

a. Dependent Variable: Y

3. Hasil Uji Heteroskedastis

100

Coefficientsa

Model
1

(Constant)
KM
KI
DER
CSR

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
,005
,006
,000
,000
-9,6E-005
,000
,003
,002
,002
,025

Standardized
Coefficients
Beta
-,135
-,365
,341
,015

t
,869
-,680
-1,228
1,121
,082

a. Dependent Variable: Abres

4. Hasil Uji Autokorelasi


Model Summaryb
Model
1

R
R Square
,998a
,996

Adjusted
R Square
,996

Std. Error of
the Estimate
,00796

a. Predictors: (Constant), CSR, DER, KI, KM


b. Dependent Variable: Y

Lampiran 5: Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

101

DurbinWatson
1,264

Sig.
,392
,502
,133
,142
,935

b
Variables Entered/Removed

Model
1

Variables Entered
DER_CSR, KM_CSR,
KI, CSR,a DER, KM,
KI_CSR

Variables
Removed

Method
.

Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: Y

Model Summary
Model
1

R
R Square
a
,998
,997

Adjusted
R Square
,996

Std. Error of
the Estimate
,00779

a. Predictors: (Constant), DER_CSR, KM_CSR, KI, CSR,


DER, KM, KI_CSR
ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
,553
,002
,555

df
7
28
35

Mean Square
,079
,000

F
1301,823

Sig.
,000a

a. Predictors: (Constant), DER_CSR, KM_CSR, KI, CSR, DER, KM, KI_CSR


b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
KM
KI
DER
CSR
KM_CSR
KI_CSR
DER_CSR

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
,007
,017
-,008
,004
,006
,000
-,013
,005
-,009
,069
,010
,013
-,001
,002
,048
,025

a. Dependent Variable: Y

102

Standardized
Coefficients
Beta
-,202
1,068
-,066
-,003
,078
-,043
,055

t
,409
-2,262
13,634
-2,592
-,131
,795
-,459
1,971

Sig.
,686
,032
,000
,015
,897
,434
,650
,059

Anda mungkin juga menyukai